IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SKI DI MA DARUL ULUM WARU.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

THINK PAIR SHARE

DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SKI

DI MA DARUL ULUM WARU

S K R I P S I

Oleh:

NI’MATUR ROHMAH NIM. D71212140

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii ABSTRAK


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Pembahasan ... 10

F. Definisi Operasional ... 10

G. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share..14 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 14


(8)

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 20

3. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share ... 22

4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 23

B. Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 23

1. Pengertian Hasil Belajar ... 23

2. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 26

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 33

4. Penilaian Hasil Belajar ... 40

C. Tinjauan tentang Sejarah Kebudayaan Islam ... 43

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 43

2. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam ... 45

3. Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam ... 46

4. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ... 46

D. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran SKI ... 47

E. Hipotesis Penelitian... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 52

1. Jenis dan Sumber Data ... 53

2. Rancangan Penelitian ... 56

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 56


(9)

2. Instrumen Penelitian ... 57

C. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

1. Sejarah berdirinya MA Darul Ulum Waru ... 59

2. Visi dan Misi dan Tujuan Pendidikan ... 63

3. Profil Sekolah ... 64

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 73

1. Populasi ... 73

2. Sampel ... 74

D. Teknik pengumpulan data ... 74

E. Teknik analisis data ... 78

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data ... 82

1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share pada mata pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru ... 83

2. Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI ... 90

B. Analisis Data Penelitian ... 98

1. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share pada Mata Pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru ... 98

2. Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI ... 105

3. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru ... 111


(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 117 B. Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 ... 65

TABEL 3.2 ... 67

TABEL 3.3 ... 70

TABEL 3.4 ... 70

TABEL 3.5 ... 72

TABEL 3.6 ... 72

TABEL 3.7 ... 81

TABEL 4.1 ... 83

TABEL 4.2 ... 86

TABEL 4.3 ... 90

TABEL 4.4 ... 93

TABEL 4.5 ... 95

TABEL 4.6 ... 98

TABEL 4.7 ... 98

TABEL 4.8 ... 99

TABEL 4.9 ... 99

TABEL 4.10 ... 100

TABEL 4.11 ... 100

TABEL 4.12 ... 101


(12)

TABEL 4.14 ... 102

TABEL 4.15 ... 102

TABEL 4.16 ... 103

TABEL 4.17 ... 103

TABEL 4.18 ... 104

TABEL 4.19 ... 105

TABEL 4.20 ... 105

TABEL 4.21 ... 106

TABEL 4.22 ... 106

TABEL 4.23 ... 107

TABEL 4.24 ... 107

TABEL 4.25 ... 108

TABEL 4.26 ... 108

TABEL 4.27 ... 109

TABEL 4.28 ... 109

TABEL 4.29 ... 110


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan pembelajaran yang harus direncanakan, diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar. Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengondisikan seseorang untuk belajar.1

Pembelajaran merupakan produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih komplek, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar diri dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru

1


(14)

2

dan siswa, dimana keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetepkan sebelumnya.

Dewasa ini yang kita lihat bahwa sebagaian besar pola pembelajaran masih bersifat transmitif, pengajar mentransfer dan menggerojokkan konsep secara pasif


(15)

3

dianggap sebagai pelajaran yang tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya karena dianggap sebagai masa lampau yang tidak akan terjadi kembali. Padahal sebenarnya sejarah merupakan suatu ilmu yang harus kita ketahui sehingga hal-hal negatif yang pernah terjadi pada masa lampau tidak akan terulang kembali di masa yang akan datang.

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam saat ini masih banyak menggunakan pembelajaran tradisional, baik ceramah atau eksplanasi yaitu penjelasan biasa, yang didalamnya belum cukup memberikan gambaran yang luas dan menyeluruh. Dalam pelajaran sejarah yang hanya memaparkan materi dengan ceramah dirasa kurang efektif, karena siswa sulit untuk mengerti dan memahami materi. Dalam penyampaian materi guru sering menggunakan metode ceramah. Meskipun menggunakan metode lain, ceramah itu tetap ada dalam setiap penyampaian materi pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Karena tanpa ceramah siswa kurang mengetahui maksud dari materi. Tetapi hal itu sangat bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh siswa. Dari siswanya sendiri menganggap bahwa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu membosankan dan metode ceramah yang digunakan guru dalam setiap penyampaian pelajaran tersebut membuat mengantuk para siswa. Disisi lain dengan melihat materi yang bacaannya sekian banyak, siswa malas untuk membacanya sendiri. Tetapi ketika di terangkan oleh guru, mereka merasa mengantuk dan kadang ada yang bicara sendiri dengan teman sebangkunya.

Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuan sendiri. Hal


(16)

4

ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Antara peran guru dengan model pembelajaran yang digunakan ini saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil belajar.

Model pembelajaran memiliki peran yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar kerja sama dengan anggota lainnya.


(17)

5

memiliki dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota untuk belajar. 4

Pada model pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk bekerja sama atau gotong royong dengan teman-temannya. Model pembelajaran kooperatif berperan bagi siswa dalam mengembangkan interaksi sosial dan keterampilan berkomunikasi. Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif mempersiapkan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam berbagai macam situasi sosial. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menarik bagi siswa adalah Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan model yang dikembangkan oleh Frangklin Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu.5

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun menggelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk

4

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 174-175 5 Ibid., h. 130


(18)

6


(19)

7

Kebudayaan Islam dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses berpikir (Think), Dalam hal ini siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru tersebut. Melalui proses berpasangan (Pair) siswa berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan masalah yang telah diberikan guru tersebut. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat berpikir ide dengan pasangannya. Setelah proses Think dan Pair dilakukan baru kemudian Share yaitu setiap pasangan maju ke depan kelas untuk presentasi/membagi hasil diskusi kepada semua teman kelas.

Menurut Sadirman pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan suatu hasil belajar. Sedangkan tujuan dari belajar itu sendiri adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap atau nilai-nilai.7 Jadi hasil belajar merupakan wujud dari tujuan belajar yang sudah tercapai. Dengan kata lain hasil belajar merupakan suatu pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap atau nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.

Harapan dari diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah supaya siswa dapat aktif belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok agar terbangun kemampuan kognitif, sehingga siswa mudah memahami materi Sejarah Kebudayaan Islam dan hasil belajar pun dapat meningkat. Hal ini sejalan

7

Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 29


(20)

8

dengan pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu cara menggerakkan motivasi belajar adalah pelaksanaan kelompok belajar.8

Dari uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan penelitian ini penulis mengambil judul:


(21)

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share pada pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru.

3. Untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mengetahui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar pada pelajaran SKI di MA Darul Ulum Waru. Dengan adanya penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti hal ini sangat bermanfaat dan dapat menambah wawasan, pengalaman, serta mendapat informasi baru dari kegiatan penelitian ini. Dan selain itu, peneliti juga melakukan penelitian ini, sebagai syarat untuk peneliti menyelesaikan program strata satu (S1).

2. Bagi lembaga pendidikan MA Darul Ulum Waru untuk mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pelajaran SKI dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(22)

10

3. Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyumbang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang sedang diteliti dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan model pembelajaran pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

E. Ruang Lingkup Pembahasan dan Keterbatasan Penelitian

Masalah yang akan diteliti agar tidak terlalu melebar dalam pembahasan, maka peneliti membatasi masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

2. Kajian mata pelajaran yang diamati adalah Sejarah Kebudayaan Islam. 3. Subjek penelitian adalah kelas X-A dan X-B di MA Darul Ulum Waru.

F. Definisi Operasional 1. Implementasi

Suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis, sehingga memberikan dampak baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.9

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan masalah.10

9

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rineka cipta, 2003), h. 193 10 Aris Shoimin, 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013, h. 45


(23)

11

3. Think Pair Share

Suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.11

4. Meningkatkan

Usaha yang diarahkan untuk mencapai taraf/tingkat yang diharapkan (berkenaan dengan mutu, tujuan dan lain-lain).

5. Hasil Belajar Siswa

Suatu sifatnya kualitas maupun kuantitas yang harus dimiliki oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, akan tetapi dapat juga bersifat proses atau cara yang harus dikuasai siswa sepanjang kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat berbentuk suatu produk seperti pengetahuan, sikap, skor (nilai), dan dapat juga berbentuk kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengelolah produk-produk tersebut.12

6. Sejarah Kebudayaan Islam

Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan pengggunaan pengalaman dan pembiasaan.13

11

Ibid., h. 208

12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, h. 79 13


(24)

12

7. MA Darul Ulum

Salah satu madrasah aliyah yang terakreditasi A yang berada di kecamatanWaru, kabupaten Sidoarjo.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat di mengerti maka di dalam skipsi ini secara garis besar akan penulis uraikan pembahasan pada masing-masing bab berikut ini:

Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan masalah, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori, dalam bab ini memuat segala kajian yang berkaitan dengan teori yakni, Tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, yang mencakup: pengertian model pembelajaran tipe Think Pair Share, langkah-langkah model pembelajaran tipe Think Pair Share, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe Think Pair Share, Manfaat model pembelajaran tipe Think Pair Share. Tinjauan tentang hasil belajar, yang mencakup: pengertian hasil belajar, jenis-jenis hasil belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar. Tinjauan tentang Sejarah Kebudayaan Islam, yang mencakup: pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, tujuan Sejarah Kebudayaan Islam, manfaat Sejarah Kebudayaan Islam dan ruang lingkup Sejarah Kebudayaan


(25)

13

Islam. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran SKI.

Bab III Metode Penelitian, yang di dalamnya membahas tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, yang terdiri dari: pertama, deskripsi data, yang di dalamnya terdapat Gambaran umum obyek penelitian, yang mencakup: sejarah berdirinya MA Darul Ulum Waru, sekilas profil MA Darul Ulum, visi, misi, dan tujuan MA Darul Ulum Waru, struktur organisasi MA Darul Ulum Waru, profil sekolah MA Darul Ulum Waru, keadaan guru MA Darul Ulum Waru, keadaan siswa MA Darul Ulum Waru, keadaan sarana dan prasarana MA Darul Ulum Waru. Kedua, analisis data dan pengujian hipotesis.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.14 Tujuan dibentuknya kelompok ini yakni untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok yaitu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.15

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton, terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses

14

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 174

15


(27)

15

sebagai anggota kelompok. Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak dapat hanya sekadar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. Kelima, proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.16

Sedangkan Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespons pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.17

Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip

16

Ibid., h.112

17


(28)

16

Arends, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.18

Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.19

Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa yang maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think Pair Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain, yaitu pada saat guru

18

Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran, h. 129-130

19


(29)

17

mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk berpasangan didalam tim mereka.20

Pembelajaran dengan metode diskusi seperti ini sesuai dengan Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 159, yaitu:

                                                           

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.21

Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan musyawarah merupakan upaya untuk memecahkan masalah bersama untuk menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama dan disepakati secara bersama pula.

Tujuan dari pembelajaran ini yaitu: (a) teknik ini mendorong kerja sama, melatih keterampilan lisan dan mendengarkan, melatih kecakapan berdebat dan memberi keputusan. Bersamaan hal ini memperkuat kecerdasan interpersonal. Linguistik dan logika. (b) untuk mempresentasikan dan mempertahankan suatu posisi, beragumentasi dan

20

Anita Lie, Cooperativ Learning, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 57 21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan juz 1-30, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), h. 64


(30)

18

berkompromi, melatih tanggung jawab kelompok. (c) teknik ini menuntut semua anggota kelompok untuk belajar.22

Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran Think Pair Share antara lain:

a.Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek.

 Aspek bertanya

Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.

 Aspek menyampaikan ide atau pendapat

Meliputi keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat kelompok lain presentasi.

b. Keterampilan sosial aspek bekerja sama

Keterampilan sosial siswa pada aspek yang bekerja sama meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bekerja sama dengan teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.

c. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik

Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik, yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari

22


(31)

19

kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat.23

d. Komponen pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Pembelajaran Think Pair Share mempunyai beberapa komponen.

Think (berpikir)

Pelaksanaan pembelajaran TPS diawali dari berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan oleh guru.

Pair (berpasangan)

Setelah diawali dengan berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan mereka. Diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain dala kelompok serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

Share (berbagi)

Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh

23


(32)

20

kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu mempertahankan pendapat yang telah disampaikannya.24 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah tiga langkah utama yang terdiri dari Think (berpikir secara individu), Pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

Think (berpikir)

Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan catatan siswa tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan atau pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih salah. Dengan adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat menyelesaikan masalah.

Pair (berpasangan)

Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar siswa yang bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan

24


(33)

21

saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum terpikirkan pada tahap Think.

Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang besar akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu untuk berpikir dan mengungkapkan idenya.

Share (berbagi)

Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar yaitu kelas. Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban yang paling benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang sempurna atau yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya. Atau jika waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya.


(34)

22

Pada kesempatan ini guru dalam meluruskan dan mengoreksi mampu memberikan penguatan jawaban di akhir pembelajaran.25

3. Kelebihan dn Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Dalam setiap stategi, metode, maupun model pembelajaran, tidak akan ada sesuatu hal yang sempurna dan dapat digunakan dalam setiap pembelajaran. Setiap jenis pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share antara lain:

Think Pair Share (TPS) mudah diterapkan di berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.

 Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa.

 Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.

 Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.

 Siswa dapat belajar dari siswa lain.

 Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya.

b. Kekurangan

 Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

 Lebih sedikit ide yang muncul.

 Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.26

25


(35)

23

4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Manfaat Think Pair Share antara lain adalah: 1) memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, 2) mengoptimalkan partisipasi siswa; dan 3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Skill-skill yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan paraphrasing.27

B. Tinjauan Tentang Hasil belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.28

Dimyati dan Mudjiono menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa,

26

Aris Shoimin, 68 Model pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, h. 211-212 27

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 206

28


(36)

24

hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.29

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

 Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

 Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentaskan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangka prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

 Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

29


(37)

25

 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.30

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan ketermpilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Juliah hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi titik milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Sedangkan menurut Hamalik Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu

30 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5-6


(38)

26

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa tidak melakukan perbuatan belajar, yang umunya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Jadi hasil belajar adalah suatu yang diperoleh individu berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga ia mengalami perubahan-perubahan tingkah laku dan memiliki kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.31

2. Jenis-jenis Hasil Belajar

Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor.32

Bloom bersama rekan-rekannya telah menjadi pelopor dalam menyumbang suatu kalsifikasi tujuan pembelajaran (educational objectivies). Ada tiga ranah atau domain besar yang selanjutnya disebut taksonomi, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

31

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, h. 15 32


(39)

27

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Berikut penjelasan dari masing-masing tingkatan ranah kognitif menurut Wingkel dan Mukhtar.

 Pengetahuan (knowledge)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya; mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan di simpan dalam ingatan yang meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang diketahui.

 Pemahaman (comprehension)

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

 Penerapan (application)

Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi baru dan konkret; mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah


(40)

28

atau metode yang digunakan pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru, yang dinyatakan dalam apliaksi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem yang baru.

 Analisa (analysis)

Yaitu kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antaranya; mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik, yang dinyatakan dengan penganalisisan bagian-bagian pokok atau

 Sintesa (synthesis)

Yaitu kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari kemampuan analisis; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru, yang dinyatakan dengan membuat suatu rencana, yang menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi.

 Evaluasi (evaluation)

Yaitu merupakan jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif ini, yang merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide; mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal dan mempertanggung jawabkan pendapat


(41)

29

itu berdasarkan kriteria tertentu, yang dinyatakan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap sesuatu hal

Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun tertulis. Tes tertulis bisa dalam bentuk tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan jawaban singkat) dan tes esai yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswadalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan, dan menilai suatu ide.33

b. Ranah Afektif (affetive domain)

Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap dan tingkah laku. Jenis hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas., kebiasaan belajar dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan ranah kognitif, namun ranah afektif menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.

 Menerima (receiving); mencakup kepekaan di dalam menerima rangsangan dari luar yang datang dari siswa, baik dalam masalah, situasi, gejela,dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima rangsangan, kontrol, dan seleksi gejala atau rasangan dari luar.

33


(42)

30

 Jawaban (responding); mencakup reaksi yang diberikan seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar, dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan, dan menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

 Penilaian (valuing); berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi, dalam penilaian ini didalamnya termasuk kesediaan menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut..

 Organisasi (organization); mencakup pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan serta prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk di dalam organisasi ialah konsep tentang nilai.

 Karakteristik (characteristic); mencakup keterpaduan dan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian, tingkah lakunya, disini termasuk nilai dan karakternya.34

Untuk mengenali tujuan belajar siswa yang berhubungan dengan sikap dan nilai, maka perlu dikumpulkan data siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan meneliti tingkah laku siswa, juga pendapat atau komentar siswa mengenai sesuatu. Harus diakui bahwa penggolongan ini masih bertumpah tindih diantara tahapan-tahapannya dengan ranah

34


(43)

31

kognitif, dan cenderung mengikuti fase-fase dalam perkembangan moral seorang anak kecil sampai dewasa dalam perkembangan siswa.35

c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (kecenderungan untuk berperilaku).

 Persepsi (perception); mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

 Kesiapan (set); mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

 Gerakan terbimbing (guided response); mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang diberikan.

35


(44)

32

 Gerakan yang terbiasa (mechanical response); mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota-anggota tubuh.

 Gerakan yang kompleks (complex response); mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, dan effesien, yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.

 Penyesuaian pola gerakan (adjustment); mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyeseuian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

 Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri.

Menilai tujuan belajar psikomotor berbeda dengan cara menilai tujuan belajar kognitif. Tidak semua tujuan belajar psikomotor dapat diukur dengan tes, melainkan tujuan belajar yang bersifat


(45)

33

keterampilan ini dapat diukur dengan kemampuan atau keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu.36

Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.37

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku seseorang. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dari sekian banyak faktor

36

Ibid., h.47 37


(46)

34

yang mempengaruhi itu, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor intern (dari dalam) diri seseorang dan faktor ekstern (dari luar) diri seseorang. Adapun faktor-faktor itu dapat digolongkan sebagai berikut:38

a. Faktor Internal

 Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik fisik maupun mental. Agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

 Intelegensi dan Bakat

Seseorang yang mempunyai intelegensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah.

Bakat juga berpengaruh besar dalam menentukan keberhasilan belajar. Menurut William B. Michael, bakat terutama dilihat dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.39 Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.

38

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h. 55

39


(47)

35

Selanjutnya bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajarinya, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang intelegensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar biasanya orang yang sukses dalam kariernya.40

 Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.

Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Kuat lemahnya minat dan motivasi belajar seseorang dapat turut mempengaruhi keberhasilannya.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, terdapat beberapa hal dalam usaha untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar yaitu pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak, menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk menemukan, menerjemahkan apa yang akan diajarkan dalam bentuk pikiran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

40


(48)

36

Semua bahan pengajaran yang berarti bagi anak yang disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan tingkat kemampuan berfikir anak, dan disampaikan dalam bentuk anak lebih aktif, anak banyak terlibat dalam proses belajar.41

 Perhatian

Siswa harus mempuanyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Prestasi siswa akan menurun karena bahan pelajaran yang disajikan kurang dapat menarik perhatian siswa. Oleh karena itu perhatian terhadap bahan ajar untuk memodifikasi agar menjadi sangat menarik itu juga berperan penting dalam meningkatkan hasil prestasi siswa.

 Cara Belajar

Cara belajar sesesorang tanpa memperhatikan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.42

b. Faktor Eksternal

 Lingkungan Sekolah

Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:

1) Metode mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang

41

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 146

42


(49)

37

kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik. Sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode harus diusahakan yang tepat, efisien, dan efektif.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Bahan pelajaran itu mempengaruhi siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

3) Relasi guru dengan siswa

Didalam relasi dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.


(50)

38

4) Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang posistif terhadap belajar siswa.

5) Disiplin sekolah

Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. 6) Alat pelajaran

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

7) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang hari, sore, malam hari. Misalnya biasanya sekolah masuk pagi hari, dan pada waktu itu pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi baik. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.

8) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk


(51)

39

kegiatan yang lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.43

 Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Disini ada 3 faktor yang terjadi dari masyarakat, yaitu:

1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan dalam perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa terlalu banyak dalam kegiatan kemasyarakatan seperti berorganisasi, kegiatan sosial lainnya, maka belajarnya akan terganggu terlebih lagi jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2) Mass Media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku dan lain-lain semua itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.

43


(52)

40

3) Teman Bergaul

Pengaruh dari teman bergaul siswa cepat masuk dalam jiwanya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap siswa, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu agar siswa agar memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.

 Lingkungan Keluarga

Faktor-faktor yang datangnya dari keluarga antara lain cara mendidik anak oleh orang tua, suasana keluarga atau hubungan antar anggota keluarga, kesadaran dari orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan keluarga.

Tindakan dan sikap orang tua seperti menerima anak, mencintai anak, mendorong dan membantu anak aktif dalam kehidupan bersama agar anak memiliki nilai hidup jasmani, estetis, nilai kebenaran, nilai moral dan nilai religius (keagamaan), serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut merupakan wujud dari peran mereka sebagai pendidik.44

4. Penilaian Hasil Belajar

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penelitian. Penilian pada dasaranya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan

44


(53)

41

kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dirumuskan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu, tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. Penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar berfungsi sebagi berikut:

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus, dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan kata lain dapat diketahui hasil belajar yang dicapai oleh para siswa.

b. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil atau tidaknya ia mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa yang juga bisa disebabkan kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Melalui penilaian berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya yakni tindakan mengajar selanjutnya. Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru.

Jadi, Penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan


(54)

42

dalam proses belajar mengajar. Informasi yang diberikan oleh hasil analisis terhadap hasil penilaian sangat diperlukan bagi pembuatan kebijakan-kebijana yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar.45

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat di golongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

a. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu

b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

c. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan taraf

45


(55)

43

atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.46

C. Tinjauan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam adalah gabungan dari 3 suku kata yaitu sejarah, kebudayaan, dan Islam. Masing-masing dari suku kata tersebut bisa mengandung arti kata sendiri-sendiri. Sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarotun, yang artinya pohon. Sedang kata sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia dan dipelajari di masa kini untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan kehidupan di masa-masa mendatang.

Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”. Kemudian digabungkan menjadi budidaya yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan. Kemudiaan di imbuhkan awalan “ke” dan akhiran “an”, sehingga menjadi “kebudidayaan” lalu di singkat menjadi “kebudayaan”. Jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang dilakukan oleh umat manusia untuk

46


(56)

44

menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Secara bahasa, Islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. Namun menurut istilah, Islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia meraih kebahagian di dunia dan di akhirat kelak. Kemudian ketiga kata di atas “Sejarah, Kebudayaan, dan Islam” digabungkan, maka menjadi “Sejarah Kebudayaan Islam”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan “Sejarah Kebudayaan Islam” adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkanoleh umat Islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.47

Sejarah Kebudayaan Islam di Madsrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M - 1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M - 1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki konstribusi dalam

47Muhammad Haidir Junaidi, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, dalam


(57)

45

memberikan motivasi pada siswa untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mnegandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadiaan siswa.

2. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam, yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudyaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

c. Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari

peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,


(58)

46

politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mngembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.48

3. Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam

a. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan hasil karya muslimin masa lalu.

b. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam.

c. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.

d. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para tokoh terdahulu untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi perbaikan untuk diri sendiri, masyarakat, lingkungan, serta demi Islam pada masa yang akan datang.

4. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam

Berikut ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah meliputi:

a. Dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah.

b. Kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat.

c. Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun 650 M – 1250 M).

48 Departemen Agama RI, Peraturab Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), h. 76-7


(59)

47

d. Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M – 1800 M).

e. Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang).

f. Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.49

D. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil belajar Siswa pada Pelajaran SKI

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, kelayakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis, sehingga memberikan dampak baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.50 Dalam upaya peningkatan implementasi proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran. Setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Antara lain, kebutuhan-kebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang dapat dicapai, berbagai strategi belajar yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien, dan kriteria evaluasi.

Implementasi pengajaran guru dalan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, merupakan sejauh mana tujuan pengajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar dan sejauh mana siswa mengalami perubahan tingkah laku. Di dalam proses belajar mengajar,

49 Departemen Agama RI, Peraturan Mentri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008. 50


(60)

48

salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan siswa adalah penerapan pembelajaran. Suatu sistem pendidikan yang menggunakan penerapan pembelajaran yang tepat, maka bisa dipastikan bahwa tujuan pendidikan yang diharapkan dapat diraih dengan mudah.

Menurut Sadirman, pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan suatu hasil belajar. Sedangkan tujuan dari belajar itu sendiri adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai.51 Sebagaimana yang dikatakan oleh Nana Sudjana hasil belajar merupakan suatu yang diperoleh dapat dicapai maka seorang guru harus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan hasil belajar yang merupakan wujud dari tujuan belajar itu sendiri. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru selain dari pemilihan media belajar dan peningkatan kompetensi yang dimiliki seorang guru adalah dengan penggunaan metode yang tepat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikemukakan bahwa peningkatan hasil belajar pada anak sangat penting. Namun usaha kearah itu haruslah lewat jalan atau suatu model pembelajaran agar dapat merangsang kemampuan siswa dan dapat membuat kombinasi baru. Sehingga kemampuan untuk merespon siswa agar agar belajar, serta merangsang agar siswa berpikir.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu model pembelajaran dan media pendidikan sebagai alat bantu mengajar. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan media pendidikan, strategi pembelajaran sebagai alat banyu mengajar ada dalam satu

51


(61)

49

lingkungan yang di atur oleh guru.52 Model pembelajaran mempunyai fungsi dan peran untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak dalam proses belajar mengajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Dengan kata lain, guru sebagai mediator untuk memberikan isi pelajaran kepada siswa. Sama halnya dengan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu penyajian materi disampaikan oleh guru, kemudian siswa diberikan masalah lebih spesifik terkait dengan materi yang dipelajari. Peningkatan penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses berpikir (Think), Dalam hal ini siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru tersebut. Melalui proses berpasangan (Pair) siswa berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan masalah yang telah diberikan guru tersebut. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat berpikir ide dengan pasangannya. Setelah proses Think dan Pair dilakukan baru kemudian Share yaitu setiap pasangan maju ke depan kelas untuk presentasi/membagi hasil diskusi kepada semua teman kelas.

Siswa dikatakan berhasil apabila siswa mengalami perubahan dalam belajarnya, hal ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan serta tes hasil belajar siswa yang digolongkan ke dalam jenis penilaian seperti tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa model pembelajaran

52


(62)

50

kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.53

Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada hasil penelitian terhadap fakta yang ditimbulkan.54

Dari permasalahan diatas, peneliti membatasi masalah dengan rumusan masalah, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesis yang hanya bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian.

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Hipotesa alternatif yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara variabel Independent (X) dengan variabel Dependent (Y), atau adanya perbedaan antara kedua kelompok. Yaitu antara implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

53

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneke Cipta, 1996), h.61

54


(63)

51

Adapun hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah ada peningkatan hasil belajar setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

2. Hipotesis Nol (H0)

Hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel Independent (X) dengan variabel Dependent (Y). Dalam hipotesis nol ini menyatakan tidak ada peningkatan hasil belajar setelah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu data yang dikumpulkan berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik, data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya.55 Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengagambarkan realitas empirik dibalik fenomena yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas.

Secara umum, penelitian kuantitatif dapat digolongkan menjadi dua jenis berbeda, yaitu penelitian korelasional dan penelitian eksperimental. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat keterkaitan dua atau lebih variabel. Kedalaman penelitian korelasional sering berlanjut sampai pada tujuan untuk melihat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Namun makna pengaruhnya lebih bermakna konstribusi suatu variabel pada variabel lain. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh suatu perlakuan/ tindakan (treatment) terhadap kondisi tertentu sebagai dampak dari perlakukan tersebut atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut, penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu

55


(65)

53

terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Dan disini, peneliti menggunakan penelitian eksperimental yang mana disesuaikan dengan judul yang diangkat.

Penelitian ekperimental ini bersifat validation atau menguji yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian peneliti yaitu menguji implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran SKI. Variabel yang memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas sedangkan variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat.56

1. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Dalam mengadakan suatu penelitian, tidak lepas dari adanya unsur jenis data yang akan dikumpulkan sebagai bahan kajian. Data merupakan segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dari topik permasalahn skripsi ini maka jenis-jenis data yang relevan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

56Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet. Ke-9, h. 57-58


(66)

54

1) Data Kualitatif

Data Kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka sewa langsung.57 Diantara data kualitatif dalam penelitian ini adalah sebaga berikut:

a) Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan peningkatan hasil belajar SKI di MA Darul Ulum Waru.

b) Gambaran umum objek penelitian yang meliputi : sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, visi dan misi, tujuan pendidikan, profil sekolah, keadaan pendidik dan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang data yang berbentuk angka sebagai hasil pengamatan atau pengukuran yang dapat dihitung dan diukur. Data ini digunakan untuk mengetahui hasil angket dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share maupun tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

b. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:

57


(67)

55

1) Library Research

Yaitu sumber data yang diperoleh dari buku karangan para ahli yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa literatur dan buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan topik pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar kebenaran yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dan didukung oleh beberapa teori.

2) Field Research

Yaitu sumber data yang diperoleh dari tempat penelitian. Dari jenis data ini maka sumber data dalam penelitian ini ada dua, meliputi:

a) Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang memberikan data langsung dari lapangan. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah kepala sekolah, guru dan siswa, data ini diperoleh melalui wawancara langsung dari sumber data.

b) Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang dikeluarkan oleh suatu badan, akan tetapi badan ini tidak langsung mengumpulkan sendiri, melainkan di proses dari pihak lain yang telah mengumpulkan terlebih dahulu dan menerbitkannya, seperti laporan-laporan, dokumentasi, buku-buku dan sebagainya.58

58


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116 BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, baik yang bersifat teoritis dan yang bersifat empiris, maka penulis dapa menarik suatu kesimpulan dan memberikan beberapa saran yang akan penulis kemukakan pada bab ini.

A. Kesimpulan

Dari semua data-data yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diterapkan di MA Darul Ulum Waru tergolong cukup dengan menggunakan Think Pair Share memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dalam memahami konsep-konsep sulit pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan diterapkan Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam siswa akan mudah memahami jika dalam proses pembelajaran ada kerja sama antar siswa.

2. Hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Darul Ulum Waru tergolong cukup terbukti dari rata-rata hasil belajar siswa dari nilai pre-test yaitu 78,16 dan 79,35 kemudian meningkat pada rata-rata hasil belajar siswa dari nilai post-test yaitu 81,67 dan 83,37 di kelas. Hal itu dapat dilihat dengan adanya 68 siswa yang mengalami


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

peningkatan dari nilai pre-test dan post-test, dan hanya 6 siswa yang mengalami penurunan dari hasil pre-test.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang diterapkan di MA Darul Ulum Waru dapat diketahui hasilnya analisis rumus product moment dengan r hitung lebih besar dari r tabel, 0,541 > 0,227 > 0,296. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Berarti r0 > rt baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Sebagai konsekuensinya maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dari nilai rxy yang diperoleh sebesar = 0,541 maka selanjutnya dikonsultasikan pada tabel interpretasi nilai rxy = 0,541 yang berkisar antara 0,400 sampai dengan 0,600 dengan demikian dapat diperoleh bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Darul Ulum Waru adalah kategori cukup.

B. Saran

Adapun penulis memberi saran sebagai wahana membangun pengetahuan bagi guru diantaranya:

a. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat berpengaruh dengan cukup baik terhadap pembelajaran SKI, untuk itu kepada kepala sekolah diharapkan terus memacu semangat pembaharuan pendidikan dalam pembelajaran yang lebih aktif dan inovatif dan menjadikan input dan out put yang berkualitas.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

b. Kepada guru mata pelajaran SKI diharapkan ketika menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share juga menerapkan model pembelajaran lain (model atau strategi multi pembelajaran). Kemudian yang harus diperhatikan guru yaitu penentuan jumlah anggota kelompok. Selain itu, guru perlu melakukan pengembangan bahan ajar, misalnya ditulis di lembar informasi untuk disampaikan ke siswa sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

c. Kepada siswa agar selalu memacu semangat dalam belajar, serta mengeluarkan daya kreatifitas yang ada pada diri dan berusaha untuk tidak berhenti mencari ilmu guna membangun kemampuan berfikir yang kreatif dan inovatif menuju perubahan zaman.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ali Daud Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2000 Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2012, cet. Ke-2

Aswan dan Syaiful, Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Rieneka Cipt, 2002

Azwar Syaifuddin, Metode Penelitian, Jogyakarta: Pusataka Pelajar, 1980 Dalyono M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan juz 1-30, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004

Departemen Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008

Huda Miftahul, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003

http://muhammad-haidir-junaidi.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html/diakses 13 April 2016

Ibnu Badar Al-Tabany Trianto, Mendesain Model Pembelajaran, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ibrahim, Sudjana Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009),cet. Ke II,

Jihad Asep dan Haris Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013

Lie Anita, Cooperativ Learning, Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006

Mardalis, Metode Penelitian (Pendekatan Proposal), Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007

Moloeng J. Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2006

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rineka cipta, 2003

Muhiddin Ali Sambas dan Abdurrahman Maman, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian, Bandung : Pustaka Setia, 2007

Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995

Shoimin Aris, 68 Model pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV: Sinar Baru, 1987

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneke Cipta, 1996

Sukmadinata Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Sukmadinata Syaodih Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006

Suprijono Agus, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 1980

Tim penyusun buku pedoman skripsi, program studi Pendidikan Agama Islam, fakultas tarbiyah UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Skripsi, Surabaya: tpn, 2010

Yousda Amirullah Ine, Penelitian Statistik Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Juwiring

0 0 15

3 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA

0 0 22

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16

BAB II Model Pembelajaran Kooperatif Dan Meningkatkan Kemampuan Kognitif Pada Mata Pelajaran SKI A. Deskripsi Pustaka - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI DI MA. DARUL ULUM PURWOG

0 1 27