Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010074 BAB II

(1)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Perencanaan Karir

2.1.1 Teori Perencanaan Karir

Williamson (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai yaitu : (1) pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan serta ciri-ciri lainnya. (2) pengetahuan tentang keseluruhan tentang persyaratan yang harus dipenuhi sepaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. (3) berfikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri, langkah kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational information), langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berfikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.

Williamson (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor Counseling : (a) setiap individu memiliki sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kretifitas, wujud minat serta keterampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas seseorang yang lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri sendiri. (b) pola kemampuan dan potensi yang tampak


(2)

9 pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada sorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan denagn pola minat yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian dibutuhkan informasi pekerjaan (vocatianal information), yang tidak hanya mendeskripsikan tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan. (c) sesuai dengan pola berfikir pada butir b, kurikulum suatu program studi menurut sejumlah kualifikasi tertentu. Siswa akan belajar lebih mudah dan dengan hasil yang lebih memuaskan, kalau pola kemampuan dan minatnya sesuai dengan pola kualifikasi tertentu yang dituntut dari seseorang (maha) siswa yang mengikuti program studi tertentu. Dengan demikian informasi pendidikan (educatian information) yang dibutuhkan bukan hanya mendeskripsikan isi dari suatu program studi, tetapi juga menggambarkan pola kualifikasi (human capacities) yang dituntut. (d) setiap individu mampu, derkeinginan dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berfikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.

Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa, tujuan dari perencanaan karir ini adalah supaya siswa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup non akademik, yang menunjang perkembangannya dan semakin merealisasikan rencana masa depannya, atau melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang diharapkan cocok baginya dan memberikan kepuasan kepadanya. Jika kegiatan layanan penempatan jauh lebih kompleks dan mencakup unsur-unsur (1) perencanaan masa depan, (2) pengambilan keputusan, (3) pemasukan kesalah satu jalur akademik maupun non akademik, program ekstrakulikuler, program persiapan jabatan, (4) pemantapan, (5) pengumpulan data.


(3)

10 Semua aspek tersebut mencakup satu hal yaitu penempatan

(placement) yang merupakan salah satu komponen bimbingan. Ragam

bimbingan karir adalah suatu saluran realisasi komponen bimbingan ini dan sesuai dengan perluasan bimbingan karir mencakup semua aspek perkembangan jabatan. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa penempatan adalah saling keterkaitan antara perencanaan jalur pendidikan (formal dan non formal), perkembangan pribadi, pilihan jabatan dan gaya hidup.

2.1.2 Jenis Perencanaan Karir

Menurut Winkel & Hastuti (2006) perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang (long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek (short rang goal). Secara idea, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa kepada tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai temasuk tujuan jangka panjang misalanya, nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah, dan kemampuan yang dipersiapkan untuk memegang suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek.

Winkel & Hastuti (2006) mengemukakan kegunaan dari paerencanaan karir diamsa depan adalah untuk meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih alternati-alternatif yang ada. Seandainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang (karir dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek yang telah dicapai tenyata tidak salaras dengan tujuan jangka panjang. Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak pendidikan yang diterima dari dalam keluarga.

Winkel & Hastuti (2006) menyatakan hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara sadar, bisanya dari antara jumlah tingkat


(4)

11 pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi dan pendidikan non formal. Namun kebanyakan pilihan itu menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari tujuan jangka panjang. Setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu pendidikan latihan prajabatan atau suatu program ekstrakulikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak dalam program yang dipilih , bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin dimdahkan bila instansi yakin bahwa pilihan siswa telah berfikir secara matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang mengawang-awang atau hanya mancoba saja.

2.1.3 Layanan Bimbingan Penempatan

Layanan bimbingan penempatan (placemant) merupakan salah satu komponen bimbingan. Komponen ini mencakup semua usaha membentu siswa dalam merencanakan masa depannya selama masih disekolah, dan sesudah tamat dalam mengambil program studi tertentu sebagai studi lanjutan atau langsung mulai bekerja. WS Winkel dan Sri Hastuti (2006) menyatakan bahwa, tujuan dari layanan bimbingan penempatan ini adalah supaya siswa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup non-akademik, yang menunjang perkembangannya dan semakain merealisasikan rencana masa depannya, atau melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang diharapkan cocok baginya dan memberikan kepuasasan kepadanya.

Penempatan dalam komponen bimbingan telah mengalami perkembangan dari pengertian bantuan kepada siswa dalam memasuki jalur studi ataupun dalam biang pekerjaan atau bisa disebut juga dengan bantuan dalam menetapkan tujuan dan membuat pilihan yang berkaitan dengan perencanaan masa depan dalam hal studi akademik maupun non-akademik, persiapan yang berkaitan dengan perencanaaan masa depan, bantuaan ini termasuk realisasi dan implementasi dari seluruh rencana yang telah dibuat. Dengan demikian (placemant) menjadi lebih luas daripada pengartian


(5)

12 semula. Jika kegiatan layanan penempatan jauh lebih kompleks dan mencakup unsur-unsur (1) perencanaaan masa depan; (2) pengambilan keputuan; (3) pemasukan kesalah satu jalur akademik maupun non-akademik; (4) pemantapan; (5) pengumpulan data dalam rangka penelitian terhadap mereka yang sudah selesai sekolah.

Semua aspek tersebut mencakup satu hal yaitu penempatan (placemant) yang merupakan salah satu komponen bimbingan. Ragam bimbingan karir adalah suatu saluran realisasi komponen bimbingan ini dan sesuai dengan perluasan bimbingan karir mencakup semua aspek perkembangan jabatan. Schmidt (dalam WS Winkel & Sri Hastuti, 2006) menyatakan bahwa penempatan adalah saling keterkaitan antara perencanaan jalur pendidikan (akademik atau non-akademik) perkembangan pribadi, pilihan jabatan dan gaya hidup.

2.1.4 Teori Perkembangan Karir Donald Super

Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mencanangkan sutu pendangan tentang perkembangan karir yang berlingkup luas, karena perkembangan karir siswa itu mencakup beberapa faktor. Faktor tersebut sebagian terdapat pada diri individu sendiri dan sebagian terdapat dari lingkungan hidupnya, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karir seseorang.

Perencanaan karir merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu seperti kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan intelektualdan banyak faktor dari luar individu., seperti taraf kehidupan sosial ekonomi keluarga, variasi tuntutan dan lingkungan kebudayaan dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Akan tetapi, faktor yang paling terpenting adalah dariindividu sendiri. Unsur dasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan (perencaan karir) dan jabatan yang akan dilakukan. Gambaran diri menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang kepada suatu bidang pekerjaan yang memungkinkan untuk


(6)

13 mencapai kepuasan atau sukses. Dengan demikian, individu mewujudkan diri dalam gambaran suatu bidang pekerjaan yang paling memungkinkan untuk mengekprsikan dirinya sendiri, misal seseorang siswa memandang diringa sebagai orang yang berkemampuan tinggi dan rela mengorbankan dirinya, serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter, akhirnya membentuk gambaran diri yang membenyangkan dirinya sendiri sebagai dokter yang ulung dan ulet.

Donal Super membagi tahap perkembangan karir menjadi lima, tahapan perkembangan karir dibagi berdasarkan usia seseorang yaitu dari seseorang lahir sampai dengan masa pensiunnya. Berikut ini adalah proses perkembangan karir Donald Super dibagi menjadi lima tahap (Winkel & Sri Hastuti, 2006) yaiyu :

1) Pertumbuhan (Growth), yaitu dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri.

2) Fase Eksplorasi (Exploration) dari umur 15 tahun sampai dengan umur 24 tahun, dimana seseorang memikirkan berbagai alternatif karir tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

3) Fase pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai dengan 44 tahun, dimana seseorang berusaha untuk memantapkan diri melalui seluk beluk pengalaman yang telah diperoleh.

4) Fase pembinaan (Maintenance) dari umur 45 sampai 64 tahun, dimana seseorang sudah dewasa menyesuwaikan diri dalam bentuk penghayatan jabatannya.

5) Fase kemunduran (Decline) bila seseorang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu karir yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir. Pada masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas perkembangan karir tertentu.


(7)

14 Perencanaan karir garis besar masa depan (crystalization) 14-18 tahun yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi kehudupannya. Penentu (specification) antara tahun 18-24 tahun, yang bercirikan mengarah diri kepada bidang pekerjaan tertentu dan menemuinya. Pemantapan (estabilishment) antara umur 24-35 tahun, yang bercirikan mampu memegang suatu pekerjaan tertentu. Pengakaran (consilidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun, yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.

Donald Super dalam (Winkel & Sri Hastuti, 2006) mengembangkan konsep kematangan vokasional (career, maturity, vocational maturity) yang menunjukkan pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas perkembangannnya. Indikasi yang relevan dalam kematangan vokasional adalah :

1) Kemampuan membuat rencana 2) Kerelaan memikul tanggung jawab

3) Serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan.

Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karir dan konseling karir yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pengangan bagi seorang tenaga pendiri bila meracangkan pendidikan karir dan bimbingan karir, yang membawa siswa kepemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja, selaras dengan tahap perkembangan karir tertentu. Dengan demikian program pendidikan karir di SD, SMP, dan SMA harus bertujuan secara berangsur-angsur mengangkat siswa kepemahaman diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan matang.

2.1.5 Aspek-aspek Perencanaan Karir

Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran tentang


(8)

15 informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan membuat pilihan-piliahan yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu kanselor harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun individual.

Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mengemukakan beberapa faktor yang diperlukan dalam membuat perancanaan karir siswa : a) Informasi tentang diri sendiri yaitu meliputi data tentang : (1)

kemampuan intelektual, (2) bakat khusus dibidang studi akademik, (3) minat-minat baik yang besifat luas maupun lebih khusus, (4) hasil belajar dari berbagai bidang studi inti, (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relefansi terhadap suatu program studi akademik, suatu program latihan prajabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara dan bbertindak, kooperatif, sopan dan dapat diandalakan, bijaksana, rajin, berpotensi, rapi tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak baik, (6) perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi suatu permasalahan, kemampuan menguraikan secara lisan dan tertulis, kemampuan mengatur dirinya sendiri, memampuan memahami dan berbicara asing dan kemampuan menghadap orang lain, (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan, (8) bekal berupa keterampilan khusus yang dimiliki dalam bidang administrasi/tata usaha, kesenian, olahraga, mekanik, serta koordinasi motorik, yang senuanya sangat relefan bagi program perencanaan karir yang diinginkan, (9) kesehatan fisik serta mental, (10) kematangan vokasional.

b) Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang palng bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut berpengarug besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan keluarga dekat ini meliputi tentang : (1) posisi anak dalam keluarga, (2)


(9)

16 pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laiki-laki dan perempuan, (3) harapan keluarga untuk masa depan anak, (4) taraf sosial ekonomi kehiduapan keluarga, (5) gaya hidup dan suasana keluarga, (6) taraf pendidikan orang tua, (7) sumber konflik orang tua dan anak, (8) status perkawinan, (9) siapa yang tinggal dirumah selain orang tua sendiri dan kakak adik.

Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu kesatuan yang terpadu dan seluruh proses perkembangan karir, termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Penilaian siswa terhadap diri sendiri tentang kemampuan intelektual, bakat khusus dibidang studi akademik dan berbagai keterampilan khusus mempunyai relevansi terhadap perencanaan karir siswa, karena jika siswa telah menilai gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa cenderung berperilaku sesuai dengan persepsinya.

c) Informasi tentang lingkunya hidup yang relevansi bagi perencanaan karir, khususnya informasi pendidikan (education information) dan informasi jabatan (vocational information), yang bersama-sama dikenal dengan informasi karir (career information). Pemberian informasi ini bertujuan agar siswa mempunyai pemehaman tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada didalam masyarakat, mengenai informasi-informasi jenis-jenis pendidikan kelanjutan studi dan mengenai prospek informasi pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat dimasa depan.

2.1.6 Langkah-langkah Dalam Perencanaan Karir

Konselor dalam membantu siswa membuat perencanaan karir siswa tidaklah mudah, karena konselor harus mempertimbangkan beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan beberapa tantangan konselor dalam membantu perencanaan karir siswa yaitu :


(10)

17 2) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran

tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja.

3) Harus menghindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam mengambil suatu jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan hidupnya, dia tetap bebas memilih.

4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginaya. Maka dapat dianggap bijaksana jika seorang siswa membuat beberapa alternative dalam urutan prioritas : pilihan pertama, kedua dan seterusnya.

5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang diinginkan, juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan, dan dapat membaa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.

2.2 Cooperative Learning Tipe Group Investigation

2.2.1 Pengertian Group Investigation

Menurut Huda (2011) Group investigation adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan tehnik-tehnik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih matei yang akan dipelajari sesui dengan topik yang sedang dibahas. Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan metode Group Investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih.

Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan metode Group Investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan tentu akan membangkitkan semangat


(11)

18 serta motivasi siswa untuk belajar. Kondisi ini ternyata sejalan dengan apa yang dikemukakan Narudin (2009) group Investigationn merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

2.2.2 Langkah-langkah Group Investigation

Menurut Slavin (2011) dalam group investigation siswa perlu bekerja dalam 6 tahap. Guru perlu mengadaptasikan pedoman-pedoman ini dengan latar belakang, umur, dan kemampuan siswa. Enam tahapan dalam group investigation yaitu :

Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid kedalam kelompok. a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai : a) Apa yang kita pelajari?

b) Bagaimana kita mempelajarinya?

c) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)


(12)

19 Tahap 3: Melaksanakan investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisi data, dan membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir.

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka membuat presentasi mereka.

c) Wakil-wakil keompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir.

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran siswa secara aktif.

c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi.

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengani tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.


(13)

20 2.2.3 Kelebihan dan kekurangan Group Investigation

Metode Group investigation memanglah suatu rancangan mengenai pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir dengan baik. Namun, metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan (Robert E. Slavin, 2011), seperti di bawah ini:

1) Kelebihan Group Investigation

a) Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks.

b) Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.

c) Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain.

d) Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group process skill (managemen kelompok).

e) Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

f) Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.

g) Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain.

h) Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif.

2) Kelemahan Group Investigation

a) Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit.

b) Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.


(14)

21 d) Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas

menjadi mudah ribut.

e) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. f) Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik

investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya.

2.3 Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian ini penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2005) tarhadap siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007. Dalam perencanaan karir pada peserta didik kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori efektif dengan persentase keberhasilan 81,99%. Ada Pengaruh yang signifikan antara metode Group Investigation terhadap perencanaan karir pada siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian Listiana (2006) meneliti Tentang Keefektifan Metode

Group Investigation dan perencanaan karir SMA Negeri 1 Kudus

menemukan bahwa metode Group Investigation efektif untuk perencanaan karir peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai Z=4,264 > nilai Z = 1,94.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan menggunakan

metode Group Investigation.

Ha = Tidak terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan


(1)

16 pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laiki-laki dan perempuan, (3) harapan keluarga untuk masa depan anak, (4) taraf sosial ekonomi kehiduapan keluarga, (5) gaya hidup dan suasana keluarga, (6) taraf pendidikan orang tua, (7) sumber konflik orang tua dan anak, (8) status perkawinan, (9) siapa yang tinggal dirumah selain orang tua sendiri dan kakak adik.

Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu kesatuan yang terpadu dan seluruh proses perkembangan karir, termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Penilaian siswa terhadap diri sendiri tentang kemampuan intelektual, bakat khusus dibidang studi akademik dan berbagai keterampilan khusus mempunyai relevansi terhadap perencanaan karir siswa, karena jika siswa telah menilai gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa cenderung berperilaku sesuai dengan persepsinya.

c) Informasi tentang lingkunya hidup yang relevansi bagi perencanaan karir, khususnya informasi pendidikan (education information) dan informasi jabatan (vocational information), yang bersama-sama dikenal dengan informasi karir (career information). Pemberian informasi ini bertujuan agar siswa mempunyai pemehaman tentang jenis-jenis pekerjaan yang ada didalam masyarakat, mengenai informasi-informasi jenis-jenis pendidikan kelanjutan studi dan mengenai prospek informasi pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat dimasa depan.

2.1.6 Langkah-langkah Dalam Perencanaan Karir

Konselor dalam membantu siswa membuat perencanaan karir siswa tidaklah mudah, karena konselor harus mempertimbangkan beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan beberapa tantangan konselor dalam membantu perencanaan karir siswa yaitu :


(2)

17 2) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran

tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja.

3) Harus menghindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam mengambil suatu jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan hidupnya, dia tetap bebas memilih.

4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginaya. Maka dapat dianggap bijaksana jika seorang siswa membuat beberapa alternative dalam urutan prioritas : pilihan pertama, kedua dan seterusnya.

5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang diinginkan, juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan, dan dapat membaa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.

2.2 Cooperative Learning Tipe Group Investigation

2.2.1 Pengertian Group Investigation

Menurut Huda (2011) Group investigation adalah suatu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan tehnik-tehnik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih matei yang akan dipelajari sesui dengan topik yang sedang dibahas. Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan metode Group Investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih.

Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan metode Group Investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan tentu akan membangkitkan semangat


(3)

18 serta motivasi siswa untuk belajar. Kondisi ini ternyata sejalan dengan apa yang dikemukakan Narudin (2009) group Investigationn merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

2.2.2 Langkah-langkah Group Investigation

Menurut Slavin (2011) dalam group investigation siswa perlu bekerja dalam 6 tahap. Guru perlu mengadaptasikan pedoman-pedoman ini dengan latar belakang, umur, dan kemampuan siswa. Enam tahapan dalam group investigation yaitu :

Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid kedalam kelompok. a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Para siswa merencanakan bersama mengenai : a) Apa yang kita pelajari?

b) Bagaimana kita mempelajarinya?

c) Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)


(4)

19 Tahap 3: Melaksanakan investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisi data, dan membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir.

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka membuat presentasi mereka.

c) Wakil-wakil keompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir.

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran siswa secara aktif.

c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi.

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengani tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.


(5)

20

2.2.3 Kelebihan dan kekurangan Group Investigation

Metode Group investigation memanglah suatu rancangan mengenai pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir dengan baik. Namun, metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan (Robert E. Slavin, 2011), seperti di bawah ini:

1) Kelebihan Group Investigation

a) Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks.

b) Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.

c) Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain.

d) Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group process skill (managemen kelompok).

e) Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

f) Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.

g) Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain.

h) Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif.

2) Kelemahan Group Investigation

a) Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit.

b) Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.


(6)

21 d) Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas

menjadi mudah ribut.

e) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. f) Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik

investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya.

2.3 Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian ini penelitian yang dilakukan oleh Afifah (2005) tarhadap siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007. Dalam perencanaan karir pada peserta didik kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007 termasuk dalam kategori efektif dengan persentase keberhasilan 81,99%. Ada Pengaruh yang signifikan antara metode Group Investigation terhadap perencanaan karir pada siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian Listiana (2006) meneliti Tentang Keefektifan Metode Group Investigation dan perencanaan karir SMA Negeri 1 Kudus menemukan bahwa metode Group Investigation efektif untuk perencanaan karir peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai Z=4,264 > nilai Z = 1,94.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan menggunakan

metode Group Investigation.

Ha = Tidak terdapat peningkatan perencanaan karir siswa dengan


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB II

3 18 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB IV

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010082 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua –Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010074 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010074 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Komunikasi Orang Tua Anak Terhadap Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI di SMK Muhammadiyah Salatiga T1 132010074 BAB V

0 0 2