KONTRIBUSI PEMBELAJARAN IPS TERHADAPKESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI PESERTA DIDIK SMP DI KECAMATAN PANGALENGAN.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... Error! Bookmark not defined.

HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iError! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.ii KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Hakekat Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. B. Pembelajaran IPS ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian PIPS ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial . Error! Bookmark not

defined.

C. Hasil Pembelajaran... Error! Bookmark not defined. D. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined. 1. Definisi Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined. 2. Tingkat Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.


(2)

E. Konsep Dasar Persepsi ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Persepsi ... Error! Bookmark not defined. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .. Error! Bookmark not

defined.

F. Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Kompetensi, Profesi, Profesional, dan Profesionalisme

... Error! Bookmark not defined. 2. Standar Profesionalisme Guru ... Error! Bookmark not defined. G. Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pemahaman Konsep ... Error! Bookmark not defined. 2. Tes Kemampuan Pemahaman ... Error! Bookmark not defined. H. Hakekat Bencana ... Error! Bookmark not defined. I. Gempa Bumi ... Error! Bookmark not defined. J. Mitigasi Bencana ... Error! Bookmark not defined. K. Kesiapsiagaan Bencana ... Error! Bookmark not defined. L. Hasil Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. M. Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Operasionalisasi Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined. D. Hubungan Antarvariabel ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. a. Penyusunan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. F. Uji validitas ... Error! Bookmark not defined. G. Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji normalitas data ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji homogenitas data ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji linieritas ... Error! Bookmark not defined. 4. Uji hipotesis ... Error! Bookmark not defined.


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . Error! Bookmark not defined. 2. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Uji Persyaratan Analisis ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Linieritas Regresi ... Error! Bookmark not defined. C. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

1. Kontribusi Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2)TerhadapPengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined. 2. KontribusiHasilBelajar IPS (X1)dan Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2)Secara Parsial Terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y1) ... Error! Bookmark not defined.

3. Kontribusi Antara Hasil Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPS (X2) dengan Pemahaman

Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.

4. Kontribusi Hasil Belajar IPS (X1) dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) ... Error! Bookmark not defined.

5. Kontribusi Antara Pembelajaran IPS (X1), Persepsi Peserta

Didiktentang Kompetensi Guru IPS (X2), dengan Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined. 6. KontribusiHasil Belajar IPS (X1), dan Persepsi Peserta didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS (X2) Secara Parsial Terhadap Kesiapsiagaan (Y3) ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kontribusi Hasil Belajar IPS dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... Error! Bookmark not defined.


(4)

2. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Pemahaman Peserta Didik terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... Error! Bookmark not defined. 3. Kontribusi Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru IPS terhadap Kesiapsiagaan ... Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Guru ... 40

2.2 Standar Kompetensi GuruMata PelajaranDi SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA dan SMK/MAK ... 45

3.1 Populasi ... 74

3.2 Daftar Sampel... 76

3.3 Variabel Penelitian ... 78

3.4Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 82

3.5Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 83

3.6Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan .... 84

3.7Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan ... 85

3.8Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 88

3.9Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan ... 89

3.10 Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan ... 90

3.11Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 98

4.1 Jumlah Peserta Didik SMPN Kecamatan Pangalengan ... 99

4.2 Klasifikasi Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran IPS ... 100

4.3 Rata-rata Hasil Pembelajaran Sampel SMPN di Kecamatan PangalenganPengertian PIPS ... 101

4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 102 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Penggunaan Media oleh Guru ... 104

4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Metode Pembelajaran Guru IPS... 105

4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan 107 4.8Distribusi Frekuensi Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan .. 108


(6)

4.10Rencana Tanggap Darurat Responden Siswa ... 112

4.11Sistem Peringatan Bencana ... 114

4.12Mobilisasi Sumberdaya ... 115

4.13Uji Normalitas Variabel Persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS ... 117

4.14Uji Normalitas Variabel Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 117

4.15Uji Normalitas Variabel Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 118

4.16Uji Homogenitas ... 119

4.17Uji Linieritas Variabel Pengetahuan ... 119

4.18Uji Linieritas Variabel Pemahaman ... 120

4.19Uji Linieritas Variabel Kesiapsiagaan ... 120

4.20Koefisien Persamaan Regresi ... 122

4.21Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 123

4.22Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 124

4.23Koefisien Persamaan Regresi ... 128

4.24Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 129

4.25 Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan ... 130

4.26Koefisien Persamaan Regresi ... 134

4.27Ringkasan Hasil Uji Simultan ... 135

4.28Ringkasan Kontribusi Variabel Hasil Belajar dan Persepsi Peserta Didik tenatng Kompetensi Profesionalisme Guru secara simultan terhadap Kesiapsiagaan ... 136


(7)

Asep Saepul Bahri, 2012

Gambar 2.1.Proses terjadinya Gempa bumi ... 63 2.2. Hubungan Antarvariabel ... 71 4.1. Hasil Pembelajaran IPS peserta didik ... 101 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Profesionalisme Guru ... 102 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Penggunaan Media oleh Guru ... 104 4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang

Metode Pembelajaran Guru IPS ... 106 4.5. Histogram Distribusi Frekuensi Pengetahuan Peserta Didik tentang

kebencanaan ... 107 4.6. Histogram Distribusi Frekuensi Pemahaman Peserta Didik tentang


(8)

Lampiran A INSTRUMEN PENELITIAN ... 159

A.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 160

A.2 Instrumen Penelitian Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS ... 161

A.3 Instrumen Penelitian Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 165

A.4 Instrumen Penelitian Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi ... 167

A.5 Instrumen Penelitian Kesiapsiagaan ... 170

B DATA PENELITIAN ... 173

B.1 Data Persepsi Pesrta Didik tentang Kompetensi Profesional Guru IPS ... 174

B.2 Data Pengetahuan Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi 179 B.3 Data Pemahaman Peserta Didik tentang Bencana Gempa Bumi . 183 C PENGOLAHAN DATA ... 187

C.1 Uji Persyaratan Analisis ... 188

a. Uji Normalitas ... 108

b. Uji Homogenitas ... 189

c. Uji Linieritas Regresi ... 189

C.2 Uji Hipotesis ... 192

D. Dokumen Penelitian ... 196

D.1 Surat Penelitian ... 197

D.2 Peta Lokasi Penelitian ... 201


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Realitas Indonesia sebagai “negeri bencana” tidak dapat ditampik lagi. Hal ini terlihat dari fakta yang ada bahwa bencana yang menimpa hampir di seluruh wilayah Indonesia. Gempa bumi, letusan gunungapi, longsor, banjir, kebakaran hutan, kekeringan serta, bencana alam lainnya senantiasa menjadi fenomena yang dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari refleksi fenomena alam yang secara geografis merupakan kekhasan dari wilayah Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara tiga lempeng besar dunia yaitu, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng tersebut menempatkan Indonesia menjadi wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi.

UU No. 24 tahun 2007 pasal 1 angka 1 mendefinisikan bencana adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.


(10)

Maryani (2008:1) menjelaskan bahwa interaksi manusia dengan alam ini tidak begitu menimbulkan banyak masalah, manakala jumlah manusia masih sedikit, tidak rakus dalam menggali sumberdaya alam, serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Demikian juga dengan bencana alam ketika terjadi di wilayah yang jumlah penduduknya jarang atau bahkan tidak terdapat penduduk, maka fenomena alam tersebut tidak dikatakan sebagai bencana alam karena tidak menimbulkan kerugian, baik jiwa maupun harta. Seperti yang diungkapkan oleh Maryani (2008:2) bahwa :

Beberapa dinamika alam, khususnya yang menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia dapat dideteksi dan diantisipasi, seperti letusan gunungapi, angin topan, dan banjir. Adapun dinamika alam yang menimbulkan bencana dan sulit untuk dideteksi adalah gempa bumi. Untuk meminimalkan kerugian dan korban akibat dari bencana alam tersebut perlu kiranya ada pengetahuan, pemahaman, keterampilan untuk mencegah, kesiapsiagaan, mampu mendeteksi dan mengantisipasi lebih dini tentang berbagai bencana khususnya di tempat-tempat yang memang rawan terhadap terjadinya bencana alam.

Serangkaian bencana alam telah melanda Indonesia, khususnya Jawa Barat yang merupakan wilayah daerah dengan kerentanan bencana cukup besar seperti bencana gunungapi, gempa bumi dan tsunami, longsor, banjir, kekeringan, dan kegagalan teknologi. Selain itu juga kerentanan penduduk terhadap bencana termasuk tinggi hal ini dilihat dari kedekatan dengan sumber bencana, kualitas bangunan yang masih rendah, kemampuan kebencanaan yang rendah, struktur demografi yang padat dan usia non produktif yang tinggi.

Bencana alam akan selalu datang dan mengancam wilayah Indonesia, karena itu masyarakat Indonesia harus selalu siap menghadapinya. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran masyarakat (public awareness) tentang pentingnya upaya


(11)

penanganan bencana alam. Upaya itu tentu memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup tentang bencana alam tersebut.

Masyarakat,saat ini sudah jauh dari alam walaupun mereka tinggal di dalamnya. Mereka tidakmengenal alam, apalagi akrab dengan alam. Mereka tidak dapat memahamilagi tanda-tanda dari alam. Demikian juga dengan teknologi kealaman, mereka lebih percaya isudaripada data seismogram. Berbeda sekali dengan orang Jepang, baik orangdewasa maupun anak-anak tahu persis apa yang harus dilakukan ketika terjadigempa dan untuk antisipasi bahaya gempa, mereka membangun bangunan-bangunan tahan gempa. Satria (2006:10) menerangkan bahwa, Prosedur Operasional Standar (POS) bagi setiap warga Jepang saatmenghadapi gempa diperkenalkan di sekolah-sekolah maupun media massa. AnakTK dan SDpun paham langkah-langkah saat terjadi gempa, seperti berdiam dibawah meja dengan tangan dan bantal di atas kepala.

Sebagaimana yang dikutip dari United States Geological Survey (USGS, 2002),bahwa untuk “memahami mekanismekejadian-kejadian alam seperti gempa bumi, erupsi vulkanik, longsor, banjir,kekeringan, angin topan, tsunami sangat penting bagi masyarakat”. Denganpemahaman yang baik mengenai mekanisme kejadian-kejadian alam, manusiadapat merencanakan dan mengelola cara yang dapat mengurangi akibat yangdisebabkan oleh kehebatan bencana alam, hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan di sekolah.

Fakta bencana yang terjadi di Indonesia hampir selalu menelan korban jiwa dan juga harta benda yang besar, hal ini menggambarkan kekurangsiapan


(12)

masyarakatnya. Hal ini dapat timbul karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman msayarakat akan potensi bencana dari lingkungannya serta bagaimana cara penanggulangan dampak dari bencana itu. Selain itu, hal ini disebabkan oleh masih lemahnya sistem penanggulangan bencana yang dipersiapkan oleh pemerintah.

Sejatinya masyarakat jauh hari menyadari bahwa wilayah Indonesia ini merupakan daerah yang amat rentan bencana, pemerintah sudah seharusnya memberikan pengetahuan dan pemahaman yang memadai kepada warga akan potensi bencana yang ada di sekitar lingkungan hidupnya. Salah satu jalan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang potensi-potensi bencana yang senantiasa mengancam itu adalah melalui jalan pendidikan.

Dalam Undang-Undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwasanya pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan kehidupan manusia serta mampu menghasilkan output yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,


(13)

berkepribadian, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, terampil, beretos kerja, profesional, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi diharapkan mampu mengembangkan platform nasional yang terkait dengan pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Menurut Astuti dan Sudarsono (2010: 33) bahwasanya “sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai media informasi yang efektif dalam mengubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat dengan memberikan pendidikan mitigasi di sekolah”. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi, meliputi 4 kerangka konseptual, yaitu:

1. Awarenesss (Perubahan Perilaku),

2. Knowledge Development (salah satunya pendidikan dan pelatihan), 3. Public Commitmen,

4. Risk Assesment.

Dari keempat konseptual di atas, pada konseptual kedua sudah dengan jelas tergambar bahwasanya pendidikan merupakan salah satu elemen yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana atau mitigasi.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari konsep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah, psikologis dan pedagogis untuk mencapai tujuan pembelajaran. National Council for the Social Studies (NCSS) tahun 1992 menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah:


(14)

Social studies is the integrated study of the social science and humanities to promote civic competence. Within the school program social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such diciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Dari pengertian tersebut memberikan batasan pengertian pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan sebuah kajian yang terintegrasi dalam ilmu sosial dan kemanusiaan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat. Bagian-bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah: antropologi, geografi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy (Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa “pada kenyataannya yang menjadi lapangan pendidikan IPS adalah antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik, agama, serta filsafat dan juga ilmu-ilmu lainnya”.

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Menengah pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi ataupun gabungan dari ilmu-ilmu sosial, yaitu: geografi, sejarah sosiologi, dan ekonomi sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS sudah merupakan bidang ilmu yang berdiri sendiri, seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan ilmu-ilmu lainnya.

Ilmu pengetahuan sosial memegang peranan penting dan menjadi salah satu yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional.


(15)

Jarolimek (1993:5-8) menjelaskan bahwa PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledgeandinformation), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan ketrampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS tersebut, kurikulum Pendidikan IPS diharapkandapat memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Kaitannya dengan keberhasilan tujuan IPS di atas ditentukan oleh implementasi kurikulum, standar pengelolaan, standar fasilitas, standar biaya, profesionalisasi guru dan penilaian.Semua itu akan menentukan efektifitas proses pembelajaran IPS secara berkesinambungan. Bencana, perlu dipahami dan diantisipasi oleh semua masyarakat. Potensi kerawanan diharapkan dapat dipahami oleh birokrasi, rumah tangga dan satuan pendidikan.

Halnya dengan para peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan yang berada di kawasan rawan bencana. Diharapkan dapat memahami karakteristik wilayahnya yang merupakan wilayah rawan bencana terutama bencana gempa.

Berkenaan dengan hal di atas, tesis ini akan membahas lebih fokus

menyoroti masalah dengan tema yaitu: ”Kontribusi Pembelajaran IPS

TerhadapKesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Peserta Didik SMP” khususnya di kecamatan Pangalengan kabupaten Bandung.


(16)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakahtingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan?

2. Bagaimanakah kontribusi pembelajaran IPS terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik SMP di Kecamatan Pangalengan? 3. Kendala apakah yang dihadapi guru dan peserta didik dalam

meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebencanaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai efektivitas pembelajaran IPS dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa bumi.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik SMP di kecamatan Pangalengan

2. Mengetahui kontribusi pembelajaran IPS terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi peserta didik

3. Untuk mengidentifikasikesiapsiagaanpeserta didik terhadap bencana gempa bumi.


(17)

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila mampu memberikan manfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat secara umum. dalam segi keilmuan penelitian ini diharapkan akan mampu bermanfaat :

a. Bagipesertadidik :

1) Meningkatkankesiapsiagaanbencanagempa bumi bagipesertadidik 2) Pesertadidikdapatmengaplikasikan kesiapsiagaan bencana gempa

bumi dalam perilaku nyata ketika terjadi bencana b. Bagi guru/peneliti diharapkan:

1) Bermanfaat sebagai bahan dan sumber belajar dalam pengembangan pembelajaran IPS di SMP/MTs

2) Guru dapat mengetahui tingkat kesiapsiagaan peserta didik 3) Bermanfaat sebagai wacana serta bahan penelitian lebih lanjut c. Bagi aparatur pemerintah selaku pemegang kebijakan:

1) Aparatur pemerintah dapat memahami mengenai pentingnya sosialisasi kebencanaan

2) Bermanfaat sebagai wacana bagi pemerintah dalam merancang kurikulum yang berbasis mitigasi bencana.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan beberapa teori dan kerangka berfikir yang dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis sementara yaitu, terdapat hubungan positif yang sejajar antara pembelajaran IPS dengan pemahaman peserta didik terhadap bencana gempa.


(18)

1. H0: tidak terdapat kontribusi fungsional yang linier dan signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pengetahuan peserta didik terhadap kebencanaan

2. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan pemahaman peserta didik terhadap kebencanaan

3. H0 : tidak terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan Ha : terdapat kontribusi signifikan antara hasil pembelajaran IPS dengan peningkatan kesiapsiagaan peserta didik terhadap kebencanaan

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai. Metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari suatu tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Dengan demikian menggunakan teknik penelitian survai hal ini dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:1).


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Menurut

Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat

pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan

menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.

Kerlinger (Iskandar, 2009:3) menjelaskan bahwa penelitian survai mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikologi. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif ialah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data yaitu populasi dan sampel, karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang harus diolah secara statistika, maka antar variabel-variabel yang diajukan objek penelitian harus jelas pertautannya (korelasi) sehingga dapat ditentukan


(20)

pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Menurut Mantra

(Singarimbun, 1995:149) menjelaskan bahwa “dalam suatu penelitian yang

menggunakan metode survai, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga

membutuhkan waktu yang lama.” Dengan meneliti sebagian dari populasi,

diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi bersangkutan sehingga untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus berdasarkan memenuhi syarat-syarat tertentu.

Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel peserta didik dari anggota populasi (seluruh peserta didik SMPN di KecamatanPangalengan)


(21)

secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas VII.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, jumlah seluruh peserta didik SMPN kelas VII di kecamatan Pangalengan adalah 999. Dari jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :

n = � � (�)2+ 1 Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10% Dengan menggunakan rumus tersebut, maka tingkat kesalahan yang digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:

n = 999

999 (0.1)2+ 1 = 91.00

Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah sebanyak 91 responden.Untuk membantu menentukan perwakilan dari setiap sampel, maka menggunakan rumusan dari Singarimbun (1991:89) sebagai berikut:

n

k

=

��


(22)

Keterangan:

nk = jumlah anggota sampel dalam jumlah sampel Pk = jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompok P = jumlah populasi

n = jumlah sampel

Jumlah sampel untuk masing-masing bagian setelah dilakukan perhitungan dengan mengunakan rumus di atas, dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Daftar Sampel

No Nama Sekolah Populasi Peserta Didik kelas VII

Sampel Peserta Didik

1 SMPN 1 469 43

2 SMPN 2 395 36

3 SMPN 3 135 12

Jumlah 999 91

Sumber: Hasil Hitungan, 2011

Adapun yang menjadi latar belakang dari pengambilan sampel kelas VII ini didasari karena kelas VII program IPS telah mulai mempelajari konsep-konsep bentuk muka bumi.

C.Operasional Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2009:60). Variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori yang memiliki tujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran yang sistematis tersebut dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut.


(23)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (X1) yang memiliki defenisi konseptual adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar, keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara berkelompok (Djamarah, 1994:19). Dalam hal ini hasil belajar diambil dari capaian nilai rata-rata prestasi yang dicapai peserta didik pada mata pelajaran IPS dalam periode tertentu.

Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS (X2) yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan dari peserta didik. Sedangkan defenisi operasional, persepsi kompetensi yang merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan profesinya terutama kemampuan menguasai atau mendalami subject matter (bidang studi), cara mengajar dan prilakunya (Uno, 2009:43). Persepsi secara langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu. Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.

Pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan (Y1)dalam hal ini diartikan sebagai pendukung dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku sehari-hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan akan


(24)

mampu mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003:140). Pengetahuan tentang bencana merupakan faktor penting dalam kesiapsiagaan.

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan (Y2) dapat diartikan sebagai mengerti benar atau memahami dengan benar akan konsep dari kebencanaan. Menurut Bloom (Arifin, 2000:98) pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang mempunyai indikator individu dapat menjelaskan atau mendefinisikan suatu unit informasi dengan kata-kata sendiri.

Kesiapsiagaan (Y3), menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Untuk memudahkan penelitian dan agar variabel penelitian dapat lebih operasional, maka dikemukakan beserta indikator-indikator dari masing-masing variabel penelitian tersebut. Berikut disajikan dalam bentuk matriks:


(25)

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Persepsi Profesionalisme Guru IPS (X2)

1. Persepsi Kompetensi Akademik:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

2. Persepsi Kompetensi Pedagogik:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:  Kognisi

 Penafsiran  Tanggapan

4. Persepsi Kompetensi Sosial:  Kognisi  Penafsiran  Tanggapan Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan(Y1)

1. Mengetahui terminoligi secara umum 2. Mengetahui fakta yang spesifik 3. Mengetahui konsep dasar

Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan (Y2) 1. Translasi 2. Interpretasi 3. Ekstrapolasi Kesiapsiagaan (Y3)

1. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

2. Rencana untuk keadaan darurat bencana 3. Sistem peringatan bencana

4. Kemampuan memobilisasi sumber daya

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru, Taxonomy Bloom, dan LIPI-UNESCO/ISDR (2006:46)

D.Hubungan Antarvariabel

Bertolak dari operasional variabel penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka alur hubungan antar variabel dapat dirumuskan.berdasarkan hubungan antar variabel tersebut, terdapat keterkaitan antar variabel sebagai berikut, variabel X memiliki hubungan dengan variabel Y.


(26)

Bagan 3.1Hubungan Antarvariabel

berdasarkan bagan hubungan antar variabel tersebut, terlihat keterkaitan antar variabel satu dengan variabel lainnya, yaitu :

1. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1 2. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2 3. Variabel X1 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3 4. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y1 5. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y2 6. Variabel X2 memiliki memiliki hubungan dengan variabel Y3

7. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan variabel Y1

8. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan variabel Y2

9. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan variabel Y3

Hasil Belajar IPS (X1)

Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y1)

Persepsi Profesionalisme

Guru IPS (X2)

Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

(Y2)

Kesiapsiagaan (Y3)


(27)

E.Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa instrumen tes dan studi dokumentasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur variabel pemahaman kebencanaan. Dengan bentuk tes objektif, tes objektif merupakan keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Menurut Popham (Purwanto, 2009: 72) menyebutnya dengan istilah tes jawaban dipilih.

Sedangkan untuk studi dokumentasi digunakan untuk mengamati catatan-catatan prestasi, baik yang menyangkut prestasi akademik maupun nonakademik. Dokumentasi diambil dari nilai rata-rata prestasi peserta didik pada mata pelajaran IPS dalam periode tertentu pada materi pokok keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

- Menyusun kisi-kisi tes

- Merumuskan pertanyaan-pertanyaan - Melakukan uji coba

- Menguji tingkat validitas dan realibilitas


(28)

a. Penyusunan Instrumen

(1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualisasikan

melalui indikator dan dikembangkan dari defenisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha

(1983) ; Abdurachman (1988), sedangkan profesionalisme guru yang dimodifikasi dari Standar Profesionalisme Guru PP No.16 Tahun 2007 terdiri dari tiga kategori persepsi profesionalisme guru IPS :

(a) Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai profesionalisme guru geografi akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(b) Penafsiran mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(c) Tanggapan mengenai profesionalisme guru IPS akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 32 butir pernyataan yang terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran persepsi dapat dilihat pada tabel 3.3


(29)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

Variabel Indikator Aspek Butir

Instrumen Persepsi

Profesionalisme Guru IPS

(X2) 1.Persepsi Kompetensi Akademik :

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Pemahaman teori/konsep materi bentuk muka bumi

1,6

2. Penjelasan Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas VII:

mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan

dampaknya terhadap kehidupan.

3,4,

3. Menunjukkan manfaat materi pelajaran IPS:faktor-faktor dan penyebab terjadinya gempa bumi dan akibatnya yang

ditimbulkannya.

5,8,10,15

2. Persepsi Kompetensi

Pedagogik:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran materi IPS kelas VII:bentuk muka bumi, gempa bumi.

2,7,14

2. Pemilih materi pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi sesuai dengan tujuan pembelajaran

9,11,13

3. Pengalokasikan waktu yang efesien dan efektif

16,18

4. Pemanfaatan sumber dan media pada pembelajaran bentuk muka bumi, gempa bumi

17, 19

5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif

20, 22

6. Memotivasi peserta didik 21,24 7. Melakukan evaluasi pada setiap materi

pembelajaran IPS

23,26

3. Persepsi Kompetensi Kepribadian:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Berprilaku jujur, berahlak mulia, dan teladan

25,27

2. Menunjukkan pribadi yang arif dan bijaksana

28

3. Memberikan contoh teladan pada peserta didik

29

4. Persepsi Kompetensi Sosial:

 Kognisi

 Penafsiran

 Tanggapan

1. Berinteraksi secara efektif dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas

30

2. Bersikap adil dan tidak diskriminatif pada peserta didik lainnya

31

3. Dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik /teman sejawat secara efektif

32

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru

Skala yang digunakan adalah skala interval 5-4-3-2-1, skor 5 menggambar sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat tidak setuju.


(30)

(2) Instrumen Pengetahuan Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai, soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada aspek pengetahuan (C1), aspek pengetahuan terbagi atas tiga bagian, yaitu mengetahui terminologi secara umum, mengatahui fakta yang spesifik, mengetahui konsep dasar.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pengetahuan peserta didik tentang Kebencanaan

Y1

 Mengetahui terminologi secara umum 1,2,3, 13  Mengetahui fakta yang spesifik 5, 7, 9, 10,

12, 14, 15

 Mengetahui konsep dasar 4, 6, 8, 11,

(3) Instrumen Pemahaman Peserta Didik tentang Kebencanaan

Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang hendak dicapai, soal-soal tes yang digunakan berupa tes objektif. Indikator pemahaman terdiri dari: translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.


(31)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

Variabel Indikator No Item

Pemahaman peserta didik tentang Kebencanaan

Y2

 Translasi 1,2,3, 13

 Interpretasi 5, 7, 9, 10,

12, 14, 15

 Ekstrapolasi 4, 6, 8, 11,

Pengukuran data keduanya adalah ratio karena data yang jaraknya sama serta mempunyai nilai yang absolut (Sugiyono, 2009:25). Dari bentuk objektif mempunyai dua kemungkinan yaitu benar apabila pada sebuah butir soal, peserta didik mampu menjawab sesuai dengan kunci jawabannya dan salah apabila peserta didik memilih jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya. Oleh karena keberadaannya bersifat pasti, maka peserta didik akan memperoleh skor 1 (satu) apabila menjawab benar dan 0 (nol) apabila menjawab salah.

(4) Instrumen Kesiapsiagaan

Instrumen ini disusun berdasarkan parameter kesiapsiagaan bencana, menurut tim peneliti LIPI-UNESCO/ISDR yaitu, pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana,rencana untuk keadaan darurat bencana, sistem peringatan bencana, dan memobilisasi sumber daya.


(32)

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Kesiapsiagaan

Variabel Indikator No Item

Kesiapsiagaan bencana

Y3

 Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

1,2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12

 Rencana kesiapsiagaan bencana 13, 14, 15,16, 17

 Sistem peringatan bencana 18, 19

 Memobilisasi sumber daya 20, 21

Keseluruhan instrumen yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan di salah satu SMP Negeri terhadap 41 orang peserta didik kelas VII. Selanjutnya dianalisis untuk diketahui validitas dan realibilitasnya sehingga layak dijadikan instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.

F. Uji validitas

Dalam penelitian ini diperlukan hasil penelitian yang valid dan realiable dengan instrumen yang valid dan realiable, Sugiyono (2009: 173) menjelaskan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47) menyatakan bahwa “uji reliabilitas dan validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat


(33)

dilakukan untuk menilai kualitas alat ukur, Singarimbun dan Sofian Effendi

(1995:124) menjelaskan bahwa “validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur”, sedangkan uji reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen sebagai alat ukur sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47-48) menjelaskan bahwa “hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek belum berubah”. Relatif sama yang dimaksud dalam hal ini

tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu sebagai berikut:

r

xy

=

�∑ − ∑

(∑ )

√{�∑ 2− ∑ )2 {�∑ 2 –(∑ )2} Keterangan :

N = Jumlah Responden

X = skor yang diberikan oleh rater 1 Y = skor yang diberikan oleh rater 2

Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r digunakan rumus sebagai berikut :

t = r �−2 1− 2


(34)

Keterangan :

r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut :

1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi profesionalisme guru IPS ,pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan dan pemahaman peserta didik tentang kebencanaan adalah sebagai berikut :

(a). Instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS, hasil yang didapat adalah menunjukkan bahwa dari 55 butir intrumen kuesioner, diperoleh 53 butir instrumen kuesioner atau sebanyak 96,36% yang memiliki nilai r-hitung > nilai r-kritis pada taraf signifikansi a = 5 % dengan nilai r-kritis 0,308. Sedangkan sisanya sebanyak 2 butir instrumen kuesioner atau sebanyak 3,63% memiliki nilai r-hitung < r-kritis. Dengan demikian diperoleh butir instrumen kuesioner valid sebanyak 53 dan 2 butir instrumen kuesioner dinyatakan drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7.


(35)

Tabel 3.7

Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru IPS

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.379 0.308 Valid 31 0.398 0.308 Valid

2 0.421 0.308 Valid 32 0.351 0.308 Valid

3 0.398 0.308 Valid 33 0.377 0.308 Valid

4 0.402 0.308 Valid 34 0.365 0.308 Valid

5 0.408 0.308 Valid 35 0.382 0.308 Valid

6 0.392 0.308 Valid 36 0.384 0.308 Valid

7 0.374 0.308 Valid 37 0.320 0.308 Valid

8 0.363 0.308 Valid 38 0.618 0.308 Valid

9 0.376 0.308 Valid 39 0.702 0.308 Valid

10 0.399 0.308 Valid 40 0.599 0.308 Valid

11 0.317 0.308 Valid 41 0.698 0.308 Valid

12 0.383 0.308 Valid 42 0.713 0.308 Valid

13 0.364 0.308 Valid 43 0.647 0.308 Valid

14 0.352 0.308 Valid 44 0.714 0.308 Valid

15 0.280 0.308 Drop 45 0.496 0.308 Valid

16 0.411 0.308 Valid 46 0.458 0.308 Valid

17 0.408 0.308 Valid 47 0.703 0.308 Valid

18 0.408 0.308 Valid 48 0.631 0.308 Valid

19 0.363 0.308 Valid 49 0.625 0.308 Valid

20 0.384 0.308 Valid 50 0.639 0.308 Valid

21 0.393 0.308 Valid 51 0.602 0.308 Valid

22 0.474 0.308 Valid 52 0.590 0.308 Valid

23 0.360 0.308 Valid 53 0.760 0.308 Valid

24 0.499 0.308 Valid 54 0.529 0.308 Valid

25 0.578 0.308 Valid 55 0.578 0.308 Valid

26 0.280 0.308 Drop 27 0.601 0.308 Valid 28 0.561 0.308 Valid 29 0.366 0.308 Valid 30 0.334 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 53 butir instrumen kuesioner yang dinyatakan valid dan 2 butir instrumen kuesioner mewakili setiap indikator.

(b). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk


(36)

kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh 15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pengetahuan Peserta didik tentang Kebencanaan

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.388 0.308 Valid 2 0.453 0.308 Valid 3 0.454 0.308 Valid 4 0.401 0.308 Valid 5 0.379 0.308 Valid 6 0.435 0.308 Valid 7 0.368 0.308 Valid 8 0.395 0.308 Valid 9 0.388 0.308 Valid 10 0.367 0.308 Valid 11 0.405 0.308 Valid 12 0.363 0.308 Valid 13 0.372 0.308 Valid 14 0.380 0.308 Valid 15 0.489 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

(c). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran pemahaman peserta didik tentang kebencanaan, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,308. Dari item 15 item pertanyaan diperoleh 15 item pertanyaan atau 100% dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai n-kritis, dengan demikian diperoleh 15 item pertanyaan yang valid atau dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9.


(37)

Tabel 3.9

Ujicoba Pengukuran Validitas Instrumen Pemahaman Peserta didik tentang Kebencanaan

No

soal r hitung

Nilai r

Kritis Status

1 0.411 0.308 Valid 2 0.388 0.308 Valid 3 0.368 0.308 Valid 4 0.383 0.308 Valid 5 0.442 0.308 Valid 6 0.415 0.308 Valid 7 0.599 0.308 Valid 8 0.500 0.308 Valid 9 0.452 0.308 Valid 10 0.469 0.308 Valid 11 0.461 0.308 Valid 12 0.365 0.308 Valid 13 0.506 0.308 Valid 14 0.431 0.308 Valid 15 0.398 0.308 Valid

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

G.Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian

Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat dipercaya.Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Kerlinger (Purwanto, 2009:154) memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :

1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa.

2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur,

3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.

Dari defenisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat.Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran.Pengujian alat ukur tes dan kuesioner menggunakan Alpha Cronbach. Menurut Konting (Iskandar, 2009:95), nilai


(38)

reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut:

r

i

=

(�−1)

{ 1 -

∑ �2

2

}

Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek

∑Si2

= mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total (Sugiyono, 2009:365)

Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru IPS sebesar 0.949; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan sebesar 0.618; koefesien reliabilitas instrumen pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sebesar 0.703.Dari hasil perhitungan yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa keempat instrumen penelitian tersebut memiliki keajegan sebagai alat ukur.

H.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji normalitas data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali

Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat

dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan membawa kepada

penerimaan hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan


(39)

kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi yang tertera pada hasil pengolahan.

Adapun kaidah yang digunakan menurut Priyatno (2009:58) yaitu sebagai berikut jika nilai signifikansi (Sig.) > 0.05, maka data yang ada berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0.05, maka data yang ada tidak berdistribusi normal. Jika hasil data yang diolah merupakan data normal, maka selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika parametrik, namun jika hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal maka dalam pengujian hipotesis menggunakan perhitungan statistika non parametrik.Jikauji normalitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut (Riduwan, 2008:187):

1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil yang kemudian dilanjutkan menghitungan Rentangan (R) dengan rumus

2) Menentukan banyaknya kelas interval

3) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:

BK R i ` 4) Menentukan rata-rata dengan rumus

n fx

X

i

5) Menentukan simpangan baku dengan rumus

 

1

. 2

 

n n

fx fx

n


(40)

6) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah sebagai berikut:

o Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama

dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas ditambah 0,5.

o Mencari nilai Z-score dengan rumus

S X BK

Z  

o Mencari Chi Kuadrat dengan rumus

  k

i e

e o

f f f

1

2 2

Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi α 0,05 dikatakan data berdistribusi normal jika χ2

hitung≤ χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung> χ2tabel maka data dinyatakan tidak normal.

2. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah skore setiap variabel memiliki varians yang homogen atau tidak.Uji homogenitas ini sendiri merupakan salah satu syarat untuk menggunakan statistik parametrik.Sebagaimana yang

dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan

terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, varians data harus homogen dan harus memenuhi

asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan software SPSS v.17, dengan kriteria pengujian jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05) maka variansi setiap sampel sama (homogen), namun jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05) maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Jika hasil pengolahan data


(41)

menunjukkan bahwa variansi data homogen, maka pengujian hipotesis dapat menggunakan statistik parametris.

Jika uji homogenitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut:

1) Mencari nilai F dengan menggunakan rumus (Fisher, 1985:23):

) 1

( ) 1 (

2 2

R

R

XY XY

k k n F

   

Vk Vb

F dimana V = S2 Keterangan

Vb = variansi terbesar Vk = variansi terkecil S = standar deviasi n = jumlah responden R = reliabel

k = variable

2) Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai

Fα = (n1-1)(n2-1)

3) Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika F hitung < Fα (n1-1)(n2-1) maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan jika F hitung ≥ Fα (n1 -1)(n2-1) maka kedua variansi tidak homogen.

3. Uji linieritas

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas, yang dimaksud dengan linieritas disini adalah apakah garis regresi antara variabel X dan Y


(42)

membentuk garis linier atau tidak.Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono

(2008:265) bahwa “jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan”.Untuk itulah mengapa sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka

terlebih dahulu dilakukan uji linieritas.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono (2008:274) mengenai kriteria uji linieritas bahwa untuk mengetahui regresi tersebut linier atau tidak, maka dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Adapun kriterianya yaitu apabila Fhitung<Ftabel maka regresi tersebut dikatakan linier, namun sebaliknya jika Fhitung>Ftabel maka regresi tersebut tidak linier, dan konsekuensinya analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah uji linieritas yaitu:

a) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg[a]) dengan rumus:

 

n Y JK ga

2

) (

Re 

b) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [b/a]) dengan rumus:









  

n

Y

X

XY

b

JK

Reg(b/a)

c) Hitung Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus:

Re ( / ) Re ( )

2

Res

Y

JK

gb a

JK

ga

JK

d) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[a]) dengan rumus:

) ( Re )

(

Rega

JK

ga

RJK


(43)

) / ( Re ) / (

Regb a

JK

gb a

RJK

f) Hitung Raa-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus:

2 Re Re   n JK RJK s s

g) Hitung Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:

 



  k E n Y Y JK 2 2

h) Hitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC) dengan rumus:

E s

TC

JK

JK

JK

Re

i) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC) dengan rumus:

2   k JK RJK TC TC

j) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) dengan rumus:

k n JK RJK E E  

k) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:

E TC hitung

RJK

RJK

F

l) Tentukan aturan untuk pengambilan keputusan atau kriteria uji linier; jika Fhitung≤ Ftabel maka Ho diterima (linier).

m) Carilah nilai Ftabelmenggunakan tabel F n) Bandingkan nilai Fhitung dan Ftabel


(44)

4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik korelasi dan regresi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung koefesien korelasi product momentdari Pearson, yaitu teknik pengujian untuk menyatakan tingkat hubungan antar variable penelitian, yaitu hubungan antara variabel X dan Y. Rumus yang digunakan adalah :

r

xy

=

� Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)

√{�Σ 12−(Σx1 )2}{�Σ 12−(Σ 12}

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

t = √�−2

√1− 2

Keterangan :

t = uji dua korelasi product moment r = Koefesien korelasi product moment

n = Ukuran jumlah sampel (Sugiyono, 2007:148)

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian, digunakan pedoman interpretasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3.10

Tabel. 3.10

Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat rendah

0.20-0.399 Rendah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat kuat


(45)

b) Menghitung regresi sederhana, yaitu teknik analisis untuk melakukan prediksi seberapa jauh perubahan nilai variabel terikat bila nilai variabel bebas dirubah, dengan menggunakan rumus :

Y = a + bX Keterangan :

a = Σy1 Σx12 − (Σx1y1)

�Σ 12− Σ 1 2 b =

�Σ 1 1− Σ 1 (Σ 1)

�Σ 12− Σ 1 2 Keterangan :

y = nilai variabel Y yang akan diramalkan x = nilai variabel X

a = perpotongan garis regresi nilai Y bila X = 0

b = koefesien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y bila terjadi perubahan pada X

∑ = jumlah dari

n = jumlah sampel

c) Menghitung koefesien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi hubungan antar variabel. Adapun rumus yang digunakan adalah :

cd = r2 x 100 %

Keterangan :

Cd = Koefesien determinasi


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan, pengaruh hasil belajar sebesar 0,013 atau 1,3% (kategori sangat rendah). Hasil belajar disini belum begitu mampu mengungkapkan pembelajaran IPS mampu meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan, karena pembelajaran masih terpaku pada buku sumber.

2. Persepsi peserta didik tentang kompetensi profesional guru IPS bahkan mempunyai hubungan yang tidak searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat persepsi peserta didik tentang kompetensi guru maka akan semakin rendah pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan. hal ini tidak terlepas dari cara penyampaian pengajaran oleh guru yang dirasa masih monoton, sehingga membuat peserta didik belum mampu menangkap esensi dari materi pelajaran khususnya yang berkenaan dengan materi pembentukan bumi serta akibatnya terhadap kehidupan dalam artian ini adalah kebencanaan yang ditimbulkannya.

3. Pengaruh hasil belajar terhadap pemahaman peserta didik tentang kebencanaan mempunyai hubungan yang searah, dengan artian bahwa semakin tinggi hasil belajar maka akan semakin meningkat pemahaman peserta didik tentang kebencanaan. Adapun pengaruh hasil belajar sebesar 0,137 atau 13,7%


(47)

(kategori sangat rendah), hal ini disebabkan oleh pembelajaran IPS masih mengacu pada hasil. Pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sekitar 86,3% diperoleh dari unsur lain yang tak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti peran informasi dari media massa dan juga dari lingkungan sekitar peserta didik sehari-hari.

4. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS terhadap pemahaman peserta didik tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan terlalu rendah dalam meningkatkan pemahaman peserta didik tentang kebencanaan. Hal ini disebabkan karena peran guru dalam pembelajaran masih bersifat teacher centre dan masih terpaku kepada buku sumber sebagai informasi yang utama, sehingga guru kekurangan bahan yang memadai untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai kebencanaan ini.

5. Pengaruh hasil belajar terhadap kesiapsiagaan, menunjukkan pengaruh yang signifikan namun tidak searah (berbanding terbalik). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ini belum mampu menunjukkan tingkat kesiapsiagaan peserta didik, namun hanya sebatas nilai semata untuk memenuhi Kriteria Ketuntasan Mengajar. Guru masih terfokus pada penyampaian materi semata namun belum menyentuh pada aspek kesiapsiagaan, sehingga peserta didik menurut angket kesiapsiagaan berada pada level kurang siap. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik baru sebatas tahu mengenai kebencanaan belum sampai pada tahap faham.

6. Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru IPS terhadap kesiapsiagaan, menunjukkan hasil yang tidak terlalu signifikan.


(48)

Namun dari hasil uji dominan menunjukkan bahwa persepsi peserta didik tentang kompetensi guru ini lebih dominan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku guru dalam memberikan contoh penanggulangan bencanan lebih mampu meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik. Meski demikian tingkat kesiapsiagaan berdasarkan parameter kesiapsiagaan , termasuk kedalam level kurang siap. Sehingga hal ini memerlukan perhatian lebih khusus untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukkan beberapa saran :

1. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa hasil belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dapat membentuk pemahaman peserta didik tentang kebencanaan sehingga bagi para pendidik dan umumnya dan guru pengajar IPS khususnya hasil penenlitian ini kiranya akan lebih menyakinkan perlunya pemahaman kebencananaan bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat memahami bagaimana lingkungan sekitar yang berhubungan dengan pelajaran IPS dan seterusnya yang akan menjadi bekal peserta didik menjalani kehidupan di masyarakat dalam berbagai perannya kelak.

2. Untuk para guru, mengingat bahwa aspek profesionalisme guru merupakan dasar bagi seseorang atau peserta didik membentuk persepsi maka perlu ditingkatkan kembali proses pembelajaran di kelas. Terdapat persiapan yang


(49)

perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, adalah : kesiapan dan pemahaman guru secara keilmuan terhadap materi IPS, pemahaman guru terhadap model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sikap simpati dan sosial yang ditunjukkan oleh guru sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

3. Perlunya peningkatan sarana dan prasarana agar mampu mendukung pembelajaran IPS sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan bencana, selain itu juga pihak sekolah agar mampu melaksanakan kegiatan simulasi kesiapsiagaan bencana bekerja sama dengan instansi dibidangnya maupun melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

4. Kepada para peniliti selanjutnya yang tertarik dengan tema penelitian khususnya mengenai peningkatan pemahaman kebencanaan peserta didik di wilayah rawan bencana, maka penelitian dapat diteruskan dengan meniliti tingkat pemahaman kebencanaan peserta didik, sebab setiap peserta didik yang memiliki hasil belajar serta guru yang profesionalisme dapat memberikan tingkat pemahaman kebencanaan yang berbeda.

5. Peran perguruan tinggi yang mencetak sumber daya manusia yang seharusnya dapat menghasilkan SDM yang berkualitas terutama peran lembaga pendidikan yang akan menghasilkan guru sebagai pendidik generasi bangsa. Didalamnya pula harus terdapat sinergitas antara lembaga pendidikan dan setiap masing-masing jurusan pendidikan agar nantinya menghasilkan guru profesionalisme yang berkualitas.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchori dan Harlasgunawan.(2003).Hakekat Studi Sosial ( saduran dari the nature of social studies). Bandung: Alfabeta

Al-Muchtar, Suarma.(2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung:PPS UPI. Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching

and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives.New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, Zaenal. (1990). Evaluasi Interaksional : Prinsip Tehnik, Prosedur. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Bahri, Syaiful.dan Aswan, Zain.(2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta

Bloom, Benjamin S.(1956). Taxonomy of Educational Objectives.The Classification of Educational Goals. USA: Longmans

Coburn, A.W., et al.(1994). Mitigasi Bencana. United Kingdom: UNDP

________________.(1992). Tinjauan Umum ManajemenBencana. Program PelatihanManajemenBencana. United Kingdom: UNDP

Dahar, R. W.(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Djamarah, Bahri Syaiful.(2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Depdikbud.(1996). Petunjuk Praktis Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Dikdasmen

Eggen, P.D dan Kauchak, D.P.(1996). Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

Fajri, Zul dan Aprilia.(2008). Membaca Ekspresif. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.).(2003). Mapping Vulnerability: Disasters, Development and People. ISBN ISBN 1-85383-964-7.


(51)

Gagne.R,M, Briggs,L.J,.(1979). Principles ot instructional Design. Second Edition, New York: United States of America

Gibson, James. L. lvancevich. John. M., Donely. James. H.(1993). Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses (Alih Bahasa : Joerban Wahid). Jakarta Penerbit Erlangga

Gibson, James L., Donely. James. H.(1994). Fundamental of Management. Texas: Business Publication

Gie, L.(2003). Efisiensi Untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan

Hanna, P. and Lee, J.,(1962).“Content in the Social Studies”, in Michaelis, J.U.(Ed), 1962, Social Studies in Elementary Schools 32nd Yearbook,Washington, D.C. : NCSS.

Hamalik, Oemar.(2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Indrawijaya, A.I.(1989). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru

Jarolimek & Parker.(1993).Social Studies in Elementary Eduction 5 th, New York: Mc Millan Publishing.Co.Ltd

Johnson, D.W. & Johnson R.T.(1994). Learning Together and Alone (4th ed). Boston: Allyn and Bacon

Juhariah, Cucu.(2007). Hubungan Pengetahuan dan Persepsi Peserta Didik tentang Lingkungan dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan. Bandung: Tesis Pascasarjana,tidak diterbitkan

Kaswan.(2005). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik arus Searah. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Komaruddin.(1984). Kamus Riset. Bandung : Angkasa

Kreitner Robert, Kinicki Angelo,.(2005). Organizational Behavior (Terjemahan) Buku 2, Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat


(52)

Mahfud.(2009). Mitigasi bencana. Bandung: Harian Pikiran Rakyat

Majid, Abdul.(2007). Perencanaan Pembelajaran. (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya

Mansyur, Agus Salim.(2007). Urgensi Kurikulum Berbasis Bencana. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Maryani, Enok & Hayati, Sri.(2009). Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah Rawan Bencana Di Jawa Barat. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI

Maryani, Enok.(2008). Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Penelitian Hibah DIKTI

Miftah, Thoha.(1983). Kepemimpinan Dalam manajemen. CV. Rajawali. Jakarta Mulyasa.(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Inplementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

National Council For The Social Studies.(1994). The Curriculum Standard for Social Studies. Washington DC : NCSS.

Notoatmodjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Panggabean, Luhut.(1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung _______________.(2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan

FisikaFPMIPA UPI

Pidarta, Made.(2000). Landasan Kependidikan. Jakarta : Renika Cipta

Poesprodjo, W.(1987). Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.Bandung: Remaja Karya

Rachmat, Agus.(2004). Manajemen dan Mitigasi Bencana. Bandung: BPLHD Provinsi Jawa Barat

Reed, Sheila B.(1995). Pengantar Tentang Bahaya. Program Pelatihan Manajemen Bencana: UNPD

Riduwan & Kuncoro, Engkos Achmad.(2011). Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchori dan Harlasgunawan.(2003).Hakekat Studi Sosial ( saduran dari

the nature of social studies). Bandung: Alfabeta

Al-Muchtar, Suarma.(2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung:PPS UPI. Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching

and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives.New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, Zaenal. (1990). Evaluasi Interaksional : Prinsip Tehnik, Prosedur. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Bahri, Syaiful.dan Aswan, Zain.(2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta

Bloom, Benjamin S.(1956). Taxonomy of Educational Objectives.The

Classification of Educational Goals. USA: Longmans

Coburn, A.W., et al.(1994). Mitigasi Bencana. United Kingdom: UNDP

________________.(1992). Tinjauan Umum ManajemenBencana. Program

PelatihanManajemenBencana. United Kingdom: UNDP

Dahar, R. W.(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Djamarah, Bahri Syaiful.(2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Depdikbud.(1996). Petunjuk Praktis Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Dikdasmen

Eggen, P.D dan Kauchak, D.P.(1996). Strategies for Teacher Teaching Content

and Thinking Skills Third Edition. Boston: Allyn and Bacon

Fajri, Zul dan Aprilia.(2008). Membaca Ekspresif. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

G. Bankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.).(2003). Mapping Vulnerability:


(2)

Gagne.R,M, Briggs,L.J,.(1979). Principles ot instructional Design. Second Edition, New York: United States of America

Gibson, James. L. lvancevich. John. M., Donely. James. H.(1993). Organisasi

Perilaku, Struktur dan Proses (Alih Bahasa : Joerban Wahid). Jakarta

Penerbit Erlangga

Gibson, James L., Donely. James. H.(1994). Fundamental of Management. Texas: Business Publication

Gie, L.(2003). Efisiensi Untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan

Hanna, P. and Lee, J.,(1962).“Content in the Social Studies”, in Michaelis,

J.U.(Ed), 1962, Social Studies in Elementary Schools 32nd Yearbook,Washington, D.C. : NCSS.

Hamalik, Oemar.(2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI

Indrawijaya, A.I.(1989). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru

Jarolimek & Parker.(1993).Social Studies in Elementary Eduction 5 th, New York: Mc Millan Publishing.Co.Ltd

Johnson, D.W. & Johnson R.T.(1994). Learning Together and Alone (4th ed). Boston: Allyn and Bacon

Juhariah, Cucu.(2007). Hubungan Pengetahuan dan Persepsi Peserta Didik

tentang Lingkungan dengan Sikap Siswa terhadap Lingkungan. Bandung:

Tesis Pascasarjana,tidak diterbitkan

Kaswan.(2005). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir

Kritis Siswa Melalui Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Rangkaian Listrik arus Searah. Tesis UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Komaruddin.(1984). Kamus Riset. Bandung : Angkasa

Kreitner Robert, Kinicki Angelo,.(2005). Organizational Behavior (Terjemahan)


(3)

Mahfud.(2009). Mitigasi bencana. Bandung: Harian Pikiran Rakyat

Majid, Abdul.(2007). Perencanaan Pembelajaran. (Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya

Mansyur, Agus Salim.(2007). Urgensi Kurikulum Berbasis Bencana. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Maryani, Enok & Hayati, Sri.(2009). Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat

Daerah Rawan Bencana Di Jawa Barat. Bandung: Jurusan Pendidikan

Geografi FPIPS UPI

Maryani, Enok.(2008). Model Pembelajaran Mitigasi Bencana Dalam Ilmu

Pengetahuan Sosial Di Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Penelitian

Hibah DIKTI

Miftah, Thoha.(1983). Kepemimpinan Dalam manajemen. CV. Rajawali. Jakarta Mulyasa.(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan

Inplementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

National Council For The Social Studies.(1994). The Curriculum Standard for

Social Studies. Washington DC : NCSS.

Notoatmodjo.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Panggabean, Luhut.(1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung _______________.(2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan

FisikaFPMIPA UPI

Pidarta, Made.(2000). Landasan Kependidikan. Jakarta : Renika Cipta

Poesprodjo, W.(1987). Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan

Praktek.Bandung: Remaja Karya

Rachmat, Agus.(2004). Manajemen dan Mitigasi Bencana. Bandung: BPLHD Provinsi Jawa Barat

Reed, Sheila B.(1995). Pengantar Tentang Bahaya. Program Pelatihan Manajemen Bencana: UNPD

Riduwan & Kuncoro, Engkos Achmad.(2011). Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta


(4)

S, Kenworthy, Leonard.(1981). Social Studies For the Eighties. Canada: John Wiley & Sons

Sagala, S.(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

________.(2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sapriya.(2009). Pendidikan IPS. Bandung : Penerbit Rosda Karya

Setiawan, Didang.(2008). PengetahuanSosial 1 untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusbuknas

Siagian, S. P.(1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.(1995). Metode Penelitian Survai. Edisi

Revisi. Jakarta: LP3ES.

Somantri, Muhammad Numan.(2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Pascasarjana UPI & Penerbit Rosda Karya

Sudaryono dan Astuti D, Irene Siti.(2010). Peran Sekolah dalam Pembelajaran

Mitigasi Bencana. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 1, No.1.

Jakarta: BNPB

Sudjana.(1996). Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Sudjana, N.(2003). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. RemajaRosdakarya

Sugiyono.(2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

________.(2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabet

Suhud, Achmad.(2004). Lingkungan Sekitar Sumber Dalam Pembelajaran

Pendidikan IPS Geografi Di Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Bandung:

Pascasarjana UPI

Sukmadinata, Nana Syaodih.(2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syamsudin, Abin.(1986). Efektivitas Proses Belajar Mengajar dengan


(5)

dengan Mengindahkan Tiga Kategori Kemampuan Belajar. (Disertasi) IKIP

Bandung (Tidak dipublikasikan)

Tim Bakornas.(2002). Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan Di

Indonesia. Jakarta: Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanganan

Pengungsi

Tim Penyusun Pedoman Karya Tulis.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Tim Puskur.(2007). Model PembelajaranPendidikanMenengah Di Daerah yang

TerkenaDampakBencanaAlam. Jakarta: PuskurBalitbangDepdiknas

Tim UN/ISDR.(2006). Konstruksi Sekolah yang Lebih Aman (Guidance Notes on

Safer School Construction). New York: UNISDR

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana. Usman, Husaini. dan Akbar, Purnomo Setiady.(2008). Pengantar Statistik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Usman, Moh. Uzer.(2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Uyanto, Stanislaus S.(2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wahana, K.(2002). SolusiMudahdanCepatMenguasai SPSS 17.0 untukPengolahan Data Statistik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Widayatun,T,R.(2008). Ilmu Perilaku M.A.104. Jakarta : CV Agung Seto

Wijaya, C. dan Rusyan, T.(1994). Kemampuan Guru dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Wilches, Gustavo., & Works, Inter. (1995). Bencana dan Lingkungan. US: UNDP Winkel, W.S.(1998). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : PT Gramedia


(6)

Yamin, Martinis.(2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.

_____________.(2008). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: GP Press

SUMBER INTERNET

Adlany, Mohammmad.(2009). DefinisiPengetahuan. [online]. Tersediadi

:http://alhassanain.com (diunduhtanggal: 22 November 2011)

Bidang Data Dan Informasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, tersedia di:

http://disdikbudbandungkab.blogspot.com/2009_09_01_archive.html (diunduh: tanggal 23 November 2011)

http://bpbdjateng.info/index.php?option=com_content&view=article&id=50:defin

isi-bencana&catid=31:beberapa-pengertian&Itemid=46 (diunduh : tanggal 5

Desember 2011)

Solehudin, Usep.(2005). KonsepBencana (Disaster). [online]. Tersedia di

http://ferryefendi.blogspot.com/2007/12/konsep-bencana-disaster.html(diunduh tanggal, 20 September 2011)

Susetyo, Heru.(2006). MenggagasPendidikanKesiapsiagaanBencana. [online], tersedia di:

http://indodisaster.multiply.com/journal/item/5/MENGGAGAS_PENDIDIK