PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET TERHADAP P

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat akhir-akhir ini mendapat sambutan positif di masyarakat. Berbagai layanan masyarakat sudah mengimplementasikan ICT ( Information and Communication Technology ). Dalam dunia bisnis dikenal dengan istilah e-business atau e-commerce , di dunia pemerintahan dikenal dengan istilah e-government dan bagi dunia pendidikan dikenal dengan istilah e- learning . Departemen Pendidikan Nasional sebagai organisasi yang berfungsi mengelola pendidikan di Indonesia menyambut baik perkembangan ICT dengan memasukkan kurikulum yang bernuansa pengenalan teknologi informasi dan komunikasi, terutama di jenjang pendidikan menengah. Respon ini menunjukkan bahwa Departemen Pendidikan Nasional memperhatikan perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi yang sedang mengalami kemajuan pesat. Kebijakan ini bertujuan agar siswa memiliki bekal kemampuan untuk mengenal, memahami, dan berinteraksi dengan dunia teknologi informasi dan komunikasi, sehingga kelak pada saat lulus tidak buta sama sekali dengan dunia teknologi informasi dan komunikasi yang ada di masyarakat.

SMA sebagai salah satu lembaga pendidikan perlu membekali siswa dan lulusannya dengan keterampilan yang memadai termasuk kompetensi ICT. Tuntutan yang harus dilaksanakan sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menghadapi berbagai kendala yang tidak sederhana. Masalah utama yang seringkali dihadapi oleh pihak sekolah dan guru adalah keterbatasan sarana prasarana, sumber daya manusia dan sumber belajar.

Tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru dan sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menghadapi berbagai kendala yang tidak sederhana. Masalah utama yang seringkali dihadapi oleh pihak sekolah dan guru adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya fisik, sumber daya manusia maupun sumber belajar berbasis teknologi komputer dan telekomunikasi.

Berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, terutama pemanfaatan internet sebagai media alternatif pembelajaran, sekolah perlu melakukan analisis kebutuhan, penyiapan kebutuhan yang diperlukan, perancangan model pembelajaran serta pengembangannya.

Untuk dapat menggunakan internet seefektif mungkin dalam proses pembelajaran di kelas, ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh guru Fisika, yaitu:

1. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator seperti yang diamanatkan oleh KTSP.

2. Memilih strategi dan model pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk belajar secara sendiri atau berkelompok dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang bervariasi, bukan hanya mengandalkan guru sebagai salah satu sumber belajar bagi mereka, terlebih bagi siswa kelas XII IPA yang pada akhir tahun harus menghadapi Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu penentu kelulusan mereka dari SMA.

3. Guru berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan proses yang dapat melibatkan aktivitas siswa sehingga terjadi proses belajar yang bermakna dan tuntas yang memungkinkan siswa betul-betul menguasai permasalahan yang dipecahkan bersama.

4. Untuk dapat lebih memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator dan mediator, maka sebaiknya guru dalam proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yang telah dirancang atau didesain sedemikian rupa untuk dapat dijalankan dengan media komputer.

Disamping merancang bahan ajar sendiri, guru juga dapat memilih bahan ajar yang telah dirancang oleh institusi lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya dengan cara membuka situs Internet yang tersambung ke komputer tersebut.

Penggunaan Komputer sebagai media pembelajaran memiliki format penyajian yang terdiri atas:

1) tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan, 2) tutorial intelijen, dalam tutorial ini ada dialog antara siswa dan komputer , 3) practice , disini komputer digunakan sebagai alat untuk melatih siswa mengerjakan soal-soal latihan dari bank soal yang tersedia di situs internet yang dapat diakses menggunakan komputer dimana saja tidak mesti di ruang kelas, dan 4) simulasi, memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan (Arsyad Azhar, 1997:4).

Komputer juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang dikenal dengan metode Computer Asssisted Learning (CAL). Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana komputer diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan yang terstruktur sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan dalam kurikulum tiap-tiap mata pelajaran.

Metode CAL digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa akan diproses secara elektronik dan dalam beberapa detik siswa sudah dapat mengetahui jawaban atau umpan balik jawaban tersebut. Dalam hal ini metode CAL dapat membuat siswa maju dalam penguasaan materi yang dipelajarinya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya.

Berdasarkan kegunaan komputer seperti yang telah diuraikan di atas, maka sudah sepantasnya komputer dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu pemercepatan proses pembelajaran fisika baik di kelas dalam bentuk program pembelajaran terstruktur maupun di luar kelas dalam bentuk program pembelajaran mandiri. Apabila hal ini yang ditempuh oleh Berdasarkan kegunaan komputer seperti yang telah diuraikan di atas, maka sudah sepantasnya komputer dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu pemercepatan proses pembelajaran fisika baik di kelas dalam bentuk program pembelajaran terstruktur maupun di luar kelas dalam bentuk program pembelajaran mandiri. Apabila hal ini yang ditempuh oleh

Saat ini keberadaan internet belum umum dan belum banyak dipilih oleh para guru untuk digunakan secara rutin dan maksimal bagi keperluan pembelajaran. Padahal ada banyak situs di Internet yang dapat digunakan bagi keperluan pembelajaran fisika baik sebagai media pembelajaran, sumber belajar maupun sebagai tutorial mandiri. Sebagai contoh ; www.invir.com, www.e-dukasi.net, www.scribd.com, www.id.wordpress.com/tag/soal-soal/ , dan lain-lain.

Oleh karena itu penulis mencoba mempopulerkan penggunaan internet bukan hanya sebagai ajang mencari berbagai informasi, tetapi lebih dititikberatkan pemanfaatannya sebagai media pembelajaran baik di kelas maupun di luar sekolah. Untuk mengetahui seberapa efektif internet dapat meningkatkan hasil belajar fisika, maka perlu dilakukan penelitian melalui proses survey yang berhubungan dengan pembelajaran fisika dan peneliti

tertarik untuk melalukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pemanfaatan Internet Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Fisika pada Kelas XI SMA Negeri I Sigli”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Adakah pengaruh pemanfaatan internet terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika pada kelas XI SMA Negeri I Sigli”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan internet terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika pada kelas XI SMA Negeri I Sigli.

1.4 Anggapan dasar

Anggapan dasar merupakan landasan yang akan dipakai dalam melaksanakan suatu penelitian. Ungkapan dalam anggapan dasar berupa pernyataan-pernyataan yang sudah dinyatakan benar dan tidak ada sanggahan-sanggahan dari pihak-pihak lain. Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Internet merupakan salah satu media pembelajaran.

2. Pada kelas XI SMA I Sigli diajarkan mata pelajaran Fisika

3. Materi pelajaran fisika saat ini banyak dimuat di dalam internet.

1.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban, pendapat atau dugaan yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa adanya pengaruh positif dari pemanfaatan internet terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika pada kelas XI SMA Negeri I Sigli.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang pemanfaatan salah satu media pembelajaran yang interaktif dan mandiri yaitu internet dan hubungannya terhadap prestasi dalam proses pembelajaran fisika disekolah.

1.7 Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan diberi batasan sebagai berikut:

1. Internet adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan saling hubungan antar jaringan-jaringan komputer yang disebut sebagai “antar-jaringan besar” yang terorganisasi longgar menghubungkan antara universitas-universitas, institusi-institusi riset, pemerintah, bisnis-bisnis serta organisasi lainnya sehingga mereka dapat saling tukar-menukar pesan serta saling berbagi informasi.

2. Media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih kongkrit.

3. Prestasi Belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam rapor di setiap akhir siklus pembelajaran.

1.8 Manfaat Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, diharapkan akan bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi siswa, Internet memiliki dampak positif yang sangat besar apabila dipergunakan dengan benar. Pemanfaatan internet sebagai salah satu media pembelajaran di harapkan dapat menunjang prestasi siswa.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan untuk guru agar dapat dipergunakan sebagai salah satu metode pembelajaran mandiri.

3. Bagi pihak sekolah terutama SMA Negeri 1 Sigli, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan terhadap siswa dalam pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran.

4. Sebagai salah satu masukan kepada orang tua murid bahwasanya internet tidak selalu berbau hal-hal negatif tetapi banyak pembelajaran positif yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan prestasi siswa.

5. Bagi peneliti, untuk pengembangan wawasan dan profesionalisme dibidang kependidikan.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar didefinisikan sebagai suatu proses perubahan perilaku individu sebagai akibat pengalaman dari tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Belajar merupakan kegiatan setiap orang untuk menerima, menanggapi dan menganalisa setiap kejadian. Belajar akan berjalan dengan baik apabila ia mengalami suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dapat diamati dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama.

Hamalik (2002:27) menyatakan bahwa: “(1) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

( learning is define as modification or stengthening of behavior of through experiencing ); dan (2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan”.

Perubahan tingkah laku dalam belajar itu diperoleh melalui pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003:3) berikut ini:

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.

Perubahan- perubahan dalam diri siswa tersebut dalam konteks belajar: “dapat bersifat fungsional struktural, material dan tingkah laku yang disengaja, positif dan efektif, dimana perubahan itu bermakna dalam diri si pelajar dan pengetahuan dari belajar tersebut dapat

direproduksi dan dipergunakan untuk pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan mapun penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan kelangsngan hidupnya.

Menurut Slameto (2003:3): “Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun

jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seorang merupakan perubahan dalam arti belajar, melainkan perubahan tingkah laku dalam belajar itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Perubahan terjadi secara sadar, (2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional, (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya dalam perbuatan belajar, (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku”

Jadi belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sikap, kemampuan dan keterampilan.

2.1.2 Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Menurut Rohani, Sumber belajar ( Learning Resources ) adalah macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. (Rohani, 1997:102).

Menurut Ahmad Sudrajat (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/04/15), Secara garis besar terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Dalam hal ini, media merupakan salah satu sumber belajar yang paling banyak memberikan pengetahuan dan pengaruh terhadap pola fikir siswa baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa tersebut.

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung- ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi.

Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.

Demikian pula, saat ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa diharapkan untuk dapat mengakses internet sebagai pendukung sumber belajar yang sudah ada.

2.1.3 Manfaat Sumber Belajar

Karti Soeharto (2003:77) menjelaskan secara rinci manfaat sumber belajar sebagai berikut :

“a. Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit dan langsung.

b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan.

c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas

d. Dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru

e. Dapat membantu memecahkan masalah baik dalam lingkup makro maupun dalam lingkup mikro

f. Dapat memberikan motivasi positif

g. Dapat merangsang untuk berpikir lebih kritis, merangsang untuk bersikap lebih positif dan merangsang untuk berkembang lebih jauh.”

Sejumlah manfaat sumber belajar tersebut, dapat membantu siswa dalam melakukan proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan adanya sumber belajar, hal-hal baru yang belum diketahui oleh seorang siswa akan menajdi sebuah pengetahuan baru sehingga dapat merangsang cara berpikir siswa untuk lebih berkembang, lebih kritis dan positif.

Menurut Ahmad Sudrajat (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/04/15), manfaat Sumber belajar adalah untuk:

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.

2.1.4 Pembelajaran

Menurut Robbins, Stephen P. (2007:69-79), Pengertian pembelajaran adalah: “Setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari

pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tet api tidak pembelajaran itu sendiri”.

Konsep dari pembelajaran adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diobservasi, seperti yang diungkapkan oleh McGehee, W. (1958:2): “Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu berperilaku

dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya”.

Berkaintan dengan proses pendidikan formal, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Aqib, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib, 2002:41).

Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja.

Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif dan menyenangkan bagi siswa apabila guru dapat mengkombinasikan materi dan penggunaan media yang tepat.

2.1.5 Mengajar

Mengajar berasal dari bahasa Yunani “ didoskein ”, yang berarti pengajaran atau “ didaktos ” yang berarti pandai mengajar atau “ didaktik ”. Di Indonesia “ didaktik ” berarti ilmu

mengajar. Karena didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik, pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Roestiyah (2001 :13) mengemukakan bahwa :

“Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”. Jadi dalam pengajaran, siswa yang mengalami proses belajar “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”. Jadi dalam pengajaran, siswa yang mengalami proses belajar

Bertolak dari pengertian di atas, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh hasil yang telah dicapainya. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut, ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatiannya pada tingkah laku guru sebagai organisator proses belajar mengajar. Maka timbulah prinsip-prinsip didaktik atau azas-azas mengajar, yaitu kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar lebih berhasil dalam mengajar. Jadi, dalam uraian ini yang dimaksud azas-azas didaktik ialah prinsip-prinsip, kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru secara maksimal, agar lebih berhasil.

Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat teacher centered . Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa. Pelajaran serupa ini disebut intelektualistis.

Sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik. Definisi kedua ini hampir sama maksudnya dengan definisi pertama. Tentu saja yang diinginkan adalah agar anak mengenal kebudayaan bangsa, kebudayaan suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu diharapkan agar anak didik tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi juga ikut memperkaya kebudayaan tersebut dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa mengalami perubahan.

Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak

Dengan demikian, sesungguhnya kunci proses belajar-mengajar itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif. Berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbale-balik personal anak dengan lingkungan. Anak didik dapat berinteraktif dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial.

Tiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta. didik. Yang dimaksud dengan pola laku adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya mengamati, menganalisis, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani. yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Umumnya rnanusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin dan terpadu.

Di samping menumbuhkan dan menyempumakan pola laku, pengajaran juga menumbuhkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa atas cara yang lebih mudah, tanpa memeras atau memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia, baik rohani maupun jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.

Dalam hal ini mengajar merupakan salah satu perilaku memberikan ilmu oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dalam bidangnya kepada orang lain secara langsung melalui media pembelajaran.

2.1.6 Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seorang dalam mengikuti proses belajar atau hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan yang terjadi biasanya perubahan yang terarah dan bertujuan, yaitu untuk mencapai sesuatu yang baik dan baru sebelumnya.

Menurut Hamalik (2002:31) :, “Prestasi belajar adalah tingkah laku baru yang timbul, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, timbul pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesanggupan, menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional

dan perubahan jasmaniah”.

Pendapat di atas, mengungkapkan bahwa hasil belajar yang dicapai seseorang dapat digolongkan menjadi empat, yaitu pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku yang terjadi akibat proses pembelajaran dinyatakan sebagai salah satu kriteria keberhasilan belajar. Secara implisit pernyatan ini menunjukkan bahwa

perubahan tingkah laku dalam diri siswa merujuk pada pengertian “hasil belajar”. Prestasi belajar adalah: “kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” (Sudjana, 1992:78).

Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan pendidikan yang ditempuh. Hal tersebut merupakan ukuran kemampuan yang dinyatakan dalam bentuk perolehan skor belajar. Pernyataan ini bersesuaian dengan definisi Purwadarminta dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa : “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes, atau angka yang

diberikan guru “. Nilai tes yang diberikan guru merupakan bukti institusional yang dapat diketahui

sesuai dengan proses belajar mengajar. Ukurannya adalah skor yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran (Muhibbin, 1995:196). Dari beberapa definisi mengenai belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, Prestasi belajar mengandung pengertian sebagai suatu sesuai dengan proses belajar mengajar. Ukurannya adalah skor yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran (Muhibbin, 1995:196). Dari beberapa definisi mengenai belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas, Prestasi belajar mengandung pengertian sebagai suatu

Evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa setelah siswa menjalani proses pembelajaran di kelas meliputi tiga ranah menurut Taxonomi Bloom yaitu: 1) Ranah kognitif (pemahaman), meliputi: pengetahuan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranah afektif (sikap dan perilaku), meliputi: menerima, tanggapan, menilai, mengorganisasi dan karakteristik. 3) Ranah psikomotorik (keterampilan), yakni suatu keterampilan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan.

Pengukuran untuk mengetahui prestasi belajar tersebut dapat dilakukan dalam bentuk ujian lisan, kuis, ulangan harian, pekerjaan rumah, ulangan semester, dan ujian akhir atau biasa disebut Ujian Nasional (UN). Dari uraian di atas hakikat “Prestasi Belajar” adalah skor

yang diperoleh siswa yang diukur melalui suatu teknik evaluasi terhadap ranah kognitif, afketif dan psikomotorik.

2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Slameto (2003: 54-71), mengemukan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. Secara garis besarnya terdiri atas dua faktor utama, yaitu faktor internal yang terdiri atas faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan.

Menurut Mudzakir dan Sutrisno (1997: 155-168) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua faktor yaitu, faktor intern (faktor dalam diri manusia) dan faktor ekstern (faktor dari luar manusia). Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Faktor intern (faktor dalam diri manusia). Faktor ini meliputi:

a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:

1) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.

2) Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek,

mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

3) Karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :

a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.

b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya. Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).

b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) Faktor psikologi meliputi:

1) Intelegensi Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong 1) Intelegensi Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong

2) Bakat Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah.

3) Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara aak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

4) Motivasi Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas 4) Motivasi Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas

5) Faktor kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah- masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi :

a. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain :

1) Perhatian Orang tua Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.

2) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.

3) Hubungan antara anggota keluarga Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

b. Lingkungan Sekolah Yang dimaksud sekolah, antara lain :

1) Guru, yang meliputi : Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.

2) Faktor alat Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.

3) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;

a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk ruangan

b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor

c) Lantai tidak becek, licin atau kotor

d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.

c. Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)

1) Faktor mas media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar, majalah, buku-buku, komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

2) Lingkungan sosial

a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.

b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.

c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

Jadi, dari penjelasan tersebut, penggunaan media Interaktif sebagai alat pelajaran merupakan salah satu di antara faktor eskternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

2.2 Media Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal- hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal- hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program

Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan teus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan sumber belajar satu-satunya bagi siswa. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru lebih berfubgsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam Kegiatan Belajar mengajar.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar.

Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. (www.aitech.ac.JP/-iteslj)

Selanjutnya (Aqib, 2002:58) menyatakan bahwa media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih kongkrit. Pengajaran dengan menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata- kata. Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti bagi siswa.

Miarso (1984:48), menyimpulkan bahwa (a) media merupakan wadah dari pesan oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat di tangkap oleh panca indra yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi dalam kegiatan belajar.

2.2.2 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Secara umum ada tiga ciri utama media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya adalah sebagaimana dikemukakan oleh Arsyad (1997, 12-13), yaitu:

“1. Ciri fiksatif ( fixative property ), yang menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan menkonstruksi sesuatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, disket komputer dan film.

2. Ciri manipulatif ( manipulative property ), transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena memiliki ciri manipulatif seperti gambar 3 dimensi.

3. Ciri distributif ( distributive property ), yang memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan berdasarkan ciri- ciri tersebut”.

Berdasarkan penjelasan diatas, penggunaan media mampu membantu guru untuk mentransformasikan ilmu atau pengetahuan baru yang belum pernah didapatkan dan bahkan belum pernah dilihat sama sekali oleh panca indra siswa. Dengan bantuan media, guru akan lebih mudah menyajikan materi pembelajaran kepada seluruh siswa secara bersamaan dan para siswa juga menangkap penjelasan guru tersebut dalam waktu yang bersamaan.

Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus dapat memberikan dan meningkatkan motivasi siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa untu mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin maka semakin baik pula media tersebut.

2.2.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Jenis dan jumlah media banyak sekali, untuk mempermudah mengenalinya, maka ada beberapa ahli melakukan pengelompokan media belajar seperti dalam Sadiman dkk (1996:21) yang mengelompokkan media didasarkan pada bentuk, suara dan gerak, yaitu sebagai berikut :

“a. Media audio visual gerak yang menampilkan suara, gambar, garis, simbol dan gerak.

b. Media audio visual diam yang menampilkan suara, gambar, garis dan symbol.

c. Media audio semi-gerak yang menampilkan garis, simbol, dan gerak.

d. Media visual gerak yang menampilkan gambar, garis, simbol, dan gerak.

e. Media visual diam yang menampilkan gambar, garis, dan symbol.

f. Media semi gerak yang menampilkan garis, simbol dan gerak.

g. Media audio yang menampilkan suara saja dan media cetak yang menampilkan simbol saja.”