PENERAPAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA:Studi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung.
i
PENERAPAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
BAHASA INDONESIA
(Studi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bahasa Indonesia
Oleh
Nunuy Nurjanah
999856
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2005
(2)
i
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI
Promotor Merangkap Ketua,
Prof. Dr. H. Yus Rusyana
NIP 130203746
Ko-Promotor Merangkap Sekertaris,
Prof. Dr. H. J. S. Badudu
NIP 130442460
Anggota,
Prof. Dr. H. Ahmadslamet Harjasujana, M.A., M.Sc.
(3)
(4)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Penerapan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia: Studi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II di SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 14 Januari 2005 Yang membuat pernyataan,
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemurah atas kekuatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini berjudul “Penerapan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia: Studi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II di SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung”. Maksud penyusunan tulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata tiga pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian model belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia ini bertujuan meningkatkan efektivitas pembelajaran berdasarkan pengalaman menulis dalam usaha mengkonstruksi pengetahuan siswa sesuai dengan prinsip konstruktivisme.
Banyak hambatan dan rintangan yang dialami penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Namun, berkat pertolongan Allah Yang Mahakasih dan bantuan berbagai pihak akhirnya tulisan ini dapat diselesaikan. Untuk itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Pertama, penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan rasa terima
kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Yus Rusyana selaku promotor, Bapak Prof. Dr. H. J. S. Badudu selaku ko-promotor, dan Bapak Prof. Dr. H.
(6)
v
Ahmadslamet Harjasujana, M.A., M.Sc. selaku anggota promotor yang dengan bijaksana, tulus, dan sungguh-sungguh telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan tulisan ini.
Kedua, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya disampaikan kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Asmawi Zainul, M.A. selaku Direktur Program Pascasarjana UPI, Bapak Prof. Dr. H. Yus Rusyana selaku ketua program studi, dan Bapak Prof. Dr. H. Syamsuddin A.R., M.S. selaku sekretaris program studi yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan studi.
Ketiga, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh dosen PPs UPI yang telah memberi tambahan ilmu dan pengalaman akademis yang sangat berharga.
Keempat, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed. selaku Rektor UPI, Bapak Prof. Dr. H. Chaedar Alwasilah, M.A. selaku Dekan FPBS
UPI, serta Bapak Drs. Usep Kuswari, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI, dan Bapak Drs. Dingding Haerudin, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah yang telah mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi.
Kelima, ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat Ibu Kepala Sekolah SMPN I Banjaran Bandung, ibu/bapak guru, serta seluruh staf tata usaha SMPN I Banjaran Bandung yang telah membantu kelancaran proses penelitian penulis.
Keenam, rasa terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman
(7)
vi
M.Pd. (alm.), Drs. Fahruroji, M.Pd., dan Dr. I Nengah Marta yang telah saling memberi bantuan selama proses pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, PPs UPI.
Ketujuh, ungkapan terima kasih dan pengabdian yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada ibunda dan ayahanda tercinta yang dengan sabar dan penuh kasih sayang telah mendorong dan menasihati penulis untuk menyelesaikan studi.
Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga
dipersembahkan kepada suaminya tercinta Drs. Mamat Supriatna, M.Pd. dan anak-anaknya tersayang Nina Konitat Supriatna, Nisrina Khairunnisa Supriatna, dan Muhamad Ramdani Supriatna yang dengan rela mendorong, merestui, dan mendampingi penulis.
Terakhir, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Hanya kepada Allah-lah semuanya dikembalikan. Semoga amal baik semuanya diterima dan dibalas oleh-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
Bandung, 14 Januari 2005 Penulis,
(8)
vii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA
(Studi Eksperimen atas Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas II SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung)
Penelitian ini diawali dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia di SMP. Hasil survai membuktikan bahwa pembelajaran menulis belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk menulis, tetapi masih didominasi oleh guru dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui model yang efektif dalam pembelajaran menulis. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang keberterimaan, perbandingan, dampak, kelebihan, kelemahan, dan hasil pembelajaran menulis model belajar konstruktivisme.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode eksperimen. Subjeknya 81 orang siswa kelas 2 SMPN I Banjaran: 41 orang (kelas eksperimen) , dan 40 orang (kelas kontrol). Instrumen pengumpulan datanya adalah tes, observasi lapangan, angket, dan wawancara. Untuk analisis data kuantitatif digunakan teknik analisis statistik yaitu uji t, sedangkan untuk data kualitatif digunakan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitiannya adalah (1) secara umum model belajar konstruktivisme dapat diterima oleh siswa sebagai suatu kemudahan dalam belajar menulis, (2) model konstruktivisme memiliki keunggulan secara komparatif terhadap model belajar konvensional yang digunakan di kelas kontrol, (3) secara umum model belajar konstruktivisme dapat meningkatkan seluruh aspek keterampilan menulis, (4) keunggulan model belajar konstruktivisme adalah melatih sistematika berpikir, memotivasi untuk berbuat lebih kreatif, dan memberikan lingkungan belajar yang kondusif berupa lingkungan alam sebagai sumber belajar, (5) kelemahan model belajar konstruktivisme adalah perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam mengkontruksi pengetahuannya, dan (6) model belajar konstruktivisme mempunyai perbedaan yang signifikan dengan metode konvensional terhadap peningkatan kemampuan menulis kelas eksperimen.
Studi ini memiliki implikasi teoretis dan praktis tentang pengembangan model belajar konstruktivisme. Secara teoretis, studi ini berimplikasi bahwa siswa seharusnya dipandang sebagai individu yang memiliki potensi yang unik untuk berkembang, bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk diisi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis, studi ini berimplikasi bahwa model belajar konstruktivisme dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya melalui bahasa tulisan.
(9)
viii ABSTRACT
AN APPLICATION OF CONSTUCTIVISM LEARNING MODEL IN LEARNING WRITING IN INDONESIAN
(A experimental study on the Indonesian writing skills of the second grade students’ of the SMPN I Banjaran, Bandung regency)
The research was conducted as the needs for improving the students’ writing skills in learning writing in Indonesian in secondary schools (SMP). The survey indicated that teaching writing had not optimazed the students’ writing skills, but were still dominated by the teachers through lecture and question-answer methods.
Generally, the aim of the research is to develop an effective model in learning and teaching writing. Specifically, this research is expected to obtain an illustration of acceptability, comparison, impact, strength, shortcomings, and the results of learning through constructivism learning model in learning writing.
This research used a quantitative & qualitative approach, and a quasi-experimental method. The subjects of this research were 81 the second grade students of SMP N I Banjaran that involved 41 students in the experimental class and 40 students in the control class. The instruments of collecting data were tests, field observations, questionaires, and interviews. The statistical procedure for the quantitative method was a t-test, while the descriptive analysis was used for interpreting the qualitative data.
It was concluded that (1) the constructivism learning model could generally be accepted by the students as an assistance in learning writing, (2) the constructivism model showed comparatively more successful than the non-constructivism model in control class, (3) the constucvtivism model was generally able to improve all aspects of writing skills, (4) the strength of constructivism learning model was that it could train students’ cognitives, motivate students’ creativity, and provide a condusive learning environment for utilizing nature as a learning resource, (5) the weakness of this model was that it took a relatively long time of adaptation for self-learning to construct the knowledge, and (6) the constuctivism model provided significant improvement to the students’ writing skills of experimental groups.
This study may theoritically and practically affect the development of the constructivism learning model. Theoritically, this study recommends that the students should be regarded as individuals with unique potentials for development, not as a rubish bin. Practically, this study also recommends that the constuctivism learning model is required to develop social intelligence of the students to develop their creativity through writing.
(10)
ix DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ...iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Permasalahan ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Hipotesis ... 11
E. Metode Penelitian ... 12
(11)
x
BAB II MENULIS DAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME ... 14
A. Menulis…………... 14
1. Pengertian Menulis ... 14
2. Sifat Alamiah Anak untuk Menulis ... 21
3. Pengembangan Kecerdasan Intelektual ... 23
4. Problematika Menulis ... 25
5. Bentuk Pengajaran Menulis yang Diharapkan ... 27
6. Evaluasi Hasil Belajar Menulis ... 36
B. Konstruktivisme ... 43
1. Pengertian Konstruktivisme ... 43
2. Hubungan Konstruktivisme dengan Beberapa Teori Balajar ... 48
3. Implikasi Konstruktivisme pada Proses Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia ... 59
4. Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia……… ... 60
5. Pelaksanaan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis ... 73
BAB III METODE PENELITIAN ... 86
A. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 86
B. Desain Penelitian...87
(12)
xi
C. Prosedur Penelitian ... 88
D. Waktu Penelitian ... 90
E. Instrumen Penelitian ... 92
1. Pedoman Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme ... 92
2. Instrumen Tes ... 92
3. Kuesioner ... 93
4. Transkrip Pembelajaran ... 94
F. Perlakuan ... 95
G. Prosedur Pengumpulan Data ... 95
H. Validitas ... 96
1. Validitas Internal... ...96
2. Validitas Eksternal ... 98
H. Teknik Analisis Data ... 99
1. Analisis Karangan . ... 99
2. Pengolahan Nilai Karangan ... 106
BAB IV. ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 108
A. Latar Sosial Subjek Penelitian ... 108
B. Survai Pembelajaran Menulis Prapenelitian ... 111
(13)
xii
2. Kendala-kendala Guru dalam Pembelajaran Menulis di SMP ... 112
3. Pembelajaran Menulis yang Dilakukan oleh Guru ... 113
4. Analisis Proses Pembelajaran Praperlakuan ... 118
5. Analisis Kemampuan Menulis Siswa pada Waktu Survai PBM Menulis Prapenelitian ... 119
C. Perencanaan Model Pembelajaran ... 129
1. Skenario Pembelajaran ... 130
2. Pembahasan Skenario Pembelajaran...133
D. Data Temuan Proses Pembelajaran Model Konstruktivisme ... 133
1. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme 133 2. Analisis Perkembangan Kemampuan Menulis Siswa ... 146
3. Motivasi serta Respon Siswa terhadap Materi Pembelajaran ... 227
E. Data Temuan Pascaperlakuan ... 231
1. Analisis Kemampuan Menulis ... 231
2. Peningkatan Kemampuan Menulis ... 256
3. Analisis Hasil Penilaian Tes Menulis ... 264
a. Uji Normalitas Data ... 270
b. Uji Homogenitas Data dan Penilaiannya ... 272
c. Hasil Uji t Kemampuan Menulis Antara Skor Prates dan Pascates ... 276
(14)
xiii
d. Hasil Uji t Kemampuan Menulis Antara Skor Pascates Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 279
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 283
A. Pembahasan Hasil Prapenelitian ... 283
B. Pembahasan Hasil Proses Pembelajaran ... 285
1. Hasil Refleksi Pembelajaran Tahap Pertama ... 285
2. Hasil Refleksi Pembelajaran Tahap Kedua ... 287
3. Hasil Refleksi Pembelajaran Tahap Ketiga ... 288
C. Pembahasan Hasil Pascapembelajaran Menulis ... 289
1. Pembahasan Analisis Pascapembelajaran Menulis ... 289
2. Pembahasan Hasil Penilaian Karangan ... 296
D. Pembahasan Model Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis ... 300
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 307
A. Simpulan ... 307
B. Implikasi Penelitian ... 314
C. Rekomendasi Penelitian ... 316
DAFTAR PUSTAKA ... 319
(15)
xiv
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Pedoman Penilaian Karangan ... 39
Tabel 2.2 Pedoman Analisis Karangan ... .40
Tabel 2.3 Persamaan Proses Menulis dan Proses Berfikir ... 67
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran Menulis ... 91
Tabel 3.2 Sebaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 92
Tabel 3.3 Motivasi Siswa pada Materi Pembelajaran Menulis ... 94
Tabel 3.4 Kegiatan dan Data yang Diperoleh dari Kegiatan Penelitian... 96
Tabel 3.5 Pedoman Analisis Kemampuan Menggunakan EYD ... 99
Tabel 3.6 Pedoman Analisis Kemampuan Memilih Kata ... 101
Tabel 3.7 Pedoman Analisis Kemampuan Membuat Kalimat ... 102
Tabel 3.8 Pedoman Analisis Kemampuan Menggunakan Kohesi ... 103
Tabel 3.9 Pedoman Analisis Aspek Kognitif dalam Karangan ... 104
Tabel 3.10 Pedoman Analisis Aspek Afektif/Emosional ... 105
Tabel 4.1 Hasil Penilaian LKS Kelas Eksperimen I (IIF)...224
Tabel 4.2 Hasil Penilaian LKS Kelas Eksperimen 2 (IIG) ... 226
Tabel 4.3 Motivasi Siswa terhadap Materi Pembelajaran Menulis ... 228
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Prates Menulis Siswa Kelas Eksperimen 1 (Kelas II F) ... 240
(16)
xv
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Pascates Menulis Siswa Kelas
Eksperimen 1 (Kelas II F) ... 255
Tabel 4.6 Skor Prates-Pascates Kelas Eksperimen 1 (kelas II F) ... 256
Tabel 4.7 Skor Prates-Pascates Kelas Eksperimen 2 (kelas II G) ... 258
Tabel 4.8 Skor Prates-Pascates Kelas Kontrol (kelas II E) ... 259
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data dengan Chi Kuadrat (χ2hitung) terhadap Skor Prates Kelas Eksperimen II F dan II G ... 271
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data dengan Chi Kuadrat (χ2hitung) terhadap Skor Prates-pascates Kelas Eksperimen II F dan II G ... 271
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas (χ2hitung) terhadap Skor Pascates Kelas Kontrol ... 271
Tabel 4.12 Hasil Uji t Kemampuan Menulis Antara Skor Prates dan Pascates Kelas Eksperimen I (Kelas II F) ... 277
Tabel 4.13 Hasil Uji t Kemampuan Menulis Antara Skor Prates dan Pascates Kelas Eksperimen 2 ( Kelas II G) ... 278
Tabel 4.14 Hasil Uji t Kemampuan Menulis Antara Skor Prates dan Pascates Kelas Kontrol ( Kelas II E) ... 279
Tabel 4.15 Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Aspek Keterampilan Menulis Kelas Eksperimen 1 (IIF) dengan Kelas Kontrol (IIE) ... 280
Tabel 4.16 Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Aspek Keterampilan Menulis Kelas Eksperimen 2 (IIG) dengan Kelas Kontrol (IIE) ... 281
Tabel 4.17 Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Aspek Keterampilan Menulis Kelas Eksperimen 1 (IIF) dengan Kelas Eksperimen 2 (IIG) ... 282
(17)
xvi
Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1 (Kelas IIF) ... 261
Grafik 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 2 (Kelas IIG) ... 262
Grafik 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol (Kelas 2E) ... 263
Grafik 4.4 Kemampuan Menulis Kelas Eksperimen I (Kelas II F) ... 265
Grafik 4.5 Kemampuan Menulis Kelas Eksperimen 2 (Kelas II G) ... 267
(18)
xvii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Komponen-komponen Model Belajar Konstruktivisme ... 61
Gambar 2.2 Bagian Otak Manusia ... 62
Gambar 2.3 Belahan Otak Manusia ... 63
Gambar 2.4 Aktivitas Otak Kiri dan Otak Kanan Manusia ... 64
Gambar 2.5 Model Konstruktivisme dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia.75 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme .... 90
(19)
xviii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Pedoman Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme ... 323
Lampiran 2 Soal Prates dan Pascates... 367
Lampiran 3 Pedoman Penilaian Karangan ... 369
Lampiran 4 Contoh Penilaian dan Analisis Karangan ... 371
Lampiran 5 Angket dan Kuesioner Guru dan Siswa ... 394
Lampiran 6 Data Karangan Siswa Hasil Prates Kelas Eksperimen 1 (IIF) ... 396
Lampiran 7 Data Karangan Siswa Hasil Pascates Kelas Eksperimen 1 (IIF) ... 406
Lampiran 8 Data Statistik Penelitian ... 416
Lampiran 9 Surat Keputusan dan Keterangan ... 446
(20)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu-isu yang bertalian dengan rendahnya mutu pendidikan telah menjadi isu sentral yang banyak ditulis dan diperbincangkan, baik dalam forum resmi maupun tidak resmi. Tudingan itu sudah menjadi lingkaran setan antara perguruan tinggi, pengembang kurikulum, pusat-pusat diklat guru, sekolah menengah tingkat atas, sekolah menengah tingkat pertama, sekolah dasar, masyarakat, dan akhirnya kembali
lagi ke perguruan tinggi dan terus begitu tidak akan pernah berakhir.
Pendidikan dasar--yang dianggap sebagai fondasi yang harus dilalui dan diperlukan setiap warga negara, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun sekedar untuk hidup--tetap mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Para pengamat dan pakar pendidikan menilai bahwa siswa SD dan SMP sekarang dinilai hanya pandai menghafal. Mereka cenderung tidak mampu memecahkan masalah yang menuntut kemampuan berpikir analisis dan logis.
Sampai saat ini masyarakat masih belum merasa puas terhadap hasil pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya keluhan bahwa lulusan pendidikan dasar masih belum terampil berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Guru bahasa Indonesia harus lapang dada menerima untuk sementara, sambil berusaha memperbaikinya. Keadaan seperti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain guru, siswa, saranaprasarana, situasi, serta lingkungan.
(21)
Selain itu, kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia sampai saat ini dilaksanakan dengan melihat bahasa dari berbagai aspek. Akibatnya, ada pembelajaran membaca, pelajaran kosakata, pembelajaran struktur, pembelajaran menulis, pembelajaran pragmatik, dan pembelajaran apresiasi bahasa, dan pembelajaran sastra Indonesia secara terpisah-pisah.
Dengan kata lain penekanan pembelajaran bahasa Indonesia hanya berorientasi pada pencapaian target kurikulum, lulus EBTANAS, serta terjaring di SMP,
SMU, dan UMPTN yang memuat aspek kognitif saja. Akibatnya, pembelajaran bahasa Indonesia lebih banyak diwarnai dengan pembelajaran tentang bahasa (tata bahasa, kosakata, pragmatik, teori, dan sejarah sastra yang diberikan terpisah-pisah) dan bukan pada keterampilan berbahasa.
Sehubungan dengan hal tersebut, Sumardi (1988) menguraikan masalah pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: (a) guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada mengemukakan keterampilan berbahasa; (b) bahan pembelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, tetapi banyak berkisar pada pembahasan unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis dan kurang menekankan keterampilan menggunakan unsur-unsur tersebut; (c) proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru, yang berarti kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan, serta (d) struktur bahasa terlepas-lepas, kurang integratif, dan kurang menekankan kebermaknaan keterampilan berbahasa secara integratif.
Ada beberapa masalah yang menyangkut rendahnya mutu pembelajaran keterampilan berbahasa ini. Imran (2000:17) menjelaskan bahwa menurut penelitian
(22)
paling rendah di Asia. Begitu juga menurut laporan Bank Dunia (1998) tentang hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia Timur. Rata-rata hasil tes membaca di beberapa negara menunjukkan sebagai berikut: Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%, Filipina 52,6%, dan Indonesia 51,7% ( Semiawan, 2003: 574). Selanjutnya, Semiawan juga menjelaskan bahwa hasil penelitian itu menunjukkan para siswa di Indonesia hanya mampu memahami 30% dari materi bacaan dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian
yang memerlukan penalaran. Semiawan juga menuliskan prestasi siswa SLTP kelas II di Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA dan ke-34 untuk Matematika dari 38 negara peserta. Hal ini didasarkan atas temuan The Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999. Berkenaan dengan ini, Sarwoko (2003) menyebutkan bahwa menulis merupakan budaya intelektual yang memprihatinkan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan siswa sulit menulis. Salah satunya dikemukakan oleh Safei (1988:47-48).
Kesulitan dalam menulis yang dialami oleh siswa dikarenakan siswa tidak biasa untuk dilatih menulis sejak awal. Dalam latihan menulis kesulitan yang dialami siswa timbul karena kesulitan untuk menyusun kalimat yang pertama. Mereka bingung dari mana harus memulai menulis dan bagaimana membuka kalimat yang pertama dalam menulis. Menentukan pokok-pokok karangan merupakan hal yang sulit bagi siswa. Ucapan-ucapan siswa seperti “saya bingung tidak tahu apa yang akan saya tulis”. “Sebetulnya saya mempunyai banyak bahan/hal yang ingin saya tulis, tetapi saya tidak tahu bagaimana memilihnya”. “Beberapa kali saya mengubah perihal pokok yang ingin saya tulis tapi belum juga mendapatkan yang mantap”. Ucapan-ucapan ini menunjukkan bahwa siswa sulit untuk memulai menulis.
Padahal minat kegemaran membaca dan menulis sangat penting untuk kemajuan dan peradaban suatu bangsa. Sejarah mencatat, manusia meninggalkan zaman primitif setelah mengenal budaya baca tulis. Kejayaan masa lalu dan pemikiran
(23)
tokoh-tokoh besar dunia akan tetap hidup berkat tulisan.
Pendidikan bahasa sesungguhnya diajarkan bukanlah dengan tujuan agar siswa memahaminya sebagai sejenis pengetahuan, sehingga berkesan seolah–olah siswa itu tengah disiapkan untuk menjadi seorang ahli bahasa. Akhirnya, siswa akan dijejali oleh sejumlah perangkat, aturan, dan hukum-hukum tata bahasa yang mesti dihapalnya di luar kepala; tidak mempergunakannya dalam suatu pengalaman berbahasa.
Pendidikan bahasa hendaknya difokuskan pada keterampilan berbahasa yang menyangkut pada empat kemampuan dasar, yakni kemampuan berbicara, menyimak, membaca, serta menulis dan menalar. Mengajarkan keterampilan menulis kepada siswa tidak berarti ingin menjadikan siswa seorang penulis, tetapi setidak-tidaknya dengan kemampuan menulis yang baik, siswa dapat berhasil dalam pendidikan. Keterampilan di dalam menulis sangat diperlukan untuk menuliskan jawaban ujian-ujian yang berbentuk esai, mengungkapkan gagasan-gagasan yang lahir agar dapat dibaca orang lain, dan dapat menulis paper/skripsi/tesis/disertasi ketika di perguruan tinggi. Setelah lulus dari perguruan tinggi, keterampilan menulis tetap diperlukan dalam lapangan kerja masing-masing, untuk menyusun rencana yang sistematis, membuat laporan yang efektif, menulis suatu makalah/paper dengan gaya tulis yang lincah, baik, dan benar.
Menurut Depdikbud (1994:15), salah satu tujuan khusus pembelajaran penggunaan bahasa ialah bahwa hendaknya siswa mampu mangungkapkan gagasan, pendapat, pengetahuannya secara tertulis dan memiliki kegemaran menulis. Untuk mengembangkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan, siswa perlu diberi latihan
(24)
Dalam penjelasan kurikulum untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP dinyatakan bahwa, kurikulum 1994 disusun dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan “komunikatif” dengan tema sebagai titik tolak pengembangan bahan pembelajaran, sedangkan kurikulum sebelumnya menggunakan pendekatan yang mengarah pada “struktur”. Pendekatan komunikatif lebih memandang bahasa dari segi fungsinya, yaitu bahasa sebagai alat komunikasi. Karena itu, pembelajaran bahasa diajarkan dengan
suatu konteks, dalam hal ini tema, sedangkan pendekatan struktur lebih menekankan bahasa dari segi ilmu kebahasaannya. Di samping itu, kurikulum 2004 menuntut strategi yang lebih mengaktifkan siswa dalam belajar. Siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk “membangun” pengetahuannya sendiri, dengan rangsangan guru, daripada hanya sebagai penerima informasi secara pasif. Diungkapkan pula bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya untuk meningkatkan pengetahuan intelektual, berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna untuk memecahkan masalah, kematangan emosional, dan sosial (Depdinas, 2003).
Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup secara tertulis yang dapat dipahami orang lain sehingga sebuah tulisan akan memberikan masukan tertentu. Menulis menuntut beberapa kemampuan sekaligus. Di samping harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis, juga harus mengetahui bagaimana cara menuliskannya. Pertama, menyangkut isi dari tulisan dan kedua, menyangkut aspek kebahasaan serta teknik penulisan. Dengan demikian, menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan yang lebih
(25)
Guru bahasa Indonesia harus mampu membuat siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam semua fungsinya, terutama fungsi komunikasi. Selain itu, siswa hendaknya tidak hanya dilatih keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, melainkan dilatih berpikir dan bernalar secara tertib dalam bahasa Indonesia.
Nickerson (1985) melukiskan hubungan menulis dengan berpikir sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa. Nickerson mengatakan bahwa Frozen Speech
atau ujaran adalah nama lain bagi menulis. Menulis memberikan sumbangan berharga bagi peradaban, yakni catatan abadi. Catatan abadi mendorong percepatan akumulasi pengetahuan. Menulis tidak hanya melambangkan pikiran untuk disebarkan, tetapi juga sebagai sarana berpikir itu sendiri. Alasannya, menulis jelas menunjang berpikir jernih serta berpikir jernih menunjang dan menjadi dasar menulis jelas. Menulis menuntut orang bertanggung jawab atas penggunaan kata-kata dan membuat orang berpikir lebih bijaksana. Proses menulis mirip dengan proses berpikir dan sebaliknya proses berpikir mirip dengan proses menulis.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelajaran menulis perlu beralih dari model belajar konvensional yang dilandasi oleh asumsi bahwa “pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa” ke model belajar modern di antaranya adalah model belajar konstruktivisme. Model ini berdasarkan asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran siswa”. Dalam model belajar konvensional guru banyak memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam pikiran siswa, tanpa memikirkan gagasan-gagasan yang sudah ada pada diri siswa. Guru berpikir bahwa setelah proses pembelajaran, di dalam pikiran siswa
(26)
ini telah menimbulkan kegagalan dalam proses pembelajaran menulis karena menulis merupakan keterampilan nalar dan pengontruksian gagasan yang perlu pengembangan pikiran oleh siswa itu sendiri. Keterampilan menulis tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, tetapi keterampilan menulis harus dibangun oleh siswa itu sendiri.
Prinsip dasar model konstruktivisme adalah (a) pengetahuan terdiri dari past construction, (b) pengontruksian pengetahuan terjadi melalui asimilasi dan akomodasi; (c) mengacu kepada belajar sebagai proses organik penemuan, lebih dari skedar proses mekanik akumulasi; dan (d) mengacu kepada mekanisme dengan makna perkembangan kognitif dapat berlangsung (Suparno: 2001). Sebelum mendeskripsikan idenya melalui tulisan, siswa sudah mempunyai gagasan-gagasan tentang peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Gagasan-gagasan tersebut merupakan pengetahuan pribadi siswa, yaitu gagasan-gagasan yang terbentuk melalui belajar informal dalam proses memahami pengalamannya sehari-hari. Siswa membangun pengetahuannya “persis” sama dengan pengalamannya.
Di samping itu, pendekatan konstruktivisme, sejalan dengan keterampilan proses, keterampilan terpadu, dan pendekatan whole language. Pembelajaran model ini tidak dilaksanakan terpisah-pisah, tetapi dilaksanakan secara utuh sesuai dengan minat, kemampuan, dan keperluan belajar. Aspek kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan kosakata disajikan secara bersamaan sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan emosional, kognitif, dan sosial budaya.
Dasar sebuah tulisan adalah berpikir kritis dan logis. Untuk itu, tulisan harus bertolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu
(27)
kuat untuk menulis. Oleh sebab itu, penulis harus meneliti dan mengkonstruksi fakta-fakta yang akan dipergunakan untuk membuat tulisan dan harus meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia dapat mengkonstruksi suatu tulisan yang logis menuju pada suatu kesimpulan yang dapat dipertangungjawabkan.
Penelitian mengenai penerapan model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis belum pernah dilakukan. Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan
pembelajaran menulis yang ditemukan di perpustakaan-perpustakaan berkisar pada masalah korelasi antara pengetahuan menulis dengan kemampuan menulis, kesalahan berbahasa, dan ciri-ciri bahasa tulis siswa. Hasil-hasil penelitian tersebut antara lain dikemukakan sebagai berikut.
Sapani (1986) menyimpulkan bahwa para siswa masih membuat kesalahan aspek linguistik dalam karangannya. Suriamiharja (1987) menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan dan keterampilan menulis. Hal ini karena menulis merupakan kegiatan sosial dan kognitif. Rekomendasinya, agar pembelajaran menulis bisa lebih berhasil, faktor psikologi dan sosiologi harus lebih diperhatikan.
Nenden (1990) menyimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris memiliki kualitas keterampilan menulis bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang seimbang. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menulis komposisi bahasa Indonesia dan kemampuan menulis komposisi bahasa Inggris.
Gipayana (1998) menyimpulkan bahwa model pembelajaran menulis dengan
(28)
siswa SD dibandingkan dengan model pembelajaran menulis cara konvensional. Selanjutnya, peneliti merekomendasikan bahwa kontribusi pengetahuan tentang menulis untuk tingkat dasar relatif kecil (32,21%), sehingga untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa, pembelajaran menulis di tingkat dasar jangan terlalu menjurus ke pembelajaran pengetahuan tentang menulis yang bersifat mekanis. Pembelajaran menulis hendaknya menjurus pada kegiatan praktis.
Sutari (2001) menyimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia telah memahami dan mampu menulis cerpen berdasarkan “writing workshop” berupa karangan cerpen realistik, cerpen misteri, cerpen sejarah, cerpen religius, cerpen fantasi, dan cerpen percintaan yang digali dari pengalaman sendiri, pengamatan, dan hasil membaca.
Keberhasilan penerapan model belajar konstruktivisme yang diterapkan dalam bidang sains yang diaplikasikan dalam pembelajaran dengan pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat sudah menunjukkan keberhasilan yang memuaskan di Indonesia (Hidayat, 1996). Dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia konsep-konsep konstruktivisme ini belum diterapkan. Tesis dan disertasi menulis selama ini belum mencerminkan pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivisme.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. “Apakah model belajar konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia di kelas II SMP?” Permasalahan ini dirumuskan menjadi permasalahan-permasalahan yang lebih operasional sebagai berikut.
(29)
1) Apakah model belajar konstruktivisme diterima siswa sebagai suatu kemudahan dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia?
2) Apakah model belajar konstruktivisme memiliki keunggulan komparatif terhadap model belajar konvensional dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia? 3) Bagaimana dampak pembelajaran menulis model konstruktivisme terhadap
kemampuan menulis bahasa Indonesia di SMP?
4) Adakah pengaruh yang signifikan antara model belajar konstruktivisme dengan
kemampuan menulis siswa?
5) Bagaimana hasil pembelajaran menulis bahasa Indonesia dengan menggunakan model belajar konstruktivisme di SMP?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) mengujicobakan model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia kelas II SMP.
2) mendeskripsikan keberterimaan model belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia;
3) mendeskripsikan keunggulan model konstruktivisme dibandingkan dengan model belajar konvensional dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia;
4) mendeskripsikan dampak pembelajaran menulis model konstruktivisme terhadap kemampuan menulis bahasa Indonesia di SMP;
5) mengetahui signifikansi model belajar konstruktivisme; dan
6) mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis bahasa Indonesia model belajar
(30)
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis bahasa Indonesia antara siswa yang menggunakan model belajar konstruktivisme dengan siswa yang menggunakan model konvensional.
Ha : Kemampuan menulis bahasa Indonesia siswa yang menggunakan model belajar konstruktivisme lebih tinggi daripada kemampuan menulis siswa yang
menggunakan model belajar konvensional.
Dari hipotesis alternatif tersebut dijabarkan hipotesis-hipotesis sebagai berikut.
1) Setelah mendapat perlakuan, kelompok siswa yang mendapat perlakuan model konstruktivisme menunjukkan peningkatan dalam aspek organisasi yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mendapat perlakuan model konvensional. 2) Setelah mendapat perlakuan, kelompok siswa yang mendapat perlakuan model
konstruktivisme menunjukkan peningkatan dalam aspek kosakata yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mendapat perlakuan model konvensional. 3) Setelah mendapat perlakuan, kelompok siswa yang mendapat perlakuan model
konstruktivisme menunjukkan peningkatan dalam aspek bahasa yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mendapat perlakuan model konvensional. 4) Setelah mendapat perlakuan, kelompok siswa yang mendapat perlakuan model
konstruktivisme menunjukkan peningkatan dalam aspek penulisan kata yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mendapat perlakuan model konvensional.
(31)
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan teknik deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengujicobakan hasil rancangan, implementasi rancangan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran model belajar konstruktivisme dalam menulis bahasa Indonesia untuk SMP kelas II. Sebagai alat pengumpul data utamanya dilakukan prates dan pascates. Selain itu, alat pengumpul data ditambah dengan pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis model konstruktivisme di
kelas eksperimen. Oleh sebab itu, selain metode eksperimen digunakan pula metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan awal, proses pembelajaran menulis model konstruktivisme, dan kemampuan akhir menulis siswa model konstruktivisme di kelas eksperimen.
Digunakannya metode eksperimen dan teknik deskriptif analitik mempunyai keuntungan multiguna berdasar analisis proses dan hasil (outcome) sekaligus. Kedua jenis metode itu saling melengkapi satu sama lain; dasar metode kualitatif dibangun dengan dasar kuantitatif, juga sebaliknya. Perbedaan cara mengoleksi data antara dua metode itu dapat saling mengoreksi satu sama lain (Cook & Reichardt, 1979: 19-24).
F. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung. Populasi penelitian ini adalah kemampuan menulis siswa kelas II SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung. Dari sembilan kelas ( IIA –II I) populasi tersebut diambil tiga kelas sebagai sampel penelitian, yakni kelas II E, II F, dan II G.
(32)
Penelitian ini melibatkan 81 (delapan puluh satu) orang siswa kelas II SMPN I Banjaran Kabupaten Bandung: 41 orang sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari kelas eksperimen (II F) berjumlah 41 orang dan kelas kontrol yaitu kelas IIE yang berjumlah 40 orang. Selain itu, penelitian ini ditambah dengan kelas pembanding--kelas eksperimen 2 (IIG) berjumlah 41 orang sebagai standar yang dilakukan oleh peneliti.
(33)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Belajar adalah proses yang menyebabkan terjadinya perubahan yang tetap dari
tingkah laku seseorang. Belajar menghasilkan perubahan dalam pandangan
tentang fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, keterampilan dalam menyelesaikan
permasalahan, keterampilan motorik atau dalam sikap, perasaan, keyakinan,
dan perhatian. Beberapa bentuk belajar dapat dilakukan dengan cepat, tapi
bentuk lain memerlukan waktu dan pengalaman yang cukup lama untuk
mengembangkannya. Ada pengetahuan yang bertahan cukup lama dan ada
yang perlu diperkuat berulang kali agar tidak cepat dilupakan (Katu, 1999:1-2).
2. Model belajar adalah deskripsi suatu lingkungan pembelajaran yang disusun
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan menjadi alat belajar bagi siswa
(Joyce dan Weil, 2000:13); suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola
pembelajaran tertentu untuk mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa. Model belajar
yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan model belajar konstruktivisme dengan siklus belajar yang terdiri dari tahap eksplorasi, penemuan konsep, dan
aplikasi.
3. Konstruktivisme adalah suatu filsafat kognitif yang berpandangan bahwa
pengetahuan itu adalah hasil konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan
seseorang. Pengetahuan ilmiah itu berevolusi, bersifat sementara, tidak statis,
dan merupakan proses. Proses konstruksi dan reorganisasi itu berlangsung
terus-menerus di dalam diri seseorang yang membentuknya (Suparno, 1997:
(34)
4. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1983 :21). Kemampuan menulis
adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafik yang
dimengerti, baik oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang
mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut
dengan memperhatikan aspek-aspek: isi karangan, organisasi, kosakata,
bahasa, dan penulisan.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metoda eksperimen dengan The
Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Pengaruh perlakuan diperhitungkan melalui perbedaan antara pascates dan prates pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Treatment group Control group
(Fraenkel dan Wallen, 1990: 238) Keterangan : R = Subjek eksperimen secara acak.
O = Prates dan pascates.
X1 = Perlakuan di kelas eksperimen berupa pembelajaran model
belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menulis bahasa
Indonesia di SMP.
X2 = Pembelajaran yang berjalan seperti biasanya (konvensional) yang
dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas kontrol.
R O X
1O
R O X
2O
(35)
C. Prosedur Penelitian
Sebagai langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan studi pendahuluan
yang meliputi studi literatur dan studi pendahuluan di kelas pada waktu
pembelajaran menulis. Hasilnya dipakai untuk menentukan konsep-konsep yang
akan diteliti dan menentukan variabel penelitian, yaitu model belajar konstruktivisme
dan kemampuan awal keterampilan menulis bahasa Indonesia.
Langkah selanjutnya melihat materi dalam GBPP tahun 1994 suplemen
tahun 1999 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Bahasa Indonesia, sehingga
diperoleh pokok-pokok bahasan menulis untuk kelas II SMP yaitu mengambil ide
dalam bacaan, menulis surat resmi dan tidak resmi, serta membuat karangan dari
pengalaman yang paling menarik. Kajian lebih lanjut tentang indikator penilaian
menulis (yang dapat dikembangkan, dideskripsikan, dan diukur) dari teori yang
sudah ada serta cara-cara menganalisis karangan berdasarkan tuntutan KBK yang
terfokus pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Akhirnya, dirumuskan suatu
rencana pembelajaran menulis model belajar konstruktivisme di SMP Kelas II.
Untuk melihat proses pembelajaran sebagai data kuantitatif dan kualitatif
dilakukan dengan melihat pelaksanaan pembelajaran oleh guru melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengadakan prates, baik terhadap kelompok eksperimen maupun terhadap
kelompok kontrol.
2. Melaksanakan pembelajaran menulis bahasa Indonesia model belajar
konstruktivisme terhadap kelompok eksperimen yang dilakukan oleh peneliti dan kelas eksperimen lainnya yang dilakukan oleh guru.
3. Mengamati, mendeskripsikan, menganalisis, dan membahas data verbal dan
data nonverbal pada saat penelitian berlangsung untuk menggali kemampuan
(36)
4. Mengadakan pascates, baik terhadap kelompok eksperimen maupun terhadap
kelompok kontrol.
Langkah selanjutnya menganalisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menulis bahasa Indonesia di SMP untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
1. Menganalisis karangan siswa berdasarkan teori yang dikemukakan Wilkinson
(1983) yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk
mendeskripsikan secara kualitatif kemampuan siswa dalam mengembangkan
karangan sebagai bahan pertimbangan penilaian karangan.
2. Menilai karangan siswa berdasarkan kriteria penilaian yang dikemukakan oleh
Jakob, dkk. (1981) untuk menghasilkan data kuantitatif kemampuan menulis
yang dilakukan oleh tiga penilai.
3. Langkah akhir yaitu membandingkan perbedaan rerata yang diperoleh siswa
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji t
dan anova satu jalur untuk menentukan signifikansi perbedaan setiap kelompok
secara manual dan menggunakan jasa komputer SPSS versi 10.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat prosedur penelitian dalam bentuk gambar berikut ini
(37)
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme
D. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian ini adalah satu semester. Penelitian ini dilaksanakan
mulai 6 Januari 2003 sampai 24 Mei 2003. Pembelajaran dilaksanakan 11 kali
pertemuan, yaitu sembilan kali pertemuan tatap muka dan dua kali pertemuan
Mengkaji Kondisi
Lapangan
Mengkaji Tujuan dan Materi Pembelajaran Menulis dalam GBPP SMP Tahun 1994 dan KBK serta Perencanaan Pembelajaran
sesuai dengan Model Belajar
Konstruktivisme
Merancang Model Pembelajaran Menulis Bahasa
Indonesia Model Belajar Konstruktivisme
Mengkaji Teori Cara Menilai
Kemampuan Mengarang dan
Cara-cara Menganalisis Karangan
Pascates
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Pengkajian Teori-teori Belajar
Studi Pendahuluan
Menyusun Instrumen Pengumpul Data
Prates
Implementasi Model
Pembelajaran
Validitas Instrumen
(38)
masing-masing untuk prates dan pascates. Jadwal pembelajaran serta pokok
bahasannya dicantumkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Pelaksanaan Penelitian Pembelajaran Menulis
No Kegiatan Waktu Lama Tempat
1 Survey Pendahuluan 6, 11-15 Januari
2003
3 hari SMPN I
2. Pertemuan dengan Guru, Kepala Sekolah & Wakasek
17 & 18 Januari 2003
2 Hari SMPN I
3 Prates Menulis 25 Januari 2003 @ 2 X 45’ IIE, F, & G
4 Mengisi Kuesioner Siswa & Guru BI Prapenelitian
1 Februari 2003 @ 2 X 45’ SMPN I
5. Pertemuan PBM I Pengambilan Ide Suatu Bacaan
8 Februari 2003 @ 2 X 45’ II G II F 6. Pertemuan PBM II
Merangkai Ide-ide Pokok 15 Februari 2003 @ 2 X 45’
II G II F 7. Pertemuan PBM III
Pengambilan Ide Pokok dalam Suatu Observasi
1 Maret 2003 @ 2 X 45’ II G
II F 8. Pertemuan PBM IV
Latihan Membuat Kalimat
8 Maret 2003 @ 2 X 45’ II G
II F 9. Pertemuan PBM V
Membuat Surat
15 Maret 2003 @ 2 X 45’ II G
II F 10. Pertemuan PBM VI
Latihan Mengungkapkan Ide
22 Maret 2003 @ 2 X 45’ II G
II F 11 Pertemuan PBM VII
Mengarang Cerita Pendek
29 Maret 2003
@ 2 X 45’
II G II F 12 Pertemuan PBM VIII
Pengembangan Kerangka Karangan Menjadi Karangan
5 April 2003
@ 2 X 45’ II G II F 13 Pertemuan PBM IX
Penilaian Suatu Karangan
12 April 2003
@ 2 X 45’ II G II F
14 Pascates Menulis 19 April 2003
@ 2 X 45’
II G II F II E 15 Pengisian Kuesioner Siswa
Setelah Penelitian
3 Mei 2003
@ 2 X 45’
II G II F 16 Pengumpulan Data Nilai
Siswa dan Data Sekolah
10 Mei 2003
1 Hari SMPN I
17 Wawancara dengan Siswa Guru, Kepsek, dan Wakasek
24 Mei 2003 1 hari
(39)
Di bawah ini dapat dilihat sebaran siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dijadikan sampel penelitian.
Tabel 3.2
Sebaran Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
Sekolah
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah
IIF IIE
SMP N I Banjaran 41 40 81
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut.
1. Pedoman Pembelajaran Menulis Model Konstruktivisme
Pedoman tersebut merupakanacuanpembelajaran menulis bagi guru untuk
melaksanakan pembelajaran model konstruktivisme yang berisi (1) pendahuluan, (2)
alur pembelajaran, (3) lembar kerja siswa (LKS), (4) saran jawaban lembar kerja
siswa (LKS), (5) pengayaan, dan (6) pedoman penilaian. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat pada lampiran 1.
2. Instrumen Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data awal dan akhir mengenai penguasaan keterampilan menulis bahasa Indonesia. Untuk
keperluan itu dibuat tes mengarang sesuai dengan gambar. Instrumen tes yang digunakan yaitu prates dan pascates. Sebelum digunakan, instrumen tes tersebut
diuji agar validitas dan reliabilitasnya terpenuhi. Soal tes mengarang tersebut
diperiksakan kepada teman-teman seprofesi dan juga berdasarkan pertimbangan
pakar.
(40)
mengarang untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan menulis selama
kurang lebih 90 menit.
Kemampuan menulis secara kualitatif dilakukan dengan menganalisis
karangan siswa hasil prates dan pascates dengan menggunakan konstruksi
kemampuan menulis yang diadaptasi dari model yang dikemukakan oleh Wilkinson
(1983: 73), yaitu analisis aspek kebahasaan, analisis aspek kognitif, dan analisis
aspek afektif (tabel 2.2). Alasan dipakainya analisis ini didasarkan pada tuntutan
KBK dan berdasarkan kemampuan berpikir yang merupakan hasil kombinasi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik dari kriteria taksonomi Bloom.
Hasil prates dan pascates mengarang dinilai dengan menggunakan kriteria
yang diadaptasi dari ESL Composition Profile yang dikemukakanoleh Jakobs, dkk. (1981). Jabaran lengkap terhadap kemampuan menulis beserta tingkat
penguasaannya dapat dilihat dalam tabel 2.1.
3. Kuesioner
Instrumen lainnya seperti kuesioner adalah teknik pengumpul data dengan
memberikan sejumlah pertanyaan yang telah diterapkan sebelumnya secara tertulis. Oleh sebab itu, untuk mengisinya diperlukan kemampuan literasi dari pihak yang
disurvai. Keunggulannya dibandingkan dengan teknik wawancara, kuesioner dapat meliput informan dalam jumlah besar, hemat waktu, dan relatif mudah untuk
diadministrasi.
Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengetahui variabel
motivasi dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model
konstruktivisme. Dalam kuesioner, motivasi belajar siswa pada meteri
pembelajaran dinilai dalam bentuk skala sikap (SS = sangat setuju, S= setuju, KS=
(41)
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Motivasi Siswa pada Materi Pembelajaran Menulis
No Pernyataan SS S KS TS
1 Kesan saya selama mengikuti pembelajaran (menulis dan mengungkapkan ide dalam karangan) merasa sulit. 2 Pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan
lingkungan menarik minat saya pada pembelajaran menulis.
3 Adanya informasi pendahuluan dari guru, memudahkan pemahaman tujuan pembelajaran ini.
4 Saya senang menyelesaikan latihan-latihan dalam LKS, karena materi yang dibahas menjadi jelas.
5 Pertanyaan-pertanyaan guru pada saat kegiatan menulis dan presentasi hasil menulis dapat mengarahkan saya memahami materi pembelajaran.
6 Materi yang dibahas dalam pembelajaran menjadi penting karena guru selalu mengaplikasikannya pada lingkungan.
7 Saya merasakan banyak keterampilan menulis yang dibahas diaplikasikan pada lingkungan untuk lebih bisa mengembangkan gagasan/ide.
8 Pada saat pembelajaran berlangsung, saya merasa terdorong untuk menjawab pertanyaan.
9 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaannya cukup jelas. 10 Guru mampu menyajikan materi secara efektif.
11 Pemahaman saya terhadap keterampilan menulis menjadi lebih baik setelah mempresentasikan hasil tulisan.
Keterangan
SS = Sangat setuju, S = Setuju, KS = Kurang setuju, dan TS = Tidak Setuju
4. Transkrip Pembelajaran
Catatan lapangan adalah gambaran dan kumpulan peristiwa secara lengkap
pada waktu proses pembelajaran berlangsung yang dapat dikemukakan dengan
gaya faktual dan objektif (Burn, 1999). Catatan transkrip pembelajaran ini
menggambarkan keseluruhan interaksi antara guru dan siswa sebagai bahan
analisis dari variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan dan merupakan
(42)
F. Perlakuan
Kelompok eksperimen diberi perlakuan model belajar konstruktivisme
dalam kegiatan menulis bahasa Indonesia. Kegiatan pembelajarannya diambil dari
lingkungan. Pada waktu pembelajaran, aktivitas guru dan siswa meliputi hal-hal
berikut.
1) Alat atau bahan untuk kegiatan mandiri diambil dari lingkungan siswa atau
sebagian dari perpustakaan.
2) Bentuk kegiatan lain yaitu mengobservasi konsep-konsep bahan ajar yang
ada di lingkungan disesuaikan dengan materi menulis dalam GBPP Bahasa
Indonesia untuk SMP. Data-data yang dibawa oleh siswa dijadikan bahan
untuk diskusi tentang penemuan konsep baru dalam menulis. Hasilnya
dijadikan bahan untuk pemecahan masalah dan pengembangan gagasan
siswa dalam menulis.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, partisipasi,
tes perbuatan, kuesioner, wawancara, dokumentasi data sekolah, dan transkrip pembelajaran selama kegiatan berlangsung. Kegiatan dan data yang diperoleh dari
(43)
Tabel 3.4
Kegiatan dan Data yang Diperoleh dari Kegiatan Penelitian
No. Rencana Kegiatan Rencana Data-Data yang Diperoleh
1. Observasi dan partisipasi 1. Kondisi guru, siswa, dan sarana yang ada di sekolah.
2. Data keterampilan menulis dan mengungkap ide/gagasan yang dikembangkan dalam pembelajaran. 3. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model belajar konstruktivisme.
2. Prates dan pascates 1. Mengungkap keterampilan menulis siswa SMP kelas II.
2. Aspek-aspek menulis meliputi isi/ide, organisasi, kosakata, bahasa, dan ejaan 3. LKS dan laporan siswa Pengambilan ide dari bacaan dan dari
observasi, kemampuan menulis kalimat dan paragraf, kemampuan menyusun kerangka karangan, kemampuan menulis karangan cerita pendek, dan kemampuan menilai karangan/apresiasi karangan.
4. Penilaian kegiatan dan Presentasi hasil tulisan
Isi, organisasi, kosakata, bahasa, dan penulisan karangan.
5. Penilaian laporan tugas mengarang dalam buku tugas
Mengungkap kemampuan keterampilan menulis.
6. Wawancara
1. Cross-chek tentang pengembangan
menulis dalam hal isi, organisasi, kosakata, bahasa, dan penulisan karangan.
2. Kendala-kendala untuk mengembangkannya.
7. Kuesioner Motivasi dan respons siswa terhadap kegiatan
pembelajaran pendekatan model belajar konstruktivisme yang dilaksanakan. 8. Studi dokumentasi 1. Data guru, siswa, dan kondisi sekolah.
2. Perencanaan guru dalam pembelajaran menulis
3. Aktivitas siswa 4. Aktivitas guru
H. Validitas Internal dan Eksternal
1. Validitas Internal
Penelitian memiliki vadilitas internal apabila hubungan dua variabel atau
(44)
akhir selain dari variabel-variabel yang sudah ditetapkan (Fraenkel & Walen,
1990). Variabel internal dapat dikatakan merupakan ukuran tentang kebenaran data
yang diperoleh dengan instrumen. Untuk hal tersebut, dilakukan vadilitas internal
terhadap instrumen/alat pengumpul data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Pembelajaran menulis model konstruktivisme dalam pembelajaran menulis
dikonsultasikan dengan pertimbangan pakar dan ditelaah oleh teman-teman
seprofesi.
2) Instrumen tes (soal untuk prates dan pascates) diperiksakan kepada
teman-teman seprofesi dan juga berdasarkan pertimbangan pakar (pembimbing).
3) Alat untuk menganalisis karangan hasil dari prates dan pascates dianalisis
dengan menggunakan konstruksi kemampuan menulis yang dikemukakan oleh
Wilkinson (1983:73) yaitu analisis aspek kebahasaan, aspek kognitif, dan aspek
afektif/emosional.
4) Penilaian karangan hasil prates dan pascates dinilai dengan menggunakan kriteria yang diadaptasi dari ESL Composition Profile, yang dikemukakan oleh
Jakobs, dkk. (1981).
5) Kuesioner motivasi dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis pada
kelompok eksperimen diadaptasi dari kuesoner motivasi dan tanggapan peserta terhadap diklat yang dilaksanakan di PPPG IPA.
Selain hal tersebut, untuk meminimalisasi gangguan terhadap validitas internal yaitu dengan memilih desain penelitian secara kuantitatif, yaitu
menggunakan metode eksperimen dengan the randomized pratest-postest control group design. Desain ini memperhitungkan perbedaan antara prates dan postes pada kelompok eksperimen dan kontrol secara statistik. Selain itu, diambil data
kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan pra dan proses perlakuan pada waktu
(45)
menganalisis karangan hasil prates, lembar kegiatan siswa, dan hasil pascates.
Kedua jenis metode itu saling melengkapi satu sama lain, perbedaan cara
mengkoleksi data antara dua metode itu dapat saling mengoreksi satu sama lain
(Cook & Reichardt, 1979: 19-24).
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal menunjukkan suatu keadaan di mana hasilnya dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada kelompok atau lingkungan lain di luar
daerah eksperimen (Sevilla, 1993: 100). Tipenya ada dua, yakni validitas populasi
dan validitas ekologis. Validitas populasi menunjukkan apakah subjek populasi
dapat berkelakuan sama seperti pada subjek sampel eksperimen, sedangkan
validitas ekologis menunjukkan pada kondisi-kondisi yang sama (letak, perlakuan,
penyelidik, variabel terikat, dan sebagainya) hasilnya dapat diharapkan sama.
Untuk hal tersebut, dilakukan vadilitas eksternal terhadap instrumen/alat pengumpul
data dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Mengadakan uji homogenitas, baik terhadap kelompok eksperimen maupun
terhadap kelompok kontrol.
2) Menentukan subjek penelitian, yaitu dengan pengacakan.
3) Menggunakan analisis dua jalur untuk melihat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4) Menstandarisasikan kondisi penelitian dengan cara menjaga banyaknya sampel penelitian pada waktu prapelaksanaan dan pada waktu pelaksanaan
prates dan pascates.
5) Mencari sebanyak mungkin informasi tentang subjek penelitian, yaitu dengan
mewawancarai guru tentang kesulitan dalam pembelajaran menulis,
mendeskripsikan proses pembelajaran menulis di kelas eksperimen, dan
(46)
I. Teknik Analisis Data 1. Analisis Karangan
Analisis karangan meliputi aspek kebahasaan, aspek kognitif, dan aspek
afektif yang yang diadaptasi dari teori analisis karangan yang dikemukakan oleh
Wilkinson (1983) dan ditambah untuk aspek emosional dari Goleman (1995),
Shapiro (1997), dan Nggermanto (2002). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat uraian
berikut ini.
a. Aspek Kebahasaan
Kemampuan menulis siswa dari aspek kebahasaan dianalisis melalui
kemampuan (1) menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), (2) membuat kalimat, (3) memilih kata, (4) kemampuan mengaitkan
proposisi-proposisi atau kohesi dan koherensi dalam paragraf. 1) Analisis Kemampuan Menggunakan EYD
Analisis kemampuan EYD difokuskan pada tiga indikator utama, yaitu (1)
penulisan kata, (2) pemakaian huruf besar, dan (3) pemakaian tanda baca.
Tabel 3.5
Pedoman Analisis Kemampuan Menggunakan EYD
Apek Analisis Indikator Subindikator Kemampuan
Menggunakan EYD
Penulisan Kata a. Penulisan kata dasar b. kata turunan
c. kata ulang
d. kata depan “di” dan “ke” Pemakaian
Huruf Besar
b. pemakaian huruf besar pertama awal kalimat c. pemakaian huruf besar pertama petikan
langsung
d. pemakaian huruf besar pada huruf pertama nama (orang, tahun, bulan, hari, peristiwa sejarah, geografi, dan buku).
Tanda Baca a. pemakaian tanda titik b. pemakaian tanda tanya d. pemakaian tanda seru e. pemakaian tanda petik f. pemakaian tanda hubung
(47)
Langkah–langkah analisis dilakukan sebagai berikut.
Analisis indikator penulisan kata dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Menghitung jumlah kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata depan “di”
dan “ke” pada setiap karangan yang mewakili kemampuan siswa dalam
menulis.
b) Mencatat kesalahan-kesalahan penulisan kata.
c) Menghitung persentase kemampuan menulis kata.
Analisis indikator pemakaian huruf besar dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Menghitung jumlah pemakaian huruf besar dalam karangan siswa (huruf
pertama awal kalimat, huruf pertama petikan langsung, huruf pertama nama,
orang, tahun, bulan, hari, peristiwa sejarah, geografi, dan buku).
b) Menghitung kesalahan pemakaian huruf besar.
c) Mencatat kesalahan pemakaian huruf besar.
d) Menghitung persentase kesalahan menggunakan huruf besar dalam karangan.
Analisis indikator penulisan kata dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Menghitung tanda baca yang ditunjukkan dalam karangan (tanda titik, tanda
tanya, tanda seru, tanda petik, tanda hubung, tanda koma, dan lain-lain).
b) Menghitung kesalahan penggunaan tanda baca dan ketidakhadiran tanda baca
tersebut yang ditunjukkan dalam karangan. c) Mencatat kesalahan penggunaan tanda baca.
d) Menghitung persentase kesalahan penggunaan tanda baca.
(48)
Analisis kemampuan memilih kata difokuskan pada indikator pemilihan kata
berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu kata umum dan kata khusus seperti pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.6
Pedoman Analisis Kemampuan Memilih Kata
Apek Analisis Indikator Subindikator
Kemampuan Memilih Kata
Kata Umum a. Luas ruang lingkupnya b. Mencakup banyak hal
c. Kurang sanggup memberikan gambaran jelas. d. Menimbulkan perbedaan tafsiran
Kata Khusus a. Terbatas ruang lingkupnya
b. Tertentu makna dan pemakaiannya c. Terkesan dalam pikiran
Analisis memilih kata dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menganalisis kosakata tersebut berdasarkan ruang lingkupnya: kata
umum/kurang spesifik, atau kata khusus/lebih spesifik.
b) Kosakata yang muncul sesuai dengan topik, tema atau judul
c) Menyimpulkan kecenderungan pemilihan kata umum atau khusus.
3) Analisis Kemampuan Membuat Kalimat
Analisis Kemampuan membuat kalimat dibatasi pada indikator fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat yang meliputi fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap,
dan keterangan. Fungsi tersebut dipandang signifikan dengan salah satu tujuan penelitian yang dilakukan yaitu mengkaji kemampuan menulis siswa dari aspek
(49)
Tabel 3.7
Pedoman Analisis Kemampuan Membuat Kalimat
Apek Analisis Indikator Subindikator
Kemampuan Membuat Kalimat
Aspek Fungsi Predikat
a. Predikat berupa kata/frase verbal b. Predikat berupa kata/frase nominal c. Predikat berupa kata/frase numerikal d. Predikat berupa kata/frase preposisional e. Predikat berupa kata/frase ajektival Aspek Fungsi
Subjek
a. Subjek berupa kata/frase nominal b. Subjek berupa kata/frase verbal c. Subjek berupa kata/frase klausa Aspek Fungsi
Objek
a. Objek berupa verba transitif pada kalimat aktif b. Objek berupa nomina atau frase nominal Aspek Fungsi
Pelengkap
a. Pelengkap berupa nomina atau frase nominal b. Pelengkap dengan predikat berupa verba transitif, dwitransitif, dan ajektiva.
Aspek Fungsi Keterangan
a. Keterangan berupa frase nominal b. Keterangan berupa frase preposional. c. Keterangan berupa klausa
d. Makna keterangan berupa 1. Keterangan tempat 2. Keterangan waktu 3. Keterangan alat 4. Keterangan tujuan 5. Keterangan acara 6. Keterangan penyerta
7. Keterangan perbandingan/kemiripan 8. Keterangan sebab
9. Keterangan kesalingan
Analisis kemampuan membuat kalimat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Mengambil data kalimat dari setiap karangan yang mewakili kemampuan awal dan kemampuan akhir pada karangan siswa.
b) Menganalisis kalimat-kalimat tersebut dari segi fungsi sintaksis, unsur-unsurnya, turunannya, dan jumlah klausa serta cara menghubungkannya.
c) Mendeskripsikan kemampuan siswa kelas II SMP dalam membuat kalimat sesuai dengan langkah-langkah di atas.
4) Analisis Kemampuan Menggunakan Kohesi dan Koherensi
Kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan
(50)
yang membentuk wacana/paragraf (Alwi,1998). Analisis kemampuan menggunakan
sarana kohesi dalam penelitian ini difokuskan pada jenis kohesi endofora yang
aspek-aspeknya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Pedoman Analisis Kemampuan Menggunakan Kohesi
Apek Analisis Indikator Subindikator Kemampuan
Menggunakan Saran Kohesi
Kohesi endofora
a. Referensi b. Subtitusi c. Elipsis d. Konyungsi e. Leksikal
Langkah-langkah analisis dalam menggunakan sarana kohesi antarkalimat dalam paragraf sebagai berikut.
a) Mengambil seluruh paragraf dari karangan yang mewakili kemampuan menulis pada prates dan pascates.
b) Manganalisis kohesi endofora (referensi, subtitusi, elipsis, konjungsi, dan
leksikal) yang muncul pada karangan siswa.
c) Mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menggunakan sarana kohesi.
b. Analisis Aspek Kognitif
Kemampuan menulis siswa ditinjau dari aspek kognitif dianalisis dari isi
karangan dan cara mengorganisasikan ide-idenya. Dengan menggunakan model
perkembangan kognitif dalam menulis yang diadaptasi dari Wilkinson (1983) model
tersebut memilah-milah kemampuan kognitif ke dalam empat kategori/indikator yaitu
(51)
Tabel 3.9
Pedoman Analisis Aspek Kognitif dalam Karangan
Apek Analisis Indikator Subindikator
Kognitif Pengambaran a. Pelabelan
b. Penamaan
c. Pernyatan sederhana/belum lengkap sampai kepada pelaporan yang urutannya jelas dan informasinya lengkap.
Penafsiran a. Adanya keterangan yang jelas b. Adanya penjelasan
c. Adanya penilaian sederhana d. Adanya penarikan deduksi e. Adanya urutan sebab akibat
Penyimpulan Adanya pernyataan konkret yang bersifat umum, yang berkembang dari bagian-bagian bersifat khusus ke pengelompokan yang bersistem
Perenungan a. Adanya dugaan sederhana dalam bentuk per-nyataan
b. Pembangunan makna pada tingkat wacana c. Adanya teori yang terkontrol dan luas
Berdasarkan tabel di atas, langkah-langkah analisis aspek ini dilakukan sebagai
berikut.
a) Mencatat pikiran-pikiran pokok atau ide-ide utama yang menjadi ”urutan/benang
merah” dalam setiap karangan siswa, baik dalam prates maupun pascates.
b) Menganalisis pengorganisasian ide-ide tersebut dan mengelompokkannya,
apakah termasuk kategori penggambaran, penafsiran, penyimpulan, atau
perenungan.
c. Analisis Aspek Afektif/Emosional
Kemampuan menulis siswa dalam aspek afektif difokuskan pada aspek
emosional yang kriterianya dikemukakan oleh Wilkinson dan Goleman. Analisisnya
mencakup isi karangan yang berhubungan dengan diri sendiri (intrapersonal),
orang lain (interpersonal), lingkungan, dan kenyataan atau realitas. Aspek-aspek
(52)
Tabel 3.10
Pedoman Analisis Kemampuan Aspek Afektif/Emosional
Apek Analisis Indikator Subindikator
Afektif/Emo-sional
Intrapersonal/ Diri sendiri
♦ Memberi penguatan pada konsep-konsep yang penting
♦ Keaslian cerita/karangan
♦ Menunjukkan sikap terbuka dalam karangan
♦ Menunjukkan sikap luwes, ramah, dan simpatik dalam karangan.
♦ Menunjukkan minat dalam mengarang. ♦ Menunjukkan kegairahan dalam mengarang.
♦ Menunjukkan keseriusan dalam membuat karangan.
Interpersonal/
Orang lain ♦
Mengembangkan keterampilan berpikir dalam mengungkapkan gagasan.
♦ Menunjukkan sikap empati dalam alur cerita. ♦ Menunjukkan alur cerita yang serasi.
♦ Menunjukkan sikap sosial dalam cerita Lingkungan ♦ Kesadaran terhadap lingkungan secara pisik.
♦ Lingkungan diasumsikan sebagai suatu situasi, direspon atau dihubungkan dengan diri sendiri atau orang lain.
Kenyataan/
Realitas ♦
Kenyataan ditandai oleh seberapa jauh perbedaan antara dunia fenomena, fantasi, imajinasi; antara berpikir magis dan berpikir logis dikenal oleh penulis.
♦ Seberapa jauh kepercayaan penulis hadir pada suatu penyesuaian diri dengan kenyataan eksternal.
♦ Seberapa jauh aspek pengalaman yang l iteral-metaforis dapat diproses secara kompleks.
Berdasarkan tabel di atas, langkah-langkah analisis aspek ini dilakukan sebagai berikut.
1) Mencatat pikiran-pikiran pokok atau ide-ide utama yang menjadi ”urutan/benang
merah” dalam setiap karangan siswa, baik dalam prates maupun pascates.
2) Menganalisis pengorganisasian ide-ide tersebut dan mengelompokkannya,
apakah termasuk kategori intrapersonal, interpersonal, lingkungan, dan
(53)
2. Pengolahan Nilai Karangan
Nilai karangan dengan hasil penilaian karangan berdasarkan kriteria
Jakobs, dkk. diolah secara statistik dengan menggunakan program EXCEL dan
SPSS versi 10 dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Uji Normalitas Distribusi Populasi (χ2)
Uji normalitas distribusi populasi menggunakan rumus sebagai berikut.
(Furqon, 1997; Arikunto, 1997).
Jika kedua populasi berdistribusi normal, langkah selanjutnya dilakukan uji
homogenitas dua variansi dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung harga F dengan rumus S2b /S2k, dengan S2b = variansi yang lebih besar dan S2k= Variansi yang lebih kecil.
2) Menentukan derajat kebasan dk dengan ketentuan dk1 = (n1-1).
3) Mencari harga Ftabel dengan ketentuan F (dk1,dk2) pada α = 5%.
4) Penentuan homogenitas. Jika F hitung < F tabel, maka variansi homogen dan jika F hitung > F tabel , maka variansi tidak homogen.
Selain hal tersebut, proses perhitungan normalitas dan homogenitas
menggunakan bantuan software statistical product dan service solution version 10
(SPSS 10).
b. Uji Signifikansi (Uji t)
Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran model konstruktivisme dalam
menulis bahasa Indonesia digunakan uji t antara kelompok eksperimen dan
(
)
(
)
χ
2χ
2
2
2
=
∑
−
∑
=
∑
−
∑
f
f
f
atau
Oi E
Ei
o e
e
(1)
305
tertulis bila jumlah siswa terbatas; (b) balikan secara lisan bila jumlah siswa banyak; (c) balikan diberikan pada pokok menulis bila topik karangan siswa beragam atau banyak.
Selanjutnya, karangan yang dihasilkan dievaluasi. Proses ini perlu dialami siswa agar tulisannya lebih baik. Fokus pembelajaran pada penyuntingan menyangkut aspek mekanik draf. Aspek-aspek itu adalah (a) penulisan huruf kapital; (b) penulisan kata dasar, penulisan kata ganti; kata depan, dan lain-lain; (c) pemenggalan kata; (d) pemakaian tanda baca; titik, koma, seru, tanya, dan lain-lain. Jadi, dalam pembelajaran penyuntingan, berkaitan erat dengan bagaimana strategi yang digunakan untuk membimbing dan mengarahkan siswa sehingga dapat memperbaiki kesalahan penulisan pemenggalan kata dan penulisan tanda baca dengan benar berdasarkan kaidah EYD.
Strategi yang dapat dilakukan guru untuk membimbing siswa melakukan penyuntingan draf temannya atau draf dia sendiri adalah dengan membaca secara seksama dan perlahan. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesalahan mekanik dalam draf. Kesalahan yang ditemukan dibahas dalam kelompok atau meminta balikan guru, kemudian siswa dapat menyunting sendiri. Penyuntingan dilaksanakan oleh kelompok dan memanfaatkan balikan guru. Kegiatan ini sama dengan kegiatan dalam perbaikan. Yang membedakannya adalah pada tahap perbaikan siswa memperbaiki aspek isi dan kebahasaan, sedangkan pada tahap penyuntingan siswa memperbaiki aspek mekanik. Di samping itu, dalam pembelajaran penyuntingan dapat memanfaatkan daftar pengecekan penyuntingan. Penggunaan daftar pengecekan penyuntingan tersebut membantu siswa mengadakan penyuntingan, sekaligus mempermudah guru melakukan pemantauan terhadap tingkat kemampuan dan kemajuan siswa dalam menyusun draf.
(2)
306
Setelah semua tahap menulis dilewati sebagai suatu proses, siswa melakukan penulisan kembali tulisannya secara lengkap. Hasil tulisan siswa ditampilkan melalui kegiatan berbagai hasil tulisan di kelas atau di sekolah. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapat masukan terhadap hasil karangan siswa. Masukan dapat diperoleh dalam kelompok atau dari guru, maupun masyarakat umum, misalnya bila dipajang di majalah dinding atau kegiatan yang dilakukan dengan membaca hasil karyanya di depan kelas.
Perencanaan pembelajaran menulis tersebut menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan konsep-konsep konstruktivisme dengan menggunakan teori siklus/tahap belajar (Meyers, 1986 & Mulyati, 2002). Dalam perencanaan itu terlihat prosedur pengaktifan siswa yang jelas dan memberikan solusi pengembangan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor yang dituangkan ke dalam tulisan. Hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas dan ditempel di majalah dinding, sehingga terjadi interaksi kelas yang hidup dan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan karena siswa mengkonstruksi konsep-konsep hasil penemuannya sendiri.
Penggunaan lingkungan sebagai sarana belajar sudah tampak dari perencanaan lembar kegiatan dengan pengambilan alat untuk kegiatan dari lingkungan dan kegiatan di luar kelas dengan memanfaatkan halaman sekolah dan perpustakaan. Pendekatan tersebut dapat memberikan arah pada pengembangan intelektual dan emosional siswa dalam menulis.
(3)
319
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. (1991). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwi, H. et al. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, S. (1997) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arifin, M. (2002). “Strategi Meningkatkan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran IPA SD”. Laporan Penelitian, Bandung: FPMIPA UPI.
Burn, A. (1999). Collaborative Action Research Teachers. United Kingdom: Cambridge University Press.
Chen, I. (1999). Sosial Constructivism: Problem Solving. Tersedia:http://www.coe. uh.edu/~ ichen/ebook/ET-IT/problems [19 Juli 1999]
Chen, I. (1999). Social Constructivism: Situated Learning. Tersedia: http://www. coe.uh.edu/ ~ichen/ebook /ET-IT/situ-htm [19 Juli 1999]
Cook, T. D. & Reichardt, S. C. (1979). Qualitative and Quantitative Methods in Evaluation Research. London: Sage Publications Ltd.
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahlan, M.D. (Eds) (1984). Model-model Mengajar: Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: CV Diponegoro.
Darliana. (1991). Pendekatan SPIKK (Pengajaran yang Mengaktifkan Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif. Bandung: PPPG IPA.
Depdikbud. (1994). Garis-garis Besar Program Pengajaran Bahasa Indonesia Tahun 1994. Jakarta: Balitbang Dikbud.
Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Bahasa Indonesia Tahun 2004 untuk SMP. Jakarta: Direktorat Dikmenum.
Djiwandono, M.S. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.
Flood. J. & Peter, H.S. (1984) Language and the Language Art. New Jersey: Prentic Hall, Inc.
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill Publishing Company.
(4)
320
Furqon. (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Gaffar, M.F., et al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Depdiknas UPI.
Gagne, R. M. (1977). The Conditioning of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston, Inc.
Gipayana, M. (1998). Efektivitas Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Bertahap dan Penilaian Portofolio terhadap Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar: Studi Eksperimen dalam Pembelajaran Menulis di Kelas C SDN Percobaan dan SDN Lowokwaru 4 Kotamadya Malang. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Gipayana, M. (2002). Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Menulis. Disertasi Doktor pada PPs UPI: tidak diterbitkan.
Goleman, D. (1997). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia.
Hashweh, M.Z. (1996). Effects of Science Teacher’s Epistemological Beliefs in Teaching. Dalam Journal of Research in Science Teaching. The National Association for Research in ScienceTeaching. John Wiley & Son, Inc. Vol 33, No. 1, 47-63.
Herron, J. D. (1988). The Contructivis Classroom. Purdue University: West Lafayette. Hidayat. E.M. (1996). “Sains-Teknologi-Masyarakat”. Makalah Seminar, Jakarta:
Balitbang Departemen P&K.
Imran, A. 2000. Keterampilan Menulis Indonesia paling Rendah di Asia. Pikiran Rakyat (26 Oktober 2000).
Jakobs, H. et al. (1981). Testing ESL Composition: A Practical Approach. London: Newbury House Publishers, Inc.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2000). Models of Teaching. New York: Allyn and Bacon a Pearson Education Company.
Katu, Ng. (1999) “Belajar sebagai Kegiatan Aktif Setiap Individu”. Makalah Seminar/Lokakarya Pengembangan Cara Pengajaran IPA di PPPG IPA, Bandung.
Kertiasa, Nj. (1995). “Anak-anak dan Proses Balajar”. Makalah PT. Caltex Pacipic Indonesia, Rumbai.
Lado, R. (1976). Language Teaching. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill.
Loucks, H. S. et al. (1990). Elementary School Science for The’90s. Massachusetts: Network, Inc.
(5)
321
Meyers, C. (1986). Teaching Student to Think Critically. San Francisco: Jossey-Bass Inc. Publisher.
McCrimon, J. M. (1983). Writing With a Purpose. Boston: Houghton Mifflin Company. Nenden, S. (1990). Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis:
Studi tentang Profil Komposisi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Newman, V. & Holzman, L. (1985). Revolutionary Scientist. London: Routlege.
Nggermanto, A. (2002). Quantum Quotient: Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa.
Nickerson, R. S. (1985). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Arlbaum. Osborne R. J. & Fryberg, P. (1985) Learning in Science: The Implication of Children’s
Science, Porthsmouth: N.H. Heinemann.
Phillips. A. (1998). Constructivism in the Classroom. [on-line] Available. Tersedia: http://dilbert. shawnee.edu/~the money/school/cons.html.
Piaget, J. (1974). The Construction of Reality in the Child. New York: Ballantine Books. Porter, B. D. & Hernacki, M. (2000). Quantum Learning: Unleasing the Genius in You.
New York: Dell Publishing.
Santoso, S. (2002). SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Sapani. (1986). Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan Siswa Kelas II SMA Negeri Kota Madya Bandung Tahun Ajaran 1983/1984. Tesis Magister pada PPs. IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Sarwoko, S. (2003). Menulis Budaya Intelektual yang Memprihatinkan. Pikiran Rakyat (17 Januari 2003).
Semiawan, C. (2003) “ Pendidikan, Mutu Pendidikan, dan Peranan Guru”. dalam Guru di Indonesia: Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangannya Sejak Jaman Kolonial Hingga Era Reformasi. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Dittendik. Sevilla, C. et al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Shapiro, L. E. (1997). Mengajarkan Emosional Intelegence pada Anak. Jakarta: PT Gramedia.
Shapiro, L. E. (1997). Strategi Mengembangkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia.
(6)
322
Suhardi, D. (1999). Pengenalan Tumbuhan Liar I—X. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.
Sumardi. (1988). Laporan Kongres Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suriamiharja, A. (1987). Kemampuan dan Keterampilan Menulis Mahasiswa IKIP Bandung. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Sutari, I. K. (2001). Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Implementasi Writing Workshop. Tesis Magister pada PPs Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Syafei, I. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Syamsuddin, A. R. (1994). Dari Ide-Bacaan-Simakan Menuju Menulis Efektif. Bandung: Bumi Siliwangi.
Tarigan, Dj. (1999) ”Hubungan antara Berfikir dan Menulis. Makalah PPs UPI Bandung. Tarigan, H. G. (1984). Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Tobin. K., Tippins, D., & Gallard, A. J. (1994). “Reasearch on Intructional Strategies for Teaching Science”, dalam Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York: McMillon.
Wattimury, L. (2000). Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Pendekatan Proses bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Tesis Magister pada PPs Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.
Widyamartaya, A. (1987). Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Wilkinson, A. (1983). “Assesing Language Development: The Crediton Project”. dalam Learning to Write First Language. London and New York: Longman.
Yager, R. E. (1992). The Contructivism Learning Model: a Must STS Classroom the Sattis of Science Technolgy Society Reform Efforts Around the World. Iowa: Iowa University.
Yager, R. E. (1994). “Assesment Result With the Science Technology Society Approach”. Science and Children October 1994.
Yager, R. E. (1996). Science/Technology/Society: as Reform in Science Education. Albany: State University of New York Press.