IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMP SASARAN KURIKULUM 2013 KOTA YOGYAKARTA.

(1)

i

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014

DI SMP SASARAN KURIKULUM 2013 KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosisal Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh : Rizki Eka Pertiwi

10416241005

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014


(2)

Skripsi yang berjudul "IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS VII.TAHTTN AJARAN aO'3,N0J4 DI SMP SASARAN KURIKULUM 20f3 KOTA YOGYAKARTA' yang disusun oleh Rizki Eka Pertiwio NIM

10416241005 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta 2lMei20l4 Pembimbing,

Dr. TaatWulandari" M.Pd l{IP.19760211200501 2Mr


(3)

IIALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul *IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS

VII TAHUN AJARAN 2OI3DOI4 DI SMP SASARAN KURIKULUM 2013 KOTA

YOGYAKARTA" yang disusun oleh Rizki Eka Pertiwi, NIM 10416241005 ini telatr

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Juli 2014.

DEWAN PENGUJI

Nama Sugiharyanto, M. Si. AnikWidiastuti, M. Pd Suparmini, M. Si.

Dr. Taat Wulandari, M. Pd.

Jabdan Ketuan Penguji Sekretaris Penguji Penguji Utama Penguji Pendarnping

Tangeal

.P.

. .--1.,t!.

. .3.'1.

. .

to Jutr ?.ot.{ + Juk ?otY (o Jrt, 2etY

Yogyakarta"

Fakultas llmu Sosial TandaTangan

eri Yogyakarta

iii


(4)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : RizkiEkaPertiwi

NIM :10416241005

Jurusan : Psndidikan IPS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri'

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis dan

diterbitkan oftIng tain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang berlaku'

Tanda tangan yang tertera dalam lembar pengesahan adahh asli' Apabita

terbukti tanda tangan dosen penguii palsu maka saya bersedia memperbaiki dan

mengikuti yudisium sahr tahun kemudian'

Yogyakarta 22Mei20l4

YangmenYatakar5

a\\ /

\ b.-<

\\\dG-Rizki EkaPertiwi

NrM. 10416241005


(5)

v MOTTO

Dan barang siapa yang BERTAKWA kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya KEMUDAHAN dalam URUSANNYA.

(QS 65 Ath-Thalaq: 4)

Kuatkan hatimu seperti bulan sabit, karena meskipun hanya mendapat sedikit sinar tapi tetap selalu tersenyum. Jangan jadikan kesulitan menjadi halangan untuk tetap


(6)

vi

Kupersembahkan kepada : Ibu, Bapakku tercinta Almamater UNY Nusa, Bangsa, Negara dan Agamaku


(7)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang menjadikan dirinya suri tauladan serta contoh yang mulia beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian jiwanya hingga akhir hayat.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan baik, karena tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, yang secara langsung telah memberikan motivasi serta do’anya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

2. Bapak Saliman, M. Pd. selaku penasehat akademik yang senantiasa membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Taat Wulandari, M. Pd., yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, serta memberikan masukan sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini. 4. Ibu Suparmini, M.Si. selaku narasumber penulis yang telah memberikan

masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Pendidikan IPS serta Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya selama ini untuk menjadikan penulis sebagai manusia yang lebih baik.


(8)

I

7. Kedua orangtua, Bpk Endro Suroso dan Ibu Wahyu Purwatin, yang telah memberikan dorongan motivasi serta finansial demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan wiwit, kinasih, tiwi, nia, rism4 ayu, dan segenap keluarga besar Pendidikan IPS 2010.

9. Keluarga besar LIMUNY UNY yang telah memberikan tambahan ilmu dan pengalaman yang luar biasa.

10. Semua pihak lainnya yang tidak kuasa penulis menyebutkan satu persatu. Semoga atas bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah yang diterima Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dmi kesempurnaan. Kesempurnaan hanya milikltrya khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hambaNya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang

berharga dan bermanfaat serta memberikan manfaat untuk dunia pendidikan. Amiin. 6 Juni 2014

Rizki EkaPertiwi Yogyakarta

.G

lx


(9)

x DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teoritis ... 12

1. Proses Pembelajaran ... 12

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 15

3. Kurikulum 2013... 18

4. IPS dalam Kurikulum 2013 ... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Pikir ... 39


(10)

C. Waktu Penelitian... 47

D. Subjek Penelitian ... 47

E. Fokus Penelitian ... 48

F. Sumber Data ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Wawancara ... 52

2. Observasi ... 53

3. Dokumentasi ... 54

H. Instrumen Penelitian ... 55

I. Keabsahan Data ... 56

J. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 61

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

1. SMP Negeri 8 Yogyakarta... 61

2. SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta... 63

3. SMP IT Abu Bakar Yogyakarta ... 70

B. Deskripsi Data ... 73

1. Konsep Kurikulum 2013 ... 73

2. Perencanaan Pembelajaran ... 77

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 84


(11)

C. Pembahasan ... 106

1. Konsep Kurikulum 2013 ... 106

2. Perencanaan Pembelajaran IPS ... 107

3. Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 109

4. Penilaian Proses dan Hasil Belajar IPS ... 113

BAB V KESIMPULAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Keterbatasan ... 117

C. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(12)

xiii

Tabel1. Daftar Sekolah Sasaran Kurikulum 2013 Kota Yogyakarta ... 45

Tabel2. Daftar Sekolah Sasaran Kurikulum 2013 Berdasarkan Nilai Akreditasi ... 46

Tabel3. Subjek Penelitian... 48

Tabel4. Kisi-kisi Kendali Wawancara ... 53

Tabel5. Profil Informan Guru IPS Kelas VII ... 74

Tabel6. Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013... 83

Tabel7. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013... 96

Tabel8. Pelaksanaan Penilaian Proses dan Hasil Belajar IPS Kurikulum 2013 ... 105


(13)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar1. Kerangka Pikir Penelitian ... 42

Gambar2. Analisis Data Model Interaktif (Mattew Miles dan A.Michael Huberman, 2007: 20)... 58


(14)

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 124

Lampiran 2 Pedoman Observasi ... 126

Lampiran 3. Hasil Observasi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ... 128

Lampiran 4. Hasil Observasi SMP IT Abu Bakar Yogyakarta... 130

Lampiran 5. Hasil Obsevasi SMP N 8 Yogyakarta ... 133

Lampiran 6. Hasil Observasi SMP N 8 Yogyakarta ... 135

Lampiran 7. Hasil Wawancara... 138

Lampiran 8 Perijinan Penelitian... 157


(15)

ix

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN IPS KELAS VII TAHUN AJARAN 2013/2014

DI SMP SASARAN KURIKULUM 2013 KOTA YOGYAKARTA Oleh:

Rizki Eka Pertiwi 10416241005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi proses pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 yang meliputi: (1) perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3) penilaian proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penilitian kualitatif. Lokasi penelitian yaitu SMPN 8 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dan SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data serta perpanjangan pengamatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif dari Miles dan Huberman.

Hasil penelitian ini adalah (1) perencanaan pembelajaran IPS pada SMP di Kota Yogyakarta belum berjalan baik, karena perencanaan pembelajaran disusun tidak sebelum kegiatan pembelajaran tetapi RPP yang disusun sudah sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik serta merencanakan penilaian autentik sebagai standar penilaian dalam Kurikulum 2013; (2) kegiatan pembelajaran IPS dengan pendekatan saintifik sudah berjalan dengan didukung model pembelajaran seperti cooperative learning, dan problem based learning, tetapi dalam langkah-langkah pembelajaran saintifiknya masih ada yang terlewati, sedangkan pembelajaran IPS secara terpadu sudah berjalan sesuai kompetensi yang telah ada serta dibantu dari buku pegangan guru/siswa yang memang didesain sudah terpadu; (3) penilaian proses dan hasil belajar IPS dalam Kurikulum 2013 sudah berjalan cukup baik, penilaian yang digunakan dalam penilaian sikap adalah pengamatan, penilaian untuk menilai keterampilan siswa mengandalkan kegiatan presentasi siswa di depan kelas, sedangkan untuk menilai pengetahuan siswa menggunakan tugas-tugas baik individu maupun kelompok, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor penentu bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia.

Sumber daya yang dihasilkan dari proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari sumber daya pendidikan tersebut. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang dapat


(17)

2

memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Pengembangan terhadap kurikulum terus dilakukan, dan pada tahun 2013 ini telah dikeluarkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013, yang diharapkan mampu memberikan dampak yang lebih baik terhadap pendidikan Indonesia.

Sholeh Hidayat (2013: 111) menjelaskan bahwa sejak Indonesia merdeka, pendidikan Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK), Kurikulum 2006 (KTSP), dan Kurikulum 2013. Saat ini sedang dilaksanakan uji produk Kurikulum 2013 yang merupakan pengembangan kurikulum 2006 atau KTSP. Dinamika tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, karena kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Pengembangan Kurikulum 2013 membawa konsekuensi perubahan. Dalam Kunandar (2013: 35-36) dijelaskan bahwa perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013 antara lain perubahan standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Standar Kompetensi Lulusan dalam Kurikulum 2013 menghendaki lulusan yang memiliki sikap dan perilaku yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut dapat tercapai tentu


(18)

bukan hal yang mudah dilakukan, karena sekarang bukan hanya menciptakan lulusan dengan kemampuan kognitif saja yang diharapkan, melainkan harus dengan kemampuan sikap dan keterampilan yang diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran.

Standar Isi dalam Kurikulum 2013 mengalami pergeseran dan perubahan, yaitu kedudukan mata pelajaran, pendekatan, dan struktur kurikulum. Perubahan pada standar proses, Kurikulum 2013 menuntut guru untuk memiliki kreativitas dalam melakukan proses pembelajaran, karena perubahan yang dikehendaki menyangkut penyempurnaan pola pikir. Guru diharapkan mampu membawa peserta didik berpikir dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) karena Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.

Standar penilaian Kurikulum 2013 mengalami perubahan dalam melakukan penilaian, yaitu dari penilaian tes menjadi penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dam pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).


(19)

4

Perubahan yang paling dirasakan terutama oleh pendidik sebagai salah satu peran utama dalam proses pembelajaran adalah perubahan standar proses. Dalam standar proses, proses pembelajaran terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tersebut menghendaki pembelajaran yang berlangsung menggunakan pendekatan saintifik. Jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya maka langkah-langkah kegiatan pembelajarannya berubah dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi menjadi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Selanjutnya guru juga harus melakukan penilaian autentik seperti yang telah ditentukan dalam Kurikulum 2013, di mana penilaian tersebut akan menambah beban kerja guru yang harus terus melakukan penilaian terhadap siswa.

Selain menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS untuk SMP, pembelajaran IPS dituntut untuk diajarkan secara terpadu. Hal tersebut sesuai dengan perubahan dalam Standar Isi Kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa IPS merupakan integrative social studies. Tidak hanya dalam materi IPS yang diintegrasikan tapi juga dengan ranah sikap dan keterampilan. Selain itu, Kurikulum 2013 menghendaki semua mata pelajaran mengintegrasikan multimedia dalam pembelajaran dengan menghapuskan mata pelajaran TIK, maka guru IPS harus kreatif membawa pembelajaran dengan menggunakan multimedia, seperti menggunakan media berbasis komputer. Berbagai penyesuaian tersebut harus dilakukan oleh guru


(20)

IPS sebagai perwujudan pelaksanaan Kurikulum 2013, maka apakah perubahan-perubahan tersebut mampu dilaksanakan dengan baik oleh guru IPS.

Perubahan-perubahan ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru IPS untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan standar yang telah disusun. Konsekuensi selanjutnya dari implementasi Kurikulum 2013 adalah kesiapan guru IPS dalam melaksanakan kurikulum 2013 demi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Mengingat banyaknya perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 ini maka baik sekolah, guru maupun siswa akan menghadapi yang dinamakan penyesuaian.

Konsekuensi dari perubahan kurikulum tersebut untuk saat ini paling dirasakan oleh sekolah-sekolah sasaran Kurikulum 2013 yang menjadi uji produk oleh Kemendikbud yang dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 untuk kelas I, IV, VII, dan X. Berdasarkan keputusan Kemendikbud (www.kurikulum.kemdikbud.go.id), Sekolah Menengah Pertama untuk lingkup Pemerintah Kota Yogyakarta yang melaksanakan Kurikulum 2013 adalah SMP N 5 Yogyakarta, SMP N 8 Yogyakata, SMP N 15 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.

Mengingat konsekuensi-konsekuensi tersebut untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, banyak terjadi keraguan di berbagai kalangan, termasuk pihak guru. Seperti hasil observasi awal dengan guru di salah satu SMP di Kota Yogyakarta yang menerapkan Kurikulum 2013 yang


(21)

6

mengaku merasa kesulitan dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Kesulitan dirasakan mulai dari perencanaan pembelajaran, seperti pada pembuatan RPP yang benar, hingga akhir pada evaluasi.

Sementara itu diungkapkan oleh Wamen Pendidikan Kemdikbud, Prof Dr Musliar Kasim, M. S. (Kedaulatan Rakyat, 28 April 2013) bahwa guru maupun Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan masih membutuhkan pendampingan agar penerapan Kurikulum ini tepat sasaran. Prof Dr Djohar MS, pakar pendidikan dari UNY, (Kedaulatan Rakyat,18 Mei 2013) juga menyatakan keraguannya terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 terkait kesiapan buku dan guru yang masih mengalami beberapa kendala.

Bahkan dalam Kompas, 15 Juli 2013, menyatakan bahwa banyak sekolah di Magelang yang menyatakan belum siap untuk menerapkan Kurikulum 2013. Selain itu, di beberapa daerah lain di Indonesia juga menyatakan bingung dengan uji coba Kurikulum 2013 ini. Seperti di Tasikmalaya (Kompas, 15 Juli 2013) di mana Disdik Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bingung dengan Kurikulum 2013. Sementara itu, di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur, (Kompas, 20 Juli 2013) baik siswa maupun guru juga mengaku bingung dengan uji coba Kurikulum 2013 di daerah tersebut, pasalnya metode pembelajaran dalam kurikulum ini berbeda dengan sebelumnya.

Di sisi lain, dalam kegiatan pembelajaran juga mengalami permasalahan, di mana salah satu perubahan dasar dalam Kurikulum 2013 adalah terkait model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik


(22)

dengan lima langkah. Menurut Ketua Unit Implementasi Kurikulum Kemendikbud, Tjipto Sumadi, (Kedaulatan Rakyat, 15 Januari 2014) mengakui masih ada guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar sesuai Kurikulum 2013. Hal ini terkait perubahan langkah pembelajaran yang dalam KTSP hanya menggunakan tiga langkah pembelajaran tetapi dalam Kurikulum 2013 memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring.

Tidak hanya persoalan kesiapan guru maupun sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada Kurikulum 2013, dalam Kedaulatan Rakyat (16 Desember 2013, hlm 15) menyatakan bahwa banyak guru yang merasa kesulitan dalam memberikan nilai sesuai Kurikulum 2013 sehingga diperlukan usaha lebih dari guru untuk memahami cara penilaian tersebut. Dengan demikian, tidak hanya terdapat kesulitan melaksanakan Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran tetapi juga dalam penilaian yang harus dilakukan oleh guru.

Adanya banyak keraguan tersebut menandakan bahwa banyak dari pihak sekolah, tenaga pengajar terkait proses pembelajaran, bahkan pemerintah belum siap sepenuhnya dalam menerapkan kurikulum 2013. Hal tersebut terkait dengan pemahaman guru dan sekolah mengenai Kurikulum 2013 yang masih kurang sehingga berpengaruh pula pada pelaksanaannya di lapangan.

Ketidaksiapan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau program akan berpengaruh pula pada hasilnya. Terlebih lagi, guru merupakan ujung tombak


(23)

8

dalam pendidikan maka sebagus apapun kurikulum tanpa didukung kesiapan guru sebagai pelaksana di lapangan akan berimbas pada tidak maksimalnya peningkatan kualitas pendidikan yang menjadi tujuan utamanya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka berupaya untuk menganalisis dan dikaji bagaimana implementasinya Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran IPS Kelas VII Tahun Ajaran 2013/2014 di SMP Sasaran Kurikulum 2013 Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah:

1. Kurang siapnya sekolah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 di tahun ajaran 2013/2014

2. Belum optimalnya persiapan pemerintah terhadap uji coba Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah sasaran Kurikulum 2013

3. Belum optimalnya kesiapan guru di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013

4. Belum optimalnya kesiapan guru di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam memberikan penilaian hasil belajar sesuai dengan Kurikulum 2013 5. Pemahaman mengenai Kurikulum 2013 yang masih kurang sehingga


(24)

6. Belum optimalnya kesiapan guru mata pelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melakukan perencanaan pembelajaran

7. Belum optimalnya kesiapan guru mata pelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melaksanakan proses pembelajaran

8. Belum optimalnya kesiapan guru mata pelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melakukan penilaian pembelajaran peserta didik

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan untuk membatasi ruang lingkup masalah penelitian agar lebih terarah. Dari identifikasi masalah yang ada, maka batasan masalah yang ditetapkan adalah:

1. Belum optimalnya kesiapan guru mata pelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melakukan perencanaan pembelajaran

2. Belum optimalnya kesiapan guru di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013

3. Belum optimalnya kesiapan guru di sekolah sasaran Kurikulum 2013 dalammemberikan penilaian proses dan hasil belajar sesuai dengan Kurikulum 2013

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu:


(25)

10

1. Apakah perencanaan pembelajaran yang guru IPS lakukan dalam Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013?

2. Apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014 sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Kurikulum 2013?

3. Apakah pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014 sudah sesuai dengan rambu-rambu Kurikulum 2013?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan perencanaan pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014

3. Pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar IPS sesuai Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

a. Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis sebagai hasil dan pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi


(26)

b. Menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian pendidikan yang dapat bermanfaat kelak ketika peneliti terjun di dunia pendidikan

2. Bagi guru

Sebagai masukan dan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan kurikulum sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan

3. Bagi sekolah

Memberikan informasi dan masukan untuk pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang ada

4. Bagi pemerintah

Memberikan masukan, sumbangan pemikiran dan perbaikan bagi pemerintah dalam membentuk dan menentukan kurikulum yang lebih baik


(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Proses Pembelajaran

Interaksi guru dan siswa merupakan kegiatan utama dalam dunia pendidikan. Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri. Interaksi antara guru dan siswa harus terjalin dan saling menunjang agar tercapai proses pembelajaran yang optimal. Proses pembelajaran, menurut Rustaman (dalam Sholeh Hidayat, 2013: 118), merupakan proses yang terdapat interaksi guru dan siswa secara timbal balik yang belangsung dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan belajar. Proses pembelajaran harus tercipta interaksi dua arah antara guru dan siswa di mana guru bukan yang menjadi pihak yang dominan dalam interaksi tersebut.

Sementara itu, menurut Mulyasa (2013: 25) proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa seharusnya memberikan ruang lebih banyak pada siswa untuk beraktivitas lebih aktif dibandingkan guru, sehingga mampu tercipta proses pembelajaran yang baik. Terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien maka setiap pendidik yang baik mampu melakukan


(28)

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Menurut Kunanadar (2013: 3), perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setiap perencanaan memproyeksikan apa yang harus guru lakukan, materi apa yang akan disampaikan, hingga penilaian yang harus diberikan. Perencanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang disusun oleh guru harus mampu mendesain pembelajaran IPS agar tercipta pembelajaran saintifik serta dapat menyusun perencanaan evaluasi apa yang akan digunakan dalam setiap melakukan penilaian terhadap siswa dengan menggunakan penilaian autentik.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menurut Kunandar (2013: 8) harus mengacu pada Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hal yang ditekankan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan tersebut terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptakan. Selain itu, pembelajaran harus didukung dengan pembelajaran secara terintegrasi


(29)

14

dengan ranah sikap dan keterampilan, sehingga bukan hanya pengetahuan saja yang diterima oleh siswa.

Penilaian dalam pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 adalah penilaian hasil dan proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan penilaian autentik. Menurut Imas Kurinasih (2014: 48), penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara utuh mulai dari kesiapan siswa serta proses dan hasil belajar siswa dengan mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dicapai siswa. Hasil dalam penilaian tersebut digunakan untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, atau pelayanan konseling, selain itu juga digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru dan siswa yang tidak lagi didominasi oleh guru melainkan siswa juga turut aktif dalam setiap proses pembelajaran. Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi merangsang dan menggerakkan siswa secara aktif. Selain itu, guru juga harus mampu merangsang keberanian siswa untuk mengeluarkan ide dan bertanya.

Proses pembelajaran bukan hanya untuk menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut adanya perubahan. Peran guru yang dari seorang informator menjadi pengelola belajar yang


(30)

bertujuan untuk membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Setelah terjadi kegiatan pembelajaran, akan tergambar adanya suatu aktivitas belajar yang akan menghasilkan perubahan perilaku sebagai keluaran dan hasil belajar.

2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah. IPS untuk tingkat sekolah menengah saat ini terdiri dari beberapa disiplin ilmu Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah. Lebih luas lagi, IPS tidak hanya terbatas pada disiplin-disiplin ilmu tersebut tetapi mencakup lebih banyak lagi berbagai disiplin ilmu, seperti antropologi, humaniora, politik, dan lainnya. IPS merupakan mata pelajaran yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.

Menururt D. Nasution (dalam Max Helly Waney, 1989: 62), secara sederhana IPS dijelaskan sebagai suatu program pendidikan yang terdiri dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik, dan sosiologi. Mata pelajaran IPS memberikan kajian yang mempermasalahkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya kepada peserta didiknya.

Dijelaskan pengertian Pendidikan IPS menurut HISPISI (dalam Numan Somantri, 2001: 92) bahwa pendidikan IPS merupakan penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dam humaniora, serta


(31)

16

kegiatan manusia yang disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan ilmiah. Menurut pengertian ini, IPS yang dimaksud lebih ditujukan untuk sekolah dasar dan menengah. Hal ini dikarenakan kata penyederhanaan yang dimaksudkan untuk menyesuaikan tingkat kecerdasan peserta didik sehingga perlu dilakukan penyederhanaan.

Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat sekolah menengah, selanjutnya dijelaskan oleh Numan Somantri (2001: 101), merupakan suatu mata pelajaran yang menggunakan pendekatan integrasi dari beberapa mata pelajaran agar pembelajaran lebih mempunyai arti pada peserta didik. Menurut pengertian ini, telah dijelaskan bahwa untuk sekolah menengah, IPS seharusnya disusun secara integrasi antar disiplin ilmu yang ada di dalam IPS tersebut. Pengintegrasian dalam mata pelajaran IPS diharapkan mampu memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

Hal tersebut ditegaskan oleh Supardi (2011: 182), bahwa materi kajian IPS merupakan perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, sehingga akan lebih bermakna dan kontekstual jika materi IPS didesain secara terpadu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pendidikan IPS menekankan pada keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks. Materi IPS terkait masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dunia global.


(32)

Berdasarkan pengertian di atas, IPS merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dipadukan dan diintegrasikan satu sama lain yang selalu terkait masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan IPS untuk tingkat menengah pertama terdiri dari disiplin ilmu geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi.

Implementasi pendidikan IPS yang diajarkan kepada peserta didik memiliki tujuan yang diharapkan dapat tercapai untuk kepentingan bangsa dan peserta didik yang bersangkutan. Numan Somantri (dalam Supardi, 2011: 184) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah yaitu pertama, menumbuhkan nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, negara, dan agama. Kedua, mengembangkan cara pikir peserta didik dengan metode berpikir ilmuwan. Ketiga, menekankan pada reflectif inquiry.

Menurut Hamid Hasan (dalam makalah Seminar Pendidikan IPS, 2013), tujuan pendidikan IPS adalah untuk menghasilkan warga negara yang berkualitas. Kualitas sebagai warganegara yang diharapkan dari pendidikan IPS antara lain memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, kritis, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, dan berkomunikasi secara produktif. Sementara itu, menurut Daldjoeni (1985: 25), pembelajaran


(33)

18

IPS pada sekolah menengah diharapkan peserta didik mampu memahami dan memecahkan masalah-masalah sosial. Selain itu, berbagai konsep dan fakta dari pembelajaran IPS diberikan kepada peserta didik bukan untuk mengharapkan peserta didik menjadi seorang ahli, baik ahli geografi, sejarah, ekonomi, dan lain-lain, melainkan membentuk sikap seorang warga negara yang baik.

Dari tujuan-tujuan IPS yang dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa IPS pada sekolah menengah bertujuan untuk menciptakan warga negara yang baik sesuai yang diamanatkan dalam Pancasila, mampu berpikir kritis terhadap berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat, serta mampu mengembangkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan. Keseluruhan tujuan secara umum tersebut dapat tercapai dengan segala konsep dan materi yang sudah terkandung dalam IPS, selanjutnya tinggal bagaimana untuk membentuk peserta didik yang mengaplikasikan konsep IPS dalam kehidupan nyata.

3. Kurikulum 2013

a. Konsep Kurikulum 2013

Sebagai kurikulum yang telah berjalan cukup lama, Kurikulum 2006 atau KTSP memasuki tahun ke-7 sudah saatnya untuk dikembangkan. Perubahan kurikulum dari masa ke masa menyangkut perubahan struktural dan perubahan konsepsional dan kini sudah dikenalkan dengan kurikulum baru yang diluncurkan oleh pemerintah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada


(34)

tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama Kurikulum 2013.

Draft Kurikulum 2013 telah disesuaikan dengan pergeseran paradigma pendidikan belajar abad ke-21. Mida Latifatul M (2013:126-129) menyebutkan bahwa pergeseran tersebut terdapat empat ciri utama pembelajaran di era baru. Pertama, aspek informasi yang menggeser model pembelajaran menjadi pembelajaran yang diarahkan agar siswa untuk mencari tahu. Kedua, aspek komputasi yang menggeser model pembelajaran menjadi pembelajaran yang diarahkan agar siswa mampu merumuskan masalah bukan hanya menjawab. Ketiga, aspek otomasi yang menggeser model pembelajaran untuk diarahkan melatih siswa berpikir analitis (pengambilan keputusan). Keempat aspek komunikasi yang menggeser model pembelajaran untuk menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Dari keempat ciri pembelajaran abad 21 tersebut telah diintegrasikan ke dalam kurikulum baru saat ini sehingga diharapkan mampu menciptakan lulusan yang berkompeten dan mengikuti perkembangan terkini.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP). Menurut Kunandar (2013: 26), Kurikulum 2013 tetap berbasis kompetensi seperti pada kurikulum-kurikulum


(35)

20

sebelumnya. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang didasarkan pada outcomes yang diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan. Seperti yang diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 20013 bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Sejalan dengan pengembangan Kurikulum 2013, maka orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan secara seimbang antara kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Imas Kurinasih (2014: 133) menjelaskan bahwa dengan tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 telah menitik beratkan pada pembelajaran yang berbasis sains, sehingga siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan.

Dengan demikian, konsep dari Kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan harapan siswa aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan ide-ide, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kurikulum 2013 diharapkan mampu melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas intelektualnya saja tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah didesain dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam ke dalam proses


(36)

pembelajaran karena telah menyeimbangkan antara kompetensi sikap dan keterampilan dengan kompetensi pengetahuan. Kurikulum 2013 menjadi salah satu solusi dalam menghadapi perkembangan zaman yang kelak akan mengutamakan kompetensi yang disinergikan dengan nilai-nilai karakter. Keberhasilan pencapaian kompetensi peserta didik dilakukan dengan penilaian hasil belajar pada ketiga kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Penilaian akan didasarkan pada penilaian proses kerja siswa, tidak hanya hasil kerja siswa, sehingga lebih optimal dalam menilai ketiga kompetensi tersebut. b. Elemen Perubahan dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 diberlakukan sejak tahun ajaran 2013/2014. Pergantian kurikulum tersebut merupakan salah satu pengembangan dalam bidang pendidikan, dan dalam pengembangan kurikulum akan membawa konsekuensi perubahan. Begitu juga dalam pengembangan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yang berdampak pada perubahan dalam empat elemen pendidikan di Indonesia.

Abdul Majid (2014: 35) menyebutkan bahwa terdapat empat elemen yang mengalami perubahan dalam Kurikulum 2013. Keempat elemen tersebut, yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian.


(37)

22

Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum 2013 menghendaki lulusan yang memiliki kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sholeh Hidayat (2013: 127) menjelaskan bahwa ketiga dimensi tersebut merupakan peningkatan dan keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Jadi dalam pembelajaran kurikulum 2013 mengharapkan proses pembelajaran dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga harus diimbangi dalam kemampuan afektif atau sikap serta memiliki keterampilan.

Selanjutnya Kunandar (2013:58-59) menjelaskan tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB. Pada dimensi sikap, kualifikasi kemampuan yang diharapkan peserta didik adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangakuan pergaulan dan keberadaannya. Pada dimensi pengetahuan, kualifikasi kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Pada dimensi


(38)

keterampilan, kualifikasi kemampuan yang diharapkan adalah memiliki kemampan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenisnya.

Dengan demikian, melihat dari standar kompetensi yang telah ditetapkan bahwa Kurikulum 2013 ini dirancang agar mampu menciptakan lulusan yang tidak hanya menonjolkan kemampuan kognitifnya saja tetapi juga diharapkan memiliki kemampuan soft skill. Kemampuan soft skill peserta didik dibentuk dengan desain Kurikulum 2013 yang mengharuskan pembelajaran mengintegrasikan nilai-nilai sikap dan keterampilan ke dalam pembelajaran, sehingga dapat terjadi keseimbangan antara kemampuan soft skill dengan hard skill.

2) Standar Isi

Standar Isi dalam Kurikulum 2013 telah mengalami beberapa pergeseran dan perubahan. Dijelaskan Sholeh Hidayat (2013: 127-128) terdapat beberapa perubahan, yaitu kedudukan mata pelajaran, pendekatan, dan struktur kurikulum. Kedudukan mata pelajaran merubah kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Pendekatan yang kini digunakan untuk mengembangkan kompetensi adalah tematik integratif dalam semua mata pelajaran untuk jenjang sekolah dasar, mata pelajaran


(39)

24

untuk jenjang SMP, mata pelajaran wajib dan pilihan untuk jenjang SMA, dan mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi untuk jenjang SMK.

Sementara itu, untuk struktur kurikulum yang mengalami perubahan, mulai dari jenjang SD hingga SMA berbeda. Pembelajaran pada jenjang Sekolah Dasar menjadi lebih holistik dan integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, jumlah mata pelajaran berkurang dari 10 menjadi 6 mata pelajaran, tetapi jumlah jam bertambah 4 JP/minggu. Perubahan struktur kurikulum pada jenjang SMP terjadi pada mata pelajaran TIK yang ditiadakan karena menjadi media semua mata pelajaran, pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakulikuler, jumlah mata pelajaran berkurang dari 12 menjadi 10 mata pelajaran, tetapi jumlah jam bertambah 6 JP/minggu. Perubahan struktur kurikulum di jenjang SMA terjadi pada perubahan sistem yang terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan, terjadi pengurangan mata pelajaran, dan jumlah jam bertambah 2 JP/minggu.

3) Standar Proses

Perubahan dalam standar proses Kurikulum 2013 adalah pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan saintifik. Menurut Abdul Majid (2014: 36), standar


(40)

proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Poin penting lainnya dalam proses pembelajaran, meskipun sikap dalam Kurikulum 2013 ada dalam kompetensi tetapi sikap tidak diajarkan secara verbal tetapi melalui contoh dan tindakan. Selain itu, pembelajaran untuk tingkat SD diajarkan secara tematik integratif, sedangkan untuk tingkat SMP pada mata pelajaran IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu.

4) Standar Penilaian

Perubahan yang paling mendasar dari standar penilaian dalam Kurikulum 2013 adalah perubahan penilaian menjadi penilaian autentik. Sementara itu, menurut Abdul Majid (2014: 37), penilaian yang dilakukan dalam Kurikulum 2013 adalah dengan menggunakan penilaian berbasis kompetensi, di mana siswa dinilai tidak hanya pengetahuannya saja tetapi juga sikap dan keterampilannya juga. Penilaian autentik dapat mendukung penilaian berbasis kompetensi tersebut karena penialian autentik menggeser penilaian melalui tes (mengukur pengetahuan saja) menjadi penilaian yang mampu mengukur semua kompetensi baik sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Oleh karena itu, guru melakukan penilaian tidak hanya


(41)

26

menilai di akhir atau hasilnya saja, tetapi guru juga melakukan penilaian pada saat prosesnya.

Hal yang paling ditekankan dalam penilaian di Kurikulum 2013 adalah mengoptimalkan pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. Portofolio akan membantu guru dalam melakukan penilaian ketiga kompetensi lulusan serta mendukung untuk melakukan penilaian tidak hanya hasil tapi juga proses.

c. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

Seperti yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 untuk membawa pembelajaran pada tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan, maka pendekatan yang digunakan dalam setiap pembelajaran adalah pendekatan ilmiah. Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) akan memberikan kesempatan siswa berpikir analisis dari mengapa, bagaimana, dan apa. Hal itu bertujuan agar tercipta peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill).

Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah harus berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Abdul Majid (2014: 196-197) menjelaskan bahwa dalam pendekatan ilmiah memiliki langkah-langkah pembelajaran meliputi menggali informasi melalui


(42)

mengamati, menanya, mencoba, menalar, kemudian menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembalajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dilakukan guru dengan membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, mendengar, dan membaca.

Kegiatan menanya merupakan kegiatan guru untuk mengajukan pertanyaan, dan pada saat itu pula guru membimbing atau memandu siswa belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru telah mendorong siswa menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Penalaran merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa.

Guru memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan. Langkah mencoba dalam pembelajaran saintifik akan mendorong siswa untuk memiliki


(43)

28

keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan serta mampu mengembangkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

Kegiatan akhir pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan berdasarkan melakukan penyimpulan dari hasil kegiatan yang dilakukan baik yang sudah disusun secara berkelompok maupun individu. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat didukung dengan klarifikasi dari guru agar siswa mengetahui secara benar dari jawaban atau hasil pekerjaannya.

Dengan langkah-langkah pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik, proses pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam memahami berbagai materi yang bisa berasal dari mana saja dan kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Abdul Majid (2014: 195) menambahkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Hal itu dikarenakan kondisi pembelajaran saat ini memang diharapkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah dengan banyak menanya, bukan menyelesaikan


(44)

masalah dengan menjawab. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir kritis bukan berpikir mekanistis (hanya mendengarkan dan menghapal semata).

Meskipun demikian, untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu sangat mungkin langkah-langkah pendekatan ilmiah tersebut tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti itu, proses pembelajaran harus tetap menerapkan sifat-sifat ilmiah dan menghindari sifat-sifat non-ilmiah. Abdul Majid (2014: 197) menyebutkan terdapat tujuh kriteria proses pembelajaran disebut ilmiah, seperti sebagai berikut:

1) Substansi atau materi yang disampaikan kepada siswa berbasis pada fakta yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

2) Proses pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran yang subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong siswa untuk berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, atau hubungan satu dengan lainnya.


(45)

30

5) Mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pola berpikir yang rasional dan objektif

6) Substansi atau materi yang disampaikan berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan

menarik dalam penyajiannya.

Dengan demikian, setiap pembelajaran yang berlangsung dapat menghindari dari sifat-sifat non-ilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Sifat-sifat non-ilmiah tersebut harus dihindari agar tercipta pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk terwujudnya generasi yang tidak hanya cerdas intelektualnya saja tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya.

d. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 standar penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik (authentic assessment). Menurut Kunandar (2013: 36), standar penilaian tersebut merupakan pergeseran dari penilaian melalui tes yang mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja menjadi penilaian otentik (authentic assessment) yang mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.


(46)

Menurut Imas Kurinasih (2014: 48), penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik akan menilai siswa mulai dari awal kesiapan siswa kemudian proses serta hasil belajar secara utuh.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penilalian autentik merupakan penilaian yang mampu mengukur semua kompetensi, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara menyeluruh dari proses hingga hasil/produk siswa. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang hanya menilai hasil akhirnya saja tetapi dalam penilaian ini juga turut dinilai proses siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dilakukan secara berimbang. Keterpaduan ketiga komponen tersebut akan menggambarkan hasil belajar siswa mengikuti proses pembelajaran selama ini.

Penilaian autentik memiliki relevansi yang kuat dengan pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik sesuai karakteristik dari Kurikulum 2013. Hal tersebut dijelaskan Imas Kurinasih (2014: 48) karena penilaian autentik mampu melihat peningkatan hasil belajar siswa baik dalam kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Penilaian autentik juga memiliki kecenderungan


(47)

32

pada tugas-tugas kontekstual yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan kemampuan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Adapun teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut.

1) Penilaian Kompetensi Sikap

Menurut Kunandar (2013:100), penilaian kompetensi sikap merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap peserta didik. Ruang lingkup dalam penilaian sikap meliputi aspek menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan berkarakter. Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 dimasukkan ke dalam kompetensi inti dan dibagi menjadi sikap spiritual dan sikap sosial.

Imas Kurinasih (2014: 51-54) menjelaskan dalam melakukan penilaian kompetensi sikap, guru bisa melakukannya melalui (a) observasi yang merupakan teknik penilaian kompetensi sikap yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, (b) penilaian diri yang meminta siswa untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari, baik sikap sosial dan


(48)

spiritual dengan instrumen lembar penilaian diri, (c) penilaian teman sejawat dengan cara meminta siswa untuk saling menilai satu sama lain terkait pencapaian kompetensi dengan instrumen lembar penilaian antar teman, dan (d) jurnal yang merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Dengan demikian, dalam Kurikulum 2013 kompetensi sikap bukan lagi hanya menjadi standar kompetensi lulusan saja seperti dalam implementasi kurikulum 2006 (KTSP). Kompetensi sikap kini telah dimasukkan ke dalam kompetensi inti yang harus diberikan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik. Akan tetapi ranah sikap dalam kompetensi inti Kurikulum 2013 tidak untuk dijabarkan dalam bentuk materi tetapi diajarkan dalam bentuk keteladanan guru yang ditunjukkan kepada siswa.

2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Menurut Kunandar (2013: 159), penilaian kompetensi pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian aspek pengetahuan peserta didik. Guru melakukan penilaian kompetensi pengetahuan menggunakan tes, baik tes tertulis maupun tes lisan, serta menggunakan penugasan. Instrumen yang digunakan untuk tes tertulis adalah berupa soal dengan pedoman penskoran, dan instrumen untuk tes


(49)

34

lisan berupa daftar pertanyaan, sedangkan instrumen untuk penugasan dapat menggunakan pekerjaan rumah, tugas portofolio, atau tugas proyek baik untuk dikerjakan sendiri maupun kelompok.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kunandar (2013: 251) menjelaskan bahwa penilaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik terhadap pencapaian kompetensi keterampilan. Ruang lingkup dari ranah keterampilan antara lain imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Sesuai kompetensi inti Kurikulum 2013, kompetensi keterampilan berkaitan dengan kompetensi pengetahuan karena keterampilan merupakan aplikasi dari pengetahuan.

Imas Kurinasih (2014: 62-63) menyebutkan teknik dan instrumen yang digunakan dalam menilai kompetensi keterampilan melalui (a) performance (penilaian untuk kerja) yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan; (b) proyek yang merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan; (c) portofolio yang merupakan penilaian berkelanjutan untuk menunjukkan perkembangan perkembangan kemampuan peserta didik melalui sekumpulan


(50)

karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi selama kurun waktu tertentu; dan (d) produk yang merupakan penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh peserta didik melalui hasil pengamatan, percobaan, maupun tugas proyek tertentu dengan menggunakan kriteria penilaian (rubrik).

Dengan demikian penilaian kompetensi keterampilan juga merupakan aspek yang tidak bisa ditinggalkan dalam Kurikulum 2013. Selain ranah keterampilan telah dimasukkan ke dalam kompetensi inti, keterampilan juga menunjukkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran.

4. IPS dalam Kurikulum 2013

Karakteristik pembelajaran IPS unutk jenjang SMP yang ditekankan dalam Kurikulum 2013 ada pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik, terpadu, serta penilaian autentik. Pembelajaran saintifik menurut Kemendikbud (2013: 142) merupakan pembelajaran dengan materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Dengan demikian akan menjauhkan dari pemikiran yang sebatas menerka, selanjutnya dapat mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pelajaran. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Supardi (2011: 182)


(51)

36

yang menjelaskanbahwa pendidikan IPS menekankan pada keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks terkait masalah-masalah sosialseiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dunia global.

Kemendikbud (2013: 137) menjelaskan bahwa pembelajaran saintifik pada pembelajaran IPS akan mendorong siswa berpikir hipotetik, serta mendorong dan menginspirasi siswa memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena materi ajar dalam pembelajaran IPS berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan yang selanjutnya siswa diajak untuk berpikir analitik dan memecahkan masalah. Langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Karakterisitk pembelajaran dalam Kurikulum 2013 selanjutnya adalah pembelajaran yang terpadu, di mana terdapat tuntutan adanya pembelajaran IPS yang mampu menyampaikan materi kajian berbagai disiplin ilmu sosialnya secara terpadu. Seperti yang diungkapkan pula oleh Supardi (2011: 182) bahwa materi kajian IPS merupakan perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, sehingga akan lebih bermakna dan kontekstual jika materi IPS didesain secara terpadu.


(52)

Ditambahkan pula dalam Mulyasa (2013: 89) bahwa mata pelajaran IPS untuk Kurikulum 2013 dikembangan sebagai mata pelajaran integrative social studies. Kini pembelajaran secara terpadu pada pembelajaran IPS sudah dibantu dengan adanya pengembangan Standar Isi untuk materi kajian IPS disusun secara terpadu. IPS dikembangkan sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial. Hal tersebut didukung dengan tidak hanya terpadu antar disiplin ilmu sosial tetapi pembelajaran juga diintegrasikan dengan pengembangan diri serta aspek sikap dan keterampilan dalam pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Standar isi yang mendukung pembelajaran IPS secara terpadu tersebut berupa disusunnya kompetensi inti dan kompetensi dasar IPS yang didesain dengan mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial serta keterampilan dengan pengetahuan. Selain itu, untuk mendukung pembelajaran IPS yang terpadu, dalam setiap KI-KD juga telah memadukan tiap disiplin ilmu sosial.

Karakteristik pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 yang terakhir adalah penilaian autentik. Dalam Kemendikbud (2013: 230), penilaian autentik merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan


(53)

38

pengetahuan. Hasil belajar peserta didik dengan penilaian autentik diperoleh tidak hanya menilai hasil akhir saja tetapi juga menilai proses. Penilaian autentik mencoba menggabungkan antara kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.

Dijelaskan pula dalam Kemendikbud, penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Penilaian autentik, seringkali melibatkan siswa secara penting serta fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini. 1. Penelitian Andi Siswan Nawir pada tahun 2011 yang berujudul

“Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pembelajaran Geografi di SMA Negeri Se Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan”. (Tesis) Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini ada pada pendekatan penelitian yang dengan pendekatan kualitatif, serta objek penelitiannya adalah pembelajaran dalam pelaksanaan suatu kurikulum. Perbedaan dengan penelitian ini adalah kurikulum yang diteliti antara KTSP pada penelitian tersebut dan Kurikulum 2013 pada penelitian ini.


(54)

2. Penelitian dari Puji Kuntoro pada tahun 2010 yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dalam Menghadapi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Semanu Gunungkidul”. (Skripsi) Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini ada pada objek penelitian yang meneliti tentang pelaksanaan pembelajaran pada suatu kurikulum. Perbedaan dalam penelitian ini ada pada pendekatan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kurikulum yang diteliti adalah KTSP, dan satuan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar.

3. Penelitian dari Srista Martha Rumandany pada tahun 2012 dengan judul “Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Kelas Akselerasi di MTs N Temboro Kabupaten Magetan Jawa Timur”. (Skripsi) Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini ada pada pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif serta objek penelitian yang diteliti adalah pembelajaran pada suatu kurikulum. Akan tetapi kurikulum yang menjadi objek dalam penelitian tersebut adalah KTSP sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kurikulum 2013.

C. Kerangka Pikir

Inti dari Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum baru ini bertujuan untuk mendorong siswa mampu melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan


(55)

40

(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan, karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Pada pengembangannya, terdapat beberapa komponen perubahan dalam Kurikulum 2013.

Beberapa komponen yang mengalami perubahan dalam Kurikulum 2013 antara lain standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Perubahan komponen pada kurikulum 2013 ini telah disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan teknologi agar mampu tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai salah satu pelaksana program tersebut, proses pembelajaran yang merupakan bagian dari standar proses dalam kurikulum menjadi hal yang penting bagi kesuksesan kurikulum 2013 karena berperan langsung dalam implementasi kurikulum, begitu juga pada pembelajaran IPS.

Proses pembelajaran IPS menurut standar proses Kurikulum 2013, terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Sementara itu, proses pembelajaran yang diharapkan dari Kurikulum 2013 antara lain adanya pembelajaran dengan pendekatan saintifik, pembelajaran yang terpadu untuk mata pelajaran IPS, serta penilaian yang menggunakan penilaian autentik. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk berfikir ilmiah serta guru mampu memberikan kesempatan siswa berpikir analisis dari


(56)

mengapa, bagaimana, dan apa. Pembelajaran secara terpadu dalam pembelajaran IPS pada Kurikulum 2013 dirancang untuk pembelajaran yang mampu mengintegrasikan dan memadukan berbagai disiplin ilmu sosial serta pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja kepada siswa tetapi juga aspek sikap dan keterampilan. Sementara itu, penilaian autentik merupakan kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada.

Sebagai salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan suatu kurikulum, proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik tergantung pada kinerja guru di lapangan. Guru menjadi faktor penentu dalam pendidikan, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dan guru merupakan supir dari proses tersebut. Pada pembelajaran IPS, ketiga komponen Kurikulum 2013 tersebut (pembelajaran saintifik dan terpadu serta penilaian autentik) menjadi hal mutlak yang harus dilaksanakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, pembelajaran saintifik dan terpadu merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, sedangkan penilaian autentik merupakan bagian dari penilaian proses dan hasil peserta didik yang mangacu pada standar proses pendidikan dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013.

Guru sebagai pelaku utama dalam pelaksana kurikulum harus cepat tanggap dalam menyesuaikan dengan kondisi yang selalu berubah. Seiring dengan pengembangan kurikulum, implementasinya tergantung pada


(57)

42

kemampuan masing-masing. Kemampuan mengaplikasikan kurikulum dengan baik dibutuhkan kesiapan pelakunya untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan sehingga guru dapat melaksanakan kurikulum sesuai dengan prinsip dan karakteristik perkembangan Kurikulum 2013.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan rumusan teknis dari usaha untuk menjawab masalah yang telah ditetapkan dalam rumusan masalah. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah perencanaan pembelajaran yang guru IPS lakukan dalam Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013?

Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran IPS

Pelaksanaan Pembelajaran Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Proses Pembelajaran IPS

Pembelajaran

Saintifik Terpadu Penilaian Autentik

Perencanaan Pembelajaran


(58)

2. Apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014 sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Kurikulum 2013?

a. Apakah implementasi proses pembelajaran IPS dengan pendekatan saintifik di sekolah sasaran Kurikulum 2013 sudah terlaksana?

b. Apakah implementasi proses pembelajaran IPS secara terpadu di sekolah sasaran Kurikulum 2013 sudah terlaksana?

3. Apakah pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar IPS dengan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran kurikulum 2013 tahun ajaran 2013/2014 sudah sesuai dengan rambu-rambu Kurikulum 2013?

a. Apakah pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum 2013?

b. Apakah penilaian sikap dan keterampilan siswa dalam pada pembelajaran IPS di sekolah sasaran Kurikulum 2013 sudah sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum 2013?


(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 60), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Sementara menurut Lexy Moleong (2002: 5), penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode.

Sesuai dengan definisi penelitian kualitatif tersebut, jadi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013 di SMP sasaran Kurikulum 2013 Kota Yogyakarta. Melalui penelitian ini, akan dideskripsikan berlangsungnya proses pembelajaran IPS selama ini dengan Kurikulum 2013.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP sasaran Kurikulum 2013 atau sekolah yang dilakukan uji publik terhadap Kurikulum 2013. Berdasarkan keputusan Kemdikbud (www.kurikulum.kemdikbud.go.id), sekolah menengah pertama


(60)

di lingkup Pemerintah KotaYogyakartayang melaksanakan Kurikulum 2013 adalah SMP Negeri 5 Yogyakarta, SMP Negeri 8 Yogyakata, SMP Negeri 15 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Berikut merupakan daftar SMP yang bersangkutan beserta alamatnya.

Tabel 1. Daftar Sekolah Sasaran Kurikulum 2013 Kota Yogyakarta

No Nama Sekolah Alamat

1 SMP N 5 Yogyakarta Jl. Wardhani 1 Kotabaru

Gondokusuman Yogyakarta

2 SMP Negeri 8 Yogyakarta Jl. Kahar Muzakir 2 Terban Gondokusuman Yogyakarta

3 SMP N 15 Yogyakarta Jl. Tegal Lempuyangan 61, Bausasran, Danureja, Yogyakarta

4 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Jl. Timoho II 29 Yogyakarta

5 SMP IT Abu Bakar Yogyakarta Jl. Veteran Gg. Bekisar 716 Q, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta

6 SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta Jl. Kapas II/7a, Umbulharjo, Yogyakarta

Dengan pertimbangan waktu, penelitian ini hanya menggunakan tiga sekolah untuk mewakili seluruh sekolah di Kota Yogyakarta yang mengimplementasikan Kurikulum 2013. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian tentang pelaksanaan proses pembelajaran IPS pada semester gasal, sehingga demi berlangsungnya penelitian ini agar sesuai sasaran, yaitu pada semester gasal, maka penelitian ini menggunakan tiga sekolah sebagai lokasi penelitian.


(61)

46

Pengambilan ketiga sekolah sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Pemilihan lokasi dengan teknik tersebut berdasarkan nilai akreditasi sekolah, nilai akreditasi dari masing-masing sekolah tersebu diurutkan dari tertinggi hingga yang paling rendah. Kemudian sekolah dikelompokkan menjadi tiga yang memiliki nilai tinggi, nilai sedang, dan nilai rendah, dan diambil sekolah yang mewakili nilai tertinggi, nilai sedang, nilai terrendah. Dengan demikian Sekolah Menengah Pertama yang menjadi lokasi penelitian ini yaitu SMP Negeri 8 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dan SMP IT Abu Bakar Yogyakarta.

Tabel 2. Daftar Sekolah Sasaran Kurikulum 2013 Berdasarkan Nilai Akreditasi

No Nama Sekolah Status Sekolah

Nilai Akreditasi

Berdasar SK (Tahun)

1 SMP N 5 Yogyakarta Negeri 98,40 (A) 2013

2 SMPN 8 Yogyakarta Negeri 98 (A) 2013

3 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Swasta 96 (A) 2009

4 SMP N 15 Yogyakarta Negeri 96 (A) 2009

5 SMP Muhamaddiyah 2 Yogyakarta

Swasta 94,64 (A) 2009

6 SMP IT Abu Bakar Yogyakarta

Swasta 94 (A) 2009


(62)

Pemilihan kriteria dengan nilai akreditasi karena penilaian dari Badan Akreditasi Nasional juga turut menilai komponen tenaga pendidik dan kependidikan. Komponen tenaga pendidik dan kependidikan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakakan subjek penelitian, yaitu guru IPS kelas VII.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian. Perencanaan penelitian dimulai dari bulan November 2013, sedangkan pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga bulan April 2014.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah guru IPS yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013. Hal tersebut bertujuan agar subjek dapat memberikan gambaran secara tepat terkait proses pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013, sedangkan pada SMP sasaran Kurikulum 2013 pada tahun ajaran ini baru diterapkan di kelas VII. Dengan demikian, subjek pun dikenakan pada guru IPS kelas VII yang berjumlah 4 guru IPS.


(63)

48

Tabel 3. Subjek Penelitian

No. Nama Sekolah Guru IPS Kelas VII

1 SMP Negeri 8 Yogyakarta 2 2 SMP IT Abu Bakar Yogyakarta 1 3 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta 1

Jumlah 4

Keempat guru IPS yang menjadi subjek penelitin tersebut merupakan guru dari tiga sekolah yang menjadi tempat penelitian dalam penelitian ini. Ketiga sekolah tersebut adalah SMP Negeri 8 Yogyakarta, SMP IT Abu Bakar Yogyakarta, dan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Ketiga sekolah tersebut diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling yang berdasarkan nilai akreditasi sekolah.

E. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah dan menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan fokus penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan pengertian dan penjelasan mengenai fokus penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

1. Perencanaan Pembelajaran IPS

Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perencanaan tersebut berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang sebelum pembelajaran berlangsung.


(64)

Setiap perencanaan memproyeksikan apa yang harus guru lakukan, materi apa yang akan disampaikan, hingga penilaian yang harus diberikan.

Setiap kegiatan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran merupakan perwujudan dari suatu kurikulum. Adapun rambu-rambu pembuatan perencanaan pembelajaran dalam Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Kurikulum 2013 adalah:

a. RPP disusun sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Adapun sistematika RPP adalah 1) identitas sekolah; 2) tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materi pokok; 5) alokasi waktu; 6) tujuan pembelajaran; 7) kd dan indikator; 8) materi pembelajaran; 9) alokasi waktu; 10) metode pembelajaran; 11) media pembelajaran; 12) sumber belajar; 13) langkah-langkah pembelajaran; dan 14) penilaian proses dan hasil pembelajaran

c. Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti menekankan pada langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

d. Perencanaan pembelajaran yang disusun memproyeksikan penilaian apa yang akan digunakan dalam setiap melakukan penilaian terhadap siswa dengan menggunakan penilaian autentik untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan.


(65)

50

2. Kegiatan Pembelajaran IPS

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hal yang ditekankan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah kegiatan inti yang menggunakan pendekatan ilmiah dan/atau inkuiri dan penyingkapan dan/atau tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis masalah. Pembelajaran dengan pendekatan tersebut terfokus pada kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain menggunakan pendekatan ilmiah, pembelajaran harus didukung dengan pembelajaran secara terintegrasi dengan ranah sikap dan keterampilan, sehingga bukan hanya pengetahuan saja yang diterima oleh siswa. Terlebih lagi untuk pembelajaran IPS di SMP harus diajarkan secara terpadu sesuai karakteristik IPS yang merupakan integrative social studies.

3. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran

Penilaian proses dan hasil pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah dengan menggunakan pendekatan penilaian autentik. Hasil dalam penilaian tersebut digunakan untuk merencanakan program perbaikan, pengayaan, atau pelayanan konseling, selain itu juga digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar penilaian pendidikan.


(66)

Penilaian yang guru lakukan dalam setiap pembelajaran adalah memberikan penilaian terhadap ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan berbagai instrumen yang disesuaikan dengan ruang lingkup tersebut. Selain itu, penilaian tersebut dilakukan baik selama proses pembelajaran untuk menilai proses, dan setelah kegiatan pembelajaran untuk menilai hasil.

F. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber data primer penelitian ini berupa data yang diperoleh langsung dari guru IPS kelas VII melalui wawancara dan observasi. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari informan di lapangan, yang berupa dokumen, meliputi RPP untuk perencanaan pembelajaran serta dokumen-dokumen penilaian, mulai dari instrumen penilaian dan lembar penilaian siswa untuk memperoleh data tentang penilaian proses dan hasil pembelajaran.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pada


(67)

52

penelitian ini, menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu: (1) Wawancara, (2) Observasi, dan (3) Dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Nana Syaodih (2013: 216), wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individu maupun berkelompok. Wawancara dimaksudkan untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang di wawancarai (interviewee).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam yang merupakan cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Informasi yang hendak digali dari wawancara ini adalah mengenai proses pembelajaran IPS yang terdiri dari perencanaan pembelajaran IPS, pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS, dan penilaian hasil belajar IPS selama ini dengan Kurikulum 2013. Selanjutnya, wawancara dilakukan pada pihak guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan Kurikulum 2013, yaitu guru kelas VII.

Teknik wawancara dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang sebelumnya telah disusun daftar pertanyaan. Dengan demikian, peneliti telah menyiapkan kendali


(68)

wawancara untuk menyusun instrumen penelitian berupa wawancara. Teknik wawancara ini digunakan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan perencanaan pembelajaran IPS, pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS serta pelaksanaan penilaian hasil belajar IPS dengan Kurikulum 2013. Adapun kisi-kisi wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi Kendali Wawancara

No Aspek Indikator Butir

Soal

Jumlah Soal

1 Perencanaan Pembelajaran

Persiapan pembelajaran dengan Kurikulum 2013

1, 2, 3, 4

4

2 Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik

5, 6, 7, 8, 9

5

Pembelajaran secara terpadu

10, 11, 12, 13

4

Kegiatan inti

pembelajaran

14 1

3 Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

Penilaian autentik 15, 16, 20

3

Penilaian ranah sikap 17 1

Penilaian ranah pengetahuan

19 1

Penilaian ranah keterampilan

18 1

Hasil akhir dan tindak lanjut


(69)

54

2. Observasi

Menurut Nana Syaodih (2013: 220), observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dari pengamatan, mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pamahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Kegiatan observasi dalam penelitian ini akan dilakukan pada saat berlangsung kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Selama melakukan kegiatan observasi di dalam kelas, peneliti melakukannya secara nonpartisipatif yang tidak ikut serta dalam kegiatan. Peneliti hanya berperan mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam kegiatan. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui secara langsung kegiatan pembelajaran IPS di dalam kelas dengan Kurikulum 2013 pada aspek pelaksanaan pembelajaran.

Lembar observasi memiliki sejumlah pernyataan yang berkaitan kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPS sesuai Kurikulum 2013. Pedoman observasi dibuat dan diisi oleh observer (peneliti). Teknik observasi digunakan untuk menggali informasi tentang pelaksanaan


(70)

pembelajaran IPS. Kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran IPS melihat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3. Dokumentasi

Menurut Nana Syaodih (2013: 221), teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber.

Objek yang diteliti menggunakan studi dokumen berupa dokumen-dokumen terkait perencanaan pembelajaran IPS dan penilaian proses dan hasil belajar IPS. Lembar dokumen yang diteliti mengenai dokumen kegiatan pembelajaran IPS seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan lembar kegiatan siswa, sedangkan penilaian proses dan hasil pembelajaran IPS meliputi instrumen penilaian yang digunakan dan daftar nilai siswa.

H. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 305) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas


(71)

56

semuanya. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif selain sebagai perencana sekaligus juga sebagai pelaksana pengumpul data atau sebagai instrumen penelitian.

I. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data pada penelitian ini, diperlukan teknik pemeriksaan yang digunakan untuk memastikan keabsahan data pada penelitian tersebut. Teknik yang digunakan untuk dikenakan pada instrumen penelitian dengan menggunakan triangulasi dan perpanjangan pengamatan.

1. Triangulasi

Teknik triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu dengan membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal itu dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara, serta diperkuat dengan membandingkan isi suatu dokumen yang berkaitan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

163

Lampiran 9. Foto-foto Kegiatan

Kegiatan diskusi siswa Siswa mengkomunikasikan

Kegiatan belajar mengajar