Peningkatan keterampilan mengerjakan soal dalam pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran Index Card Match (mencari pasangan) pada siswa kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo sub bab lin
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGERJAKAN SOAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI
PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (MENCARI PASANGAN) PADA SISWA KELAS VIII B SMP BRUDERAN PURWOREJO SUB BAB
LINGKARAN TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Anung Wicaksono
NIM : 101414016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 September 2014
Penulis,
(5)
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGANAKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Anung Wicaksono
NIM : 101414016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Peningkatan Keterampilan Mengerjakan Soal Dalam Pemebelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan) Pada Siswa Kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo Sub Bab
Lingkaran Tahun Ajaran 2013/2014
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitasa Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentinga akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 September 2014 Yang menyatakan,
(6)
vi ABSTRAK
Anung Wicaksono, 2014. Peningkatan Keterampilan Mengerjakan Soal Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan) Pada Siswa Kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo Sub Bab Lingkaran Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 sub bab Lingkaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan pengerjaan soal oleh siswa dan untuk mengetahui kendala dari ICM dalam pembelajaran matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Bruderan Purworejo kelas VIII B sebanyak 22 siswa.
Instrument dalam penelitian ini meliputi instrument pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pre test, post test, soal uji coba, kartu sebagai media pembelajaran, lembar wawancara. Soal uji coba digunakan untuk membuat soal pre test. Soal pre test dan soal post test digunakan untuk mengukur hasil belajar. Pengukuran respon positif dan negatif menggunakan wawancara tidak terstruktur. Pengujian validitas dan realibilitas menggunakan penghitungan secara manual dengan Microsoft excel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan keterampilan pengerjaan soal matematika dengan metode Index Card Match hal ini ditunjukan dengan hasil rerata yang meningkat dari skor pre test dengan hasil rerata 12,95 ke skor hasil post test dengan rerata 21,54. Sejumlah kendala yang ditemukan adalah 1) penguasaan materi dari sisa yang kurang memahami membuat metode ini berjalan lama dan memakan waktu lebih dari perkiraan. 2) waktu yang dibutuhkan metode
ICM tidak sesuai dengan waktu yang disiapkan dalam pembelajaran. 3) pembuatan
kelompok belajar dan pelaksanaan metode ICM di dalam kelas membuat kelas sedikit gaduh, dan tidak sedikit siswa menjadi binggung.
Kata kunci : Metode Index Card Match, peningkatan keterampilan pengerjaan soal, respon siswa terhadap metode.
(7)
vii ABSTRACT
Anung Wicaksono, 2014. The Increasing of Practice Skill in Mathematic Learning by Means of Index Card Match as Learning Strategies (Find matches) on Student of Bruderan Junior High School Class VIII B With Circle as a Subject School Year 2013/2014. Thesis. Mathematic Education, Department of Mathematic Education and Science, Faculty of Teacher Training and Educational Science, Sanata Dharma University in Yogyakarta.
This study is classified in quantitative and qualitative description. The research was hold on second semester of the school year 2013/2014 with circle as a subject. This study aims to determine the increasing of practice skill of students and to determine the constraints of the Index Card Match in the learning of mathematic. Subjects in this study were 22 students of Bruderan junior high school class VIII B.
Instrument in the study include a learning instrument Lesson Plan, pre-test, post-test, trial test, the card as a medium of learning, the questionnaire. Trial test is used to make pre-test. Questions about the pre-test and post-test is used to measure the learning result. Measurement of positive and negative responses using unstructured interviews to determine the constraints. Testing the validity and reliability using manual counting with Microsoft Excel.
The results showed that an increase in practice skills math problem with Index Card Match method this is shown by the results of the mean increase from 12.95 of pre test to post test with mean 21.54. Some constraints were found are 1) mastery of the material from the rest of the immature make this method run longer and more time consuming than expected. 2) the time required to held ICM method with the time set in the learning does not fit. 3) the making and implementation ICM and make learning group in class make the class a little rowdy, and not a few students become confused.
Keywords : Index Card Match, Increasing Practice Skill, Students Response of Index Card Match.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang penggunaan metode Index Card Match untuk meningkatkan keterampilan pengerjaan soal pada siswa kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo dalam pembelajaran matematika.
Penulis menyadai bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Kepala Program Studi yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi.
2. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi,
(9)
ix
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
4. Bapak Petrus Sutanto,S.Pd. selaku kepala sekolah SMP Bruderan
Purworejo, beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu
penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian
penulisan skripsi ini.
5. Bapak A. Sigid Dwi Hartoko,S.Si selaku guru kelas VIII B SMP
Bruderan Purworejo yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan data demi kelancaran dalam pelaksanaan penelitian
dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Siswa kelas VIII B yang telah membantu dalam kelancaran dalam
mengumpulkan data dalam penelitian
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang berisifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini dan bermanfaat.
Yogyakarta, 17 Agustus 2014
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. v
ABSTRAK………. vi
ABSTRACT……… vii
KATA PENGANTAR………. viii
DAFTAR ISI……… x
DAFTAR TABEL……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 3
C. Batasan Istilah……… 4
D. Tujuan Penelitian……….. 5
E. Manfaat penelitian ……… 6
F. Sistematika Penulisan……… 6
BAB II KAJIAN TEORI……… 8
A. Pembelajaran……….. 8
B. Hambatan Dalam Pembelajaran ………. . 10
C. Keterampilan Pengerjaan Soal Matematika……….. 12
D. Problem Solving Dalam Matematika………. 14
E. Problem Solving dalam Pengajaran Kelas………. 15
(11)
xi
G. Lingkaran Sebagai Topik Matematika SMP……….. 18
H. Pengertian Metode Index Card Match……… 19
I. Langkah-langkah Metode Index Card Match……..……….. 20
J. Tujuan Penerapan Metode Index Card Match……… 22
K. Kelebihan Metode Index Card Match……… 24
L. Kelemahan Metode Index Card Match………... 25
M. Perkiraan Hambatan Metode Index Card Match……… 26
N. Kajian Hasil Penelitian Relevan……… 26
O. Kerangka Berpikir………. 28
BAB III METODE PENELITIAN……… 30
A. Jenis Penelitian………. 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 30
C. Subjek Penelitian………. 31
D. Objek Penelitian……….. 31
E. Variabel Bebas dan Variabel Terikat……….. 31
F. Bentuk Data……… 31
G. Metode Pengumpulan Data……… 32
H. Instrumen……… 32
1. Instrumen Pembelajaran………... 32
2. Rencana Penelitian……….. 39
3. Teknik Pengumpulan Data……….. 39
4. Teknik Analisi Data……… 41
BAB IV PELAKSANAAN,TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN……….. 45
A. Pelaksanaan Penelitian………. 45
B. Tabulasi Data……….. 52
C. Analisis Data……….. 59
D. Pembahasan Hasil Analisis Data……… 62
E. Keterbatasan Penelitian……….. 64
BAB V KESIMPULAN……….. 66
A. Peningkatan Keterampilan Pengerjaan Soal Oleh Siswa………. 66
B. Kendala dan Solusi………. 66
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Validasi dan Realibilitas ... 46
Tabel Pelaksanaan Penelitian ... 48
Tabel soal Pre Test dan Post test ... 49
Tabel Keterlaksanaan RPP ... 51
Tabel Hasil Pre Test... 53
Tabel Hasil Post Test ... 54
Tabel Ringkasan Data Wawancara ... 58
Tabel Hasil Peningkatan Nilai Akhir ... 59
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Lampiran I ... 72
B. Lampiran II ... 76
C. Lampiran III ... 81
D. Lampiran IV... 83
E. Lampiran V ... 85
F. Lampiran VI... 100
G. Lampiran VII ... 103
H. Lampiran VIII ... 107
I. Lampiran IX... 111
J. Lampiran X ... 116
K. Lampiran XI... 119
(14)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan khususnya di Indonesia selalu mengalami suatu penyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan hasil pendidikan yang berkualitas.
Sejalan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan, salah satunya berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka disamping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif.
(15)
2
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika berlangsung dalam kondisi dan situasi yang kondusif, hangat, menyenangkan, menarik dan nyaman (Eni Suprihatin,dkk 2012). Oleh karena itu, guru harus memahami berbagai karakteristik siswa, sehingga mampu memilih strategi mengajar yang tepat dan mampu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.
Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan oleh seorang individu melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Oleh karena itu meningkatkan keterampilan belajar dalam matematika sangat penting guna memecahkan masalah dalam matematika yang menjurus kedalam hal-hal lain dalam matematika sehingga terwujudnya tujuan dari pembelajaran matematika atau tujuan pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo didapat bahwa permasalahan yang terjadi di lapangan adalah kurangnya minat siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Siswa cenderung bosan dengan soal –soal yang diberikan oleh guru secara individual ataupun kelompok, dan sebagian besar hasil belajar siswa kelas VIII B kurang dari batas KKM yaitu 72. Perhatian siswa dalam mengerjakan soal juga kurang karena banyak siswa yang asik bermain sendiri saat mengerjakan soal dan sering mengandalkan teman lainnya. Hal
(16)
3
ini akan mempengaruhi keterampilan siswa itu dalam hal masalah matematika.
Hal-hal inilah yang menarik minat peneliti untuk mengadakan penelitian di SMP Bruderan Purworejo. Peneliti memandang perlu diterapkannya suatu strategi pembelajaran dengan suatu strategi yang dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa. Untuk membantu siswa lebih terampil dalam memecahkan masalah di bidang matematika dengan
gamblang sehingga membuat pelajaran matematika bukanlah momok bagi
siswa.
Untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan pengerjaan soal matematika oleh siswa agar tidak berkelanjutan, maka diterapkan berbagai metode yang bervariasi. Salah satu metode yang diterapkan yaitu pembelajaran matematika dengan strategi pebelajaran Index Card Match (mencari pasangan).
B. Rumusan Masalah
1. Adakah peningkatan keterampilan pengerjaan soal oleh siswa dalam proses belajar matematika menggunakan strategi pembelajaran Index
(17)
4
2. Apa kendala pemanfaatan metode Index Card Match di kalangan para siswa kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo pada pembelajaran matematika
C. Batasan Istilah
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dan hasil pekerjaan tersebut.
Keterampilan mengerjakan soal matematika yaitu kemampuan seorang individu untuk menggunakan fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan soal-soal matematika melalui pelatihan yang konsisten dan rutin untuk mendapatkan hasil yang cepat,tepat dan akurat.
Metode Index Card Match merupakan sebuah strategi pembelajaran yang membantu siswa untuk mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara aktif serta menjadikan belajar tidak terlupakan (Silbermen, 2007 : 121 dan 265). Metode pembelajaran Index Card Match bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik belajar peserta didik yang berbeda-beda.
Makna dari Judul di Atas adalah sebuah penelitian deskriptif kuantitif dan kualitatif untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan
(18)
5
siswa dalam mengerjakan soal soal matematika menggunakan Index Card
Match. Ketika sebuah metode tersebut menjadi metode pelatihan soal untuk
mngukur seberapa tinggi metode pelatihan itu mempengaruhi keterampilan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang nantinya akan diberikan. Yaitu kemampuan seorang individu untuk menggunakan pikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan soal-soal matematika melalui pelatihan yang konsisten dan rutin untuk mendapatkan hasil yang cepat,tepat dan akurat.
D. Tujuan Penelitian
Sebuah tindakan pasti memiliki tujuan begitu pula dengan penelitian ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan pengerjaan soal oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ICM.
2. Untuk mengetahui kendala dari ICM dan solusinya dalam pembelajaran matematika untuk kelas VIII B.
(19)
6 E. Manfaat Penelitian
Sebagai penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif, penelitian ini memberikan manfaat pada pembelajaran matematika :
1. Manfaat Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman baru, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajarandan berfikir kreatif, mendapatkan suasana baru dalam pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Guru
Guru mendapatkan suatu model pembelajaran yang baru, guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa, guru mengetahui kesulitan siswa. 3. Manfaat Bagi Calon Guru
Menjadikan metode ini referensi sebagi metode dalam penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai inti pokok dari penulisan pada bab I sampai dengan bab V, dijelaskan sebagai beikut :
Bab I berisi tentang latar belakang masalah yang akan di teliti juga subjek yang akan diteliti.
Bab II berisi tentang landasan teori pendukung penelitian tentang Metode Index Card Match. Juga teori–teori pendukung yang lain, serta kerangka berpikir.
(20)
7
Bab III berisi tentang metode penelitian, disini akan dijelaskan mengenai bagaimana sebuah penelitian akan berlangsung dan bagaimana pengolahan data akan dilaksanakan.
Bab IV berisi tentang analisis penelitian, di mana segala data yang didapat akan ditampilkan, kemudian dianalisis, lalu dibahas.
Bab V berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah berlangsung, beserta saran kepada peneliti sejenis.
(21)
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasala dari bentuk kata belajar. Kata belajar berasal dari kata ajar. Pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP 2002).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2005:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Secara teoritis, pembelajaran yang bermakna mampu mengantarkan siswa belajar secara bermakna pula. Sebagaimana yang diungakapkan oleh Trianto (2009:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
(22)
9
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa dalam kehidpuan seahari-harinya, siswa mampu menyelesaikan sendiri permasalahan yang sedang dihadapinya dalam kehidupan sehari-harinya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengandung pengertian suatu rangkaian yang mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah dan siswa aktif menerima informasi, sehingga siswa menemukan pertalian-pertalian secara teori dan prakteknya.
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sementara itu Dimyati dan Mudjiono (2005) menjabarkan bahwa pembelajaran adalah kehgiatan guru secara terprogram dalam desain intruktional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebgai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(23)
10
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar.
B. Hambatan Dalam Pembelajaran
Dalam paparan Idris (1992) hambatan dalam pembelajaran berasal dari berbagai aspek berikut ini :
1. Kondisi psikologis pada anak
Dalam pembelajaran dibutuhkan psikologis yang rilek dan santai, jika pada
saat pembelajaran psikologis anak tidak baik, ibarat ada tekanan maka
pembelajaran yang akan diberikan tidak mampu diterima dengan baik.
2. Kejenuhan dalam pembelajaran
Suatu pembelajaran memerlukan variasi cara dalam interaksinya kepada siswa, metode atau sistem yang cenderung monoton pada pembelajaran akan membuat siswa menjadi bosan dan jenuh. Sehingga pembelajarn menjadi tidak menarik.
3. Tidak menyenangi subjek yang dipelajari
Sesuatu yang tidak disukai pasti akan dibuang atau dikesampingkan, begitu pula dengan mata pelajaran yang tidak disukai pasti akan
(24)
11
dijauhi. Dengan demikian maka pembelajaran pun pasti akan dijauhi, hal ini membuat pembelajaran menjadi tidak efisien.
4. Tidak mengetahui tentang manfaat dari objek yang dipelajari
Sebelum kita belajar pastilah kita harus mengetahui manfaatnya, cenderungnya jika tidak dapat ditemui sehari-hari maka sebuah pelajaran menjadi tak ada manfaatnya. Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih abstrak dan siswa memandang pembelajaran matematika menjadi hal yang tidak berguna.
5. Tingkat intelektual
Tingkat intelektual menjadi dasar dari siswa, dalam hal ini tingkat intelektual mendasari akan keberhasilan pembelajaran. Tingginya tingkat intelektual akan membuat pembelajaran lebih berarti, namun jika sebaliknya makan pembelajaran akan menemukan kebosanan.
(25)
12
C. Keterampilan Pengerjaan Soal Matematika
Keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat (Gordon (1994 : 55 dalam Mokoginta 2013)) yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas (Nadler (1986 : 73 dalam Mokoginta 2013)). Keterampilan juga merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat (Dunnette (1976 : 33 dalam Mokoginta 2013)), keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat (Iverson (2001 : 133 dalam Mokoginta 2013)) dalam kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (Conny Semiawan (1987 : 17-18)).
Menurut Robbins (2000 : 494-495) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Basic Literacy Skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang seperti membaca, menulis dan mendengar.
(26)
13 2. Technical Skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat.
3. Interpersonal Skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas, dan bekerja dalam satu team.
4. Problem Solving
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, berargumentasi, dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
Dari ke-empat dasar keterampilan menurut Robbins , maka dalam topik bahasan ini yang lebih terfokuskan adalah tentang Problem Solving dalam matematika.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar.
(27)
14
Sedangkan keterampilan pengerjaan soal matematika adalah aktivitas untuk mengembangkan kemampuan dasar dari kegiatan belajar mengajar yg berfokus pada perlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses penyelesaian soal-soal matematika yang diberikan dalam proses kegiatan belajar mengajar, serta mampu memberikan jawaban yang benar, cepat dan tepat.
D. Problem Solving dalam Matematika
Istilah problem solving ada pada berbagai profesi dan disiplin ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda. Problem solving dalam pengajaran matematika memiliki arti yang khusus (Branca, 1980, h. 3). ‘Problem solving dalam matematika adalah proses dimana seorang siswa atau kelompok siswa (cooperative group) menerima tantangan yang berhubungan dengan persoalan matematika dimana penyelesaiannya dan caranya tidak langsung bisa ditentukan dengan mudah dan penyelesaiannya memerlukan ide matematika’ (Mathematics Course Development Support Material 1989: Dikutip di Blane dan Evans, 1989, h. 367). Dalam problem solving, biasanya, permasalahan-permasalahan tidak tersajikan dalam peristilahan matematika. Permasalahan yang digunakan dapat diangkat dari permasalahan kehidupan nyata (real life situation) yang pemecahannya memerlukan ide matematika sebagai sebuah alat (tool).
(28)
15
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Problem Solving dalam Matematika adalah kegiatan/proses di mana seseorang siswa atau kelompok siswa dalam mencari jawaban dari setiap masalah matematika yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
E. Problem Solving dalam Pengajaran Kelas
Ada sejumlah alasan kuat mengapa problem solving perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pengajaran matematika yang efektif. Alasan pertama adalah harapan untuk membuat matematika lebih dapat diterapkan (more applicable) dalam kehidupan murid diluar pengajaran kelas atau dalam situasi baru yang belum familiar (Penglley, 1989, h. 10). Alasan yang kedua adalah problem solving memberikan kesempatan (opportunities) dan dapat mendorong siswa berdiskusi tentang dengan siswa yang lainnya, yaitu pada proses menemukan jawab dari permasalahan (Gervasoni, 1998, h. 23). Alasan lebih lanjut mengapa pendekatan problem solving sangat berharga (valuable) adalah karena problem solving dapat mendorong murid untuk menyusun teorinya sendiri (their own theories), mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak konsisten dan mencoba yang lainya (National Council of Teacher of Mathematics 1989: Dikutip di Taplin, 2001).
(29)
16 F. Mata Pelajaran Matematika di SMP
Dalam hal ini akan dibahas pengertian matematika dari para ahli dan tujuan matematika di SMP yang di ambil dari referensi buku karangan supatmono tahun 2002.
Menurut Riedesel (1996 dalam Catur Supatmono 2002:7), matematika adalah kumpulan dan aturan. Matematika bukanlah sekedar menghitung. Matematika merupakan sebuah bahasa, kegiatan pembangkit masalah dan pemecahan masalah, kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan. Pengertian matematika menurut Andi Hakim Nasution (1982:12) matematika adalah ilmu struktur, urutan. Dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan penggambaran bentuk objek. Menurut Susilo (1998 dalam Catur Supatmono 2002 : 8), matematika bukanlah sekedar kumpulan angka, simbol, dan rumus yang tidak ada kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya, matematika tumbuh dan berakar dari duni nyata. Menurut Yansen Marpaung (1998 dalam Catur Supatmono 2002:9), matematika adalah ilmu yang dalam perkembangannya penggunaannya menaganut metode deduksi. Menurut Suwarsono (1999 dalam Catur Supatmono 2002:10), matematika adalah ilmu yang memliki sifat khas yaitu; objek bersifat abstrak, menggunakan lambing-lambang yang tidak banyak
(30)
17
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan proses berpikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang ketat.
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di SMP mempunyai tujuan penagajaran tersendiri yang disebut tujuan kurikuler matematika. Adapun tujuan mempelajari matematika seperti yang dikemukakan oleh Andi Hakim Nasution(1982) , yaitu sebagai berikut:
1. Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam
2. Dengan penggunaan metode matematika dapat diperhitungkan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan.
3. Matematika penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa.
4. Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja.
5. Matematka dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas kepada orang lain
Tujuan mempelajari matematika di SMP adalah agar siswa memliki kemampuan yang dapat digunakan melalui kegiatan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah serta mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatandan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan
(31)
sehari-18
hari dan mempunyai pandangan yang dan memiliki sikap logis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegiatan matematika.
G. Lingkaran Sebagai Topik Matematika SMP
Lingkaran adalah himpunan semua titik di sebuah bidang datar yang memiliki jarak yang sama dari suatu titik tetap pada bidang tersebut. Titik tetap pada bidang itu disebut dengan titik pusat lingkaran. Adapun jarak sama dari satu titik ke titik pusat dengan titik yang lain disebut dengan jari-jari lingkaran. Lingkaran dipelajari-jari dalam matematika ini berguna untuk menghitung sesuatu benda dalam kehidupan nyata yang berbentuk mirip dengan sebuah bangun datar lingkaran. Dalam matematika lingkaran dipelajari dari hal keliling, luas, hingga garis singgung. Namun dalam tingkatan SMP lingkaran biasanya lebih di utamakan dalam menghitung keliling, luas, dan luas juring atau tembereng. Dalam hal ini siswa dituntut untuk terampil dalam memecahkan masalah yang menyangkut lingkaran dalam hal keliling, luas, luas juring atau tembereng, terampil ini dapat diwujudkan nyata sebagai pengerjaan soal-soal mengenai lingkaran, dengan cepat dan tepat.
(32)
19 H. Pengertian Metode Index Card Match
Menurut Hisyam Zaini(2008:66) metode index card match merupakan
metode pembelajaran yang cukup menyenangkan yang digunakan guru dengan
catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topic yang akan diajarkan terlebih
dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Metode index card match tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran
matematika saja, tetapi dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut didalam metode ini terdapat permainan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga membuat siswa tidak cepat jenuh
dalam melakukannya serta bersifat mendidik sebagai alat bantu pembelajaran.
Menurut Erni Emiyati (2011:26) metode index card match (mencari pasangan jawaban) yaitu suatu cara yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak pesera didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. Erni juga menambahkan bahwa metode index card match merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan kartu, dimana kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabannya. Metode ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Tentu saja penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada siswa agar metode ini menjadi lebih efektif.
(33)
20
Untuk penggunaan, kartu tersebut dibagikan keoada seluruh siswa dan siswa berfikir sejenak apa yang cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu tersebut dan mencari jawabanya yang ada di kartu yang lainnya. Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan proses belajar mengajar dikelas tidak hanya berupa penyajian informasi saja, siswa dating duduk dan mendengarkan, tetapi siswa juga ikut berperan aktif dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses pembelajaran semacam ini tidak harus didalam kelas, bisa juga diluar kelas agar peserta didik tidak measa bosan sebab penyakit yang diderita peserta didik selama mengikuti pelajaran adalah kejenuhan.
I. langkah-langkah metode ICM dalam kegiatan Pembelajaran
Menurut Hisyam Zaini (2008) secara umum langkah-langkah pembelajaran
dengan index card match dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa dalam kelas
2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis soal tentang materi yang telah siswa pelajari pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan sehingga selanjutnya disebut sebagai kartu soal
(34)
21
4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari soal-soal pada kartu soal sehingga selanjutnya disebut kartu jawaban.
5. Kocoklah semua kertas sehingga kartu soal dan kartu jawaban tercampur.
6. Guru menyampaikan atau mempresentasikan materi pembelajarn
7. Guru menjelaskan pada siswa bahwa kartu yang berwarna merah merupakan kartu soal, dan kartu yang berwarna kuning merupakan jawaban
8. Sampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari atau mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu dari siswa lain yang berbeda warna. Guru perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang diberikan pada siswa
9. Guru membagi kartu index pada tiap siswa
10. Jika mereka telah menemukan pasangannya, mintalah pasangan untuk duduk berdampingan. Dan guru memberikan poin pada tiap siswa yang menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan, terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada kelompok yang lain
(35)
22
11. Jika batas waktu yang telah ditentukan telah habis, maka bagi siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri
12. Mintalah satu pasangan untuk membacakan soal beserta jawabannya. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak
13. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut
14. Minta pasangan berikutnya untuk membacakan soal beserta jawabannya. Begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi
J. Tujuan Penerapan Metode Index Card Match
Menurut Hisyam Zaini (2008:69) tujuan penerapan metode Index
Card Match (ICM) ini, yaitu untuk melatih peserta didik agar lebih cermat
dan lebih kuat terhadap keterampilannya dalam pemahamannya terhadap suatu materi pokok.
Dengan metode ICM ini siswa akan lebih semangat dan antusias dalam belajarnya dan lebih cermat dan mudah dalam menyelesaikan masalah matematika terutama mengerjakan soal dan mengingat suatu
(36)
23
materi pelajaran. Dalam metode ICM, pengajar juga sangat senang bila peserta didik berani aktif dan mengungkapkan gagasan, berani mendebat apa yang dijelaskan dalam presentasi karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasan-gagasan alternative mereka, pengajar, akan sangant senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara yang berbeda-beda. Kebebasan berpikir sangat dihargai dan ditekankan disini, hal ini berakibat pada suasana kelas, artinya suasana kelas akan hidup dan peserta didik akan aktif dalam pembelajaran sehingga menimbulkan sebuah kompetisi yang kuat yang akan saling mendukung satu sama lain.
Dalam penelitian ini metode ICM digunakan untuk meningkatkan keterampilan mengerjakan soal bagi siswa. Oleh karena itu persiapan yang perlu dilakukan yaitu:
1. Membuat beberapa pertanyaan sesuai materi yang dipelajari. Tulis pada kartu-kartu pertanyaan.
2. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Tulis dalam kartu-kartu jawaban. Agar ada perbedaan pada kartu jawaban dan kartu soal, dibuat beda warna.
(37)
24
3. Jumlah kartu soal dan kartu jawaban disesuaikan dengan jumlah siswa.
4. Agar siwa antusias dalam melakukan permainan ICM, siswa bersama guru membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil.
5. Sediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil.
Hisyam Zaini (2008:69) juga menambahkan, bahwa metode ICM mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya, yaitu sebagai berikut :
K. Kelebihan metode Index Card match
Berikut ini beberapa kelebihan dari metode Index Card Match yang telah Hisyam Zaini (2008) paparkan yaitu :
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2. Karena terdapat unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhdap materi yang dipelajari.
4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa.
5. Efektif melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu untuk belajar.
(38)
25 L. Kelemahan Metode Index Card Match
Disamping dari kelebihan metode Index Card match, maka ditemukan pula beberapa kelemahan dari metode Index Card Match, antara lain :
1. Jika guru tidak merancang dengan baik, maka banyak waktu yang akan terbuang.
2. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, pada saat siswa membacakan kartunya banyak siswa yang kurang memperhatikan yang akan menjadikan suasana menjadi ramai.
3. Menggunakan metode ICM secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
4. Metode ini terkendala dilakukan di jumlah siswa tidak genap.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keunggulan dari metode ini akan tercipta suasana aktif dalam belajar. Dengan demikian, saat metode tersebut diterapkan pada jam pelajaran terakhir pun, siswa akan tertarik untuk aktif karena bukan suatu metode yang monoton. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawaban, dan ada siswa yang akan dengan sengaja mengacaukan kelas. Solusinya adalah
(39)
26
adanya peraturan yang mengikat mereka dan guru sehingga tidak ada nantinya kesalah pengertian. Dan agar metode ini tidak terkendala karena jumlah siswa yang ganji, maka dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa.
M. Perkiraan Hambatan Metode ICM Dalam Pembelajaran
Dengan melihat dalam hambatan-hambatan dalam pembelajaran dan kelemahanan dalam metode ICM maka dapat disimpulkan bahwa adanya hambatan-hambatan lain yang akan terjadi yaitu akan terjadi kejenuhan pembelajaran karena kondisi anak yang sekiranya sudah tidak senang lagi dalam menanggapi kegiatan yang ada, hal ini dapat terjadi jika pembelajaran dilaksanakan pada siang hari atau jam terakhir KBM. Selanjutnya adalah kebanyakan dari siswa tidak mengetahui manfaat yang didapat dalam pembelajaran sehingga membuat tingkat motivasi menjadi rendah.
N. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibut dapat memperhatikan penelitian yang lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun penelitian yang terdahulu diantaranya sebagai berikut :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sri Hardiyanti (2010) yang berjudul Meningkatkan Nilai Tes Formatif Siswa dengan Menerapkan
(40)
27
Model Pembelajaran Index Card Match pelajaran IP semester I pada Siswa kelas V SD negeri 01 Botok Tahun Ajaran 2009/2010. Dari penelitian tersebut didapat hasil penerapan metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA
Kedua, Erni Emiyanti (2011) yang berjudul Penerapan Metode Index
Card Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran
IPS Terpadu Kelas VII A MTs. Erni menyimpulkan bahwa menerapkan metode ICM dalam pembelajaran memudahkan siswa memahami pelajaran karena dalam pembelajaran ini siswa disuguhkan pada situasi untuk berdiskusi sehingga saling berinteraksi satu sama lain yang mirip pada kehidupan sehari-hari. Hasil itu terlihat dari perolehan prestasi belajar yang meningkat
Ketiga, Tatmimatun Ni’mah (2012) yang berjudul Penerapan Metode
Index Card Match untuk meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran IPS
siswa kelas IV SDN 1 Petanahan tahun ajaran 2012/2013. Tatmimatun menyimpulkan bahwa metode ICM ini dapat meningkatkan keaktifan anak dalam pembelajarannya terbukti dari susunan data yang diperolehnya.
Ketiga penelitian tersebut walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini menekankan pada terjadinya peningkatan keterampilan pengerjaan soal
(41)
28
dari siswa dengan menggunakan metode ICM dalam pembelajaran matematika.
O. Kerangka berpikir
Matematika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Dalam tingkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika, siswa mampu menyajikan tingkat pemahaman yang baik terhdapa suatu materi yang diterimanya. Tetapi pada kenyataannya, siswa sering kali tidak memahami atau mengerti secara mendalam pengetauan yang bersifat pemahaman tersebut.
Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan metode yang dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta siswa mampu mencapai proses belajar yang ideal. Melalu metode ICM diharapkan dapat memberikan cara dan suasana baru yang menarik dalam pengajarannya khususnya pada mata pelajaran matematika. Metode ICM merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan kartu, dimana kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabannya, metode ini berpotensi membuat siswa senang. Unsur permainan yang terkandung dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan, tentu saja penjelasan aturan permainan perlu diberikan kepada siswa agar metode ini menjadi lebih efektif.
(42)
29
Aktivitas belajar yang dirancang dalam metode pembelajaran ICM memungkina siswa dapat belajar lebih menyenangkan disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Berdasarkan sintak-sintak yang telah dijabarkan dan menilik dengan artikel-artikel yang terkait, metode ICM ini mampu memberikan pelatihan kepada siswa dalam hal keterampilan pengerjaan soal. Hal ini mampu diketahui dari penyabaran cara bagaimana metode ICM dilakukan, sehingga melalui metode ICM ini maka siswa dapat dengan langsung berinteraksi dengan sesamanya juga sebagai media koreksi hasil yang diperkiraan oleh seorang siswa dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian metode ICM ini memberikan siswa semacam pembelajaran berkelompok, dengan demikian keterampilan anak dalam mengerjakan soal akan meningkat, karena terpacu oleh keterampilan teman satu teamnya atau teman satu kelasnya.
(43)
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian yang memberi gambaran atau penjelasan tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam hal ini penelitian akan memberi gambaran tentang ukuran siswa dalam menguasai keterampilan mengerjakan soalnya yang dijelasakan secara kuantitatif atau ukuran angka ( nilai) dan secara kualitatif atau ukuran keterangan (kesimpulan).
B. Waktu danTempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Bruderan Purworejo kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo semester II tahun pelajaran 2013/2014. Alasan mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan, relasi yang cukup baik dengan pihak sekolah, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan target peneliti. Penelitian ini dilaksanakan mulai Maret 2014 sampai dengan akhir April 2014.
(44)
31 C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Bruderan Purworejo kecamatan Purworejo kabupaten Purworejo Tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 25 siswa.
D. Objek penelitian
Objek penelitian dalam topik ini adalah keterampilan pengerjaan soal pada siswa kelas VIIIB SMP Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan Lingkaran.
E. Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Pada penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif ini yang menjadi variable bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Index
Card Match.
Dan pada penelitian ini yang menjadi variable terikat adalah keterampilan mengerjakan soal pada matematika siswa kelas VIII SMP Bruderan Purworejo dan kendala pemanfaatan metode Index Card Match.
F. Bentuk Data
Bentuk data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif, berupa jawaban dari siswa kelas VIIIB dari soal test yang mewakili bentuk kuantitatif dan tanggapan siswa tentang
(45)
hambatan-32
hambatan yang dialami siswa melalui wawancara selama mengikuti pembelajaran dimana latihan soal dengan menggunakan metode Index
Card Match yang mewakili bentuk data kualitatif.
G. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui test dan non test. Data yang diperoleh melalui tes yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pre tes dan post test. Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan keterampilan mengerjakan soal pada siswa kelas VIIIB pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ICM. Sedangkan data non tes diperoleh melalui wawancara kepada siswa kelas VIIIB. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang kendala pemanfaatan metode ICM pada siswa kelas VIIIB pada pembelajaran matematika.
H. Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini ada dua yaitu intrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data, adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Pembelajaran
Dalam instrumen pembelajaran untuk mencapai kegiatan belajar yang efektif haruslah ada materi sebagai topik dalam permasalahan dalam
(46)
33
hal ini topiknya yaitu materi lingkaran pada matematika, berkaitan dengan materi lingkaran pada matematika maka hal-hal yang dikhususkan adalah pengerjaan soal tentang keliling lingkaran, luas lingkaran, luas tembereng atau juring. Juga untuk melaksanakan metode ICM maka harus adanya langkah-langkah metode ICM yang sudah terpapar sebelumnya yaitu:
a. Guru menyampaikan atau mempresentasikan materi pembelajarn
b. Guru menjelaskan pada siswa bahwa kartu yang berwarna merah merupakan kartu soal, dan kartu yang berwarna kuning
merupakan jawaban
c. Sampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari atau mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu dari siswa lain yang warnannya beda. Guru perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang diberikan pada siswa
d. Guru membagi kartu index pada tiap siswa
e. Jika mereka telah menemukan pasangannya, mintalah pasangan untuk duduk berdampingan. Dan guru memberikan poin pada tiap siswa yang menemukan
(47)
34
pasangannya sebelum batas waktu yang telah ditentukan, terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada kelompok yang lain
f. Jika batas waktu yang telah ditentukan telah habis, maka bagi siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri
g. Mintalah satu pasangan untuk membacakan soal beserta jawabannya. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak
h. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut
i. Minta pasangan berikutnya untuk membacakan soal beserta jawabanny. Begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakuka presentasi
Pembuatan instrumen pembelajaran ini juga sesuai dengan tujuan dari penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif ini. Maka instrumen yang nantinya akan dibuat yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) dengan Standar Kompetensi Menentukan unsur, bagian, serta ukurannya dan Kompetensi Dasar Menghitung Keliling
(48)
35
dan Luas Lingkaran, dan Menggunakan Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, Luas Juring Dalam Pemecahan Masalah ,serta Lembar observasi yaitu lembar yang sebagai penegas adanya kegiatan yang berlangsung ketika penelitian.
a. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik test adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
Teknik tes dilaksanakan pada awal sebelum memasuki pembelajaran dan pada akhir pembelajaran setelah dikenakan metode ICM. Teknik test berupa test tertulis yang dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal matematika :
1) Lembar soal pre test
Pre test dilakukan dalam Penelitian karena pre test digunakan untuk menjadi tolak ukur akan kegiatan yang akan di lakukan selanjutnya dalam pembelajaran. Sehingga pre test yang diberikan akan menampilkan hasil yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa, dan
(49)
36
menjadi pertimbangan dalam mengajarkan materi agar tidak terlalu jauh dari kemampuan siswa.
2) Lembar post test
Post test dilakukan dalam Penelitian karena post test digunakan untuk mengetahui data dalam peningkatan hasil sebelum dengan sesudah diberikan metode. Sehingga post test yang diberikan benar-benar memberikan gambaran hasil atau data yang menunjukan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.
Adapun kisi-kisi dari soal yang akan dibuat yaitu:
KD indikator Item soal jumlah tipe
Menghitung keliling dan luas lingkaran
Menghitung keliling lingkaran
1,2 2 C2
Mencari jari-jari atau diameter lingkaran jika keliling diketahui 3 4 1 1 C2 C3 Mengaplikasikan keliling lingkaran dalam soal cerita kehidupan sehari-hari
5,6 2 C3
Menghitung luas lingkaran 7 8 1 1 C2 C3 Menghitung jari-jari atau diameter lingkaran jika diketahui luasnya 9 10 1 1 C2 C3 Mengaplikasikan luas lingkaran
(50)
37
KD indikator Item soal jumlah tipe
dalam soal cerita Menghitung luas lingkaran dalam gambar yang diarsir
13,14 2 C2
Menggunakan
hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan
Menghitung luas juring
15,16 2 C2
Menghitung jari-jari atau sudut jka luas juring diketahui
17,18 2 C2
Menghitung salah satu panjang busur
19,20 2 C2
Menghitung salah satu sudut jika salah satu panjang busur diketahui
21,22 2 C2
Menghitung luas tembereng
23,24 2 C2
Menentukan besar sudut keliling jika menghadap ke busur dan diameter yang sama
25,26 2 C2
Menghitung sudut pusat dalam soal cerita
27,28 2 C2
Aplikasi luas, dan keliling serta dalam sudut maupun tali busur dalam soal cerita
29,30 2 C3
Jumlah total 27
3) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang peristiwa-peristiwa ataupun kejadian yang meliputi tahap pre test, metode, post test, dan evaluasi dengan melalui foto.
(51)
38
4) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dibentuk untuk mengetahui kendala dalam penelitian ini, accuan dibentuknya pedoman yaitu perkiraan kendala yang telah dirumuskan yaitu adanya kejenuhan dari siswa, ketidaktahuan siswa dalam mengambil manfaat,serta kelemahan metode ICM itu sendiri. Maka dibentuklah kisi-kisi untuk menjadi naskah wawancara.
Adapun kisi-kisi dari wawancara tersebut yaitu :
Pertanyaan Wawancara Apa yang anda rasakan ketika melaksanakan metode ICM dalam pembelajaran?
Bagaimana pendapat anda tentang metode ICM?
Pertanyaan Wawancara Apa hambatan anda ketika melakukan kegiatan ICM ini bersama teman-teman? Apa saran anda untuk metode ICM ini?
(52)
39 2. Rencana Penelitian
Dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Index Card Match merupakan pembelajaran yang menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Metode ini memberi penekanan pada proses pengerjaan soal,kegiatannya mencangkup :
a. Penyajian kelas
b. Pembagian kartu
c. Menggunakan ICM sebagai kegiatan inti dalam latihan soal
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap, yaitu pre test, metode, post test, dan refleksi.
Di dalam pre test nantinya akan di berikan soal-soal latihan dimana siswa mengerjakan secara individu, dalam kegiatan ini nantinya peneliti akan bekerjasama dengan guru.
Di dalam metode nantinya akan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan.
(53)
40
Adapun rincian dari perencanaan yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisi dan merumuskan masalah
c. Merancang model ICM
d. Membuat RPP
e. Observasi tentang materi-materi pelajaran sebagai acuan peneliti
f. Menyusun instrumen penelitian
Adapun rincian dari pelaksanaan yaitu :
a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan
perencanaan
b. Menerapkan penggunaan metode ICM
c. Menlakukan pengamatan terhadap langkag-langkah yang dilaksanakan dalam menggukan metode ICM
d. Membuat perencanaan langkah-langkah selanjutnya apabila belum tercapai tujuan yang diharapkan
(54)
41
Di dalam post test nantinya akan diberikan soal-soal latihan kembali dimana siswa mengerjakan secara individu dalam kegiatan ini nantinya peneliti akan bekerjasama dengan guru.
Refleksi :
a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi.
b. Menganalisi kelemahan dan keberhasilan peneliti saat menggunakan metode ICM
c. Melakukan refleksi terhadap penggunaak metode ICM
d. Melakukan refleksi terhadap keterampilan mengerjakan soal siswa terhadap soal matematika
4. Teknik Analisi Data
a. Uji validitas instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Item pre test dan post test yang tidak valid berarti tidak dapat mengukur apa yang diukur sehingga hasil yang didapat tidak dapat dipercaya, sehingga item yang tidak valid harus
(55)
42
dibuang atau diperbaiki. Uji validitas intrumen ini dengan menggunakan rumus korelasi pearson yaitu:
Keterangan :
X = skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y ∑X2
= jumlah kuadarat dari skor distribusi X
∑Y2
= jumlah kuadrat dari skor distribusi Y
N = banyaknya responden
b. Uji reliabilitas instrumen
Yaitu untuk menguji konsistensi alat ukur apakah hasilnya akan tetap konsisten jika pengukuran diulang, sedangkan instrumen yang tidak relibel maka tidak dapat konsisten untuk pengukuran sehingga hasil pengukuran tidak dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapakali untuk mengukur obyek yang sama,
(56)
43
akan menghasilan data yang sama. Sugiyono ( 2010 : 173). Rumus untuk menguji reliabilitas yaitu :
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir instrumen
∑σb2 = jumlah varians butir
σ 2
t = varian total
c. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Data-data berupa angka (kuantitatif) dianalisis dengan mencari data tertinggi, data terendah dan rata-rata, jumlah siswa yang tuntas, dan juga presentase ketuntasan pembelajaran.
Analisis data dari hasil pre test dan post test tertulis dianalisis secara kuantitatif dari data yang didapat dari siswa dianalisis untuk mendapatkan deskripsi hasil dari pelaksanaan kegiatan. Data dianalisis dengan cara presentase untuk mengetahui besarnya hasil yang dicapai seluruh siswa dalam satu kelas
(57)
44
yang telah diberikan pengajaran oleh guru. Ketuntasan siswa akan dianalisis dengan menghitung ketuntasan klasikas sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal= jumlah siswa yang mengalami kenaikan nilai/jumlah seluruh siswa *100%
Dari rumus diatas dapat kita lihat keberhasilan instrumen jika siswa mencapai ketuntasan klasikal jika >60% dari seluruh siswa yang mengalami kenaikan nilai. Pengambilan kesimpulan dari kenaikan nilai akan dihitung dari analisis dari data yang telah didapat, melalui pengambilan peningkatan nilai rata-rata dari hasil pretest dengan nilai rata-rata dari hasil hasil post test. Kemudian peningkatan nilai rata-rata ini dapat mewakili peningkatan keterampilan mengerjakan soal matematika numerik.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan siswa, melalui hasil wawancara tersebut lalu dianalisis atau diambil kesimpulan yang terkait pertanyaan dalam wawancara.
(58)
45 BAB IV
PELAKSANAAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen ini menggunakan kelas VIII A ( soal ujicoba terlampir pada lampiran II), seluruh anak mengerjakan soal yang disediakan oleh peneliti dengan batas waktu yang telah ditentukan, siswa tidak diperbolehkan untuk membuka buku catatan ataupun bertanya dengan temannya. Materi yang di ujikan adalah materi tentang keliling dan luas lingkaran, busur, juring lingkaran, sudut pusat dan sudut keliling, dengan jumlah soal 30 butir. Namun dalam kenyataannya maksimal pengerjaan soal oleh siswa hanya sampai dengan 14 soal saja, dengan demikian untuk menguji hasil validitas dan realibilitas menggunakan 14 soal tersebut.
(59)
46
Hasil validitas dan realibilitas untuk masing-masing soal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.0
Tabel Validitas dan Realibilitas
No soal validitas Realibilitas
1 -0,02 0,270
2 0,108 0,833
3 0,710 2,539
4 0,735 2,409
5 0,389 6,331
6 0,754 4,076
7 0,543 3,409
8 0,471 3,95
9 0,743 2,388
10 0,497 1,94
11 0,659 6,206
12 0,555 4,081
13 0,301 0,248
14 0,462 0,331
(Untuk hasil rincian penghitungan validitas dan realibilitas dapat dilihat
(60)
47
Penghitungan validitas ini akan menjadi dasar dalam membuat soal untuk soal pretest dan posttest. Nilai validitas di atas telah dibandingkan dengan uji R yang bernilai 3,745 sehingga nilai validitas yang kurang dari 3,745 akan dimodifikasi lagi soal yang terkait dan akan menjadi soal pretest dan posttest.
Modifikasi ini terkait dalam bentuk soal dan hitungan angka yang berada pada soal, seperti pada soal no 1 yang validitasnya adalah -0,02, soal no 2 yang validitasnya adalah 0,108, dan juga soal no 13 yang validitasnya adalah 0,301. Ketiga soal ini berada dibawah uji R sehingga tidak valid dalam pengujiannya, sehingga untuk ketiga soal tersebut di modifikasi, sehingga pada soal no 1 dalam soal tertulis “diameter 14 cm” menjadi diameter 100cm, pada soal no2 dalam soal dimodifikasi memiliki ilustrasi gambar, pada soal no 13 yang semula hanya terdapat gambar dimodifikasi menjadi gambar berserta penjelasannya titik-titiknya (bentuk soal dapat dilihat pada lampiran II dan III).
(61)
48
2. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian ini berlangsung mulai tanggal 30 November 2013 sampai dengan 26 April 2014, adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari / Tanggal Jam Uraian Kegiatan
1 Sabtu,
30 November 2013
13.00 Mencari tahu tentang permasalahan yang ada di SMP Bruderan,
khususnya kelas VIII serta permintaan ijin mengadakan
penelitian
2 Senin ,
14 april 2014
9.45-10.25
Menguji soal untuk membuat soal pretest (pengujian soal ujicoba)
3 Sabtu,
19 april 2014
12.30 Diskusi dengan guru tentang metode ICM dan konsep penelitian
4 Senin,
21 april 2014
8.20 – 9.00
Memberikan pretest kepada siswa kelas VIII B
5 Selasa,
22 april 2014
8.20 – 9.40
Pembelajaran pada siswa kelas VIII B dengan menggunakan metode ICM ( peneliti mengamati
proses yang dijalakan guru)
6 Kamis,
24 april 2014
9.00 – 10.20
Pembelajaran pada siswa kelas VIII B dengan menggunakan metode
ICM
7 Sabtu,
26 april 2014
9.05 – 9.45
Memberikan soal posttest kepada siswa kelas VIII B
Di samping dalam menguji soal numerik atau soal yang bersifat hitungan dalam pretest dan post test peneliti juga menyediakan tes wawancara yang tidak terstruktur, tes wawancara tersebut dilaksanakan pada setiap kegiatan pembelajaran yaitu tanggal 22 april 2014 sampai dengan tanggal 26 april 2014 di sela-sela jeda jam
(62)
49
pelajaran yaitu pada pukul 09.40 sampai dengan 10.00 atau saat usainya jam pelajaran yaitu pukul 12.35 sampai dengan 12.50.
Dalam pembuatan soal-soal yang akan diujikan dibuat perbedaan yaitu pengacakan soal yang akan digunakan pada pretest dan pada posttest. Dari soal ujicoba yang berjumlah 30 butir, kemudian dipotong menjadi 14 butir karena dalam kegiatan uji coba siswa hanya dapat mengerjakan maksimal 14 butir soal saja. Maka untuk pembuatan soal pretest dan soal posttest hanya menggunakan 14 butir soal, disesuaikan dengan KD yang telah ditempuh siswa. Dengan soal yang sama dibuat instrument yang berbeda yaitu pretest dan posttest, untuk daftar KD dan indikator yang terdapat pada butir-butir soal prestest ataupun posttest dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Soal Pretest dan Soal Posttest
KD Indikator Nomor soal
pada Pre test Nomor soal pada Post test Menghitung keliling dan luas
lingkaran
Menghitung keliling lingkaran
1,2 8,12
Mencari jari-jari atau diameter lingkaran jika keliling diketahui 3 4 9 11 Mengaplikasikan keliling lingkaran dalam soal cerita dalam kehidupan
(63)
50
KD Indikator Nomor soal
pada Pre test Nomor soal pada Post test sehari-hari Menghitung luas lingkaran 7 8 5 3 Menghitung jari-jari atau diameter lingkaran jika diketahui luasnya 9 10 6 7 Mengaplikasikan
luas lingkaran dalam soal cerita
11,12 1,2
Menghitung luas lingkaran dalam gambar yang diarsir
13,14 10,13
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berbeda namun dengan bobot soal yang sama sehingga akan didapatkan hasil peningkatan yang sesuai.
3. Kegiatan Pembelajarn
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, pada tanggal 22 april 2014 sampai dengan tanggal 24 april 2014. Pada proses pembelajaran yang terjadi guru memberi materi kepada siswa tentang keliling dan luas lingkaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang dan didiskusikan sebelum pembelajaran berlangsung, ketercapaian RPP dengan kegiatan pembelajaran dilapangan dapat dilihat dalam tabel berikut :
(64)
51
Tabel 4.3
Keterlaksanaan RPP Dengan Kondisi di Lapangan *)
No Aspek yang
Diamati Total skor Skor yang dicapai Prosentase total skor Prosentase skor yang dicapai
1 Pra pembelajaran
8 6 8% 6%
2 Membuka
pelajaran
8 6 8% 6%
3 Penyajian kelas 12 9 12% 9%
4 Pengelolaan
kelas
12 10 12% 10%
5 Pelaksanaan
metode ICM
20 16 20% 16%
6 Pembelajaran
dalam melibatkan siswa
16 12 16% 12%
7 Penilaian proses dan hasil belajar
16 13 16% 13%
8 Penutup 12 10 12% 10%
total 100 82 100% 82%
( *di acu pada lembar observasi yang dapat dilihat dalam lampiran
no I)
Tabel di atas adalah penilaian atas pengamatan peneliti terhadap
pembelajaran yang berlangsung di kelas VIII B dan di dasarkan pada
kesesuaian pembelajaran di kelas dengan yang sudah di rencanakan dalam
RPP, terlihat bahwa guru telah melaksanakan 82% dari metode
pembelajaran yang telah direncakanan, untuk 18% yang belum tercapai
dikarenakan metode ICM ini merupakan metode baru yang ada di SMP
(65)
52
keterlibatan siswa tidak maksimum dalam artian tidak semua siswa ingin
dan mampu terlibat langsung dalam metode ICM ini, serta penyajian kelas
yang berbeda membuat peserta harus beradaptasi, hal ini membuat tidak
sempurnyanya pelasanaan dilapnagan dengan RPP. Namun, dilihat dari
nilai kesuksesan dalam hal ini berarti guru mampu membina kelas dengan
baik, serta metode ICM ini dapat diterima oleh siswa kelas VIII B SMP
Bruderan dengan baik.
Adapun kisi-kisi wawancara yang telah dibuat untuk melaksanakan
wawancara di lapangan, wawancara dilakukan secara informal. Namun
dalam pelaksanaan di lapangan tidak dapat dipungkiri bahwa aka nada
perbedaan dengan kisi-kisi, pengambilan subject wawancara ini diambil
dari siswa yang medapat nilai baik, sedang, dan kurang baik dalam hasil
pretest ataupun posttest dan masing-masing diambil 1 orang siswa untuk
mewakili.
B. Tabulasi Data
1. Tabulasi Data Pre test
Pada bagian ini akan ditampilkan hasil dari penelitian yang telah
berlangsung dalam bentuk tabulasi, inilah hasil dari pretest yang telah
(66)
53
Tabel 4.4
Hasil Pre Test
id
siswa soal total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 S1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9 S2 1 5 4 2 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 15 S3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 S4 2 2 2 1 2 0 1 0 1 1 2 0 0 0 14 S5 5 3 0 0 3 1 1 1 0 0 1 0 0 0 15 S6 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 S7 2 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9 S8 2 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 11 S9 2 4 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 13 S10 5 5 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14 S11 3 2 1 2 2 2 1 2 1 1 0 0 0 0 17 S12 2 2 1 0 3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10 S13 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 2 13 S14 1 1 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 3 14 S15 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10 S16 1 5 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 11 S17 1 4 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 8 S18 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 0 0 0 0 13 S19 2 0 4 0 2 0 1 1 0 0 0 0 1 1 12 S20 5 5 1 1 7 2 1 1 1 1 0 0 0 0 25 S21 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 S22 5 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 20
(67)
54
2. Tabulasi Data Post test
Pada bagian ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian yang telah berlangsung dalam bentuk tabulasi, inilah hasil dari pengerjaan siswa kelas VIII B pada soal post test yang telah diberikan. Hasil dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Hasil Post Test
id
siswa soal total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 S1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 0 1 1 1 1 17 S2 1 1 1 3 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 9 S3 2 2 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 10 S4 2 2 0 4 2 1 1 2 2 0 0 0 0 0 16 S5 3 1 5 3 1 1 1 5 4 0 2 4 0 0 30 S6 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 13 S7 3 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 5 0 0 13 S8 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 1 0 0 16 S9 3 3 3 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14 S10 3 1 ` 1 4 1 1 5 0 0 0 5 1 1 23 S11 3 3 4 4 1 1 2 5 1 0 0 0 0 0 24 S12 2 1 1 2 2 1 1 4 4 0 1 2 0 0 21 S13 3 3 5 5 4 2 5 2 3 0 2 0 0 0 34 S14 8 5 3 5 2 4 5 5 5 3 4 1 3 0 53 S15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 S16 3 2 5 1 4 1 1 3 4 1 1 3 1 1 31 S17 1 3 ` 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 0 17 S18 3 3 4 2 1 1 2 1 2 1 1 0 0 0 21 S19 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 S20 5 5 1 1 7 2 1 1 1 1 0 0 0 0 25 S21 3 2 2 3 5 3 2 5 3 0 2 5 0 1 36 S22 3 7 5 3 3 0 0 5 0 4 0 0 0 0 30
(68)
55
Di samping data yang didapat dari tes kuantitatif , peneliti juga mendapatkan data kualitatif yang didapatkan dari wawancara kepada siswa, dengan mengambil perwakilan dari siswa yaitu 1 dari siswa yang berkemampuan tinggi , 1 dari siswa berkemampuan sedang, dan 1 dari siswa berkemampuan rendah , maka didapat hasil wawancara sebagai berikut :
P = Peneliti
S1 = Siswa 1
S2 = Siswa 2
S3 = Siswa 3
Wawancara dengan siswa 1 (S1)
(1)P : bagaimana pembelajaran sehari-harinya?
(2)S1 : ya guru Cuma menerangkan latihan soal udah
(3)P : sering ada model diskusi seperti ini sebelumnya?
(4)S1 : jarang sekali pak
(5)P : setelah mendapat metode pemebelajaran seperti ini apa yang anda rasakan?
(6)S1 : asik juga pak, tidak membosankan hanya mendengarkan guru dalam mengajar tapi kita juga bias berbagi ilmu
(7)P : ada tidak kesulitan waktu pembelajaran dengan metode ICM ini? Dalam arti yang anda rasakan ketika berproses
(8)S1 : ada pak, ya semisal untuk mencari soalnya seerti apa kita jadi mikir 2 kalo pak, soal mana yang jawabannya yang seperti kita temui, lalu untuk mencari cara pengerjaannya juga pak,
(69)
56
(9)P : bukannua jadi asik kalau kita tidak tahu mana soal untuk jawaban kita?
(10)S1 : iya pak, tapi kan jadi binggung pak akan jawaban kita
(11)P : lalu permasalahan apa lagi selain dari sisi soalnya?
(12)S1 : teman satu teamnya pak, kadang ada yang tidak mau mengerjakan, jadi hanya ikut-ikutan saja
(13)P : hmmm, lalu apa saran dari anda supaya nantnya metode ini menjadi lebih bagus?
(14)S1 : bagusnya, anak-anak yang rajin sama yang kurang rajin dibedakan kelompoknya jadi yang rajin dengan yang rahin yang kurang rajin dengan yang kurang rajin, agara yang kurang rajin menjadi rajin
(15)P : ok , ok terima kasih atas masukannya
Wawancara dengan siswa 2 (S2)
(1)P : bagaimana tadi kegiatan belajarnya dengan menggunakan metode ICM?
(2)S2 : seru pak
(3)P : serunya bagaimana?
(4)S2 : ya , yang jarang maju jadi mau maju pak, trus juga berbedan dengan biasanya, jadi tikda bosan pak dengan hanya mendengakan saja
(5)P : lalu ada kesulitan tidak dalam pembelajarn tadi yang kamu rasakan?
(6)S2 : ada pak, soalnya susah, haha. Lalu cara penyelesaiannya panjang, karena soal cerita, ditambh dengan waktu yang diberikan untuk diskusi kurang, jadi kira seperti terkejar-kejar pak
(7)P : oh begitu, selain dari sisi soal dan waktunya, ada lagi?
(8)S2 : tidak pak
(9)P : teman satu teamnya?
(10)S2 : teamn satu team asik-asik pak, yang tadinya tidak mau bersuara jadi mau bersuara pak, ya pada kerja kompak pak
(11)P : oh begitu, lalu adakah masukan atau saran untuk metode ICM agar lebih baik lagi?
(70)
57
(12)S2 : sudah bagus pak, ya mungkin hanya waktunya yang kuran, jadi kita merasa seperti terkejar-kejar dalam diskusinya, atau mungkin beso kelompoknya juga diacak lagi pak seperti pengacakan kartu, jadi temannya bias berbeda
(13)ok ok , terimakasih atas masukannya
Wawancara dengan siswa 3 (S3) :
(1)P : bagaimana dengan metode pembelajaran tadi?
(2)S3 : asik pak, jadi tidak bosan
(3)P : merasa kesusahan tidak tadi dalam melaksanakan?
(4)S3 : ia pak ada
(5)P : bias dijelaskan apa kesusahannya?
(6)S3 : ya agak binggung pak, metodenya, jadi binggung dalam melaksanakannya
(7)P : disamping metodenya ada lagi?
(8)S3 : soalnya susah pak,ditambah diberi waktu dalam diskusi, makin susah jadinya, lupa rumus pak kebanyakan. Dan mencari soal atas jawaban kita juga bikin binggung pak, apa lagi kalau salah dalam menuliskan soal-soal yang dibacakan
(9)P : selain dari segi soal, bagaimana dengan teman satu teamnya?
(10)S3 : teman tidak ada masalah pak, ya hanya karena susah jadi pada tidak niat pak, malu kalau salah pak
(11)P : kenapa malu?
(12)S3 : nanti malah diketawain pak di depan kelas, apalagi tulisannya saya jelek pak, tidak dapat kebaca
(13)P : oalah, ya tidak apa apa kan, Nantinya kan kamu juga jelaskan di depan kelas
(14)S3 : nah itu pak, saya juga malu, haha
(15)P : lalu ada saran tidak untuk metode ICM ini?
(16)S3: ada pak, untuk soal jangan susah susah pak, metodenya juga kalau bisa jangan diberi waktu dalam diskusi, kalau bisa lagi ada hadiahnya pak kalau menjawab jadi kan lebih asik
(71)
58
(17)P : kemarin kan saya kasih hadian, haha. Lalu dengan pembagian kelompoknya bagaimana?
(18)S3 : bebas saja pak, ya digabung saja pak yang kurang pintar sama yang pintar pak, jadi biar ada yang bantu pak
(19)P : ok ok terima kasih
Dari wawancara yang telah dilakukkan kepada ketiga perwakilan siswa diatas, maka dapat ditabulasikan ringkasan dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberikan kepada siswa. Tabel dari ringkasan wawancara diatas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Tabel Ringkasan Data Wawancara
NO Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang anda rasakan ketika melaksanakan metode ICM
dalam pembelajaran
S1 : asik juga pak
S2 : seru pak, yang jarang maju jadi mau maju pak, trus juga berbeda dengan biasanya
S3:asik pak
2 Bagiamana pendapat anda
tentang metode ICM
S1 : tidak membosankan hanya mendengarkan guru dalam mengajar tapi kita juga bisa berbagi ilmu S2 : tidak bosan pak dengan hanya mendengarkan saja
S3 : tidak membosankan pak
3 Apa hambatan anda ketika melakukan kegiatan ICM ini
bersama tema-teman?
S1 : ada pak, ya semisal untuk mencari soalnya seperti apa kita jadi mikir 2 kali pak, soal mana yang jawabannya yang seperti kita temui, lalu untuk mencari cara pengerjaaannya juga pak
S2 : ada pak, soalnya susah, lalu cara penyelesaiannya panjang, karena soal cerita,
ditambah dengan waktu yang diberikan untuk diskusi kuranng, jadi kita seperti terkejar-kejar pak
S3 : binggung akan metodenya, soalnya susah pak, ditambah diberi waktu dalam diskusi, makin susah jadinya, lupas rumus kebanyakan. Dan mencari soal
(72)
59
NO Pertanyaan Jawaban
atas jawaban kita juga bikin binggung pak, apalagi kalau salah dalam menuliskan soal-soal yang dibacakan
4 Apa saran anda untuk metode ICM ini?
S1 : bagusnya, anak-anak yang rajin sama yang kurang rajin dibedakan kelompoknya jadi yang rajin dengan yang rajin, yang kurang rajin dengan yang kurang rajin agar yag kurang rajin menjadi rajin
S2 : sudah bagus pak, ya mungkin hanya waktunya yang kurang, jadi kita merasa seperti dikejar-kejar dalam diskusinya atau maungkin besok kelompoknya juga diacak pak seperti pengacakan kartu, jadi temannya bisa berbeda
S3 : ada pak, kalau bikin soal jangan susah-susah pak, metodenya juga kalau bisa jangan diberi waktu dalam diskusi, kalau bisa lagi ada hadiahna pak kalu menjawab kan lebih asik, yang kurang pintar sama yang pintar pak jadi biar ada yang bantu
C. Analisis Data
Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil dari yang sudah dipaparkan dana akan dianalisis berdasarkan cara penganalisisan dari baba sebelumnya, yang pertama akan dianalisis adalah hasil dari pretest dan hasil dari postteset yang akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Peningkatan Nilai Akhir
ID Siswa Hasil Pre test Hasil Post test Peningkatan
S1 9 17 8
S2 15 9 -6
S3 16 10 -6
S4 14 16 2
(73)
60
ID Siswa Hasil Pre Test Hasil Post Test Peningkatan
S6 6 13 7
S7 9 13 4
S8 11 16 5
S9 13 14 1
S10 14 23 9
S11 17 24 7
S12 10 21 11
S13 13 34 21
S14 14 53 39
S15 10 13 3
S16 11 31 20
S17 8 17 9
S18 13 21 8
S19 12 8 -4
S20 25 25 0
S21 10 36 26
S22 20 30 10
Rerata 12,95455 21,54545 8.5909
Dari tabel di atas, dapat di analisis bahwa ada beberapa siswa yang tidak
mengalami peningkatan skor dari nilai sebelumnya, peningkatan dalam hal
ini berarti ada juga peningkatan dalam keterampilan pengerjaan soal oleh
siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Siswa yang tidak
mengalami peningkatan skor dalam hasil yang tertera adalah siswa yang
mengalami penurunan skor atau skor yang tidak mengalami peningkatan
dan tidak mengalami penurunan, dalam tabel 4.6 terlihat bahwa ada 3 siswa
yang mengalami penurunan skor dan ada 1 siswa yang skornya stagnan atau
tidak mengalami peningkatan juga tidak mengalami penurunan skor. Siswa
(74)
61
9 pada posttest, S3 dengan skor 16 pada pretest menjadi 10 pada posttest,
S19 dengan skor 12 pada pretest menjadi 8 pada posttest , dan S20 yang
mendapatkan skor 25 pada pretest dan 25 juga pada posttest. Dari semua
hasil yang telah didapatkan melalui pre test maupun post test tidak terlihat
ada yang mencapai nilai batas KKM dari sekolah yaitu 72, maka sesuai
dengan rumusan analisis data yang telah dibuat maka akan dihitung
persentasi siswa yang mengalami kenaikan, minimal 60% dari jumlah
siswa. Kelas VIII B berjumlah 22 siswa yang mengikuti proses penelitian
maka 60% dari 22 adalah 13 orang dari kelas tersebut minimal
mendapatkan peningkatan nilai dari pretest ke posttest. Dari tabel 4.6
terdapat 3 siswa mengalami penurunan dan 1 siswa stagnan atau tidak
mengalami peningkatan dan tidak mengalami penurunan, maka tersisa 18
siswa yang mengalami peningkatan, selain itu rerata yang diperoleh pada
proses pretest adalah 12,95455 dan hasil rerata dari proses posttest adlaah
21,54545. Maka dari analisis yang ada dapat dihitung nilai ketuntasan
klasikal adalah 18
22� 100% = 81,81%.
Bagian kedua akan dianalisis dari wawancara yang telah dilakukan, hasil
analisis wawancara dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7
Kesimpulan Wawancara
NO PERTANYAAN KESIMPULAN DARI WAWANCARA
1 Apa yang anda rasakan ketka
Secara keseluruhan siswa menanggapi metode ICM ini dengan positif, karena dengan metode ini maka
(75)
62 melaksanakan metode ICM dalam
pembelajaran?
ada sebuah metode penyegaran agar siswa tidak merasa bosan
2 Bagaimana pendapat anda tentang metode ICM?
Untuk pendapat menganai metode ini, banyak siswa mengatakan ketidak-bosanan , hal ini berarti dengan metode ini siswa tidak lagi merasa bosan dalam mempelajari matematika di kelas
3 Apa hambatan anda ketika melakukan kegiatan ICM ini bersama teman-teman?
Banyak siswa mengatakan kesusahan dalam hal soal, dan waktu dalam melakukannya, mengenai banyaknya soal dan kesesuaian waktu untuk mengerjakan masih menjadi kendala pada siswa, karena matematika memerlukan waktu yang lebih banyak dalam menjawab permasalahannya
4 Apa saran anda untuk metode ICM ini?
Saran yang diberikan, secara garis besar adalah mengenai pengacakan teman satu teamnya, agar selalu berubah dan penempatan siswa rajin dan kurang rajin agar diperhatikan supaya membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif
Juga mengenai materi yang akan diberikan setidaknya cocok untuk suasana dan waktu yang ada
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pada hasil analisi data yang telah ditunjukan sebelumnya, didapatkan bahwa hasil ketuntasan klasikal dari siswa kelas VIII B SMP Bruderan Purworejo adalah 81,81%. hasil analisis skor hasil kuantitatif didapat bahwa ada 3 anak yang mengalami penurun skor dan ada 1 anak yang mengalami stagnan (skor tetap), namun 18 siswa yang lain mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6. Dari tabel 4.6 juga terlihat bahwa rerata dari post test lebih tinggi dari rerata dari pre test maka dapat dikatakan adanya peningkatan skor, hal ini mempengaruhi keterampilan pengerjaan soal dari siswa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa
(76)
63
mengalami peningkatan skor dari pre test ke post test hal ini berarti adanya peningkatan keterampilan pengerjaan soal dari siswa.
Disamping menganalisis data kuantitatif juga dilakukan pengumpulan data kualitatif dalam bentuk wawancara yang tidak terstruktur, dalam wawancara tersebut didapat bahwa adanya respon positif dan respon negatif. Respon positif siswa dalam pembelajaran dengan metode ICM yaitu banyak dari siswa (22 siswa) yang menyatakan metode
ICM membuat pembelajaran tidak membosankan. Disamping respon
positif tidak dipungkiri pula adanya respon negatif dari siswa, kebanyakan respon negatif ini menjadi kendala akan metode ICM yang telah dilakukan. Kendala-kendala tersebut antara lain:
1. Penguasaan materi dari siswa yang kurang memahami membuat metode ini
akan berjalan lama dan memakan waktu lebih dari perkiraan.
2. Waktu yang dibutuhkan metode ICM tidak sesuai dengan waktu yang
disiapkan dalam pembelajaran .
3. Pembuatan kelompok belajar dan pelaksanaan metode ICM didalam kelas
membuat kelas sedikit gaduh, dan tidak sedikit siswa menjadi binggung.
E. Keterbatasan Penelitian
Sebuah kegiatan pasti ada titik kuat dan titik lemah, dalam hal ini peneliti
akan menuliskan keterbatasan-keterbatasan yang dialami ketika sedang berproses,
(77)
64
Hal ini menyebabkan banyak hal-hal yang harus diganti atau dihilangkan
demi kesesuaian waktu yang diperlukan dengan waktu yang disediakan
oleh sekolah, oleh sebab itu penelitian ini tidak mampu dilaksanakan secara
maksimal.
Dalam rencana waktu yang diperlukan oleh peneliti adalah dalam seminggu
penelitian ada waktu 5 hari tatap muka tiap dan 2 jam perhari, namun pihak
sekolah hanya dapat member waktu 3 hari tatap muka dan 2,5 jam
perharinya.
2. Keterbatasan ide
keterbatasan ide ini berasal dari peneliti sendiri, sehingga dalam membuat
instrumen kurang kreatif dan juga memakan waktu, juga adakalanya
mencapai titik jenuh dalam berpikir.
3. Keterbatasan Soal
Keterbatasan akan soal yang akan diberikan pada waktu memberikan dalam
instrument membuat soal-soal yang diberikan kurang beragam. Terencana
dari perindividu menjadi perkelompok sehingga membuat rencana
pembuatan soal juga mengalami perubahan jumlah soal yang akan
(78)
65 BAB V KESIMPULAN
A. Peningkatan Keterampilan Pengerjaan Soal Oleh Siswa
Dari penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMP kelas VIII B di SMP Bruderan Purworejo maka dapat disimpulkan bahwa penelitian peningkatan keterampilan pengerjaan soal oleh siswa kelas VIII dengan metode Index Card Match secara numerik tercapai. Hal ini ditunjuakan dengan hasil rerata dari masing-masing tes yaitu skor 12,95 dari skor pre
(79)
66
test menjadi 21,54 pada skor post test selanjutnya terprosentase bahwa ada ketuntasan klasikal sebanyak 81,81% dari total anak yang mengikuti post test, dari tabel 4.6 terlihat bahwa ada 3 siswa mengalami penurunan skor dan 1 anak mengalami stagnan (skor tidak berubah) , selanjutnya 18 siswa lainnya mengalami peningkatan skor.
B. Kendala, Solusi, dan Saran Penelitian
Di samping kelemahan dan kelebihan metode ICM, peneliti juga menemukan kendala dalam pelaksanaan metode ICM pada proses penelitian ini yaitu :
1. Penguasaan materi dari siswa yang kurang memahami membuat
metode ini akan berjalan lama dan memakan waktu lebih dari
perkiraan.
2. Waktu yang dibutuhkan metode ICM tidak sesuai dengan waktu
yang disiapkan dalam pembelajaran .
3. Pembuatan kelompok belajar dan pelaksanaan metode ICM didalam
kelas membuat kelas sedikit gaduh, dan tidak sedikit siswa menjadi
binggung.
SOLUSI
1. Pembuatan soal dalam kartu sebaiknya sudah diajarkan pada pertemuan
(80)
67
2. Pada pelaksanaan ICM sebaiknya dipersiapkan waktu paling sedikit 4
jam pelajaran
3. Pembuatan kelompok belajar lebih baik dibentuk oleh guru, sehinggga
mengefisienkan waktu
Dengan wawancara yang tidak struktur didapat pula adanya respon postif dan
respon negatif. Untuk respon positif didapatkan kesimpulan dari 3 siswa yang
mewakili dari keseluruhan siswa kelas VIII B yaitu mengatakan bahwa metode
Index Card Match membuat pelajaran tidak membosankan. Sedangkan respon
negatif dari siswa adalah siswa mengalami banyak kesulitan ketika mengerjakan
soal dengan menyesuaikan dengan waktu yang diberikan.
SARAN
Peneliti memberikan beberapa saran kepada peneliti yang sejenis dalam kaitannya dengan penelitian pembelajaran dengan metode Index
Card Match dalam pelajaran matematika untuk meningkatkan keterampilan
pengerjaan soal oleh siswa antara lain :
1. Lebih memperhatikan waktu yang akan digunakan, sehingga tidak
(1)
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI