PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Penulisan Hukum ( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

BINUGRAHI ADI WIGUNA NIM. E1105054 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Oleh Binugrahi Adi Wiguna NIM. E1105054

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010 Dosen Pembimbing

Pius Triwahyudi, S.H.,MSi. NIP. 195602121985031004

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA

Oleh Binugrahi Adi Wiguna

NIM. E1105054

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada:

Hari

: Kamis : 22 April 2010 Tanggal

DEWAN PENGUJI

1 Purwono Sungkowo Raharjo, SH. :.................................. Ketua

2 Lego Karjoko, S.H., MH. :.................................. Sekretaris

3 Pius Triwahyudi, S.H.,MSi. :.................................. Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum NIP 196109301986011001

iv

PERNYATAAN

Nama : Binugrahi Adi Wiguna NIM : E1105054

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT

WIJAYA KARYA adalah betul-betul krya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang diperoleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2010

yang membuat pernyataan

Binugrahi Adi Wiguna NIM. E1105054

ABSTRAK

BINUGRAHI ADI WIGUNA , E 1105054.2010.PELAKSANAAN

PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA

KARYA.Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif,menemukan hukum in concreto ada tidaknya pelaksanaan jaminan kecelakaan kerja di PT Wijaya Karya. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,dan bahan hukum tersier. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan interpretasi terhadap peristiwa hukum dan untuk memperoleh kesimpulan jawaban digunakan silogisme.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan program jaminan kecelakaan kerja PT. Wijaya Karya diatur melalui Pasal 63 Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Program Jaminan Kecelakaan kerja PT. Wijaya Karya telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, karena kepada masing-masing perusahaan yang bersangkutan diberi keleluasaan dengan manfaat lebih baik untuk menyelenggarakan sendiri program keempat yaitu mengenai pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja

Pada dasarnya pelaksanaan pembayaran dan tata cara pengajuan klaim PT. Wijaya Karya. dalam program jamsostek telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan apabila dibandingkan dengan ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran dan tata cara pengajuan klaim pada PT. Wijaya Karya. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja , maka pelaksanaannya telah sesuai dengan Undang-Undang tersebut.

Kata kunci: Pelaksanaan, Jamsostek, Pekerja

ABSTRACT

BINUGRAHI ADI WIGUNA, E 1105054.2010.PELAKSANAAN WORK ACCIDENT INSURANCE PROGRAM IN PT Wijaya KARYA.Fakultas Law University Eleven in March.

This study aims to determine the responsibility of PT Wijaya Karya to workers who experience accidents and know the procedures for guaranteed delivery by PT Jamsostek work placea accidents workers of PT Wjaya Karya.

This study is a descriptive normative law, found the law in concreto whether there is any guarantee of work accidents in the implementation of PT Wijaya Karya. Types of data used are secondary data. Secondary data sources used include the primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal material. Techniques of data collection used were interviews and literature study. Data analysis was carried out with the legal interpretations of the events and to obtain answers tou sesyllogistic conclusion.

Based on this study result that the implementation of occupational accident insurance program of PT. Wijaya Karya governed by Article 63 of the Collective Labor Agreement (CLA). Accidents Insurance Program PT. Wijaya Karya has been in accordance with applicable regulations, ie, Law No. 3 of 1992, due to each company is given the flexibility with better benefits for their own conduct that is the fourth program of health care services for workers. .

Basically, the implementation of payment and procedure for filing claims of PT. Wijaya Karya. in employees' social security programs are in compliance with applicable regulations, namely Government Regulation No. 14 of 1993 on Organizing programs Labor and Social Security when compared with provisions regarding the implementation of payment and procedure for filing claims at. Wijaya Karya. Government Regulation Number 14 Year 1993 concerning Organizing Workers Social Security Program, the implementation is in accordance with the Act. .

Keyword: Implementation, Social Security, Workers

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Pius Triwahyudi,S.H. MSi selaku Pembimbing penulisan skripsi yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

3. Ibu Gayatri Dyah Surobowati,S.H,.M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.

5. Bagian Personalia PT. Wijaya Karya yang telah memberikan data dan informasi kepada penulis selama mengadakan penelitian.

6. Keluarga besarku (Bapak, Ibu, eyang, ganjar,dito,dewi,budhe cunil,vina,siti) untuk semangat dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

7. Buat sayang ku tercinta Siti Nurhayati yang selama ini selalu menemaniku dan memberikan semangat dan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat teman-teman seperjuanganku angkatan 2005.

9. Teman-teman futsal yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal budi baik yang disumbangkan kepada penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini.

Akhir kata semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta ilmu pengetahuan hukum.

Surakarta, Maret 2010 Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Ijin Penelitian Lampiran II. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Sosial Tenaga Kerja Lampiran III. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan

Jamsostek

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naluri manusia untuk selamat dan sehat dalam melakukan aktifitasnya terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan serta keanekaragaman penyebab kecelakaan dalam melaksanaan suatu pekerjaan. Ketika suatu pekerjaan dilakukan secara sendiri-sendiri tidaklah terlalu sulit untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan akan tetapi lain halnya apabila pekerjaan itu dilakukan secara berkelompok di suatu tempat dalam waktu yang bersamaan.

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dan dituntut dapat berpartisipasi dan berperan aktif bersama pengusaha dalam upaya menuju perbaikan dan peningkatan taraf hidup bangsa dengan jalan meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

Peningkatan produksi dan produktifitas kerja serta kelangsungan kegiatan usaha secara kesinambungan hanya dimungkinkan apabila telah terbentuk suatu hubungan kerja yang dinamis, harmonis, selaras, serasi dan seimbang antara pengusaha dan pekerja sehingga tercipta ketenangan usaha dan ketenangan kerja sesuai asas hubungan industrial yang terbuka, transparan dan komunikatif.

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemiliharaan dan peningkatan kesejahtraannya, sehingga pada gilirannya akan dapat maningkatkan produktivitas nasional.

Dalam kaitannya dengan apa yang diuraikan diatas penyelenggaraan perlindungan tenaga kerja yang kerap kali menjadi perhatian oleh publik atau menjadi sorotan adalah jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK.) Sesuai dengan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, bahwa penyelenggara program Jamsostek ini diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. Jamsostek (persero), dan PT Jamsostek dalam rangka melaksanakan tugasnya lebih mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka peningkatan dan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.

Perkembangan dari sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimulai pada tahun 1700 SM oleh Raja Hamurabi di Kerajaan Babylonia yang membuat Undang- undang yang menyatakan bahwa : “Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut harus dibunuh”.

Untuk menanggulangi resiko-resiko tersebut, Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja mengatur pemberian jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Menurut data kepesertaan dan realisasi pembayaran pada PT. Jamsostek menunjukkan sampai dengan bulan tahun 2009 kepesertaan dalam program Jamsostek adalah :

KEPESERTAAN (TENAGA KERJA) PROGRAM JAMSOSTEK

PERIODE: 2006 - 2008

2006 Program JKK,JHT,JK

23.729.950 23.081.367 Program Jasa Konstruksi

3.332.959 2.681.635 Program JPK

1.621.175 1.412.352 Sumber data: http://www.jamsostek.co.id/realisasipembayaran.html>

REALISASI PEMBAYARAN JAMINAN PT JAMSOSTEK (PERSERO) PERIODE: 2004 - 2008

Jaminan Kecelakaan Kerja Audited 2008

192,461,450,125 Sumber data: http://www.jamsostek.co.id/realisasipembayaran.html>

Data di atas mengindikasikan bahwa perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja perlu sangat di perhatikan oleh pengusaha. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial.

Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34 ayat 2, di mana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan Amandemen tersebut, yang kini berbunyi : "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan. Jamsostek atau jaminan sosial tenaga kerja adalah program pemerintah, untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja, guna menjaga harkat dan mertabatnya sebagai manusia, dalam mengatasi risiko-risiko yang timbul di dalam hubungan kerja. Jamsostek memberi kepastian jaminan dan perlindungan terhadap risiko sosial-ekonomi, yang ditimbulkan kecelakaan kerja, cacat, sakit, hari tua.

Dengan beralihnya kegiatan perekonomian dunia ke revolusi industri yang diawali di Prancis pada abad ke-18, yang juga merubah pemikiran manusia dari bekerja secara sendiri-sendiri menjadi bekerja

berkelompok, menuntut pengembangan pemikiran untuk menjaga dan memelihara keselamatan dan kesehatan karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan karena : “Pekerja yang sehat dan produktif menjadi aset strategis. Bukan hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Hubungan kerja tentunya membutuhkan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan . PT. Wika yang merupakan salah satu pabrik Insulators di Indonesia tentunya juga ingin meningkatkan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan

hal ini bentuk perlindungan,pemeliharaan. dan peningkatan pekerja pada PT. Wika diselenggarakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) demi peningkatan produktivitas kerja dan peningkatan kesejahtraan pekerjanya.

Pada awalnya tidak ada langkah yang diambil untuk mengurangi kecelakaan kerja, karena apabila kecelakaan kerja maka pengusaha mempekerjakan tenaga baru untuk pekerjaan tersebut. Lama kelamaan seiring ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, maka membiarkan korban tanpa menanggung kerugian bagi si-pekerja Pada awalnya tidak ada langkah yang diambil untuk mengurangi kecelakaan kerja, karena apabila kecelakaan kerja maka pengusaha mempekerjakan tenaga baru untuk pekerjaan tersebut. Lama kelamaan seiring ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, maka membiarkan korban tanpa menanggung kerugian bagi si-pekerja

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis berusaha untuk menyusun penelitian hukum dengan judul “PELAKSANAAN PROGRAM

JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah perlu diadakan sebelum melangkah ke penelitian lebih lanjut, sehingga tidak akan menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam serta bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian uraiannya terbatas pada hal atau masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah yang telah dikenakan diatas sekiranya, maka perlu dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas. Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja?

2. Bagaimana Prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang hendak dicapai agar penelitian tersebut dapat membawa manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain. Dalam penelitian kali ini, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetehui tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

b. Untuk mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

c. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum

D. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan yang jelas, setiap penelitian juga tidak terlepas dari manfaat apa yang akan diperoleh dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis:

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya

c. Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa

2. Manfaat Praktis

a. Penulis berharap bahwa dari penelitian yang dilakukan dapat memberi manfaat dan suatu sumbangan yang nantinya berguna bagi pemerintah dan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut.

b. Hasil penelitian ini diharapakan dapat membantu memberi masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah-masalah ketenagakerjaan.

E. Metode Penelitian

Pemilihan jenis metode tertentu dalam suatu penelitian sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil penelitian nantinya. Suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu kegiatan dan proses penelitian. Metodelogi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya ( Soerjono Soekanto, 2006 : 6 )

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis yang menyangkut masalah kerjanya yaitu cara kerja untuk dapat memahami yang menjadi sasaran penelitian yang bersangkutan, melalui prosedur penelitian dan teknik penelitian (M. Iqbal Hasan, 2002:20)

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif atau penelitian doktrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka (Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001:13-14).

2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian hukum ini, sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian Preskriptif. Penelitian Preskriptif ini diharapkan menghasilkan argumentasi dan konsep sebagai preskripsi yang sudah mengandung nilai dan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang mana untuk mrmberikan saran yang seharusnya berhubungan dengan penelitian ini (Soerjono Soekanto, 1986 (Cet III)).

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini adalah pendekatan dengan Perundang –undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang – undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi focus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Untuk itu penelitian harus melihat hukum sebagai system tertutup yang mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :

a. Comprehensive artinya norma – norma hukum yang ada didalamnya terkait antara satu dengan yang lain secara logis.

b. All – inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada kekurangan hukum.

c. Systematic bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain, norma – norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis. ( Haryono, op.cit., hlm 3 ) ( Johnny Ibrahim 2006 : 302 - 303 )

4. Jenis Data

Dalam penelitian hukum, data yang digunakan dapat dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan-bahan Dalam penelitian hukum, data yang digunakan dapat dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan-bahan

Berkaitan dengan jenis penelitian yang dilakukan penulis yang merupakan penelitian normatif, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui Studi Kepustakaan atau studi dokumen. Data sekunder didapat dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang terdiri dari dokumen-dokumen, buku-buku literatur, hasil penelitian terdahulu dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu tempat dimana diperoleh data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau materi hukum yang mempunyai kedudukan mengikat secara yuridis, yaitu bisa berupa norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara lain :

a) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

b) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13). Bahan hukum sekunder ini meliputi : jurnal, literatur, buku, koran, laporan penelitian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3) Bahan hukum tersier Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:13). Bahan hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Politik, dan Ensiklopedi.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan, yaitu suatu bentuk pengumpulan data lewat membaca buku literatur, mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen, dan bahan-bahan kepustakaan lain dari beberapa buku-buku referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-teori, media massa seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.dimana beberapa data dimintakan klarifikasi pada:

1. Manager atau badan Personalia PT. Wijaya Karya

2. Pekerja di PT. Wijaya Karya

3. Manager PT Jamsostek

7. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data adalah bagaimana caranya mengolah data yang berhasil dikumpulkan untuk memungkinkan penelitian bersangkutan melakukan analisa yang sebaik-baiknya (Seorjono dan Abdurrahman, 2003: 46). Penulis menggunakan model Silogisme dan model Interpretasi.

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi. Interpretasi mempunyai dua bentuk, yaitu: arti sempit dan arti luas. Interpretasi dalam arti sempit (deskriptif) yaitu interpretasi data yang dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian tersebut. Sedang interpretasi dalam arti luas (analik) yaitu interpretasi guna mencari makna dan hasil penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan intervensi (generalisasi) dari data yang diperoleh denagn teori-teori yang relevan denagn hasil-hasil penelitian tersebut.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapaun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 ( empat ) bab yang tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika keseluruhan penulisan hukum ini adalah sebagi berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan Tinjauan umum tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tinjauan umum tentang Budaya Hukum dan Tinjauan umum tentang Efektifitas Hukum. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan menampilkan bagan kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyajikan pembahasan berupa jawaban atas pertanyaan dalam perumusan masalah, yaitu :

a. Untuk mengetehui tanggung jawab PT Wijaya Karya terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

b. Untuk mengetahui prosedur pemberian jaminan kecelakaan kerja oleh PT Jamsostek terhadap pekerja PT Wijaya Karya.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran penulis atas pembahasan permasalahan tersebut dalam bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber pustaka yang dikutip dan dijadikan bahan pemikiran dalam penulisan hukum ini.

LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

a. Tinjauan Umum pengertian tentang Pekerja Seperti yang kita ketahui dalam dunia kerja terdapat banyak istilah untuk pekerja, seperti: buruh, karyawan, atau pegawai. Namun semua istilah tersebut memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai imbalan (Darwin Prins; 2000 : 20). Namun kali ini penulis hanya membahas beberapa istilah, antara lain.

(1) Pekerja Istilah buruh sangat umum dan terkenal dalam bidang perburuhan sejak zaman belanda, karena peraturan perundang- undangan yang lama menggunakan istilah buruh. Pada zaman belanda yang dimaksud dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebut sebagai “Blue Collar”, sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintahan atau swasta disebut sebagai “White Collar”. Perbedaan yang membawa konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya untuk memecah belah orang-orang pribumi.

Pengertian buruh berbeda dengan pengertian pegawai negeri meskipun keduanya termasuk pengertian tenaga kerja. Adapun beda buruh dengan pegawai negeri dapat diketahui segi hukumnya maupun dari segi peraturan perundangan yang mengaturnya.

Bagi buruh, hubungan hukum antar buruh dengan majikan berdasrkan hubungan hukum keperdataan, artinya hubungan hukum tersebut harus dibuat antara dua pihak yang mempunyai kedudukan perdata. Bagi pegawai negeri, hubungan hukum antara pegawai negeri dengan pemerintah berdasarkan hukum publik.

Dalam hal tertentu yang tercakup dalam pengertian pekerja atau buruh diperluas. dalam hal kecelakaan kerja, dalam Undang- undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja pasal 5 ayat (2), ditentukan bahwa, termasuk tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan kerja ialah :

(a) Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun yang tidak; (b) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan; (c) Narapidana yang dipekerjakan perusahaan. Dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Naional, memberikan pengertian : “Setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain”.

Dalam pasal 1 huruf d Undang-undang No. 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, memberikan pengertian bahwa buruh adalah: “Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dengan menerima upah”.

Untuk melengkapi pengertian atau perumusan buruh ini, perlu dikemukakan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 ini , meskipun dikatakan sebagai sumber utama hukum Ketenagakerjaan Untuk melengkapi pengertian atau perumusan buruh ini, perlu dikemukakan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 ini , meskipun dikatakan sebagai sumber utama hukum Ketenagakerjaan

Istilah pekerja secara yuridis baru ditemukan dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang membedakannya dengan pengertian tenaga kerja. Dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa Tenaga kerja adalah : “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Dari pengertian ini jelaslah bahwa pengertian tenaga kerja sangat luas yakni mencakup semua penduduk dalam usia kerja dalam UU No.13 Tahun 2003 minimal berumur 14 tahun. Dari pasal 1 angka 2 Undang-undang nomor 13 tahun 2003 dapat disimpulkan bahwa buruh adalah : “setiap orang yang melakukan pekerjaan yang dilakukan dalam hubungan kerja yang bertujuan untuk menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Kalimat “didalam hubungan kerja” perlu digaris bawahi karena disinilah letak kuncinya apakah orang itu tenaga kerja atau buruh. Orang itu disebut buruh apabila dia telah melakukan hubungan kerja dengan majikan. Kalau tidak maka dia hanyalah “tenaga kerja”, belum termasuk buruh. Jadi disini tenaga kerja lebih luas daripada buruh, sebab buruh merupakan bagian dari tenag kerja. Tetapi dalam pasal 1 ayat (3) Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

disimpulkan walaupun perumusannya agak berlain-lainan tentang pengertian pekerja, pada

Dengan demikian

dapat dapat

(2) Pengusaha Sebelum istilah pengusaha ada, maka istilah majikan yang digunakan untuk menyebut mereka para pengusaha yang mempekerjakan dan membayar buruh. Sama halnya dengan istilah buruh, istilah majikan itu tidak sesuai dengan konsep di dalam Hubungan Industrial, karena bila kita mendengar kata majikan, maka yang terlintas di dalam pikiran kita adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk menekan buruh agar selalu menurut kepadanya, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu lebih tepat jika disebut dengan Pengusaha.

Sehubungan dengan hal tersebut, perundang-undangan yang lahir kemudian seperti UU No.7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan, UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasioanal.

Undang-undang No. 7 tahun 1981 pasal 1 huruf b memberikan pengertian sebagai berikut : (a) Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan

sesuatu perusahaan milik sendiri; (b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; (c) Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, yang berkedudukan di luar Indonesia.

Dalam pasal 1 angka 15 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Nasioanal, memberikan pengertian Pemberi kerja adalah : “Orang perseorangan atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya”.

Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pengertian pengusaha adalah sebagai berikut : (a) Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu

perusahaan milik sendiri; (b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; (c) Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di indonesia dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah indonesia.

Sedangkan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pengusaha adalah : (a) Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha

milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

(b) Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

(c) Orang atau badan hukum yang indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar indonesia.

Adapun yang dimaksud dengan perusahaan dapat dilihat pada pasal 1 huruf a Undang-undang No.7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan yang berbunyi :

“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan buruh dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.

Dalam pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 memberikan definisi tentang perusahaan adalah : “ Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak milik orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja atau buruh dengan memberi upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa pengertian pengusaha menunjukkan pada orangnya sedangkan perusahaan menunjuk pada bentuk usaha atau orangnya.

Sedangkan pengertian perusahaan dalam pasal 1 angka 6 UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah : (a) setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik

orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

(b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dari pengertian di atas jelaslah bahwa pengertian pengusaha menunjukkan pada orangnya sedangkan perusahaan menunjuk pada bentuk usaha atau orangnya.

Jadi bisa dikatakan bahwa istilah pengusaha adalah yang paling tepat dan pantas digunakan karena memberikan gambaran Jadi bisa dikatakan bahwa istilah pengusaha adalah yang paling tepat dan pantas digunakan karena memberikan gambaran

b. Pengertian Umum Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (1) Pengertian Jaminan sosial Tenaga Kerja Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tyenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,sakit,hamil,bersalin,hari tua, dan meninggal dunia. ( Zulaini Wahab,2001:143 )

Melihat pengertian tersebut perlindungan dalam jaminan sosial tenaga kerja terbagi 2 (Dua), yaitu: (a) Perlindungan bagi pekerja dalam bentuk santunan berupa uang

jaminan (kecelakaan kerja, kematian dan jaminan hari tua). (b) Perlindungan bagi pekerja berupa pelayanan kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan. Pemerintah didalam menjamin perlindungan bagi tenaga kerja membuat program, yang disebut program jaminan sosial tenaga kerja (Program Jamsostek). Program Jamsostek diadakan untuk memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja guna menjaga harkat dan martabatnya sebagai manusia dalam mengatasi resiko- resiko yang timbul didalam hubungan kerja (Endank Rohani, 2002:40). (“Every employer has a set of responsibilities to their employees to ensure their environment is safe, and the risk of an accident at work is minimal. This not only protects their workers, but prevents work accident claims being filed against them.:) ,( Jurnal Rekayasa Sipil, Vol 1, No 1 (2008)

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia

(2) Pengaturan Jamsotek Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek. Undang- undang ini memuat pengaturan tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja, program jamsostek, iuran, besarnya jaminan dan tata cara pembayaran, badan penyelenggara, serta ketentuan pidana. Landasan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja diatur dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1992, yaitu Pasal 3 ayat (1) dan (2) sebagai berikut : Ayat (1) :

“Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program kepada jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Ayat (2) : “Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja”.

Pada hakekatnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, program jaminan sosial tenaga kerja memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Jadi pokok utama dari tujuan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) Pada hakekatnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, program jaminan sosial tenaga kerja memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Jadi pokok utama dari tujuan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)

Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini meliputi :

1) Jaminan Kecelakaan Kerja;

2) Jaminan Kematian;

3) Jaminan Hari Tua;

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Berdasarkan hal tersebut diatas penjelasan satu persatu mengenai bentuk program jaminan kecelakaan kerja yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja.

International Labour Organization (ILO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena kesengajaan yang menimbulkan ketidak mampuan bekerja untuk sementara atau tetap atau kematian ( Sendjun Manulang, 1982:86 ).

Sedangkan yang dimaksud dengan kecelakaan kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dapat dilihat dalam Pasal 1 butir (6) adalah : “Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui”.

Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap sebagai penyakit yang timbul karena akibat hubungan kerja.

Adapun jaminan yang diberikan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor

3 tahun 1992 adalah :

a) Biaya pengangkutan;

b) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;

c) Biaya rehabilitasi; Santunan berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu bekerja; santunan cacad sebagian untuk selama- lamanya; santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; santunan kematian.

Selama tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja, pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.

(3) Kewajiban PT. Jamsostek Bagi Perusahaan Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek jo. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko sosial-ekonomi yang menimpa tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua, maupun meninggal dunia.

Penyelenggaraan program Jamsostek bersifat wajib dan dilaksanakan dengan sistem asuransi sosial untuk menjamin hak-hak peserta dan kewajiban lainnya dari badan penyelenggara dengan tidak meninggalkan watak sosialnya (Zulaini Wahab, 2001:146).

Ciri-ciri dasar dari masing-masing program tersebut, dapat disimpulkan bahwa program-program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKC), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah termasuk program asuransi, sedangkan program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan suatu bentuk program dana pensiun yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya (Zulaini Wahab, 2001:146).

Program Jamsostek diselenggarakan oleh negara,tetapi pelaksanaanya dilakukan oleh Badan Penyelenggara yang ditunjuk. Dalam hal ini Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan melimpahkan tugas dan wewenang penyelenggara program tersebut kepada Badan Penyelenggara yang ditunjuk.

PT. Jamsostek merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai 2 (dua) kewajiban bagi perusahaan, yaitu:

1) Mengadministrasikan kepesertaan Jaminan Hari Tua (JHT) dan menginvestasikan dana iuran Jaminan Hari Tua (JHT)

2) Bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengelola program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKC), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan(JPK) (Zulaini Wahab, 2001:147).

Walupun PT Jamsostek bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dikemukakan diatas, namun PT Jaaamsostek tidak tunduk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. (Zulaini Wahab, 2001:147).

Adapun kewajiban dasar PT. Jamsostek bagi pekerja adalah sebagai berikut:

1) Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

2) Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbang tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja (Lalu Husni, 2005:153).

Oleh karena itu PT Jamsostek mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja tidak harus meminta belas kasih orang lain bila dalam hubungan kerja terjadi resiko-resiko seperti kecelakan kerja, sakit, hari tua dan lainnya (Lalu Husni, 2005:154).

(4) Besar/Bentuk dan Tata Cara Pembayaran dan Pelayanan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

a) Pengertian Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko - resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% s/d 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

b) Manfaat Jaminan

(JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami

Kecelakaan

Kerja Kerja

1. Kelompok I : 0.24 % dari upah sebulan;

2. Kelompok II : 0.54 % dari upah sebulan;

3. Kelompok III : 0.89 % dari upah sebulan;

4. Kelompok IV : 1.27 % dari upah sebulan;

5. Kelompok V : 1.74 % dari upah sebulan; *) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007 Tata Cara Pengajuan Jaminan:

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2x24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh / meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT. Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2X 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT. Jamsostek (persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahliwaris.

3. Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

a) Fotokopi kartu peserta (KPJ).

b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c.

c) Kwitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan