Perbedaan minat membuat perencanaan keuangan keuangan Syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir (studi pada instansi pemerintah daerah kota Palangkaraya)
(Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
MEGA RESTI WULANDARI NIM : 107046102150
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Agustus 2011 M 17 Ramadhan 1432 H
Mega Resti Wulandari
(3)
Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada
Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)”. Strata satu (S1) Konsentrasi
Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat dalam membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya berdasarkan status marital dan tingkat pendidikannya.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan minat dalam membuat perencanaan keuangan syariah antara wanita karir yang sudah menikah dengan wanita karir yang belum menikah. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan syariah dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan syariah pada tiap karakteristik tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar minatnya dalam membuat perencanaan keuangan syariah.
Key Word : Perbedaan Minat, Perencanaan Keuangan Syariah, Tingkat Pendidikan, Status Marital, Wanita Karir
(4)
i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)” sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mencurahkan baktinnya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(5)
ii
membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Iwan Prijono Pontjowinoto, MM, CFP selaku pembimbing skripsi yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Wanita karir yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu dan bapak tercinta yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik, perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian do’a yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai masa depan.
7. Keluargaku tercinta dan tersayang, Mbak Elsye, Mbak Arie, Mas Aam, Mas Budi, Chippa, dan Nayya yang telah banyak meluangkan waktunya untuk menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sepupuku Riska, Pretty dan keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan menghiasi hari-hari penulis dengan keceriaan, canda, dan tawa. Suster Dolly yang selalu menamani
(6)
iii
selalu ada di saat sehat maupun sakit. Terima kasih untuk semua cinta yang kalian berikan.
8. GCku tersayang: williboi, dotty, cindai, nyaiboi, Idhaho. Temen-temen kosan Krustee Crab: Vna, Memsky, Mbak Syifa yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu penulis ketika dalam kesulitan, selalu memberikan kebersamaan, canda tawa yang akan selalu berbekas di hatiku dan akan selalu kurindukan. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2007 khususnya kelas B, terima kasih atas do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis.
Semoga amal dan jasa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima disisi Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlimpah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Jakarta, 17 Agustus 2011 M 17 Ramadhan 1432 H
(7)
iv
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Review Studi Terdahulu ... 9
E. Kerangka Berpikir ... 14
F. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Perencanaan Keuangan ... 19
B. Perencanaan Keuangan Syariah ... 21
1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah ... 23
2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah ... 35
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan ... 36
(8)
v
2. Status Marital ... 43
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
1. Pendekatan Penelitian ... 46
2. Jenis dan Sumber Data ... 47
B. Populasi dan Sampel ... 47
1. Populasi ... 47
2. Sampel ... 47
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 48
C. Pengumpulan Data ... 50
1. Teknik Pengumpulan Data ... 50
2. Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 51
3. Teknik Analisa Data ... 52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53
1. Landasan Syariah ... 53
2. Kebutuhan Hidup ... 55
3. Siklus Hidup ... 56
(9)
vi
1. Responden Berdasarkan Usia ... 61
2. Responden Berdasarkan Status Marital ... 62
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63
C. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Secara Teori ... 64
D. Analisis Data ... 65
1. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Landasan Syariah ... 66
2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan Hidup ... 81
3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus Hidup ... 94
4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan Hidup ... 106
5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia Keuangan ... 118
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 132
B. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135
(10)
vii
Tabel 1.1 Kesimpulan Review Terdahulu ... 12 Tabel 2.1 Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan . 31 Tabel 3.1 Daftar Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya ... 49 Tabel 3.2 Format Respon Wanita Karier untuk Pernyataan Positif ... 51 Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Landasan
Syariah ... 54 Tabel 4.2 Reliability Statistics Dimensi Landasan Syariah ... 54 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kebutuhan
Hidup ... 55 Tabel 4.4 Reliability Statistics Dimensi Kebutuhan Hidup ... 56 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Siklus
Hidup ... 57 Tabel 4.6 Reliability Statistics Dimensi Siklus Hidup ... 57 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kenyataan
Hidup ... 58 Tabel 4.8 Reliability Statistics Dimensi Kenyataan Hidup ... 59 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Dunia
Keuangan ... 60 Tabel 4.10 Reliability Statistics Dimensi Dunia Keuangan ... 60
(11)
viii
Tabel 4.13 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63 Tabel 4.14 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Status
Marital Wanita Karir ... 65 Tabel 4.15 Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah untuk Berzakat ... 66 Tabel 4.16 Setiap Penghasilan yang Diperoleh telah Dikeluarkan
Zakatnya ... 67 Tabel 4.17 Mengetahui Perintah Allah untuk tidak Hidup
Berlebih-lebihan ... 69 Tabel 4.18 Hanya Membelanjakan Uang Saya pada Hal-hal yang tidak
Bertentangan dengan Syariah Islam ... 70 Tabel 4.19 Dengan Hidup Sederhana Berarti telah Melakukan
Perencanaan Keuangan yang Sesuai Syariah ... 72 Tabel 4.20 Mengetahui Pentingnya Merencanakan Keuangan ... 73 Tabel 4.21 Tertarik Berinvestasi pada Produk Keuangan Syariah karena
Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah SWT untuk Melakukan Perencanaan Termasuk dalam Merencanakan Keuangan ... 75 Tabel 4.22 Hanya Berminat Berinvestasi pada Hal-hal yang tidak
(12)
ix
Tabel 4.24 Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah karena Bank Syariah Jauh dari Unsur Riba ... 80 Tabel 4.25 Hanya Membeli Hal-hal yang Memang Benar-benar
Dibutuhkan ... 81 Tabel 4.26 Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan
Dana Biasanya Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah 83 Tabel 4.27 Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam
Bertransaksi ... 84 Tabel 4.28 Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat
yang Diinvestasikan pada Bank Syariah ... 86 Tabel 4.29 Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank
Syariah untuk Memenuhi Rencana Naik Haji ... 87 Tabel 4.30 Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga
apabila ada Keluarga yang Sakit ... 89 Tabel 4.31 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah
untuk Keperluan Proteksi Diri ... 90 Tabel 4.32 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah
untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti ... 92 Tabel 4.33 Tertarik Berinvestasi di Pasar Uang Syariah untuk
(13)
x
Pentingnya Menabung Sejak Kecil ... 96 Tabel 4.36 Tertarik Menggunakan Tabungan Syariah Sejak Pertama
Bekerja untuk Membantu Merencanakan Keuangan ... 97 Tabel 4.37 Menabung di Bank Syariah untuk Meminimalisasi Resiko
yang Timbul di Masa Mendatang ... 98 Tabel 4.38 Mengikuti Program Asuransi Syariah untuk Melindungi dari
Kerugian di Masa Mendatang ... 100 Tabel 4.39 Mempersiapkan Dana Pendidikan saat Memiliki Anak agar
Pendidikannya Terjamin ... 101 Tabel 4.40 Menempatkan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk
Mempertahankan Gaya Hidup yang Layak di Hari Tua Nanti . 103 Tabel 4.41 Perencanaan Warisan Secara Syariah Penting Dimiliki saat
Berkeluarga ... 104 Tabel 4.42 Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang untuk
Menghindari Resiko saat Terkena PHK ... 106 Tabel 4.43 Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga
Barang-barang di Masa yang akan Datang ... 107 Tabel 4.44 Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian
(14)
xi
Tabel 4.46 Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus Meningkat dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja ... 111 Tabel 4.47 Lebih Selektif Untuk Berinvestasi karena Krisis Ekonomi
yang Melanda Indonesia ... 113 Tabel 4.48 Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi karena Nilai Tukar
Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif ... 114 Tabel 4.49 Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal
Hasil Obligasi Syariah yang Tinggi ... 115 Tabel 4.50 Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya
karena Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus Meningkat ... 117 Tabel 4.51 Tertarik untuk Berinvestasi karena Produk-produk Keuangan
Syariah yang Beragam ... 118 Tabel 4.52 Menabung karena Merupakan Salah Satu Cara untuk
Merencanakan Keuangan ... 120 Tabel 4.53 Berminat Memiliki Produk Asuransi karena Manfaatnya
Sangat Banyak ... 122 Tabel 5.54 Tertarik Berinvestasi pada Komoditas Emas karena Harganya
(15)
xii
Tabel 5.56 Tertarik Memiliki Tabungan di Bank Syariah karena Aksesnya Mudah ... 126 Tabel 5.57 Dunia Bisnis yang Semakin Modern Menuntut untuk
Menggunakan Salah Satu Layanan Perbankan Termasuk Perbankan Syariah ... 127 Tabel 5.58 Tertarik Menyimpan Uang pada Produk Deposito Syariah
untuk Investasi Jangka Pendek ... 129 Tabel 5.59 Tertarik Menempatkan Dana pada Reksadana Syariah untuk
(16)
xiii
Gambar 1.1 Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan
Kepangkatan ... 5
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir ... 16
Gambar 2.1 Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah ... 23
Gambar 4.1 Karakteristik Usia ... 61
Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital ... 62
(17)
1
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT memerintahkan kita untuk berbekal dalam menghadapi suatu perjalanan atau suatu tindakan. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu perbuatan atau tindakan itu haruslah dimulai dengan suatu perencanaan yang konkrit, guna menghindari kekeliruan yang dapat merugikan. Dengan perencanaan yang baik dan matang, maka diharapkan manusia dapat memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang menjadi lebih baik.
Pada dasarnya, perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-masing.1 Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.2
Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined goals.3 Personal Financial Planning is the process of managing your money to achieve personal economic satisfaction.4
1
Agustianto Mingka dan Lutfi T. Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, Jakarta, MudaMapan Publishing, 2010, h.13.
2
Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009, h.1.
3
Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009), h.57.
4
Jack R. Kapoor, dkk, Personal Finance Seventh Edition, New York, America, McGraw-Hill Companies, 2004, h.4.
(18)
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.5 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan syariah Islam.
Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia maupun di akhirat.
Tujuan hidup manusia itu sendiri sangat beragam, misalnya membeli mobil, rumah, tabungan pendidikan anak, asuransi jiwa, perencanaan dana pensiun, dan lain-lain. Perencanaan keuangan merupakan salah satu solusi untuk
5
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2009, h.3.
(19)
memecahkan masalah keuangan seseorang. Dengan memaksimalkan dana dari penghasilan kita setiap tahunnya untuk mencapai kemandirian secara finansial.
Perencanaan keuangan juga dapat membantu kita mengenal sejauh mana tujuan finansial yang dibuat akan mempengaruhi aspek-aspek keuangan lainnya.6 Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai tujuan untuk memiliki sebuah rumah, dengan membeli sebuah produk investasi yang memberikan hasil investasi yang cukup tinggi, mungkin saja hasil investasinya dapat membantu orang tersebut untuk melunasi cicilan pembiayaan rumahnya dengan lebih cepat. Jadi, dengan melihat setiap tujuan keuangan sebagai suatu kesatuan, maka tujuan hidup jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang akan lebih tertata dengan baik.
Islam mengajarkan untuk selektif dalam membelanjakan harta. Dalam pengeluaran, yang perlu diperhatikan seseorang adalah prioritas, bukan berdasarkan keinginan, tetapi berdasarkan kebutuhan, baik itu jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, pengeluaran juga harus memperhatikan aspek keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Karena untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, kita juga harus mempunyai kehidupan dunia yang baik.7
Dewasa ini, banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya
6
Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide, h.2.
7 Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan
Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.3.
(20)
pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli produk yang salah.
Untuk bisa mengatur masalah keuangan keluarga, diperlukan pengetahuan yang baik mengenai seluk beluk masalah keuangan pribadi (self finance) maupun keuangan keluarga (family finance). Wanita umumnya memiliki perhatian yang lebih terhadap dirinya maupun keluarganya terutama dalam masalah keuangan. Sebuah studi di Amerika Serikat menguak fakta bahwa rasio perempuan menikah yang memiliki kontrol atas pembelian rumah tangga jumlahnya 2:1. Bahkan lebih dari 80% konsumsi rumah tangga dibuat oleh perempuan. Perempuan bukan hanya meningkatkan angka belanja, tetapi juga angka penghasilan. Data statistik menyebutkan 60 persen dari 85,4 juta tenaga kerja di sektor UKM adalah perempuan.8
Dari kutipan yang ditulis oleh Ubaidillah Nugraha dari a women financial converence, March 2005, held by American University of Paris, menyatakan bahwa, “60% keputusan keuangan keluarga dilakukan oleh wanita. Tetapi hanya 12% perempuan bertanggung jawab untuk perencanaan uang mereka. Sedangkan rata-rata wanita hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, karena itu wanita
8
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80 dan Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre, Senin 22 Desember 2008.
(21)
membutuhkan 20% lebih banyak uang untuk pensiun daripada laki-laki. Dan hampir 25% bangkrut dalam waktu 2 tahun setelah pasangan meninggal dunia.”9
Penulis memilih lokasi penelitian di Palangkaraya yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Mayoritas masyarakat di Kota Palangkaraya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah 6.145 pegawai.10 Di Palangkaraya, terdapat 2 (dua) Bank Umum Syariah, yaitu Bank Muamalat, Tbk dan Bank Syariah Mandiri dan 3 (tiga) Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu BMT Kubu Sejahtera, BMT Attoybah, dan BMT Aisyiah sehingga memungkinkan masyarakat di Palangkaraya mempunyai pengetahuan yang baik mengenai perencanaan keuangan secara syariah.
Gambar 1.1
Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan
Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Palangkaraya
Wanita karir yang menjadi objek penelitian penulis adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Wanita
9
Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 14.
10
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan dalam Kota Palangkaraya dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya, 2009, h. 29.
(22)
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil juga tergolong sebagai wanita karir karena mereka bekerja, memiliki jabatan, sehingga memiliki kemajuan dalam hal pekerjaan. Mereka bekerja menggunakan keahlian tertentu yang diperoleh dari bangku sekolah maupun bangku kuliah. Sebelumnya belum ada penelitian mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir khususnya yang bekerja di Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.
Dengan mengetahui bagaimana minat wanita karir di Palangkaraya dalam membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum perekonomian wanita karir terutama mengenai tujuan hidup mereka serta bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendidikan serta status marital yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan ketertarikan wanita karir pada perencanaan keuangan syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dibuat dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya penelitian sehingga lebih terarah pada minat membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat
(23)
pendidikan dan status marital wanita karir, pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada bagaimana minat seseorang dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dan status maritalnya secara teori untuk kemudian dibandingkan dengan minat wanita karir yang bekerja pada Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dalam dalam menempatkan dananya pada instrumen keuangan syariah menurut tingkat pendidikan dan status marital wanita karir tersebut. Instrumen keuangan syariah yang dimaksud meliputi produk tabungan, iB deposito, iB tabungan perencanaan seperti iB tabungan pendidikan, iB tabungan Haji dan Umrah, iB Pensiun, dan instrumen unit link syariah. Area penelitian yaitu pada instansi-instansi pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dengan alasan bahwa wanita karir tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai instrumen keuangan syariah. Adapun wanita karir yang dimaksud adalah wanita karir Muslim yang bekerja pada Dinas Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dengan kharakteristik tingkat pendidikan SMA, Diploma 3, S1, dan S2, serta status marital belum menikah dan sudah menikah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana secara teori minat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital seseorang?
(24)
b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana secara teori pengaruh tingkat pendidikan dan status marital seseorang terhadap minat membuat perencanaan keuangan syariah, serta
b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dalam hal ini yang berkaitan dengan perencanaan keuangan syariah pada wanita karir, khususnya yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.
b. Sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan keuangan syariah.
c. Sebagai gambaran perekonomian wanita karir di Palangkaraya dalam merencanakan keuangannya.
(25)
D. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang perencanaan keuangan telah banyak dilakukan di masyarakat, di antaranya yaitu:
1. Skripsi Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi Pada Masyarakat
Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat)” tahun 2010. Membahas tentang pemahaman masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih tentang instrumen keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya dengan tingkat kesadaran masyarakatnya dalam melakukan perencanaan keuangan dengan mengalokasikan dananya pada berbagai instrumen keuangan syariah. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa tingkat pemahaman masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih tentang instrumen keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya dengan tingkat kesadaran masyarakatnya dalam melakukan perencanaan keuangan dengan mengalokasikan dananya pada instrumen keuangan syariah tergolong tinggi.11 2. Jurnal Penelitian yang ditulis oleh Yohnson. “Peran Universitas di Surabaya
dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Seri Penelitian Keuangan Keluarga)” tahun 2009. Kesimpulan dari penulisan ini adalah impian setiap keluarga adalah menjadi keluarga yang mapan. Untuk mencapai impian tersebut setiap keluarga harus mau memulai untuk merencanakan
11 Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
(26)
keuangannya sejak dini. Perencanaan keuangan yang baik harus dilakukan dengan pandangan tentang perencanaan keuangan yang benar (money-saving mindset) dan menaruh uang dengan tepat baik dalam bentuk investasi, proteksi dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan keluarga. Di sini diperlukan peranan universitas di Surabaya dalam memberikan pelatihan perencanaan keuangan yang tepat sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal dari perencanaan keuangan yang dibuat oleh keluarga di Surabaya.12
3. Skripsi yang ditulis oleh Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis
Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Surabaya” tahun 2004. Dari hasil penelitian keuangan keluarga yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat perencanaan keuangan keluarga adalah faktor pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di Surabaya yang sudah mengenyam pendidikan tinggi setara S1 lebih berminat melakukan perencanaan keuangan keluarga dibandingkan dengan pendidikan menengah setara SMU, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat perencanaan keuangan keluarga.13
12
Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009).
13
Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis perbedaan minat membuat perencanaan
keuangan keluarga menurut karakteristik keluarga di Surabaya.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Surabaya 2004).
(27)
4. “The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial Behavior” oleh Lewis Mandell dan Linda Schmid Klein tahun 2009. Jurnal ini membahas tentang perbedaan Siswa Menengah Atas yang mengikuti kursus manajemen dengan yang tidak mengikuti kursus dalam aplikasi perencanaan keuangan pribadinya. Populasi berjumlah 400 orang dan sampel yang diambil sebanyak 79 orang dengan menggunakan alat uji regresi. Hasilnya tidak terdapat perbedaan dampak dari kursus secara signifikan, karena responden yang mengikuti kursus tidak lebih sadar untuk menabung dibandingkan dengan responden yang tidak mengikuti kursus.14
5. “The Effectiveness of Youth Financial Education”: A Review of the Literature
oleh Martha Henn McCormick, 2009. Jurnal ini membahas tentang efektifitas pendidikan pada usia remaja karena remaja paling sering merasakan dampak kompleksitas keuangan keluarga. Oleh karena itu, sejak dini remaja harus mempelajari tentang pengelolaan keuangan pribadi. Studi ini berusaha menggambarkan pendidikan keuangan pada generasi muda saat ini dan memberikan arah ke depannya. Pengelolaan keuangan pribadi harus diterapkan mulai anak usia sekolah agar ketika dewasa dapat membuat keputusan finansial yang tepat.15
14
Lewis Mandell, The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial Behavior, 2009.
15
Martha Henn McCormick, The Effectiveness of Youth Financial Education, Journal of Financial and Counselling Planning, Vol. 20, Issuue 1, 2009.
(28)
Tabel 1.1
Kesimpulan Review Terdahulu N
o
Judul Penelitian
Nama
Peneliti Populasi Sampel
Alat
Statistik Tahun Hasil Temuan
1. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat) Rahmawati Dian Pratiwi
4.573 187 Analisis Deskriptif
2010 Pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi masyarakat Cempaka Putih, Ciputat pada instrumen keuangan syariah tergolong tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cempaka Putih telah sadar akan pentingnya perencanaan keuangan syariah
Perbedaan Penelitian tersebut membahas tentang tingkat kesadaran masyarakat yang
berdomisili di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat akan perencanaan keuangan syariah sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya fokus perbedaan secara teori dan keyataan di lapangan mengenai minat wanita karir terhadap perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir tersebut.
2. Peran
Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Seri Penelitian
Yohnson - - - 2009 Universitas
memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pelatihan perencanaan keuangan yang benar untuk mendukung mensejahterakan
(29)
Keuangan Keluarga)
masyarakat dalam pengelolaan keuangannya Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Yohnson terfokus pada peran universitas dalam
memberikan pelatihan perencanaan keuangan keluarga dan pemberian financial planner karena universitas adalah salah satu pusat studi bagi masyarakat. Ternyata peran tersebut sangat besar pengaruhnya untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan masalahnya terletak pada ada atau tidaknya perbedaan minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah secara teori dan praktek ditinjau dari karakteristik tingkat pendidikan dan status marital wanita karir yang beragam
3. Analisis Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga Menurut Karakteristik Keluarga di Surabaya Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan
225.302 303 Uji t-test dan Chi Square
2004 Ibu rumah tangga S1 lebih
memikirkan untuk merencanakan keuangan keluarga mereka dibanding ibu rumah tangga SMU
Perbedaan Objek penelitan tersebut adalah ibu rumah tangga dengan karakteristik pendidikan S1 dan SMA sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil objek wanita karir dengan karakteristik tingkat pendidikan (SMA, Diploma, S1, dan S2) dan status marital (belum menikah dan sudah menikah). Selain itu penelitian di atas dilakukan di Surabaya, sedangkan penulis memilih area penelitian di Palangkaraya. Perbedaan selanjutnya terletak pada minat membuat perencanaan keuangan, untuk penelitian yang dilakukan Meilyanti dan Henny hanya pada minat membuat perencanaan keuangan biasa, sedangkan penulis lebih terarah kepada minat membuat perencanaan keuangan syariah. Alat uji statistik yang digunakan juga berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan uji t-test dan Chi Square, sedangkan penulis menggunakan analisa deskriptif
4. The Impact of Financial Literacy Education on Lewis Mandell dan Linda Schmid
400 79 Regresi 2009 Tidak ada
perbedaan dampak dari kursus
(30)
Subsequent Financial Behavior
Klein signifikan, karena
yang mengikuti kursus tidak lebih sadar dan lebih ingin menabung dibandingkan dengan yang tidak mengikuti kursus Perbedaan Perbedaannya terletak pada alat uji statistik yang digunakan. Penelitian yang
dilakukan oleh Lewis Mandell menggunakan uji regresi, sedangkan penulis menggunakan uji deskriptif-analisis. Selain itu masalah yang diangkat di atas mengacu pada beda kesadaran orang yang mengikuti kursus dengan yang tidak mengikuti kursus dalam menabung, sedangkan penulis mengangkat masalah beda minat membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya secara teori dan praktek.
5. The
Effectiveness of Youth Financial Education: A Review of the Literature
Martha Henn McCormick
- - - 2009 Pengelolaan
keuangan pribadi harus diterapkan mulai anak usia sekolah agar ketika dewasa dapat membuat keputusan finansial yang tepat
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Martha mengacu pada pendidikan keuangan
remaja saat ini serta memberikan arah ke depannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis memilih objek wanita karir yang telah mandiri secara finansial serta dapat membuat keputusan keuangan mereka sendiri untuk kemudian dikaji perbedaan minat wanita karir tersebut dalam menempatkan
income yang diperolehnya pada instrumen keuangan syariah
E. Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan masalah pada penelitian ini, langkah pertama adalah mengobservasi masalah, kemudian membuat perumusan dari permasalahan tersebut serta penentuan metode dan
(31)
teknis analisis data. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya pengumpulan data. Data yang penulis kumpulkan merupakan data kuantitatif dengan media berupa kuesioner atau angket untuk mengetahui minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya. Kemudian diuji validitas dan reliabilitas dari angket yang diisi oleh para responden terpilih dan data yang diambil dipersentasekan untuk memperoleh gambaran bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya.
Setelah hasilnya diketahui, penulis akan menarik kesimpulan dan memberikan saran baik untuk penulis sendiri, maupun untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perencanaan keuangan syariah.
(32)
Selesai Analisis
Data
Interpretasi Output: Menarik Kesimpulan dan Memberikan Saran Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran
Uji Kualitas Data: Uji Validitas dan
Reliabilitas
Mulai Observasi Masalah
Perumusan Masalah
Penentuan Metode dan Teknis Analisis
data
Pengumpulan Data
Data Kuantitatif: Kuesioner
(33)
F. Sistematika Penulisan
Dalam hal penulisan, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2007.
Bahasan-bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap bab tersebut terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat umum, yaitu minat membuat perencanaan keuangan, perencanaan keuangan syariah, tingkat pendidikan dan status marital, serta wanita karir dan ciri wanita karir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan pembagian sebagai berikut: uji validitas dan reliabilitas, gambaran
(34)
umum responden, teori minat perencanaan berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital seseorang, serta uraian, deskripsi, dan analisis data mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir.
BAB V PENUTUP
(35)
19
A. Minat Membuat Perencanaan Keuangan
Dalam kamus psikologi, minat diartikan sebagai perasaan yang menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti bagi individu dan suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah atau sasaran tertentu. Menurut Gregory (1992), “interest is a preference for particular ideas, activities, and objects; value involves the importance or worth attached to those ideas, activities and objects”.1
Menurut Winkel (1986), minat adalah ”Kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”.2 Walgito (1985) mengatakan bahwa perhatian seseorang terhadap suatu aktivitas ini juga disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut tentang sesuatu itu. Dan menurut pendapat dari Mappiare (1983) bagi seseorang yang memiliki minat yang kuat terhadap sesuatu namun tidak berhasil melaksanakan atau
1
Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009), h.60.
2
(36)
mendapatkan minat tersebut maka besar kemungkinan seseorang tersebut merasa kekecewaan yang besar.3
Menurut Syaiful B. Djamarah, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas secara konsisten tanpa ada yang menyuruh.4 Sedangkan menurut Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila bebas memilih. Minat adalah kecenderunagan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang-bidang itu.5
Sedangkan Suryabrata menyatakan bahwa minat adalah sebagai pemusat tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang meliputi banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu kegiatan yang dilakukannya, di mana disertai dengan perasaan senang atau tidak senang individu terhadap suatu objek atau situasi tertentu.6
Pendapat lain disampaikan oleh Muhibbin Syah yang mengartikan minat sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.7
3
Ibid, h. 60. 4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 23. 5
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 32.
6
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 45.
7
(37)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia membuat adalah menciptakan, menjadikan, menghasilkan, melakukan, mengerjakan, menggunakan, menyebabkan dan mendatangkan.8
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat membuat perencanaan keuangan adalah ketertarikan atau perasaan suka yang dimiliki seseorang terhadap perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk mengetahui, mempelajari lebih dalam, dan melakukannya.
B. Perencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-masing.9 Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.10
Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined goals.11 Personal Financial Planning is the process of managing your money to achieve personal economic satisfaction.12
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 213.
9
Agustianto Mingka dan Lutfi Trisandi Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, (Jakarta, Muda Mapan Publishing, 2010), h.13.
10
Ibid., h.1 11
Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya, h.57.
12
Jack R. Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, ( New York, America: McGraw-Hill Companies, 2004), h.4.
(38)
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.13 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan syariah Islam.
Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan, pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia maupun di akhirat.
Perencanaan keuangan syariah membantu seseorang untuk mendapatkan gambaran apa yang benar-benar diinginkan di dalam ataupun di luar setiap tahapan kehidupan, melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang
13
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), h.3.
(39)
secara hati-hati, melakukan manajemen risiko dan melatih seseorang untuk mengatur risiko investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang tepat baik untuk jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan, serta mengontrol pengeluaran dan biaya-biaya.
1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah Gambar 2.1
Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah
a. Landasan Syariah
Allah SWT melalui firman-Nya dalam kitab suci (QS 02: 172). Allah memerintahkan kepada semua orang yang beriman untuk hanya mengambil yang thoyib (baik). Jika itu diwujudkan, Allah SWT akan memberikan rezeki kepada mereka. Manusia juga diperintahkan untuk bersyukur, berterima kasih kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya mereka
Syariah
Kebutuhan Hidup
Kenyataan
Siklus Hidup Dunia Keuangan
(40)
mengabdi. Maka, sebaik-baik manusia adalah mereka yang senantiasa berzikir dan banyak-banyak mengingat Allah SWT. Melalui firman-Nya dalan Kitab Suci (QS 62: 10), diperintahkan juga kepada manusia untuk bertebaran di muka bumi setelah selesai menjalankan ibadah salat Jumat, guna mencari fadhilah atau kelebihan dari Allah SWT.
Meskipun sesungguhnya manusia tidak akan memperoleh kecuali apa yang diusahakannya, tetapi karena Allah Mahakarya dan Mahakuasa, maka Dia dapat memberikan tambahan balasan kepada manusia sesuai kehendak-Nya. Oleh karena itu, dalam Kitab Suci (QS 14:07), Allah SWT telah menyampaikan bahwa jika manusia bersyukur atau berterima kasih atas nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya. Namun, jika manusia mengingkari bahwa nikmat itu berasal dari-Nya, sesungguhnya Allah SWT akan menurunkan azab-Nya yang sangat pedih.
Di samping semata-mata hidup untuk mengabdi kepada Tuhan, selalu ingat kepada-Nya, dan berterima kasih atas segala balasan-Nya, manusia juga diingatkan untuk menggunakan rezeki yang diterimanya untuk kebaikan. Dalam Kitab Suci (QS 24:22), telah diperingatkan kepada orang-orang yang mempunyai fadhil (kelebihan) dan sa’at (kelapangan) agar jangan bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kerabatnya, kepada orang-orang miskin, maupun kepada orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Bila orang-orang yang
(41)
mempunyai kelebihan dan kelapangan itu memberi bantuan, maka dosa mereka akan diampuni. Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Jadi, kekayaan yang manusia terima sebenarnya adalah amanah yang harus digunakan atau dinafkahkan sesuai dengan ketentuan-Nya karena setiap manusia nantinya akan ditanya tentang hartanya, dengan cara apa dia memperolehnya dan bagaimana dia manfkahkannya.
Kemampuan yang diberikan kepada manusia tidak dapat menjangkau hal-hal yang belum terjadi. Allah tidak memberikan kemampuan tersebut kepada manusia. Kemampuan yang diberikan kepada manusia hanya sebatas memprediksikan dan merencanakan (planning) sesuatu yang belum terjadi serta memproteksi segala sesuatu yang dirasa akan dialami oleh setiap manusia. Dalam hal ini manusia ditugaskan hanya mengatur bagaimana cara mengelola kehidupannya agar mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat.
Adapun salah satu caranya adalah dengan menyiapkan bekal (proteksi) di masa datang agar segala sesuatu yang bernilai negatif, baik dalam bentuk musibah, kecelakaan, kebakaran ataupun kematian dapat diminimalisir kerugiannya. Hal semacam ini telah dicontohkan oleh nabi Yusuf secara jelas dalam menakwilkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus dalam surat Yusuf: 46-49.
(42)
Ayat tersebut memberikan pelajaran bagi manusia pada saat ini yang secara ekonomi dituntut agar mengadakan persiapan secara matang untuk menghadapi masa yang sulit jikalau menimpanya pada waktu yang akan datang.14
b. Kebutuhan Hidup Manusia
Beberapa tingkatan kebutuhan manusia menurut Firman Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, dengan memakai istilah tajuu’a, terkait dengan kecukupan makanan yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk untuk hidup. Kedua, dengan menggunakan istilah ta’roo, terkait kebutuhan yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya, yaitu kebutuhan sebagai makhluk hidup sosial untuk menutup aurat dan tampil menarik. Ketiga, dengan memakai istilah tazhma’u, terkait dengan memenuhi dahaga atau dapat disebut sebagai kepuasan, yaitu sesuatu yang membuat manusia ingin mendapat lebih. Keempat, atau yang terakhir, dengan istilah
tadhhaa, yang memakai panas sinar matahari sebagai analogi. Dalam jumlah yang cukup, panas sinar matahari akan sangat berguna dan menyehatkan. Tetapi bila terlalu banyak atau berlebihan, bisa membakar kulit dan menimbulkan masalah.15
14
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 102-104.
15
Iwan P. Pontjowinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah, (Jakarta, PT. Mizan Publika, 2010), h. 9.
(43)
Dengan demikian, manusia seharusnya dapat memahami bahwa Allah SWT telah menunjukkan adanya pembedaan (differentiation) atas semua hal yang diperlukan dalam hidup manusia. Menurut pembeda itu, hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Keperluan (darurat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia sebagai makhluk untuk tetap hidup. Sebut saja air, oksigen, dan makanan. Bila kebutuhan yang termasuk dalam golongan darurat tidak terpenuhi, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk, yang digambarkan dengan istilah tidak cukup makan (tajuu’a).
Kebutuhan (haajat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala sesuatu yang secara mendasar harus dipenuhi untuk mencapai fitrah sebagai manusia. Di antaranya, kebutuhan untuk berpakaian, berkomunikasi, berkeluarga, punya tempat tinggal yang layak, dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini digambarkan dengan istilah tidak berpakaian atau ta’roo.
Keinginan (raghbat), yaitu keinginan yang diharapkan dipenuhi untuk mencapai kepuasan yang lebih luas dari kebutuhan dasar, yang digolongkan sebagai darurat dan haajat. Keinginan ini layak menjadi motivasi untuk mencari fadhilah, kelebihan dari Alah SWT, sehingga manusia tidak melupakan haknya atas nikmat dunia, sesuai dengan
(44)
ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan-Nya. Keinginan jenis ini digambarkan sebagai dahaga atau tazhma’u.
Hasrat (syahwat), yaitu keinginan atau raghbat yang sebenarnya tidak diperlukan. Sehingga bila dipenuhi, manfaatnya sangat kecil atau bahkan tidak ada, sedangkan mudharatnya lebih besar. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan syahwat bukanlah semata-mata berkaitan dengan masalah seksual, tetapi segala macam bentuk rangsangan atau hasrat untuk segera memenuhi keinginan. Sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan, atau belum saatnya untuk dipenuhi, sehingga menjadi kelebihan yang merugikan (tadhdha).
Masalah utama dalam syahwat adalah bila manusia menyegerakan sesuatu yang dianggapnya sebagai kebutuhan, padahal sebenarnya tidak pernah menjadi haknya. Contoh paling sederhana adalah makan berlebihan hingga jatuh sakit, bahkan mungkin meninggal dunia. Contoh lainnya adalah keinginan untuk memiliki barang mewah yang berada di luar jangkauan kemampuan, baik kemampuan saat ini maupun di masa mendatang. Syahwat semacam ini sangat berbahaya, karena bisa memicu timbulnya pikiran “liar” seperti menipu, mencuri, atau korupsi untuk memenuhinya.
Syahwat atau rangsangan untuk segera memenuhi keinginan yang mungkin belum menjadi kebutuhan atau tidak pernah menjadi kebutuhan terbukti telah menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi. Bukan
(45)
hanya memicu timbulnya peperangan, tetapi juga dapat menjerumuskan manusia ke dalam khamar seperti narkoba, maysir seperti judi maupun spekulasi, hingga transaksi riba yang terbukti telah menciptakan resesi akibat krisis keuangan dunia.16
c. Siklus Hidup
Konsumsi orang yang berumur 20 tahun tentu sangat berbeda dengan orang yang berumur 50 tahun. Faktor internal seperti umur, besarnya penghasilan, jumlah anggota keluarga, dan gaya hidup turut mempengaruhi seseorang dalam menghabiskan uang dan berinvestasi.17
Rencana-rencana keuangan akan berubah tergantung pada umur dan kondisi. Beberapa taraf atau tingkatan dalam siklus hidup untuk perencanaan keuangan pribadi adalah sebagai berikut.18
1) Dewasa belum menikah. Perencanaan terfokus pada memiliki asuransi yang sesuai, akumulasi tabungan dan kekayaan, pendidikan untuk pengembangan karir.
2) Pasangan muda yang baru menikah. Perencanaannya meliputi perhitungan mengenai apabila pasangan ingin mempunyai anak. Untuk keluarga yang lebih besar, lebih membutuhkan rumah yang tentu saja memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa mendapatkan
16
Ibid., h. 11 17
Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, h. 13. 18
Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide. (Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h.9.
(46)
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kebutuhan untuk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa akan meningkat. Sebuah surat wasiat dan perencanaan warisan menjadi penting dan harus dimiliki.
3) Orang tua baru. Perencanaannya lebih cenderung untuk mempersiapkan kebutuhan anak dan menyediakan dana pendidikan anak.
4) Orang tua yang baru bercerai. Salah satu dari mantan pasangan ini (biasanya ayah) memiliki kewajiban membayar tunjangan hidup kepada mantan istri (alimony) dan anaknya (child support). Kebutuhan keuangan akan meningkat karena (dari sisi sang ayah) harus mencukupi kebutuhan dua keluarga (keluarga baru bila ada dan kewajiban kepada yang diceraikan). Meskipun suami dan istri di keluarga baru keduanya bekerja, biaya-biaya hidup akan tetap meningkat.
5) Orang tua dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa. Perencanaan warisan akan mendapatkan perhatian yang lebih penting. Program asuransi yang lebih baik dan cukup mungkin dibutuhkan. Kelebihan dana lebih baik diinvestasikan. Taraf awal perencanaan pensiunan akan dimulai.
6) Anak telah pindah dan keluar dari rumah. Orang tua bisa mempertimbangkan untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil
(47)
atau tempat yang lebih dekat dengan anak. Perencanaan pensiunan harus direncanakan menjadi lebih serius.
7) Memasuki masa pensiunan. Sangat penting untuk meninjau ulang (review) asuransi dan program tunjangan hidup. Pensiunan akan membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan pribadi lainnya semasa pensiun, seperti bepergian atau berjalan-jalan.
d. Kenyataan Hidup
Kenyataan hidup atau yang lebih dikenal dengan faktor ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan keuangan seseorang. Perubahan kondisi ekonomi terhadap keputusan keuangan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan Barometer
Perekonomian
Indikator Perekonomian
Hal yang menjadi tolak ukur
Pengaruhnya terhadap perencanaan keuangan Indikator perekonomian terdepan Indeks indikator perekonomian ke depan Adanya tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat
Cenderung terjadi perubahan perekonomian dalam 6-9 bulan ke depan. Peningkatan indeks yang berkesinambungan akan berdampak lebih terbukanya lapangan kerja dan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan perorangan Pendapatan perkapita (GDP) Tingkat pemesanan produk dalam perusahaan, tingkat produksi, indeks pembelian Total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah Negara
Indikasi kondisi perekonomian yang sehat, pertumbuhan pendapatan perkapita yang berkesinambungan, mengakibatkan terbukanya lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan perorangan.
(48)
PHK Tingkat PHK, lamanya menganggur, indeks bantuan pemerintah, klaim PHK Jumlah pengangguran yang masih mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerja
Perlu adanya pengurangan dana atas biaya hidup pengangguran, mereka yang menganggur seharusnya kembali bekerja untuk mengurangi utang. Tingginya tingkat pengangguran akan menghambat tingkat konsumsi
Inflasi Indeks harga
konsumen (CPI), indeks harga produsen (PPI), deflasi terhadap pendapatan perkapita, indeks biaya gaji, produktivitas
Ukuran dari biaya hidup dan daya beli terhadap rupiah
Mempengaruhi kemampuan untuk membeli barang dan jasa. Harga konsumen yang tinggi serta inflasi akan menaikkan tingkat suku bunga
Pembelanjaan konsumen Indeks harapan konsumen, indeks kepercayaan produsen Permintaan konsumen atas barang dan jasa
Peningkatan pembelanjaan konsumen akan menciptakan lapangan pekerjaan. Tingkat pembelanjaan dan
peminjaman yang tinggi akan memicu timbulnya inflasi dan tingkat suku bunga Penjualan eceran Penjualan eceran Estimasi total penjualan pada tingkat penjualan eceran
Merupakan dasar perencanaan bagi kondisi perekonomian di masa depan. Tingkat penjualan yang menurun akan mengurangi tingkat produksi dan lapangan pekerjaan
Suku bunga Potongan, suku
bunga pokok, saham dan obligasi Suku bunga pinjaman, tingkat pengembalian dari hasil tabungan dan investasi
Semakin tinggi suku bunga maka pembelian dalam bentuk kredit akan semakin mahal sementara investasi akan sangat menarik dan tingkat pinjaman akan menurun. Perubahan tingkat suku bunga pokok akan mempengaruhi bunga pinjaman dan penjualan perumahan akan lebih meingkat
Ketersediaan dana
M1, M2, M3 Mata uang rupiah mampu memenuhi pembelanjaan di dalam
perekonomian Indonesia
Suku bunga akan menurun apabila semakin banyak orang menabung atau berinvestasi. Apabila jumlah tabungan semakin banyak maka tingkat
pembelanjaan semakin berkurang yang akan berdampak berkurangnya jumlah produksi yang berarti berkurang juga lapangan pekerjaan
(49)
Perumahan Perumahan, pembelanjaan bidang konstruksi Jumlah perumahan yang sedang dibangun Meningkatnya pembangunan perumahan akan berdampak terciptanya lebih banyak lapangan pekerjaan, pendapatan lebih tinggi, lebih banyak pembelanjaan dan pertumbuhan perekonomian yang pesat di segala bidang
Keseimbangan perdagangan Keseimbangan tingkat pembayaran pemerintah Indonesia, nilai rupiah
Selisih nilai ekspor dan impor dalam suatu Negara
Apabila terjadi defisit perdagangan, suku bunga akan meningkat dan barang-barang impor serta perjalanan ke luar negeri akan jauh lebih mahal
Sumber: Adler H. Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide
e. Dunia Keuangan
Saat ini banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli produk yang salah.
Setiap investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri, seperti tingkat pengembalian (return), tingkat risiko (risk), status hukum dan aturan serta tingkat pajak atas hasil yang diperoleh. Secara fundamental, investasi dapat dibagi ke dalam lima kelas harta investasi. Beragam pilihan yang tersedia saat ini, merupakan turunan atau kombinasi dari beberapa kelas tersebut.
(50)
Kelas 1, simpanan untuk menampung dana dalam bentuk kas, seperti rekening giro, tabungan, deposito, dan reksa dana pasar uang. Kelas 2, surat berharga yang menyatakan adanya pinjaman yang diberikan investor kepada pemerintah maupun korporasi, seperti Surat Utang Negara, obligasi korporasi, obligasi ritel Indonesia, sukuk ritel, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi pendapatan tetap. Kelas 3, yaitu komoditas, seperti emas, permata, perak, logam mulia lain, kelapa sawit, lukisan, batik kuno, dan barang koleksi lainnya. Kelas 4, properti, seperti rumah, apartemen, tanah, gedung perkantoran, ruko, dan rukan. Kelas 5, surat berharga yang menyatakan adanya porsi kepemilikan investor di sebuah perusahaan atau organisasi, seperti saham atas perusahaan publik, saham atas perusahaan tertutup, penyertaan modal di sebuah bisnis baik yang dijalankan sendiri maupun orang lain, reksa dana saham, reksa dana campuran, dan reksa dana indeks.19
Daftar di atas tidak berhenti sampai di situ. Setiap tahun, akan muncul berbagai inovasi-inovasi baru yang ditawarkan industri keuangan. Semakin tinggi potensi tingkat imbal hasil suatu investasi, maka risiko yang menyertaipun akan semakin besar. Kombinasi kelas harta investasi yang dimiliki investor disebut portofolio investasi.
19
Prita H. Ghozie. Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya. (Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2010), h. 163.
(51)
Sebuah portofolio investasi adalah kumpulan jenis-jenis investasi yang dimiliki oleh seorang investor. Sering kali dikenal dengan nama keranjang investasi. Seorang investor memiliki portofolio investasi untuk memenuhi tujuan investasi baik itu untuk dana pensiun, dana pendidikan, atau lainnya yang telah ditetapkan sebelumnya dengan variasi investasi yang beragam sesuai dengan kebutuhannya.
2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah
Hal-hal utama yang termasuk dalam perencanaan keuangan syariah adalah sebagai berikut.20
a. Zakat. Di dalam semua pendapatan dan harta yang diperoleh terdapat hak milik orang lain. Maka perlu adanya pembersihan bagian tersebut dalam bentuk zakat, infak, sumbangan, sedekah, ataupun wakaf. Secara luas, konsep memberikan bagian yang bukan menjadi hak kita dapat digunakan oleh masyarakat, tidak terbatas bagi kaum Muslim saja.
b. Assurance. Dalam perencanaan hidup, diharuskan adanya alokasi pendapatan untuk kebutuhan yang sifatnya tidak terduga. Uang uang diperoleh harus dapat disisihkan dalam bentuk dana darurat dan pembayaran premi asuransi syariah.
c. Present consumption. Pendapatan yang diperoleh harus dapat disisihkan untuk kebutuhan hidup saat ini secara wajar. Artinya, kita diharuskan
20
(52)
memiliki sejumlah uang untuk membeli makanan, pakaian, dan sarana hidup utama lainnya.
d. Future spending. Cara terbaik untuk memperoleh berbagai keinginan dalam hidup adalah melalui konsep menabung. Menabung secara harfiah disebutkan sebagai menyisihkan sebagian pendapatan untuk keperluan konsumsi di masa mendatang. Tabungan yang dibentuk akan digunakan untuk keperluan hidup jangka waktu di bawah 5 tahun.
e. Investment. Investasi mutlak dilakukan sebagai sarana untuk memenuhi keperluan jangka panjang atau pada masa sudah tidak produktif lagi baik itu karena faktor usia maupun faktor kesehatan. Investasi yang dimaksud di sini adalah menempatkan sebagian harta yang merupakan sisa hasil penyisihan pendapatan dan akumulasi harta pada suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan mendapatkan tambahan nilai di masa datang tanpa mengabaikan nilai-nilai syariah.
Perencanaan keuangan syariah tidak meletakkan prioritas pada kepentingan dunia tetapi juga akhirat karena perencanaan keuangan syariah meletakkan prioritas pada kewajiban agama. Perencanaan keuangan syariah tidak membenarkan berinvestasi hanya dengan melihat pada keuntungan semata dengan mengabaikan nilai-nilai syariah.21
21
Sri Khurniatun, Perencanaan Keuangan Syariah Vs Konvensional, artikel ini diakses pada tanggal 22 September 2011 pukul 02.13 p.m. dari http://srikhurniatun.blogspot.com/2008/07/perencana-keuangan-syariah-vs.html
(53)
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan perencanaan keuangan yang efektif, yaitu22:
a. Memeriksa kondisi keuangan saat ini
Mulailah memeriksa kondisi keuangan saat ini dengan sangat memperhatikan pendapatan, tabungan, biaya hidup, dan utang. Untuk itu dibutuhkan banyak informasi khusus yang akurat mengenai investasi yang sedang berkembang pesat saat ini, kebijakan-kebijakan baru dalam dunia asuransi, keuntungan program pensiun dan informasi mengenai bagaimana aturan perpajakan yang berlaku dapat mempengaruhi semua program maupun produk investasi itu.
b. Tetapkan tujuan-tujuan hidup dan keuangan
Tujuan hidup dan keuangan yang spesifik sangat penting dalam sebuah perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan keuangan sangatlah beragam, tujuan keuangan bisa saja seperti bagaimana kita membelanjakan seluruh pendapatan kita atau mulai merencanakan untuk menabung dan berinvestasi demi kemapanan keuangan di masa yang akan datang. Tujuan-tujuan tersebut harus berdasarkan pada kondisi pekerjaan, nilai-nilai dan kondisi keuangan saat ini.
Dengan menetapkan tujuan-tujuan keuangan, maka akan diketahui seberapa besar risiko yang akan dihadapi. Cara terbaik untuk
22
(54)
mempertimbangkan risiko adalah menyatukan informasi berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang dapat ditemukan dalam sumber perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan jangka pendek adalah hal-hal yang bisa dicapai dalam jangka waktu satu tahun, seperti tabungan untuk rencana liburan atau pembayaran utang dengan skala kecil. Tujuan-tujuan jangka menengah berkisar antara dua sampai lima tahun. Sementara tujuan-tujuan jangka panjang dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun atau lebih, contohnya mempersiapkan dana pensiun, dana untuk pendidikan anak pada perguruan tinggi, atau pembelian sebuah vila untuk berlibur.
c. Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif yang bisa diambil Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif adalah hal penting untuk membuat keputusan keuangan yang baik. Setelah seluruh data, baik keuangan maupun non-keuangan diperoleh, maka analisis harus dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tujuan hidup dan investasi. d. Membuat perencanaan dan mengevaluasi alternatif-alternatif
Hal ini meliputi juga dengan memprediksi kondisi keuangan pada saat ini. Dalam proses ini jangan hanya melihat pada kondisi perekonomian saat ini saja tetapi juga konsekuensi dan risiko yang harus dihadapi pada tiap alternatif pengelolaan dan investasi yang dibuat. Hidup ini penuh dengan pilihan dan setiap pilihan dalam hidup mempunyai efek positif maupun negatif. Setiap keputusan yang diambil mempunyai
(55)
konsekuensi tertentu, misalnya jika kita memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk saham artinya kebutuhan liburan dalam jangka pendek pasti akan tertunda. Maka pemahaman mengenai efek yang akan terjadi dari keputusan keuangan yang diambil terhadap bagian dari kehidupan menjadi penting.
e. Merumuskan dan melaksanakan tujuan-tujuan keuangan
Contohnya yaitu, tabungan dapat ditambah dengan cara mengurangi pengeluaran atau menambah pendapatan dengan mengambil kerja lembur atau mencari pekerjaan lain yang lebih besar.
f. Memeriksa dan memperbaiki rencana secara berkala
Perencanaan keuangan adalah proses yang dinamik dan tidak ada akhirnya. Predikat keuangan individu ditentukan secara tetap dengan kondisi saat ini yang belum tentu akan bertahan untuk kondisi beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan atau
review yang lengkap terhadap keuangan sekali dalam setahun. Praktik yang dilakukan secara umum adalah dengan melakukan pemeriksaan minimum setidak-tidaknya setiap enam bulan sekali. Tujuan-tujuan bisa membutuhkan sebuah perubahan karena perubahan gaya hidup atau keadaan sekitar, seperti warisan, perkawinan, kelahiran, pembelian rumah, atau perubahan status pekerjaan. Peristiwa di luar kendali seperti inflasi atau perubahan pasar saham juga dapat mempengaruhi perencanaan keuangan.
(56)
4. Mengelola Kekayaan
Kekayaan yang dilimpahkan kepada kita bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri. Dalam kekayaan juga terdapat amanah berupa hak pihak lain yang diberikan melalui kita manusia. Amanah tersebut adalah amanah untuk orang lain, untuk masa kini, untuk masa sulit, untuk masa depan, serta amanah untuk masyarakat yang harus dikelola.23
Pertama, hal yang penting dilakukan dalam mengelola harta adalah membersihkan harta dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekah. Kedua, menafkahkan harta untuk hidup masa kini sesuai dengan keleluasaan atau kesempitan, serta tidak melupakan hak atas kenikmatan yang halal di dunia.
Ketiga, membelanjakan harta dengan hemat dan menyisihkan kelebihan untuk masa-masa sulit. Keempat, mempersiapkan untuk masa depan agar dapat hidup bahagia setelah tidak produktif, serta dapat meninggalkan keturunan dalam keadaan sehat dan kaya. Kelima, atau yang terakhir, mengembangkan harta untuk meningkatkan penyebarluasan kemaslahatan bagi masyarakat.
C. Tingkat Pendidikan dan Status Marital 1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
23
(57)
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.24 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia dilakukan secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus harkat dan martabatnya.25
Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usaha-usaha tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut26:
a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.
24
Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007), artikel ini diakses tanggal 24 Juni 2011 pukul 02.03 p.m. dari http://www.id.wikipedia.org.
25
Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan KPP, dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, Skripsi UIN, Jakarta, 2008.
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1997), h. 10.
(58)
b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak berencana dan tidak sistematis di lingkungan keluarga disebut pendidikan informal.
c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal disebut pendidikan nonformal.
Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan mencakup beberapa aspek yaitu27:
a. Peningkatan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan analisis, kreatifitas, dan visioner).
b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan, dan tanggung jawab).
c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).
d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketenteraman dari terlindungnya martabat dan harga diri).
e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat berprestasi, sadar, pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan dengan pendidikan, tidak hanya pendidikan dalam arti sempit sekolah tetapi juga dalam arti luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Karena
27
M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 136.
(59)
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembudayaan sikap, watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini. Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti kelakuan, keimanan, disipllin, akhlak, dan etos kerja serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa.
2. Status Marital
Status adalah keadaan atau kedudukan orang, badan, dan sebagainya berhubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sedangkan marital adalah sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan atau kedudukan perkawinan. Pernikahan itu sendiri adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari Bahasa Arab yaitu kata nikkah (bahasa Arab: حاكنلا ) yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam Bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: حاكن) yang berarti persetubuhan.
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir
Wanita karir terdiri dari dua kata, yaitu wanita dan karir. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “wanita” berarti perempuan dewasa.28 Sedangkan
28
WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 447.
(60)
“karir” berarti perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan pekerjaan dengan jabatan dan sebagainya.29
Menurut Hafiz Anshory wanita karir adalah wanita yang menekuni salah satu atau beberapa pekerjaan dengan keahlian tertentu yang dimiliki atau untuk mencapai kemajuan hidup, pekerjaan, atau jabatan.30 Wanita karir juga didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti bidang usaha, perkantoran dan sebagainya dilandasi pendidikan keahlian seperti keterampilan, kejujuran dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai kemajuan.31
Karir dapat juga diartikan sebagai urutan-urutan status yang diiringi oleh peningkatan prestasi seseorang. Wanita yang berkarir adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan karir. Pada umumnya wanita karir adalah wanita yang berpendidikan cukup tinggi dalam pekerjaannya, yang cukup berhasil dalam berkarya.32
Jadi, suatu pekerjaan baru dapat dikatakan karir apabila pekerjaan itu diperoleh berdasarkan pendidikan khusus atau keterampilan dan merupakan suatu program tetap yang membutuhkan keseriusan dan pengembangannya. Di sini yang paling menentukan adalah adanya keahlian tertentu yang dimiliki dan
29
Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h. 207.
30
Hafiz Anshory AZ, Ihdad Wanita Karir dan Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 2.
31 Siti Muri’ah, Wanita Karir dalam Bingkai Islam. (Bandung: Angkasa), h. 29. 32
Atho Mudzar, dkk. Wanita dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), h. 302.
(61)
tidak bersifat sampingan, yakni merupakan pekerjaan tetap dan memiliki ambisi maju dalam pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas, wanita karir mempunyai gambaran tersendiri seperti yang diungkapkan Hafiz Anshory, bahwa wanita karir memiliki ciri-ciri sebagai berikut33:
a. Wanita yang aktif untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan profesional sesuai
dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, ketentaraan, pendidikan maupun pendidikan lainnya.
c. Bidang-bidang yang ditekuni wanita karir dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan atau jabatan dan sebagainya.
(62)
46
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah field research dan
library research. Field research adalah pengumpulan data dilakukan secara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Library research adalah pengumpulan data dengan memberikan teori mengenai konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Penulis mengumpulkan artikel-artikel ilmiah dan buku-buku yang relevan untuk menunjang penelitian yang penulis lakukan.
1. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif pada penelitian ini. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka.1 Penggunaan angka ini mulai dari penafsiran, penampilan serta hasil penelitiannya. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi dan situasi yang terjadi di masyarakat.
1
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta, PT. Rajawali Pers, 2008), h. 100.
(1)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.887 .873 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
c1 4.4333 .50401 30
c2 4.1667 .53067 30
c3 3.8000 .66436 30
c4 3.7000 .59596 30
c5 3.6000 .72397 30
c6 3.4333 .81720 30
c7 4.0667 .44978 30
c8 3.6000 .89443 30
c9 3.3333 .80230 30
(2)
Inter-Item Correlation Matrix
c1 c2 c3 c4 c5 c6 c7 c8 c9 c10
c1 1.000 .365 .268 .218 .113 .031 .172 .015 -.028 -.081
c2 .365 1.000 .685 .273 .269 .305 -.048 .363 .270 .096
c3 .268 .685 1.000 .627 .617 .483 .277 .615 .582 .508
c4 .218 .273 .627 1.000 .751 .489 .206 .414 .577 .806
c5 .113 .269 .617 .751 1.000 .594 .191 .596 .594 .720
c6 .031 .305 .483 .489 .594 1.000 .106 .859 .824 .700
c7 .172 -.048 .277 .206 .191 .106 1.000 .240 .127 .318
c8 .015 .363 .615 .414 .596 .859 .240 1.000 .865 .640
c9 -.028 .270 .582 .577 .594 .824 .127 .865 1.000 .764
c10 -.081 .096 .508 .806 .720 .700 .318 .640 .764 1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
c1 33.3000 22.079 .132 .404 .902
c2 33.5667 20.737 .402 .650 .889
c3 33.9333 18.271 .748 .803 .867
c4 34.0333 18.930 .709 .860 .871
c5 34.1333 17.913 .738 .699 .867
c6 34.3000 17.114 .766 .822 .865
c7 33.6667 21.747 .241 .448 .896
c8 34.1333 16.395 .796 .893 .863
c9 34.4000 17.007 .803 .863 .862
c10 34.1333 18.120 .764 .889 .866
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(3)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.858 .880 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
d1 4.1333 .57135 30
d2 3.7333 .58329 30
d3 3.2667 .63968 30
d4 4.0333 .49013 30
d5 3.2000 .76112 30
d6 4.0667 .44978 30
d7 3.9000 .54772 30
d8 3.7667 .62606 30
d9 3.4000 .93218 30
(4)
Inter-Item Correlation Matrix
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10
d1 1.000 .628 .371 .722 .174 .769 .485 .476 .220 .595
d2 .628 1.000 .290 .515 .435 .596 .561 .485 .457 .191
d3 .371 .290 1.000 .301 .170 .296 .177 .161 .278 .169
d4 .722 .515 .301 1.000 .259 .928 .527 .588 .272 .532
d5 .174 .435 .170 .259 1.000 .363 .380 .318 .661 .035
d6 .769 .596 .296 .928 .363 1.000 .588 .547 .345 .573
d7 .485 .561 .177 .527 .380 .588 1.000 .835 .689 .257
d8 .476 .485 .161 .588 .318 .547 .835 1.000 .520 .243
d9 .220 .457 .278 .272 .661 .345 .689 .520 1.000 .104
d10 .595 .191 .169 .532 .035 .573 .257 .243 .104 1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
d1 33.4333 15.357 .682 .739 .836
d2 33.8333 15.385 .658 .589 .837
d3 34.3000 16.562 .339 .235 .862
d4 33.5333 15.706 .718 .901 .836
d5 34.3667 15.413 .459 .571 .855
d6 33.5000 15.707 .793 .924 .833
d7 33.6667 15.264 .741 .846 .832
d8 33.8000 15.131 .660 .778 .836
d9 34.1667 13.868 .576 .724 .849
d10 33.5000 15.776 .376 .484 .864
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(5)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.886 .874 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
e1 3.7667 .67891 30
e2 3.6000 .89443 30
e3 3.7000 .98786 30
e4 3.5667 .97143 30
e5 3.5333 .68145 30
e6 3.1000 .48066 30
e7 3.6667 .66089 30
e8 3.9333 .69149 30
e9 3.4667 1.00801 30
(6)
Inter-Item Correlation Matrix
e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 e9 e10
e1 1.000 .239 .252 .155 -.094 .074 -.026 .186 .215 .262
e2 .239 1.000 .874 .786 .475 .497 .350 .234 .520 .453
e3 .252 .874 1.000 .794 .604 .574 .370 .374 .665 .625
e4 .155 .786 .794 1.000 .674 .244 .412 .418 .601 .571
e5 -.094 .475 .604 .674 1.000 .147 .408 .298 .428 .318
e6 .074 .497 .574 .244 .147 1.000 .000 -.083 .327 .370
e7 -.026 .350 .370 .412 .408 .000 1.000 .629 .397 .370
e8 .186 .234 .374 .418 .298 -.083 .629 1.000 .739 .737
e9 .215 .520 .665 .601 .428 .327 .397 .739 1.000 .928
e10 .262 .453 .625 .571 .318 .370 .370 .737 .928 1.000
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
e1 31.8667 31.430 .209 .239 .899
e2 32.0333 26.033 .728 .860 .866
e3 31.9333 24.202 .854 .892 .855
e4 32.0667 24.961 .781 .822 .862
e5 32.1000 29.059 .539 .654 .880
e6 32.5333 31.292 .364 .656 .889
e7 31.9667 29.689 .466 .565 .885
e8 31.7000 28.631 .591 .820 .877
e9 32.1667 24.420 .808 .902 .859
e10 32.3333 24.920 .769 .915 .863
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items