KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG.

(1)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI

INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG

OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh : Indah Lestari

1303027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

==================================================================

Kontribusi Motivasi Ekstrinsik dan

Motivasi Intrinsik Terhadap Aktivitas

Fisik Cabang Olahraga Softball pada

Siswa Sekolah Menengah Atas di

Kota Bandung

Oleh Indah Lestari S.Pd UPI Bandung, 2006

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga

© Indah Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

INDAH LESTARI

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Disetujui Dan Disahkan Oleh, Pembimbing Tesis

Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes. AIFO NIP. 196207181988031004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes. AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(5)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Indah Lestari 1303027

Kontribusi Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik Terhadap Aktivitas Fisik Cabang Olahraga Softball Pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik kontribusi motivasi terhadap akivitas fisik cabang olahraga softball pada siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung tahun 2015. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif melalui korelasi sederhana. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, tanpa adanya treatment terhadap obyek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung. Penentuan sampel diambil secara random sebanyak 63 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi motivasi ektrinsik terhadap aktivitas fisik sebesar 7,34%, dan kontribusi motivasi intrinsik terhadap aktivitas fisik sebesar 11,63%. Sehingga didapatkan hasil bahwa kontribusi motivasi intrinsik lebih dominan dibandingkan motivasi ekstrinsik. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat kontribusi motivasi ektrinsik dan motivasi intrinsik terhadap aktivitas fisik serta didapatkan motivasi intrinsik lebih berkontribusi terhadap aktivitas fisik.


(6)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAC

Indah Lestari 1303027

The Contribution of Extrinsic Motivation and Intrinsic Motivation Towards Physical Activity Sports Softball in High School Students in Bandung

The purpose of this study was to obtain empirical data contributes motivation sport softball in high school student in Bandung in 2015. The research used survey method with quantitative research approach through simple correlation. Data collection techniques of the research object. The population in this study is the High School students in Bandung. The sample taken at random as many as 63 people. The result showed that the contribution of extrinsic motivation with physical activity at 7,34%, and the contribution of intrinsic motivation in physical activity by 11,63%. Thus showed that the contribution of intrinsic motivation is more dominant than extrinsic motivation. The conclusion that can be drawn from this study is that there the contribution of extrinsic motivation and intrinsic motivation towards physical activity, as well as intrinsic motivation obtained further contribute to physical activity.


(7)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I dedicate this thesis for :

My beloved son, mom, dad, brother and honey

I’m very sorry for

time that i spend to finish this research

I am nothing without you all

With Love, Indah Lestari


(8)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Variabel ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Motivasi ... 14

B. Aktivitas Fisik ... 20

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 24

D. Kerangka Fikir ... 26

E. Hipotesis ... 27

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Teknik Analis Data ... 34


(9)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Deskripsi Operasional Variabel ... 41

G. Hipotesis Statistik ... 43

H. Regresi Sederhana ... 44

I. Analisis dan Pengolahan Data ... 47

J. Jadwal Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 52

B. Deskripsi Penelitian ... 56

C. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis ... 63

D. Pembahasan Hasil Penelitian dan Diskusi Penemuan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 83 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(10)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 33

Tabel 3.2

Pengujian Validitas Variabel Motivasi Ekstrinsik ... 37

Tabel 3.3

Pengujian Reliabilitas Variabel Motivasi Ekstrinsik ... 38

Tabel 3.4

Pengujian Validitas Variabel Motivasi Intrinsik ... 39

Tabel 3.5

Pengujian Reliabilitas Variabel Motivasi Intrinsik ... 40

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 49

Tabel 3.7


(11)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Hirarki Kebutuhan Maslow ... 16

Gambar 3.1

Desain Penelitian ... 42

Gambar 3.2


(12)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1

Diagram Pencar ... 57

Diagram 4.2

Persamaan Garis Regresi ... 58

Diagram 4.3

Kontribusi Motivasi Eksternal Terhadap Aktifitas Fisik Siswa ... 70

Diagram 4.4

Kontribusi Motivasi Internal Terhadap Aktifitas Fisik Siswa ... 73

Diagram 4.5

Kontribusi Motivasi Eksternal dan Motivasi Internal Secara Bersama-sama Terhadap Aktifitas Fisik Siswa ... 76


(13)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG


(14)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Softball merupakan perkembangan dari olahraga sejenis yaitu Baseball atau Hardball. Bola Softball saat ini berdiameter 28-30 cm ; bola tersebut dilempar oleh seorang pelempar bola (Pitcher) dan menjadi sasaran pemain lawan, yaitu pemukul bola dengan menggunakan tongkat pemukul (batt). Terdapat sebuah regu yang berjaga (deffensif) dan tim yang memukul (offensif). Tiap tim berlomba mengumpulkan angka (run) dengan cara memutari tiga seri marka (base) pelari hingga menyentuh marka akhir yaitu home plate.

Dalam permainan softball ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain agar permainan dapat berlangsung dengan baik. Teknik dasar tersebut seperti yang dikatakan oleh Suparlan (2009, hlm 27) adalah “Throwing (melempar), Catching (Menangkap), Batting (Memukul), Bunting (menghadang bola tanpa ayunan), baserunning and Sliding (lari ke base dan meluncur)”. Beberapa teknik dasar yang disebutkan harus dimiliki dan dikuasai seluruhnya oleh setiap pemain dalan cabang olahraga softball dan baseball.

Dalam kurikulum 2013 dan kurikulum KTSP posisi permainan cabang olahraga softball masuk pada ranah Permainan bola kecil dalam


(15)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek permainan. Dengan indikator melakukan teknik, strategi, dan taktik berbagai permainan dan olahraga yang benar dan memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dari penjelasan indikator olahraga permainan menurut kurikulum dapat diambil nilai-nilai yang positif dalam mendukung kegiatan beraktivitas fisik para atlet usia sekolah menengah atas di Kota Bandung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan Softball, yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, metode latihan, serta motivasi. Sumber daya manusia yaitu adanya atlet, pelatih dan official yang mendukung terlaksananya proses pembinaan prestasi. Sarana dan prasarana maksudnya semua alat yang mendukung proses pembinaan prestasi cabang olahraga softball, seperti lapangan, glove, batt, bola, catcher set, dan sarana prasarana lain yang mendukung kegiatan beraktivitas cabang olahraga softball. Sumber daya manusia yang diambil atau diteliti dalam penelitian ini adalah para atlet usia sekolah menengah atas di Kota Bandung, dimana pada usia tersebut dalam cabang olahraga softball masih tergolong usia peralihan little league ke junior league.

Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2006, hlm 75) bahwa “…sarana dan prasarana cabang olahraga softball yang dimiliki oleh Kota Bandung masih sangat minim”. Kondisi seperti ini dapat dilihat dari kepemilikan lapangan yang idealnya dimiliki oleh setiap tim tapi pada kenyataannya tidak ada satupun klub softball di Kota Bandung yang memiliki lapangan. Lapangan hanya dimiliki oleh pengurus daerah


(16)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merangkap pengurus kota serta dimiliki oleh lembaga pendidikan UPI saja. Sehingga para atlet yang tergabung dalam klub softball dibawah naungan Pengda dan Pengcab secara bergantian melakukan latihan di lapang yang sama. Untuk kepemilikan sarana selain lapang seperti batt, helmet, masker catcher, glove, dan bola diadakan oleh masing-masing klub.

Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai gugahan apa yang akan kita lakukan untuk merealisasikan tujuan yang kita inginkan. Motivasi merupakan pusat dari keseluruhan teori dengan maksud untuk menjelaskan keterlibatan proses yang kompleks dalam usaha mencapai tujuan seseorang dan pencapaian dalam konteks penghargaan seperti sekolah dan kuliah (Reeve, 2002 ; hlm 183), tempat kerja, dan dalam olahraga (Duda, 1993 ; hlm 36). Dalam olahraga, motivasi dikenal sebagai faktor yang paling penting dan sangat dibutuhkan dalam melakukan suatu proses, dan telah menjadi perhatian sejak adanya hasil investigasi tentang psikologi sosial mengenai sikap dalam olahraga.

Tindakan atau perilaku manusia selalu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor yang datang dari luar dan faktor yang datang dari dalam dirinya sendiri. Perilaku yang didorong oleh kekuatan yang ada di dalam dirinya sendiri disebut sebagai motif. Motif diartikan sebagai pendorong atau penggerak dalam diri manusia yang diarahkan pada tujuan tertentu (Gunarsa, 1996: hlm 90). Menurut Anshel (1990: hlm 100) bahwa “ motivasi berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti “to move”. Sesuai pendapat tersebut, motivasi berarti menggerakkan atau mendorong untuk bergerak”.


(17)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketika pelatih mengeluh karena atletnya tidak termotivasi untuk berlatih, atlet tersebut harus dibantu pelatih untuk menggerakkan dan meningkatkan motivasinya.

Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi secara hierarkis ini adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriah). Manivestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi atlet, kebutuhan akan tingkatan fisiologis ini dikategorikan pada kesejahteraan yang diterima dan dinikmati oleh atlet atas kerja kerasnya berlatih sehingga mencapai prestasi puncak. Dengan prestasi tersebut atlet mendapatkan reward atau hadiah atas prestasinya.

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety needs). Kebutuhan ini mengarah pada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai atlet. Seorang atlet dapat berlatih dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan, tanggung jawab dan hak nya.

3. Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam timnya sendiri atau dengan tim yang lain. Kebutuhan akan diikutsertakan, eningkatkan relasi dengan


(18)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi olahraga. 4. Kebutuhan akan prestasi (esteem needs). Kebutuhan akan

keberhasilan di bidang olahraga. Kebutuhan akan symbol-simbol dalam statusnya serta prestise yang diraihnya.

5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas latihan (self actualization). Setiap orang yang mengembangkan kapasitas latihannya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (keterampilannya) dan seringkali Nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai prestasi diri seseorang agar mendapatkan pencitraan yang baik. Dalam motivasi berolahraga, pada tingkat ini diperlukan kemampuan menguasai teknik yang baik untuk dapat mengsinkronisasikan antara citra diri dan citra tim untuk dapat melahirkan hasil produktivitas tim yang lebih tinggi tingkatannya. Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan perkembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh pelatih ataupun sekolah sebagai lembaga pendidikan serta diarahkan sebagai subyek-subyek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subyek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapai dan sekaligus selaku subyek (atlet) yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran olahraga ataupun organisasi olahraga.


(19)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Motivasi didefinisikan dalam konteks yang berbeda-beda, tetapi dalam konteks olahraga, menurut Sage (1977); Weinberg & Gould (1995:60) dalam http://www.jssm.org: “Motivation can defined simply as the direction

and intensity of one’s effort”. (1990:100) menjelaskan motivasi sebagai : “

The tendency for direction and selectivity of behavior to be controlled by its connections to consequences, and the tendency of this behavior to persist until a goal is achieved”. Maksud direction pada pendapat tersebut mengacu kepada arah, kegiatan, atau sasaran khusus yang dipilih, apakah atlet selalu mencari, mendekati, atau tertarik pada situasi tertentu? Contoh dari motivasi yang akan diangkat adalah alasan siswa untuk melibatkan diri dalam partisipasinya melakukan aktifitas fisik olahraga softball, berdasarkan alasan tersebut, banyak motif yang mendasari dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Seperti, siswa tersebut bermotivasi untuk mengembangkan keterampilannya di cabang olahraga softball, atau siswa tersebut memiliki motovasi hanya sebagai media untuk mendapatkan teman baru dan dapat lebih terkenal dari sebelumnya, atau bisa saja terjadi motivasi yang dimiliki oleh siswa adalah untuk mendapatkan reward atau hadiah serta pengakuan status sosial yang akan dicapai oleh mereka ketika mereka menjadi atlet di cabang olahraga softball ini. Hal ini adalah menunjukkan arah perilaku mereka untuk berpartisipasi dalam cabang olahraga softball.

Pengertian motivasi menurut beberapa ahli seperti (Krech, 1962; Murray, 1964; Atkinson, 1964; Fernald, 1969; Miller, 1978; Singer, 1972, 1984; Barelson & Steiner, 1980; dan Good & Brophy, 1990) yang dikutip


(20)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Husdarta (2010: hlm 31) mengemukakan bahwa : “ Motivasi adalah Proses aktualisasi generator penggerak internal di dalam diri individu untuk menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsungannya dan menentukan arah atau haluan aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan “.

Loehr (1986: hlm 10) juga menjelaskan : “Motivation is the energy that makes everything work.” Terkait dengan proses pelatihan, atlet harus memiliki motivasi diri (self motivation) yang merupakan sumber yang sangat kuat untuk membentuk energi positif, tanpa motivasi penampilan atlet akan menurun, Loehr (1986: hlm 111) selanjutnya menjelaskan secara tegas bahwa : “ when you have permanently lost your desire and when you can no longer find a reason that makes sense, you are finished as a competitive athletes.” Pendapat tersebut menegaskan bahwa jika atlet benar-benar tidak memiliki keinginan maka berhentilah sebagai atlet kompetitif.

Motivasi yang harus dimiliki oleh atlet yaitu motivasi berprestasi yang disebut dengan istilah N.ach (Need for Achievement). Reeve (2002 : hlm 190) yang menjelaskan : “ Achievement motivation as a desire for significant accomplishment for mastery of things, people, or ideas for attaining a higer standard ”. Motivasi berprestasi memberikan kesempatan kepada atlet untuk mencapai sesuatu dengan sempurna, meningkatkan kebugaran pada tingkat tertinggi, dan berlatih secara maksimal. Artinya

bahwa motivasi berprestasi dalam olahraga sama dengan istilah “competitiveness”.


(21)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada dua jenis motivasi dalam olahraga, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua jenis motivasi ini memiliki sensasi yang amat kuat dalam mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disenanginya, dalam hal ini kita fokuskan pada cabang olahraga softball. Motivasi intrinsik sangat menentukan atlet untuk memutuskan dirinya untuk terus berpartisipasi dalam olahraga ini, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena adanya faktor luar yang mempengaruhi dirinya. Atlet berpartisipasi dalam aktifitas olahraga tidak didasari dengan kesenangan dan kepuasan, tetapi keterlibatan atlet dalam aktivitas itu didasari oleh keinginan untuk perolehan sesuatu.

Miran Kondic, et.al (2013; hlm 10) mengatakan dalam penelitiannya bahawa :

Motivasi ekstrinsik merupakan keinginan untuk menampilkan suatu aktivitas karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Motivasi ekstrinsik akan berfungsi manakala ada rangsangan dari luar diri seseorang. Misalnya, seorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya disebabkan karena : (1) menariknya hadiah-hadiah yang dijanjikan kepada atlet bila menang, (2) perlawatan ke luar negeri, (3) akan dipuja orang, (4) akan menjadi berita di Koran dan tv, (5) ingin mendapat status di masyarakat, dan sebagainya.

Zaman sekarang, banyak sekali remaja yang lebih memilih untuk melakukan aktivitas seperti berkumpul bersama teman sebayanya, atau berdiam diri bersama teman-teman di suatu tempat seperti café, cozy place dan sebagainya. Bahkan banyak dari mereka yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka untuk bermain video game, mereka pun menjadi tergantung pada kecanggihan teknologi seperti gadget. Mereka lebih


(22)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertarik untuk melakukan hal tersebut karena menurut mereka hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan. Sedikit jumlah dari para remaja yang memilih beraktivitas fisik di luar ruangan, tentunya dengan keinginan dan motivasi yang berbeda. Keberagaman motivasi yang dimiliki menjadi alasan utama untuk mereka memilih aktivitas fisik di luar ruangan ini.

Ketertarikan penulis dalam meneliti kontribusi motivasi ektrinsik dan intrinsik dengan aktivitas fisik cabang olahraga softball pada siswa sekolah menengah atas adalah penulis ingin mengetahui respon motivasi siswa serta mengkaji perbedaan motivasi dalam memutuskan untuk berpartisipasi melakukan aktifitas fisik pada cabang olahraga softball di Kota Bandung. Apa yang menjadikan mereka berminat untuk terlibat langsung dalam cabang olahraga ini yang mempengaruhi ketertarikan mereka untuk berpartisipasi dalam cabang olahraga softball.

B. Identifikasi Variabel

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dilihat bahwa aktivitas para remaja usia sekolah menengah atas lebih banyak dilakukan atas dasar kesenangan semata tanpa adanya aktivitas fisik yang berarti. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang (Sugiyono, 2011; hlm 45). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan


(23)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pernyataan di atas maka Variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi siswa, sedangkan variabel dependennya adalah aktivitas fisik siswa terhadap olahraga softball.

Mengingat kompleksnya masalah motivasi yang mempengaruhi aktivitas fisik siswa dalam cabang olahraga, maka penelitian ini adalah terfokus pada motivasi apa saja yang dimiliki oleh para siswa usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup dan pembatasan masalah tersebut, masalah yang akan dikaji dapat dirumuskan menjadi :

1. Seberapa besar kontribusi motivasi ekstrinsik terhadap aktifitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball ?

2. Seberapa besar kontribusi motivasi intrinsik terhadap aktifitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball ?


(24)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Seberapa besar perbedaan kontribusi motivasi ektrinsik dan motivasi intrinsik terhadap aktifitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Ingin mengetahui dan menguji seberapa besar kontribusi motivasi ekstrinsik terhadap aktivitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball.

2. Ingin mengetahui dan menguji seberapa besar kontribusi motivasi intrinsik terhadap aktifitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball.

3. Ingin mengetahui seberapa besar perbedaan kontribusi antara motivasi ektrinsik dan motivasi intrinsik terhadap aktifitas fisik siswa sekolah menengah atas di Bandung pada cabang olahraga softball.

Tujuan umum adanya penelitian ini adalah sebagai persamaan persepsi dalam meraih prestasi pada cabang olahraga Softball untuk kalangan remaja, sehingga pelatih maupun klub sebagai wadah dan fasilitator untuk mereka dapat berprestasi dapat dengan tepat mengarahkan motif mereka kearah yang lebih baik dan positif. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi, menganalisis dan


(25)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyimpulkan tentang pengaruh motivasi terhadap aktivitas fisik siswa sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan wawasan tentang motif dan dorongan yang menjadikan siswa sekolah menengah untuk tetap beraktivitas fisik pada cabang olahraga Softball di Kota Bandung.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a. Bagi atlet, tentang pentingnya berbagai motivasi yang dimiliki untuk tetap beraktivitas dan melakukan aktivitas yang positif, terutama dalam pencapaian prestasi pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

b. Bagi pelatih, membantu para pelatih untuk lebih meningkatkan kondisi latihan yang lebih menyenangkan sehingga para atlet lebih termotivasi dengan baik. Selain itu pelatih pun dapat mengantisipasi setiap kondisi atlet usia remaja ini.

c. Bagi sekolah, membantu para guru agar lebih mudah mengarahkan minat siswa sesuai dengan kompetensinya.


(26)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penulisan Tesis terdiri dari 5 bab, yang sistematika penulisannya diuraikan di bawah ini :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian yang menjelaskan alasan penulis melakukan penelitian tersebut, rumusan masalah penelitian dibuat dalam bentuk pertanyaan yang didasari latar belakang, tujuan penelitian menyampaikan hasil yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya penelitian sampai selesai, manfaat penelitian disajikan secara teoritis dan praktis, dan struktur organisasi penulisan menjelaskan bagian dari tiap bab nya.

2. BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka yang mempunyai peranan penting karena dapat memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kerangka berfikir yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, penelitian penelitian yang terdahulu untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural. Bagaimana seorang peneliti menyusun desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitan, prosedur penelitian, dan analisis data yang dipergunakan oleh peneliti.


(27)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada bab ini memuat penjelasan tentang apa, bagaimana dan mengapa hasil penelitian ini diperoleh. Dijelaskan pula hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan data teskriptif, seperti media, rata-rata, standar deviasi, varians dan penyajian data dalam bentuk distribusi yang disertai grafik histogram untuk setiap variabel.

5. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini kesimpulan merupakan kegiatan menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian. Kesimpulan disampaikan dalam bentuk pernyataan yang ketat dan padat sehingga tidak menimbulkan interpretasi lain. Sedangkan saran yang diberikan merupakan laporan yang didasarkan pada data hasil penelitian, dalam hal ini didasarkan pada kesimpulan. Saran berupa anjuran yang dapat menyangkut aspek operasi, kebijakan, maupun konsep. Saran disampaikan dengan konkrit, realistis, bernilai praktis dan terarah.


(28)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut pendapat Kerlinger (1973) yang dikutip oleh Syofian (2013; hlm 53), bahwa survey research atau penelitian survey adalah penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti. Menurut Kerlinger (1973) yang dikutip oleh Syofian (2013; hlm 53) bahwa karakteristik penelitian survey sebagai berikut :

1. Objek penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antarvariabel, sosiologis, maupun psikologis.

2. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

3. Metode survey ini tidak memerlukan kelompok control seperti halnya pada metode eksperimen.

Berdasarkan pendapat di atas, metode pada penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif melalui korelasi sederhana. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan questionnaire atau angket. analisis ini akan digunakan dalam menguji seberapa besar kontribusi motivasi intrinsik ( ) dan motivasi ekstrinsik ( ) denganaktivitas siswa ( ). Seperti yang dikemukakan oleh Syofian Siregar (2013; hlm 57) bahwa kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi


(29)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik seseorang.

Dalam konteks ini motif berprestasi untuk beraktivitas fisik pada cabang olahraga softball lebih banyak difokuskan pada motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perbedaan signifikan tentang motivasi beraktivitas fisik. Seperti penelitian yang sebelumnya mengenai motivasi untuk berpartisipasi dalam beraktivitas fisik olahraga pada siswa dari tiga Negara yang berbeda

oleh Miran Kondrič,PhD., Joško Sindik, PhD., Gordana Furjan Mandić,

PhD., Bernd Schiefler (2013). Bahwa terdapat pengaruh motivasi yang signifikan dalam beraktivitas fisik pada siswa sekolah menengah atas dalam cabang olahrag softball di Kota Bandung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat popular dipakai untuk menyebutkan sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merpakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungi, 2006:99) yang dikutip oleh Syofian Siregar (2013; hlm 59). Sedangkan sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu


(30)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

populasi. Populasi dan sampel menurut Sugiyono (2011; hlm 45), bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, populasi dalam penelitian ini adalah atlet softball usia sekolah menengah atas di Kota Bandung, mereka merupakan bibit pembinaan pada tahap persiapan prestasi sebanyak 173 orang. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah partisipan yang dirandom dari siswa sekolah menengah atas di Kota Bandung yang memiliki motivasi, minat, dan atensi terhadap cabang olahraga softball sebanyak 63 orang. Pelaksanaan pengambilan sampel random yaitu peneliti mendatangi tiap klub softball yang memiliki anggota klub usia remaja sekolah menengah atas.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduan (2007: hlm 65) sebagai berikut :

Keterangan :

n = Jumlah sampel


(31)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

=

=

Jadi, sampel yang diambil berdasarkan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebesar 63 responden.

C. Instrumen Penelitian

Syofian Siregar (2013) mengatakan bahwa instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data dalam suatu penelitian dapat berupa kuesioner, sehingga skala pengukuran instrument adalah menentukan satuan yang diperoleh, sekaligus jenis data atau tingkatan data, apakah data tersebut berjenis nominal, ordinal, interval maupun rasio.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah questionnaire atau angket sesuai dengan pendapat dari Riduwan (2013), bahwa angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.

Penelitian ini menggunakan PMQ (Participation Motivation Quesionare); Gill et al., 1983., penggunaannya lebih meluas dalam


(32)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempelajari secara umum tentang partisipasi di usia remaja. Siswa melengkapi questionairre yang telah penulis bagikan, butir-butir pertanyaan dari kemungkinan alasan motivasi siswa berpartisipasi dalam olahraga softball di Kota Bandung.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dimana menurut Riduwan (2013), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Melalui penggunaan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator-indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Peneliti menggunakan skala Likert untuk menentukan indikator dari komponen pertanyaan yang akan diberikan pada responden untuk di jawab ataupun dikomentari. Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyebarkan angket penelitian kepada para atlet remaja usia sekolah menengah atas di Kota Bandung yang tergabung dalam beberapa Klub softball baseball di Kota Bandung. Setelah angket penelitian direspon dan dikembalikan ke peneliti selanjutnya diuji keabsahan dari butir pertanyaan yang terdapat pada angket penelitian. Penghitungan validitas butir tes berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang harus diukur. Dengan melakukan


(33)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penghitungan validitas dan reliabilitas butir tes, instrumen penelitian tidak membutuhkan lagi face validity untuk mengukur dan menentukan keterandalan dari alat ukur yang digunakan. Sesuai yang dikemukakan oleh

Gaber (2013; hlm 473) bahwa “ … when you have content validity, you automatically have face validity”. Pendapat dari Gaber tersebut telah menggambarkan bahwa dengan peneliti melakukan pengujian validitas dan reliabilitas butir soal secara otomatis instrumen penelitian yang dimiliki oleh peneliti telah memiliki face validity.

Kisi-kisi intrumen penelitian untuk mengukur dan menganalisa motivasi yang dimiliki oleh para atlet usia sekolah menengah atas di Kota Bandung, ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini :

TABEL 3.1


(34)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrument penelitian yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Miran Kondrič,PhD., Joško Sindik, PhD., Gordana Furjan Mandić, PhD., Bernd Schiefler : 2013, peneliti menggunakan “Back Translation Methode “ dari Esposito (2001 : hlm 546), yaitu dengan menerjemahkan PMQ kedalam bahasa Indonesia oleh ahli bilingual, selanjutnya diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris oleh ahli bilingual yang berbeda setelah itu diterjemahkan kembali ke bahasa Indonesia untuk dipakai sebagai

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR-INDIKATOR

1 2 3 (+) (-)

SAYA SUKA BONUS YANG DITAWARKAN 13

SAYA SUKA DENGAN PERALATAN DAN FASILITAS YANG SAYA PAKAI 31 SAYA SUKA KARENA OLAHRAGA INI GLAMOUR 39

SAYA SUKA MELAKUKAN PERJALANAN 4

SAYA SUKA KARENA KELUAR DARI RUMAH 20

SAYA INGIN TERKENAL 26

SAYA INGIN MENINGKATKAN STATUS SOSIAL 29 SAYA MENJADI ATLET KARENA INGIN DIHARGAI ORANG LAIN 32 SAYA SENANG KARENA TERLIHAT LEBIH KEREN 36 SAYA SENANG KARENA INGIN MENDAPATKAN PERHATIAN DARI LAWAN JENIS 38 SAYA SENANG MENJADI PUSAT PERHATIAN 34 SAYA SENANG KARENA BANYAK YANG MENONTON 35 SAYA SENANG KARENA MENJADI PEMBERITAAN DI KORAN 41 SAYA SENANG KARENA MENJADI PEMBERITAAN DI TELEVISI 42 SAYA INGIN SELALU BERSAMA DENGAN TEMAN SAYA 2 ORANG TUA DAN TEMAN MENGINGINKAN SAYA BERMAIN DI OLAHRAGA INI 6

SAYA SENANG MEMILIKI TEMAN BARU 10

SAYA INGIN TUBUH SAYA TERLIHAT ATLETIS 25

SAYA SUKA PELATIHNYA 28

SAYA MELAKUKAN OLAHRAGA INI UNTUK MENGISI WAKTU LUANG 17 SAYA MERASA LUPA DENGAN SEMUA MASALAH KETIKA BERADA DI LAPANG 40

SAYA SUKA UNTUK MELAKUKAN AKSI DI OLAHRAGA INI 18

SAYA SUKA BERKOMPETISI 21

SAYA SUKA TANTANGAN DI OLAHRAGA INI 27 SAYA INGIN BELAJAR KETERAMPILAN YANG BARU 9 SAYA SENANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAYA 14

SAYA SENANG BERLATIH 15

SAYA INGIN MENCAPAI LEVEL YANG LEBIH TINGGI DI OLAHRAGA INI 23 SAYA INGIN MENINGKATKAN KETERAMPILAN 1 SAYA SUKA BEKERJASAMA DALAM TIM 7 SAYA SENANG BERADA DI TIM DI OLAHRAGA INI 8

SAYA SUKA SPIRIT DARI TIM 19

SAYA INGIN TUBUH SAYA SEHAT 24

SAYA MERASA PENTING BERADA DI TIM 22

SAYA INGIN KEMENANGAN 3

SAYA SUKA HAL YANG MENYENANGKAN DI OLAHRAGA INI 5 SAYA SUKA MELAKUKAN SESUATU YANG SAYA KUASAI 11 SAYA SUKA BERADA DI OLAHRAGA INI UNTUK MENURUNKAN KETEGANGAN 12 SAYA SENANG MEMILIKI SESUATU HAL YANG DAPAT DILAKUKAN 16 SAYA SENANG KARENA MENDAPAT KESENANGAN DI OLAHRAGA INI 30 SAYA SENANG MENGIKUTI TURNAMEN YANG BERGENGSI 33 SAYA SENANG KARENA PRESTASINYA MUDAH DI DAPAT 37 MOTIVASI INTRINSIK

(COMPETENCE MOTIVATION) PELLETION, ET. AL (1995)

REWARD

PERLAWATAN

DIPUJA ORANG

BERITA DI MEDIA MASSA MOTIVASI EKSTRINSIK (COMPETITIVE MOTIVATION) VALLERAND (2003:2) KEPUASAN PRIBADI STATUS SOSIAL ISENG

MEMILIKI KONSENTRASI YANG TINGGI

PENAMPILAN YANG LEBIH BAIK

SELF-DETERMINASI


(35)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrument penelitian. Sehingga penggunaan PMQ yang mengadopsi dari penelitian sebelumnya dapat dilakukan dengan tepat.

D. Teknik Analisis Data

Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah :

√ { }

Keterangan :

= Koefisien korelasi = Jumlah skor item

= Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

√ √

Keterangan :

t = nilai

r = Koefisien korelasi hasil n = Jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika berarti valid, sebaliknya


(36)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Setelah dihitung validasinya kemudian dihitung reliabilitasi skor tiap item test. Uji reliabilitasi dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah alpha sebagai berikut : Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut.

Langkah 1 : menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus :

Keterangan :

= Varians skor tiap-tiap item

∑ = Jumlah kuadrat item

= Jumlah item dikuadratkan N = Dikuadratkan


(37)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

∑ = Jumlah varians semua items

Varians item ke-1,2,3…n

Langkah 3 : Menghitung Varians total dengan rumus :

Keterangan :

= Varians total

∑ = Jumlah kuadrat x total

= Jumlah x total dikuadratkan N = Jumlah Responden

Langkah 4 : Masukkan nilai alpha dengan rumus : ( ) ( )

Keterangan :

= Nilai Reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total


(38)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrument yang dilakukan dengan rumus Korelasi Product Moment, yaitu :

(Riduwan 2007:115-116)

Harga menunjukkan reliabilitas setengah tes. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman Brown, yakni :

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak

digunakan distribusi (tabel r) untuk α = 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat

kebebasan (dk = n-2). Kemudian dibuat keputusan dengan membandingkan

dengan . Adapun kaidah keputusan : Jika berarti

reliabel dan berarti tidak reliabel.

E. Hasil Uji Coba Instrument Penelitian.

Setelah instrument penelitian diujicobakan kepada 63 responden, didapatkan hasil uji coba instrument penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.2

PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL MOTIVASI EKSTRINSIK

NO

KOEFISIEN KORELASI

HARGA

HARGA

KEPUTUSAN HITUNGAN VALIDITAS

1 0,128 1,008 0,675 Valid Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Moment ( ) kemudian dibandingkan 2 0,438 3,805 0,675 Valid


(39)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 0,353 2,947 0,675 Valid dengan rumus ( ), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1

= 1,008

Distribusi untuk α = 0,50 dan uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk = n-2 = 63-2 = 61), sehingga didapat = 0,675

Kaidah keputusan :

Jika berarti valid,

berarti tidak valid

Ternyata 1,008 > 0,675, maka item (No.1) tersebut dinyatakan valid.

Demikian juga hitungan (item No. 2 – No. 21) 5 0,277 2,544 0,675 Valid

6 0,116 0,912 0,675 Valid 7 0,338 2,805 0,675 Valid 8 0,063 0,493 0,675 Tidak Valid 9 0,323 2,666 0,675 Valid 10 0,132 1,040 0,675 Valid 11 0,415 3,563 0,675 Valid 12 0,146 1,153 0,675 Valid 13 0,086 0,675 0,675 Valid 14 0,041 0,320 0,675 Tidak Valid 15 0,116 0,912 0,675 Valid 16 0,141 1,112 0,675 Valid 17 0,085 0,666 0,675 Tidak Valid 18 0,398 3,388 0,675 Valid 19 0,184 1,462 0,675 Valid 20 0,663 6,917 0,675 Valid 21 0,502 4,533 0,675 Valid

Dari hasil uji coba instrument penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 21 item alat ukur tersebut yang dinyatakan valid sebanyak 18 item yaitu item pertanyaan pada nomor : 2; 4; 6; 10; 13; 17; 20; 26; 28; 29; 31; 32; 36; 36; 39; 40; 41 dan 42 (digunakan atau dipakai), sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 3 item, yaitu item pertanyaan pada nomor : 25; 34 dan 38. Dengan demikian ke empat item ini dibuang.

Tabel 3.3

PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL MOTIVASI EKSTRINSIK NO KOEFISIEN KORELASI HARGA HARGA

KEPUTUSAN HITUNGAN RELIABILITAS

1 0,128 0,384 0,254 Reliabel Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Moment ( ) kemudian dibandingkan dengan Spearman Brown ( ), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1

0,384

Distribusi untuk α = 0,05 dan derajat uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk = n-2 = 63-2 = 61), 2 0,438 1.314 0,254 Reliabel

3 0,129 0,387 0,254 Reliabel 4 0,353 1,059 0,254 Reliabel 5 0,277 0,831 0,254 Reliabel 6 0,116 0,348 0,254 Reliabel 7 0,338 1,014 0,254 Reliabel 8 0,063 0,189 0,254 Tidak Reliabel 9 0,323 0,969 0,254 Reliabel 10 0,132 0,396 0,254 Reliabel 11 0,415 1,245 0,254 Reliabel


(40)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12 0,146 0,438 0,254 Reliabel sehingga didapat = 0,254 Kaidah keputusan :

Jika berarti reliabel,

berarti tidak reliabel

Ternyata 0,384 > 0,254, maka item (No.1) tersebut dinyatakan reliabel.

Demikian juga hitungan (item No. 2 – No. 21) 13 0,086 0,258 0,254 Reliabel

14 0,041 0,123 0,254 Tidak Reliabel 15 0,116 0,348 0,254 Reliabel 16 0,141 0,423 0,254 Reliabel 17 0,085 0,253 0,254 Tidak Reliabel 18 0,398 1,194 0,254 Reliabel 19 0,184 0,552 0,254 Reliabel 20 0,663 1,989 0,254 Reliabel 21 0,502 1,506 0,254 Reliabel

Dari hasil uji coba instrument penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 21 item alat ukur tersebut yang dinyatakan reliabel sebanyak 18 item yaitu item pertanyaan pada nomor : 2; 4; 6; 10; 13; 17; 20; 26; 28; 29; 31; 32; 36; 36; 39; 40; 41 dan 42 (digunakan atau dipakai), sedangkan yang dinyatakan tidak reliabel sebanyak 3 item, yaitu item pertanyaan pada nomor : 25; 34 dan 38. Dengan demikian ke empat item ini dibuang.

Tabel 3.4

PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL MOTIVASI INTRINSIK

NO KOEFISIEN KORELASI HARGA HARGA

KEPUTUSAN HITUNGAN VALIDITAS

1 0,148 1,577 0,675 Valid Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Moment ( ) kemudian dibandingkan dengan rumus ( ), sebagai berikut :

Contoh hitungan item No. 1

= 1,577

Distribusi untuk α = 0,50 dan uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk = n-2 = 63-2 = 61), sehingga didapat = 0,675

Kaidah keputusan :

Jika berarti valid,

berarti tidak valid

Ternyata 1,577 > 0,675, maka item (No.1) tersebut 2 0,027 0,211 0,675 Tidak Valid

3 0,448 3,914 0,675 Valid 4 0,336 2,786 0,675 Valid 5 0,095 0,745 0,675 Valid 6 0,785 9,897 0,675 Valid 7 0,080 0,622 0,675 Tidak Valid 8 0,123 0,968 0,675 Valid 9 0,125 0,983 0,675 Valid 10 0,049 0,382 0,675 Tidak Valid 11 0,251 2,025 0,675 Valid 12 0,711 7,896 0,675 Valid 13 0,129 1,016 0,675 Valid 14 0,065 0,508 0,675 Tidak Valid 15 0,381 3,217 0,675 Valid 16 0,928 16,12 0,675 Valid 17 0,329 2,721 0,675 Valid 18 0,214 1,711 0,675 Valid


(41)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

19 0,166 1,315 0,675 Valid dinyatakan valid.

Demikian juga hitungan (item No. 2 – No. 21) 20 0,017 0,133 0,675 Tidak Valid

21 0,230 1,846 0,675 Valid

Dari hasil uji coba instrument penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 21 item alat ukur tersebut yang dinyatakan valid sebanyak 16 item yaitu item pertanyaan pada nomor : 1; 5; 7; 8; 9; 12; 14; 16; 18; 19; 22; 23; 24; 27; 30 dan 37 (digunakan atau dipakai), sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 5 item, yaitu item pertanyaan pada nomor : 3; 11; 15; 21 dan 33. Dengan demikian ke empat item ini dibuang.

Tabel 3.5

PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL MOTIVASI INTRINSIK NO KOEFISIEN KORELASI HARGA HARGA

KEPUTUSAN HITUNGAN RELIABILITAS

1 0,148 0,444 0,254 Reliabel Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Moment ( ) kemudian dibandingkan dengan Spearman Brown ( ), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1

0,444

Distribusi untuk α = 0,05 dan derajat uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk = n-2 = 63-2 = 61), sehingga didapat = 0,254

Kaidah keputusan :

Jika berarti reliabel,

berarti tidak reliabel

Ternyata 0,444 > 0,254, maka item (No.1) tersebut dinyatakan reliabel.

Demikian juga hitungan (item No. 2 – No. 21) 2 0,027 0,081 0,254 Tidak Reliabel

3 0,448 1,344 0,254 Reliabel 4 0,336 1,008 0,254 Reliabel 5 0,095 0,285 0,254 Reliabel 6 0,785 2,355 0,254 Reliabel 7 0,080 0,240 0,254 Tidak Reliabel 8 0,123 0,369 0,254 Reliabel 9 0,125 0,375 0,254 Reliabel 10 0,049 0,147 0,254 Tidak Reliabel 11 0,251 0,753 0,254 Reliabel 12 0,711 2,133 0,254 Reliabel 13 0,129 0,387 0,254 Reliabel 14 0,065 0,195 0,254 Tidak Reliabel 15 0,381 1,143 0,254 Reliabel 16 0,928 2,946 0,254 Reliabel 17 0,329 0,987 0,254 Reliabel 18 0,214 0,642 0,254 Reliabel 19 0,166 0,498 0,254 Reliabel 20 0,017 0,051 0,254 Tidak Reliabel 21 0,230 0,690 0,254 Reliabel

Dari hasil uji coba instrument penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 21 item alat ukur tersebut yang dinyatakan reliabel sebanyak 17 item yaitu item


(42)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan pada nomor : 1; 5; 7; 8; 9; 12; 14; 16; 18; 19; 22; 23; 24; 27; 30 dan 37 (digunakan atau dipakai), sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 5 item, yaitu item pertanyaan pada nomor : 3; 11; 15; 21 dan 33. Dengan demikian ke empat item ini dibuang.

F. Deskripsi Operasional Variabel

Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun (1987:23) yang dikutip oleh Riduwan (2013:281) memberikan pengertian tentang definisi operasional, yang diartikan bahwa unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

a. Motivasi Ekstrinsik ( ) adalah suatu kondisi yang berpengaruh dan membangkitkan dorongan dari luar atau lingkungan sekitar atlet yang berhubungan dengan aktivitas fisik siswa sekolah menengah terhadap cabang olahraga softball di Kota Bandung.

b. Motivasi Intrinsik ( ) adalah suatu kondisi yang berpengaruh dan membangkitkan dorongan dari dalam diri atlet yang berhubungan dengan aktivitas fisik siswa sekolah menengah terhadap cabang olahraga softball di Kota Bandung.

c. Aktivitas fisik (y) yaitu segala bentuk kegiatan positif yang melibatkan pergerakan secara teratur, stimultan, dan terkoordinasi


(43)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mencapai suatu tujuan yang berakibat baik untuk pelaku (siswa usia remaja yang menjadi atlet).

Deskripsi sebagai gambaran dari design penelitian untuk mengetahui perspektif atau kerangka acuan dan memandang teori yang diajukan dalam penelitian melalui pendugaan pengujian hipotesis dan untuk mengetahui ada atau tidaknya kontribusi motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dengan aktivitas fisik siswa. Kontribusi antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Desain Penelitian dan y

Keterangan :

: Motivasi Ekstrinsik (Variabel independen)

: Motivasi Intrinsik (Variabel independen)

: Aktivitas Fisik Siswa (Variabel dependen) R : Koefisien Korelasi

y �


(44)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan keterangan di atas dapat kita tentukan kedudukan variabel y sebagai variabel dependen yang banyak dipengaruhi oleh variabel x sebagai variabel independen.

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik adalah hipotesis operasional yang diterjemahkan ke dalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti, yaitu :

1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung. (Ha)

Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.(Ho)

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi intrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung. (Ha)

Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi intrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.(Ho).


(45)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Terdapat perbedaan kontribusi yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dan motivasi terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.(Ha).

Tidak terdapat perbedaan kontribusi yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.(Ho).

Jika Ha = 0 , dan Ho 0

Maka Ho diterima, jika : Ho ditolak, jika :

-α +α Penentuan daerah penolakan uji dua pihak

Gambar 3.2

H. Regresi Sederhana

Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar

Daerah penerimaan Ho Daerah

penolakan Ho

Daerah penolakan Ho


(46)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesalahannya dapat diperkecil. (Riduwan, 2013:146). Peramalan yang dilakukan tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha mencari pendekatan apa yang akan terjadi. Ada beberapa langkah untuk menguji regresi, sebagai berikut :

Langkah 1.

Ha: Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi eksternal dan internal terhadap aktivitas fisik siswa usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

Ho: Tidak terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi eksternal dan internal terhadap aktivitas fisik siswa usia sekolah menengah atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

Langkah 2.

Ha: r 0 Ho: r = 0

Langkah 3.

Membuat Tabel Penolong untuk menghitung angka statistik : ( )

Langkah 4.

1) Menghitung rumus b

2) Menghitung rumus a


(47)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Menghitung persamaan regresi sederhana

̂

4) Membuat garis persamaan regresi

a. Menghitung rata-rata X dengan rumus :

̅

b. Menghitung rata-rata Y dengan rumus :

̅

Menguji signifikansi dengan langkah-langkah berikut : Langkah.1.

Mencari jumlah kuadrat regresi ( ) dengan rumus :

Langkah 2.

Mencari jumlah kuadrat regresi ( ) dengan rumus : ( ) = { }

Langkah 3.

Mencari jumlah Kuadrat Residu ( ) dengan rumus :

Langkah 4.


(48)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mencari rata-rata jumlah Kuadrat Regresi dengan rumus :

Teknik 5.

Mencari rata-rata jumlah Kuadrat Regresi ( ) dengan rumus :

Langkah 6.

Mencari rata-rata jumlah Kuadrat Residu ( ) dengan rumus :

Langkah 7.

Menguji signifikansi dengan rumus :

Kaidah pengujian signifikansi :

Jika , maka Ho DITOLAK artinya signifikan dan

, maka Ho DITERIMA arttinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikansi (α) = 0,05

Mencari nilai menggunakan Tabel F dengan rumus :

=


(49)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu =5,99

Langkah 8.

Membuat kesimpulan dari hasil perhitugan regresi yang dilakukan.

Perhitungan regresi atau perkiraan secara sistematis tentang variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu aktivitas fisik dan variabel bebas yaitu motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Dengan membuat perhitungan regresi dapat memperkirakan perubahan, agar tidak salah mengerti bahwa perkiraan regresi ini tidak memberikan jawaban pasti, melainkan berusaha mencari pendekatan apa yang akan terjadi.

I. Analisis dan Pengolahan Data

Untuk mengolah hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menggunakan system ANOVA (Analysis of Variance) untuk menghitung hasil yang di dapat dari PMQ. ANOVA menyediakan tes statistik dari berarti atau tidaknya hasil yang di dapat dari kelompok sampel yang diteliti. Melalui perhitungan t-skor akan didapatkan hasil dan eror dari hasil penelitian yang dilakukan.

Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan Software IBM SPSS Statistik (19.0). Pengukuran dasar dari penelitian deskriptif yang dikalkulasikan (mean, standar deviasi, dan frekwensi). Keberagaman ANOVA telah digunakan untuk menguji keragaman motivasi terhadap siswa sekolah menengah atas di Kota Bandung untuk setiap item questioner. Kemudian peneliti akan menampilkan faktor analisis untuk menguji


(50)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

partisipan (dalam tiga kelompok mereka), dan faktor skor digunakan dalam MANOVA dan analisis untuk menguji hubungan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik dengan aktivitas fisik siswa sekolah menengah atas di Kota Bandung pada olahraga softball di Kota Bandung.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah analisis Peardon Product Moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya kontribusi variabel , dan terhadap . Analisis yang dilakukan ini untuk mengetahui kontribusi motivasi intrinsik ( ), dan kontribusi motivasi ekstrinsik ( ), secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhada aktivits fisik ( ) siswa sekolah menengah atas di Kota Bandung. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut :

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga . Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

0,80 - 1,000 Sangat Tinggi 0,60 - 0,799 Tinggi


(51)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,40 - 0,599 Cukup

0,20 - 0,399 Rendah 0,00 - 0,199 Sangat Tinggi

Sumber : Riduwan (2008:138)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikasi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna pengaruh variable x terhadap y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Signifikasi dengan rumus :

√ √

Keterangan :

= Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

Selanjutya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel x terhadap y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel x mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel y. sumbangan dicari dengan menggunakan rumus :

KD = . 100% Keterangan :


(52)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r = Nilai Koefisien Korelasi

Mengetahui pengaruh antara variabel dan terhadap variabel digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut :

√ ( ) ( ) ( )

Analisis penghitungan lanjut digunakan teknik korelasi sederhana dengan menggunakan bantuan software program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).

J. Jadwal Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kota Bandung, dengan mengambil sampel seluruh atlet usia sekolah menengah atas yang ada di Kota Bandung dibawah naungan Pengcab Perbasasi Kota Bandung.

2. Waktu Penelitian

Penjadwalan penelitian ini dimulai dari usulan penelitian sampai penulisan tesis yang meliputi :

a. Menyusun usulan penelitian (proposal) dengan arahan dosen Pembimbing Akademik mulai bulan Desember 2014.


(53)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Seminar usulan penelitian dengan komisi pembimbing dan penelaah, bulan Januari 2015 minggu ke empat.

c. Pengumpulan data di lapangan mulai bulan Januari 2015 sampai dengan pertengahan bulan Februari 2015.

d. Analisa data yang telah diperoleh dari lapangan dilakukan pararel dengan kegiatan pengumpulan data yang dimulai pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015.

e. Penulisan laporan (tesis) dengan arahan tim pembimbing mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan Mei 2015.

f. Sidang ujian tahap I dan II diperkirakan bulan bulan Juni 2015.

Tabel 3.7 Jadwal Penelitian BULAN

DES'14 JAN'15 FEB'15 MAR'15 APR'15 MEI'15 JUN'15 KEGIATAN

Penyusunan proposal

penelitian

Seminar proposal penelitian

Pengumpulan data

Analisis data

Penulisan laporan (Tesis)


(1)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, berikut ini paparan kesimpulan penelitian, sebagai berikut :

1. Kontribusi variabel motivasi ekstrinsik ( terhadap aktivitas fisik siswa sebesar = 0,271 tergolong sedang. Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel ( dengan y atau koefisien determinan = atau = 7,34% sedangkan sisanya 92,66% ditentukan oleh variabel lain. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia Sekolah Menengah Atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

2. Kontribusi variabel motivasi intrinsik ( terhadap aktivitas fisik siswa sebesar = 0,341 tergolong sedang. Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel ( dengan y atau koefisien determinan = atau = 11,6281% 11,63% sedangkan sisanya 88,37% ditentukan oleh variabel lain. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi


(2)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

intrinsik terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia Sekolah Menengah Atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

3. Kontribusi variabel motivasi ekstrinsik motivasi intrinsik ( terhadap aktivitas fisik siswa y sebesar = 0,248 tergolong sedang. Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel ( terhadap y atau koefisien determinan = atau = 11,6281% 6,15% sedangkan sisanya 95,85% ditentukan oleh variabel lain. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kontribusi antara motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik yang signifikan terhadap aktivitas fisik atlet remaja usia Sekolah Menengah Atas pada cabang olahraga softball di Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penemuan di lapang, bahwa aspek kontribusi motivasi terhadap aktivitas fisik masih jauh angka prosentasenya di bawah 10% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor atau aspek lain. Maka diajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Orang tua dan para praktisi pendidikan jasmani hendaknya lebih jeli untuk melihat faktor apa saja yang menjadikan para atlet usia Sekolah Menengah Atas ini tetap beraktivitas fisik.


(3)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Peran orang tua dan para praktisi olahraga pendidikan maupun prestasi sangatlah penting mengontrol stabilitas pencapaian prestasi atlet agar lebih terorganisir dan terarah sesuai dengan sasaran.

3. Sebaiknya orang tua, sekolah dan pelatih melakukan komunikasi dua arah tentang minat dan perkembangan anak khususnya di cabang olahraga softball pada atlet usia Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung agar sasaran dari pendidikan dan prestasi dapat tercapai secara optimal.


(4)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anshel, M. (1990). Sport Psychology. From Theory to Practice. Arizona: Gorsuch Scarisbrick Publisher.

Duda, J.L. (1993). Goals : a sosial cogbitive approach to the study of achievement motivation in sport. In R.N. Singer, M. Murphey and L.K. Tennant (eds), Handbook of Research on Sport Psychology (pp. 421- 36). New York: Macmillan.

Esposito, N. (2001). From Meaning to Meaning : The Influence of

Translation Techniques on Non-English Focus Group Research.

Universiti of North Carolina at Chapel Hill. http://qhr.sagepub.com/content/11/4/568.

Feldman, R.S. (2012). Understanding Psychology. University of Massachusetts, Amherst

Furqon. (2013). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Gaber, J. (2013). Encyclopedia of Research Design Face Validity. Thousand Oaks : SAGE Publications, Inc.

Gallahue, D.L. (1998). Understanding Motor Development, Infants,

Children, Adolescents, Adults. Singapore : MCGraw-Hill Companies,Inc.

Hagger, M. dan Chatzisarantis, N. 2005. The Sosial Psychology of Exercise

and Sport. New York, USA, Open University Press.

Harsono. (1988). Coaching. Dan Aspek- Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

http://www.jssm.org

Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta

John W. Santrock. (2004). Life-Span Development. New York : MCGraw- Hill Companies, Inc.


(5)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mosby-Year Book, Inc.

Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung, PT Remaja Rosdakarya Bandung

Kondrič, M. et.al. (2013). Participation Motivation and Students Physical

Activity Among Sport Students in Three Countries. Journal of Sport

Science and Medicine ; 12, 10-18

Krane, V. (2013). Motivational Climate and Goal Orientation in Adolescent Female Softball Players. Journal of Sport Science and Medicine.

Lestari, I. (2006). Profil Pembinaan Softball di Kota Bandung. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Loehr, J. (1986). Mental Toughness Training for Sport. AchievingAthletic

Excellence. Lexington, Massachusetts: The Stephen Greene Press.

Miller, W.R. (1999). Toward a theory of motivational interviewing. Motivational Interviewing Newsletter: Updates, Education and

Training; 6: 2-4.

Permana, A.P. (2013). Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Problem

Solving Appraisal Dan Cognitive Appraisal Para Napi Korupsi.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Reeve, J. (2002). Self-determination theory applied to educational settings. In E.L. Deci and R.M. Ryan (eds), Handbook of Self-

determinatin Research (pp. 183-203). Rochester, NY: University of

Rochester Press.

Riduwan. (2013). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Singer, R.N. and McCaughab, L. (1978) Motivational effects of attributions expectancy, and achievement motivation during the learning of a

novel motor task. Journal of Motor Behavior, 10: 245-53.

Singgih, G. (1996). Psikologi Olahraga: Teori dan Praktek. Jakarta: 80


(6)

Indah Lestari, 2015

KONTRIBUSI MOTIVASI EKSTRINSIK DAN MOTIVASI INTRINSIK TERHADAP AKTIVITAS FISIK CABANG OLAHRAGA SOFTBALL PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA

BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gunung Mulia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,

dan Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparlan, A. (2009). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Taktis

dan Teknis Berdasarkan Pada Kemampuan Keterampilan Awal yang Berbeda Terhadap Keterampilan Bermain Bola Softball. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia.

Syofian, S. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Dilengkapi Dengan

Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana.

Weinberg and Gould. (2003). Foundations of Sport And Exercise

Psychology. Human Kinetics. United States : Edwards Brothers.

Vallerand, R. J. (2004). Intrinsic and Extrinsic Motivation in Spirit. Canada; Elseiver Inc.