Studi kasus kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium fisika SMA dalam bidang mekanika di Kecamatan Teluk Mutiara Alor NTT.
vii ABSTRAK
Banik, Megawati Belandina. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Teluk Mutiara Alor NTT. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium fisika dalam bidang mekanika; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium fisika dalam bidang mekanika; (3) Pemahaman guru fisika mengenai penggunaan alat laboratorium di SMA kecamatan Teluk Mutiara.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian adalah studi kasus. Penelitian dilakukan pada akhir bulan April sampai awal bulan Mei 2016. Sampel dari penelitian adalah SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi dan SMA St Yosep Kalabahi. Berdasarkan hasil penelitian untuk 3 sekolah, ditemukan bahwa (1) Kelengkapan alat laboratorium bidang mekanika untuk 3 sekolah masih kurang lengkap; (2) Tingkat penggunaan laboratorium fisika 3 sekolah masih rendah; (3) Pemahaman guru fisika mengenai alat laboratorium cukup baik.
Kata Kunci : Kelengkapan alat laboratorium, Penggunaan alat laboratorium, Pemahaman guru tentang alat laboratorium.
(2)
viii ABSTRACT
Banik, Megawati Belandina. 2016. Case Study of the Completeness and the Use of Physics Laboratory Tools in Mechanic Field for Senior High School In Teluk Mutiara Districts of Alor NTT. Undergraduate Thesis. Physics Education Program of Study. Mathematics and Natural Sciences Education Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The porpuse of this research was to reveal: (1) The completeness of physics laboratory tools in mechanic field for senior hight school; (2) The use level of physics laboratory tools in mechanic field for senior hight school; (3) The understanding physics teacher about the use laboratory tools in Teluk Mutiara District of Alor NTT. This type of research is quantitative and qualitative research with experiment design case study. This research conducted at the end of April until early May 2016. The Participants of this research were Christian 01 Kalabahi Senior High School, Christian 02 Kalabahi High School, and Catholic St Yosep Senior High School.
The results of the research for three school showed that: (1) The completeness physics laboratory tools in mechanic field for 3 school incomplete; (2) Level 3 school physics laboratory use is still low, and (3) an understanding of the physics teacher lab instrument quite well.
Keyword : Completeness laboratory, use of laboratory, teacher understanding of laboratory tools
(3)
STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN
ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA
ALOR NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Megawati Belandina Banik NIM : 121424044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGGUNAAN
ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA
ALOR NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Megawati Belandina Banik NIM : 121424044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
SKRIP$
STUDI KASUS KBLENGKAPAN DAN PENGGUNAAN
ALAT LABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG
MEKAIIIKA
I}I
KECAMATAN TELUK MUTIARA ALORNTTDosenPembimbing Yogyakarta, 18 Agustus 2016
&*.,ffi,TBh
{ffi}
R{ff*#)
(6)
SKRIPSI
STUDI KASUS KELENGKAPAN DAN PENGG{.INAAN
ALAT I.ABORATORIUM FISIKA SMA DALAM BIDANG MEKANIKA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA ALOR NTT
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Megawati Belandina Banik
NIM:121424044
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal, 31 Agustus 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi symat.
Ketua Sekretaris
Anggota Anggota Anggota
Susunan Panitia Penguji: Nama Lengkap
:Dr. M. Andy Rudhito,S.Pd. : Dr. Ign. Edi SantosaM.S.
:Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
: Dr. Drs. Vet Asan Damanik
: Drs. Domi Severinus. M.Si
Yogyakarta, 51
A€ulbus
2016 Fakultas Keguruan dan Ihnu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartaltl
Tanda Tangan
(7)
iv
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia
akan meluruskan jalanmu
Amsal 3 : 5-6
Karya ini kupersembahkan kepada : Allah Bapa, Tuhan Yesus yang selalu mencurahkan berkat Kedua orangtua ku, terimakasih atas kerja keras dan kesabarannya untukku Saudaraku Markus Banik, Geminisius Banik, Jen Banik Sahabat dan teman-teman seperjuangan ku Benyser Moubeka terkasih Almamaterku tercinta.
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya ntenyatakan dengan sesungguhnya bahwa skdpsi yang saya tulis ini tidak lrerruat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkar-r dalam kutipan clan clafiar pustaka sebagaimaua layaknya karya ilmiah.
Yogyakarla, 18 Agustus 2016 Penulis
(9)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIK-ASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya rnahasiswi Universitas Sanata Dhamra: Nama : Megawati Belandina Banik
NIM
:121424044Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STUDI KASUS
KELENGKAPA]\
DAN
PENGGUNAAN
ALATLABORATORIUM
FISIKA
SN{A
DALAM BIDANG MEKANIKA
DIKECAMATAN TELUK MUTIAIL{ ALOR NTT.
Dengan dernikian saya membedkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharrna hak untuk rnenyirnpan, mengalihkan ke bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, tnendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap rnencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakar-ta
Pada tanggal: 18 Agustus 2016 Yang menyatakan,
---_\ )'l ,=<,"2/.[h
frf,',
/ i'/
Megawati Belandina Banik
(10)
vii ABSTRAK
Banik, Megawati Belandina. 2016. Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA dalam Bidang Mekanika di Kecamatan Teluk Mutiara Alor NTT. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kelengkapan alat laboratorium fisika dalam bidang mekanika; (2) Tingkat penggunaan alat laboratorium fisika dalam bidang mekanika; (3) Pemahaman guru fisika mengenai penggunaan alat laboratorium di SMA kecamatan Teluk Mutiara.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan desain penelitian adalah studi kasus. Penelitian dilakukan pada akhir bulan April sampai awal bulan Mei 2016. Sampel dari penelitian adalah SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi dan SMA St Yosep Kalabahi. Berdasarkan hasil penelitian untuk 3 sekolah, ditemukan bahwa (1) Kelengkapan alat laboratorium bidang mekanika untuk 3 sekolah masih kurang lengkap; (2) Tingkat penggunaan laboratorium fisika 3 sekolah masih rendah; (3) Pemahaman guru fisika mengenai alat laboratorium cukup baik.
Kata Kunci : Kelengkapan alat laboratorium, Penggunaan alat laboratorium, Pemahaman guru tentang alat laboratorium.
(11)
viii ABSTRACT
Banik, Megawati Belandina. 2016. Case Study of the Completeness and the Use of Physics Laboratory Tools in Mechanic Field for Senior High School In Teluk Mutiara Districts of Alor NTT. Undergraduate Thesis. Physics Education Program of Study. Mathematics and Natural Sciences Education Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The porpuse of this research was to reveal: (1) The completeness of physics laboratory tools in mechanic field for senior hight school; (2) The use level of physics laboratory tools in mechanic field for senior hight school; (3) The understanding physics teacher about the use laboratory tools in Teluk Mutiara District of Alor NTT. This type of research is quantitative and qualitative research with experiment design case study. This research conducted at the end of April until early May 2016. The Participants of this research were Christian 01 Kalabahi Senior High School, Christian 02 Kalabahi High School, and Catholic St Yosep Senior High School.
The results of the research for three school showed that: (1) The completeness physics laboratory tools in mechanic field for 3 school incomplete; (2) Level 3 school physics laboratory use is still low, and (3) an understanding of the physics teacher lab instrument quite well.
Keyword : Completeness laboratory, use of laboratory, teacher understanding of laboratory tools
(12)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Studi Kasus Kelengkapan dan Penggunaan Alat Laboratorium Fisika SMA Dalam Bidang Mekanika Di Kecamatan Teluk Mutiara NTT”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Yogyakarta
3. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan merupakan dosen yang memberikan inspirasi untuk penulis;
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika dan karyawan Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahuan selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
6. Kepala sekolah, guru serta siswa-siswi di SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi dan SMA St Yosep Kalabahi yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini;
(13)
7. Bapak Yacob Banik, SE dan malrra Malgeritha Banik sebagai orangtua yang banyak memberikan motivasi, dukungan baik doa maupun rnateri; Nenek tersayang Theresia Banik, tanta Ada, tanta Sanci, Om Semi, Kakak (Nina, Anter, Jerni, Niger, Jel1, Dewi, Oppi), untuk teman Neneng, Elsa, E,ca, Yovita, Morno, Ayang, Yanti, Ririn dan Bento yang banyak membedkan motivasi dan dukungar-r dalam penyelesaian skripsi ini; Kelompok skripsi, Elisabeth Wora dan Tri Wahyu Ningsi Pasinggi yang bersama-sarna saling membantu dan belbagi ihnu selama menyelesaikan tugas akhir ini;
Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma yang telah berjuang dalarn kebersamaan guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarla;
Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu
kritik
dan saran yang membangun sangat dihalapkan. Sernoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Yogyakarta, 18 Agustus 2016
8.
o
10.
tl I I.
(14)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A.Pembelajaran Fisika ... 6
1. Pembelajaran Berbasis Inqury ... 8
2. Discovery Learning ... 10
B. Metode Eksperimen ... 11
1. Eksperimen Terencana Terbimbing ... 12
2. Eksperimen Bebas ... 13
C. Materi Mekanika SMA ... 16
D. Alat Laboratorium Fisika Dalam Bidang Mekanika ... 18
(15)
xii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Desain Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 30
D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Instrumen Penelitian ... 32
G. Teknik Analisa Data ... 39
BAB IV DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 42
B. Data dan Analisis ... 43
1. Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika ... 43
2. Tingkat Penggunaan Alat Laboratorium Fisika ... 48
3. Pemahaman Guru Fisika Mengenai Penggunaan Alat ... 52
C. Pembahasan ... 53
D. Keterbatasan Penelitian ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(16)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Materi Mekanika Kelas X ... 17
Tabel 2.2. Materi Mekanika Kelas XI ... 18
Tabel 2.3. Klasifikasi Alat Laboratorium Fisika SMA ... 19
Tabel 3.1. Jadwal pengambilan data pada SMA di Kecamatan Teluk Mutiara ... 30
Tabel 3.2. Kategori dan skor jumlah alat ... 33
Tabel 3.3. Skor pembobotan ... 34
Tabel 3.4. Pembobotan alat dalam setiap praktikum ... 34
Tabel 3.5. Kategori dan skor keadaan alat ... 38
Tabel 3.6. Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika ... 40
Tabel 4.1. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Kristen 01 Kalabahi ... 44
Tabel 4.2. Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA Kristen 01 Kalabahi ... 44
Tabel 4.3. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Kristen 02 Kalabahi ... 45
Tabel 4.5. Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA Kristen 02 Kalabahi ... 46
Tabel 4.6. Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA St Yosep Kalabahi ... 47
Tabel 4.7. Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA St Yosep Kalabahi ... 47
(17)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Permohonan observasi dan Izin Penelitian
Lampiran 1. SMA Kristen 01 Kalabahi ...65 Lampiran 2. SMA Kristen 02 Kalabahi ...66 Lampiran 3. SMA St Yosep Kalabahi ...67 Surat Rekomendasi dari Kantor KESBANGPOL Kabupaten Alor
Lampiran 4. Rekomendasi Penelitian ...68 Lampiran 5. Rekomendasi Selesai Penelitian...69 Pedoman Wawancara
Lampiran 6. Pedoman wawancara guru... 70 Lampiran 7. Pedoman wawancara siswa... 72 Daftar Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika
Lampiran 8. SMA Kristen 01 Kalabahi ...73 Lampiran 9. SMA Kristen 02 Kalabahi ...75 Lampiran 10. SMA St Yosep Kalabahi ...77 Hasil Analisis Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika Bidang Dalam Mekanika
Lampiran 11. SMA Kristen 01 Kalabahi ...79 Lampiran 12. SMA Kristen 02 Kalabahi ...86 Lampiran 13. SMA St Yosep Kalabahi ...93 Transkip Hasil Wawancara Guru
Lampiran 14. SMA Kristen 01 Kalabahi ...100 Lampiran 15. SMA Kristen 02 Kalabahi ...102 Lampiran 16. SMA St Yosep Kalabahi ...104 Transkip Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 17. SMA Kristen 01 Kalabahi ...109 Lampiran 18. SMA Kristen 02 Kalabahi ...118 Lampiran 19. SMA St Yosep Kalabahi ...126
(18)
xv Studi dokumen
Lampiran 20. SMA Kristen 01 Kalabahi ...133 Lampiran 21. SMA Kristen 02 Kalabahi ...138 Lampiran 22. SMA St Yosep Kalabahi ...139 Dokumentasi Alat Laboratorium Fisika
Lampiran 23. SMA Kristen 01 Kalabahi ...142 Lampiran 24. SMA Kristen 02 Kalabahi ...144 Lampiran 25. SMA St Yosep Kalabahi ...146
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di tingkat Sekolah Menengah Atas, terdapat berbagai mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik diantaranya mata pelajaran IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi).
Sudah menjadi pandangan umum bagi peserta didik bahwa dibandingkan dengan Kimia dan Biologi, Fisika dianggap lebih sulit. Hal ini disebabkan materi pada pelajaran Fisika selain memiliki banyak rumusan matematis, Fisika juga membutuhkan kemampuan berfikir secara logis dan rasional untuk menyelesaikan suatu persoalan Fisika.
Belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan, kepandaian, atau keterampilan. Abin Syamsudin Makmun (2007) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Pembelajaran dapat bersifat formal dan informal. Salah satu contoh pembelajaran formal adalah pembelajaran di sekolah, dimana peserta didik belajar secara bertahap untuk memupuk pengetahuannya sendiri dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengetahuan sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuh.
(20)
Silbermen mengatakan bahwa pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (dalam Fatma S, 2010). Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan (Suyatno, 2009: 107).
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Disini peserta didik dituntut untuk mengunakan otak dalam berfikir sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sani, 2013: 158). Metode pembelajaran memiliki banyak variasi yang dapat diterapkan kepada peserta didik.
Salah satu metode yang termasuk dalam pembelajaran aktif yaitu metode eksperimen. Pada metode eksperimen peserta didik belajar secara aktif dalam hal menemukan dan menganalisis suatu permasalahan. Metode ini tentunya menggunakan media-media tertentu yang mendukung pembelajaran peserta didik secara aktif seperti penggunaan alat peraga dan alat laboratorium. Salah satu
(21)
bentuk dari metode eksperimen adalah melakukan praktikum di laboratorium. Peserta didik berinteraksi langsung dengan media pembelajaran berupa alat, bahan dan kejadian (Sani, 2013: 159).
Kelengkapan alat laboratorium sangat berperan penting untuk menunjang proses pembelajaran saat praktikum. Begitu pun penggunaan alat laboratorium itu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di beberapa sekolah tidak ada praktikum dikarenakan alat tidak lengkap atau bahkan tidak ada. Padahal belajar fisika dengan praktikum akan lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan penelitian untuk mengetahui kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium Fisika dalam bidang mekanika SMA di Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah SMA di Kecamatan Teluk Mutiara memiliki alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika yang lengkap?
2. Apakah SMA di Kecamatan Teluk Mutiara telah menggunakan seluruh alat laboratorium IPA Fisika yang dimiliki khususnya pada bidang mekanika?
(22)
3. Bagaimana pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Teluk Mutiara tentang penggunaan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Kelengkapan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Teluk Mutiara;
2. Tingkat penggunaan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika SMA di Kecamatan Teluk Mutiara;
3. Pemahaman guru-guru Fisika SMA di Kecamatan Teluk Mutiara, tentang penggunaan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi sekolah
Memberitahukan kepada pihak sekolah mengenai kelengkapan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika serta dapat memperbaharui alat laboratorium di sekolah tersebut.
2. Bagi guru dan calon guru
a. Menambah pengetahuan mengenai penggunaan dan kelengkapan alat laboratorium IPA Fisika khususnya pada bidang mekanika;
(23)
b. Dapat menggunakan alat laboratorium sesuai dengan keperluan pembelajaran;
c. Dapat membuat alat peraga sederhana untuk merepresentasikan materi Fisika.
3. Bagi peserta didik
Memberikan kesadaran kepada peserta didik mengenai pentingnya melaksanakan praktikum di laboratorium
(24)
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Terdapat tiga aspek dari fisika yaitu aspek pengetahuan, aspek proses dan juga sikap pendidikan fisika. Sebagai aspek pengetahuan atau isi fisika siswa bukan hanya mengerti hukum dan teori fisika, tetapi juga menangkap nilai-nilai kemanusiaan di balik pengetahuan itu, sebagai proses siswa belajar mengambil kesimpulan dengan berbasis data dan analisis kritis, siswa dibantu untuk berpikir rational, kritis, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid. Sedangkan sebagai aspek sikap siswa dilatih untuk memiliki sikap jujur, disiplin, tepat waktu, teliti, dan bertekun (Suparno, 2012:8-10).
Pembelajaran fisika adalah proses interaksi antara peserta didik, guru dan sumber belajar fisika serta lingkungan belajar yang kondusif sehingga tercapai proses pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika ketiga aspek fisika harus diambil sebagai satu kesatuan sehingga proses pembelajaran fisika dapat tercapai dengan baik.
Dalam pembelajaran fisika di SMA peserta didik dituntut untuk mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya secara mandiri. Guru fisika lebih sebagai fasilitator dalam belajar.
Hal penting yang menjadi bagian dari pembelajaran yang baik adalah: (1) peserta didik yang belajar; (2) guru yang mengajar; (3) bahan pelajaran; (4) hubungan anatara guru dan peserta didik.
(25)
Dalam pembelajaran fisika, yang terpenting adalah peserta didik yang aktif belajar fisika. Semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong peserta didik agar mau mempelajari fisika sendiri.
Dalam pembelajaran fisika peserta didik dilatih dan diharapkan untuk melakukan pembelajaran secara aktif. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memperbanyak aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008).
Belajar aktif menuntut peserta didik untuk bersemangat, gesit, dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk bergerak leluasa. Selama proses belajar peserta didik dapat beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif (Silberman, 2013:9).
Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu melibatkan peserta didik secara aktif. Peserta didik dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mana peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi peserta didik juga melihat apa yang dijelaskan oleh guru dan peserta didik melakukan atau mencoba langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar.
(26)
Beberapa model pembelajaran aktif: 1. Pembelajaran Berbasis Inquiry
Menurut Sani (2014:88) pembelajaran berbasis Inquiry adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru, seperti didefinisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut:
“Inquiry-based learning is a process where students are involved in their learning, formulate questions, investigate widely and the build
new underdstandings, meaning and knowledge”
Menurut Hosnan (2014:341) ciri-ciri pembelajaran inquiry antara lain: a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
(27)
Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut: a. Pembelajaran inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran inquiry ini lebih dianggap bermakna.
b. Pembelajaran inquiry dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar sebagai proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran inquiry juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik ;
b. Pembelajaran yang telah direncanakan tidak sesuai dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikan memerlukan waktu yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
(28)
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inquiry ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.
2. Discovery Learning
Menurut Hosnan (2014:280) penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Jerome Bruner (Hosnan, 2014) discovery learning ialah metode belajar yang mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum contohnya dari pengalaman peserta didik tersebut. Hal yang menjadi dasar ide J.Bruner ialah pedapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas.
Menurut Bell (Hosnan, 2014) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran discovery learning, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga peserta didik banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan.
(29)
c. Peserta didik juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e. Keterampilan konsep dan prinsip yang dipelajarai melalui penemuan lebih bermakna,
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
B. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak peserta didik untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar (Suparno, 2013).
Metode eksperimen merupakan suatu cara mengajar, di mana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri serta dapat terlatih dalam cara
(30)
berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan.
Suparno (2013) dalam bukunya membagi metode eksperimen dalam dua bagian yaitu:
1. Eksperimen yang terencana atau terbimbing
Dalam eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh peserta didik. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan guru saat melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing diantaranya:
a. Memilih eksperimen yang akan ditugaskan kepada peserta didik;
b. Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya, peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya; c. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada saat
peserta didik mencoba semua siap dan lancar;
d. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana peserta didik melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada peserta didik.
e. Bila ada peralatan yang macet guru membantu peserta didikagar alat dapat jalan dengan baik.
(31)
f. Membantu peserta didik dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan;
g. Bila peserta didik membuat laporan, maka guru harus memeriksanya.
h. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan peserta didik bekerja.
Adapun tindakan yang harus dilakukan peserta didik dalam percobaan antara lain :
a. Membaca petunjuk percobaan dengan teliti b. Mencari alat yang diperlukan
c. Merangkai alat-alat sesuai dengan skema percobaan d. Mulai megamati jalannya percobaan
e. Mencatat data yang diperlukan
f. Mendiskusikan dalam kelompok untuk mengambil kesimpulan dari data yang ada
g. Membuat dan mengumpulkan laporan percobaan
h. Mempresentasikan percobaannya di depan kelas (jika diperlukan) 2. Eksperimen bebas
Dalam eksperimen ini guru tidak memberikan petunjuk percobaan secara rinci. Dengan kata lain peserta didik yang harus lebih banyak berpikir sendiri. Tugas guru disini hanya memberikan persoalan kepada peserta didik. Keuntungan eksperimen bebas adalah peserta didik ditantang untuk merencanakan percobaannya sendiri tanpa banyak arahan dari guru. Dengan
(32)
demikian akan tampak bagaimana kreativitas, kepandaian dan kemampuan peserta didik dalam memecahkan tugas yang diberikan guru.
Adapun kelebihan metode eksperimen antara lain:
a. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Peserta didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen
d. Peserta didik terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
e. Peserta didik dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah
f. Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir peserta didik dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme.
Adapun kekurangan metode eksperimen antara lain:
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
(33)
d. Sering ada kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan peserta didik kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
e. Kesalahan dan kegagalan peserta didik yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat peserta didik keliru dalam mengambil keputusan.
Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005 dalam Syam, dkk. 2017:8), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA yaitu:
a. Praktikum membangkitkan motivasi belajar sains
Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium siswa diberikan kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa.
b. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para ilmuan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan memanipulasi peralatan sains.
c. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah
Metode inkuiri dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang memandang saintis sebagai penemu (discoverer). Di dalam kegiatan praktikum menurut pandangan ini, siswa bagaikan seorang saintis yang
(34)
sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, menginterpretasikan data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya.
d. Praktikum menunjang siswa untuk menemukan teori, dan membuktikan teori
Selain itu praktikum dalam pelajaran sains dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip sains. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
C.Materi Mekanika SMA
Mekanika merupakan salah satu bagian dalam bidang ilmu fisika. Mekanika berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu. Mekanika terbagi atas dua bagian yaitu mekanika klasik dan mekanika kuantum. Mekanika klasik terbagi dalam dua bagian yaitu mekanika yang mempelajari tentang benda yang diam (statis) dan mekanika yang mempelajari tentang benda yang bergerak (kinematika dan dinamika).
Pembelajaran mekanika di SMA terdapat di kelas X dan XI. Adapun materi mekanika untuk kelas X dan kelas XI pada tabel 2.1 dan 2.2 berikut:
(35)
Tabel 2.1 Materi mekanika kelas X
No Semester 1 Jenis Praktikum
1. Besaran dan satuan
a. Besaran dan satuan standar b. Alat ukur
c. Angka penting
d. Besaran scalar dan besaran vektor
Alat ukur
2. Gerak
a. Jarak dan perpindahan b. Kelajuan dan kecepatan c. Percepatan
d. Gerak dengan kecepatan konstan e. Gerak dengan kecepatan tidak
konstan f. Gerak vertikal g. Gerak melingkar
Gerak Lurus Beraturan (GLB) Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) Gerak Melingkar Beraturan (GMB) 3. Dinamika Gerak
a. Hukum-hukum Newton b. Gaya Gesek
c. Arah gaya kontak (gaya gesek dan gaya normal)
d. Keuntungan dan kerugian gaya gesek
e. Gaya sentripetal dan sentrifugal
Hukum Newton II
Tabel 2.2 Materi mekanika kelas XI
No. Semester 1 Jenis Praktikum
1 Kinematika dengan analisis vektor a. Posisi, kecepatan, dan percepatan
pada gerak dalam bidang
b. Posisi, kecepatan dan percepatan sudut pada gerak melingkar
c. Gerak parabola
2 Hukum-hukum Newton tentang gerak dan gravitasi
a. Dinamika partikel dengan gaya gesekan
b. Hukum Newton tentang gravitasi
Koefisien gesekan
3 Elastisitas dan gerak harmonik sederhana
a. Elastisitas bahan
b. Gerak harmonik sederhana
(36)
4 Usaha dan energi
a. Usaha, energi dan daya
b. Energi potensial dan gaya konservatif
Usaha pada pegas 5 Impuls dan momentum
a. Konsep impuls dan momentum b. Hukum kekekalan momentum c. Jenis-jenis tumbukan
Momentum dan tumbukan 6 Dinamika rotasi dan keseimbangan
benda tegar
a. Dinamika rotasi
b. Keseimbangan benda tegar c. Titik berat
Titik berat
7 Mekanika fluida a. Fluida statis
b. Tegangan permukaan zat cair dan viskositas fluida
c. Fluida dinamis
Archimedes
D. Alat Laboratorium Fisika dalam Bidang Mekanika
Alat laboratorium fisika digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Tabel 2.3 berikut ini merupakan klasifikasi alat laboratorium fisika berdasarkan topik mekanika di SMA (Purwoko & Fendi: 2007, Kanginan: 2007).
Tabel 2.3 Kalasifikasi alat laboratorium fisika SMA bidang mekanika
No Judul Praktikum
Alat yang
digunakan Gambar dan set alat 1 Alat ukur Jangka sorong
Micrometer skrup
Neraca
O’haus
Neraca pegas
Stopwatch
(37)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
2 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Kereta
Ticker Timer
Kertas Karbon
Kertas Perekam
Travo
Balok Pengganjal
Mideline
Neraca o’haus
(38)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
3 Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Kereta
Ticker Timer
Kertas Karbon
Kertas Perekam
Travo
Tali nilon
Beban
Katrol
Neraca o’haus
Papan luncur
Mideline
(39)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
4 Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Alat sentripetal
Pengaris
Neraca
O’haus
Stopwacth
(40)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
5 Hukum
Newton II
Kereta
Ticker Timer
Kertas Karbon
Kertas Perekam
Travo
Tali nilon
Beban
Katrol
Neraca o’haus
Bantalan
Papan luncur
(41)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
6 Koefisien gesekan
Beban
Balok gesekan
Tali nilon
Katrol
Neraca o’haus
(42)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
7 Hooke Pegas
Statif
Penggaris
Beban
(43)
8 Usaha pada
pegas
Statif
Pegas
Balok gesekan
Mideline
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
9 Momentum dan
tumbukan
Bola
Mideline
Neraca o’haus
(44)
10 Titik berat Statif
Tali nilon
beban
Penggaris
Karton
Paku
Gunting
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
11 Archimedes Neraca Pegas
Beban
Statif
Beker glass/gelas ukur
Tabung Archimedes
(45)
Sumber gambar: Laboratorium fisika Sanata Dharma
E.Guru Fisika
Syarat utama berlangsungnya suatu proses belajar-mengajar yakni adanya interaksi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan peserta didik yang belajar. Dalam pembelajaran guru berperan penting untuk mengembangkan kemampuan peserta didiknya. Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa guru adalah pendidik yang profesional. Sebagai pendidik yang professional seorang guru tentunya tahu bagaimana cara untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan peserta didiknya.
Menurut Kunandar (2008:48) guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya sendiri yaitu sebagai pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar.
Menurut Surya 2005 (dalam Kunandar 2008:47) guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas – tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukan melalui tanggungjawab dalam melaksanakan pengabdiannya. Berdasarkan penjelasan di atas maka, sebagai guru fisika yang profesional yang sudah terdidik, terlatih serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya mampu untuk mendidik,
(46)
mengajarkan, dan menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya.
Laboratorium IPA (fisika) merupakan sarana yang penting dalam menunjang proses pembelajaran fisika. Menurut Tyan A (2012:13) laboratorium adalah suatu ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang di dalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik itu peralatan maupun bahan-bahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek pembelajaran IPA fisika, dan penemuan ilmiah melalui pengalaman langsung dalam membentuk keterampilan. Sebagai tempat untuk melaksanakan proses pembelajaran fisika, laboratorium memerlukan kelengkapan–kelengkapan. Salah satunya adalah kelengkapan alat-alat Laboratorium fisika.
Sebagai guru fisika penting untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di laboratorium. Metode yang dianggap cocok untuk digunakan saat pembelajaran di laboratorium adalah metode praktikum.
(47)
29
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui berapa prosentase dari kelengkapan alat laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika dan penelitian kualitatif karena bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunanaan alat laboratorium fisika khusus bidang mekanika, untuk pembelajaran sehari-hari dalam sekolah.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode observasi untuk melihat kelengkapan alat laboratorium fisika SMA dalam bidang mekanika, sedangkan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara dan studi dokumen untuk melihat tingkat penggunaan dan pemahaman guru fisika mengenai alat laboratorium fisika SMA dalam bidang mekanika.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus melalui observasi dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat dan wawancara yang sudah terlebih dahulu disiapkan pertanyaan wawancara secara terstruktur.
(48)
C. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah SMA di Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah laboratorium fisika, guru fisika dan peserta didik kelas X dan XI IPA dari 3 SMA di Kecamatan Teluk Mutiara yakni SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi, SMA St Yoseph Kalabahi.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 3 SMA di Kecamatan Teluk Mutiara, yaitu SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi, SMA St Yoseph Kalabahi. 2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 yaitu pada bulan April - Mei 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data pada SMA di Kecamatan Teluk Mutiara
No Nama Sekolah Jenis kegiatan Hari / Tanggal
1 SMA Kristen 01 Kalabahi Observasi LAB Wawancara Guru Wawancara Siswa
Studi dokumen
Rabu, 27 April 2016 Jumat, 29 April 2016 Kamis, 28 April 2016 Kamis, 29 April 2016 2 SMA Kristen 02 Kalabahi Observasi LAB
Wawancara Guru
Selasa, 26 April 2016 Rabu, 04 Mei 2016
(49)
Wawancara Siswa Studi dokumen
Selasa, 03 Mei 2016 Sabtu, 04 Mei 2016 3 SMA St Yoseph Kalabahi Observasi LAB
Wawancara Guru Wawancara Siswa
Studi dokumen
Selasa, 03 Mei 2016 Selasa, 03 Mei 2016 Selasa, 03 Mei 2016 Selasa, 03 Mei 2016
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Laboratorium fisika
Digunakan untuk mengumpulkan data penelitian berupa daftar alat-alat laboratorium dalam bidang mekanika dengan menggunakan lembar pengamatan laboratorium.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada guru dan peserta didik. Wawancara guru dan peserta didik dilakukan untuk mengetahui tingkat penggunaan alat laboratorium fisika SMA bidang mekanika dalam proses pembelajaran di sekolah.
3. Studi dokumen
Studi dokumen dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya praktikum mekanika di LAB fisika yang dilakukan guru fisika. Studi dokumen dilakukan dengan cara meninjau RPP yang telah dibuat oleh guru fisika.
(50)
F. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah”.
Dalam penelitian ini digunakan 3 jenis instrumen yaitu observasi, wawancara dan studi dokumen.
1. Lembar Observasi Laboratorium
Lembar Observasi Laboratorium berisi aspek-aspek kelengkapan alat
Laboratorium Fisika SMA dalam bidang mekanika yang mencakup: a. Daftar alat Laboratorium
Daftar alat laboratorium dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada materi mekanika SMA yang bisa dipraktikumkan, seperti pada Bab II.
b. Jumlah Alat
Jumlah alat dilihat berdasarkan seberapa banyak alat yang diperlukan dalam praktikum, serta kesesuaian alat tersebut terhadap jumlah siswa. Berikut merupakan tabel kategori dan skor jumlah alat (tabel 3.2)
(51)
Tabel 3.2 Kategori dan Skor Jumlah Alat
No Kategori Skor Keterangan jumlah alat
1 Sangat Lengkap 4 ≥ 6
2 Lengkap 3 4 dan 5
3 Cukup 2 3
4 Kurang Lengkap 1 1 dan 2
5 Sangat Tidak Lengkap
0 0
Penskoran jumlah alat dilakukan dengan melihat bahwa jumlah peserta didik rata-rata setiap kelas adalah 30 orang peserta didik, apabila akan dilakukan praktikum yang ideal dalam satu kelompok ± 5 orang, maka akan terbentuk 6 kelompok. Untuk itu setidaknya harus terdapat 6 set alat laboratorium untuk setiap praktikum, agar praktikum dapat berjalan dengan maksimal.
Jika yang tersedia hanya setengah dari jumlah seharusnya, misalnya terdapat 3 set alat laboratorium, maka jumlah alat dapat dikategorikan cukup. Untuk kategori sangat tidak lengkap apabila tidak ada alat yang tersedia. Kategori lengkap jika alat tersedia sebanyak 4 atau 5. Untuk kategori kurang lengkap jika alat tersedia 1 atau 2 alat.
Alat – alat tertentu memiliki cara pembobotan khusus yaitu penggaris, karton, gunting, dan paku. Alat-alat ini memiliki pengecualian pembobotan karena bisa disediakan oleh peserta didik, sehingga hanya dibutuhkan setidaknya satu alat saja.
(52)
c. Bobot
Pembobotan dilakukan berdasarkan penting tidaknya sebuah alat dalam suatu praktikum. Tabel 3.3 berikut merupakan pembobotan berdasarkan penting tidaknya sebuah alat.
Tabel 3.3 Skor Pembobotan
No Kategori Skor Keterangan
1 Sangat Penting 5 Tidak dapat digantikan; Jika tidak ada alat tersebut maka praktikum tidak dapat berjalan.
2 Penting 4 Dapat digantikan; jika digantikan hasil yang diperoleh kurang baik dibandingkan dengan alat yang asli
3 Cukup 3 Dapat digantikan; jika digantikan hasil yang diperoleh mendekati ketika menggunakan alat yang asli
4 Kurang Penting 2 Dapat digantikan dan hasil yang diperoleh baik.
5 Sangat Tidak Penting
1 Jika alat tersebut tidak ada maka praktikum tetap terlaksana.
Tabel 3.4 Pembobotan alat dalam setiap praktikum
No Praktikum Nama Alat Bobot Keterangan
1 2 3 4 5 1 Alat ukur Micrometer
sekrup
√ -
Jangka sorong √ -
2 Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Kereta √ -
Ticker timer √ -
Kertas karbon √ -
Papan luncur √ Bisa digantikan
(53)
Travo √ - Balok
pengganjal
√ Bisa digantikan
dengan
tumpukan buku
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas HVS
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan neraca digital
3 Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB)
Ticker timer √ -
Kertas karbon √ -
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Travo √ -
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan Neraca Digital
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas HVS
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Katrol √ -
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan benang wol
Kereta √ -
Bantalan √ Keberadaannya
tidak akan mengganggu praktikum
(54)
4 Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
Alat set sentripetal
√ -
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan neraca digital
Stopwacth √ Bisa digantikan
dengan stopwatch hp
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline
5 Hukum Newton II Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Kereta √ -
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Ticker timer √ -
Katrol √ -
Kertas perekam √ Bisa digantikan
dengan kertas hvs
Bantalan √ -
Travo √ -
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan pilinan benang wol
Kertas karbon √ -
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan neraca digital
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
6 Koefisien gesekan Balok gesekan √ -
Tali nilon √ Bisa digantikan
(55)
benang wol
Katrol √ -
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Papan luncur √ Bisa digantikan
dengan meja
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan neraca digital
7 Hooke Variasi Pegas √ -
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu
8 Usaha pada pegas Pegas √ -
Balok gesekan √ -
Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu
Penggaris √ Bisa digantikan
dengan mideline 9 Momentum dan
tumbukan
Mideline √ Bisa digantikan
dengan penggaris
Neraca O’haus √ Bisa digantikan
dengan neraca digital
Bola √ -
10 Titik berat Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu
Tali nilon √ Bisa digantikan
dengan pilinan benang wol
Beban √ Bisa digantikan
dengan kayu atau balok
(56)
Penggaris √ Bisa digantikan dengan mideline
Karton √ Bisa digantikan
dengan jenis kertas lain yang tebal seperti buffalo
Paku √ Bisa digantikan
dengan jarum
Gunting √ Bisa digantikan
dengan pisau atau cutter
11 Archimedes Neraca pegas √ -
Beban √ Bisa digantikan
dengan batu atau balok
Statip √ Bisa digantikan
dengan kayu
Beker glass √ Bisa digantikan
dengan gelas biasa
Tabung Archimedes
√ -
d. Keadaan alat
Tabel 3.5 Kategori dan Skor Keadaan Alat
No Kategori Skor Keterangan
1 Sangat Baik 5 Keadaan alat sangat bagus dan dapat digunakan dengan baik.
2 Baik 4 Keadaan baik dan bisa digunakan.
3 Cukup 3 Alat masih bisa digunakan tetapi keadaan alat kurang baik.
4 Kurang Baik 2 Alat masih bisa digunakan tetapi
penggunaan alat tidak bisa
maksimal.
5 Sangat Tidak Baik 1 Keadaan alat tidak baik dan tidak bisa digunakan.
(57)
2. Pedoman Wawancara Guru
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara guru. Pedoman wawancara guru dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan alat laboratorium fisika SMA dalam bidang mekanika di sekolah tersebut. (Lihat lampiran no.3)
3. Pedoman Wawancara Peserta Didik
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara peserta didik. Pedoman wawancara peserta didik dibuat untuk mengetahui seberapa sering penggunaan alat laboratorium fisika SMA dalam bidang mekanika di sekolah tersebut yang telah dialami oleh peserta didik tersebut. Setiap sekolah akan diwakili oleh 4 peserta didik, masing masing dari kelas 10 dan 11. (Lihat lampiran no. 4)
4. Dokumen
Data diambil dengan mengumpulkan RPP dan jadwal praktikum dari guru fisika yang diwawancarai di 3 sekolah tersebut.
G.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif. Kelengkapan alat laboratorium dan penggunaan alat laboratorium dianalisis dengan perhitungan berikut :
(58)
Adapun rumus untuk prosentase rata-rata hasil akhir kelengkapan alat laboratorium adalah sebagai berikut:
Keterangan :
X% : Prosentase kelengkapan alat dalam suatu praktikum
Skor maksimum diperoleh dengan mengalikan nilai maksimum dari masing masing kategori yaitu bobot alat dengan nilai maksimum 5, jumlah alat dengan nilai maksimum 4 dan keadaan alat dengan nilai maksimum 5. Skor maksimum yang diperoleh sebesar 100.
Setelah didapatkan nilai prosentase kelengkapan alat untuk 11 percobaan, maka dimasukkan kedalam tabel interval sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika
No. Interval Keterangan
1 81% - 100% Sangat lengkap
2 61% - 80% Lengkap
3 41% - 60% Cukup
4 21% - 40% Kurang lengkap
(59)
Untuk penggunaan alat laboratorium data diambil dengan menggunakan metode wawancara, direkam kemudian rekaman tersebut ditranskip dalam bentuk kata-kata. Untuk data yang sama diberikan tanda atau coding yang sama pula, kemudian dipisahkan berdasarkan coding atau tanda tersebut.
Melengkapi data wawancara digunakan pula studi dokumen dan foto dokumen. Data kemudian dicoding dan disatukan dengan data coding hasil wawancara.
(60)
42 BAB IV
DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada akhir bulan Maret sampai awal bulan Mei 2016 di SMA Kecamatan Teluk Mutiara. Rangkaian penelitian dimulai dengan observasi alat laboratorium fisika bidang mekanika. Observasi bertujuan untuk mengetahui kelengkapan alat laboratorium fisika bidang mekanika, dilanjutkan dengan wawancara dan studi dokumen. Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran fisika yang mengajar di kelas X dan XI IPA, serta peserta didik kelas X dan XI IPA. Untuk wawancara peserta didik diambil 2 orang respoden yakni peserta didik laki-laki dan perempuan, masing-masing dari kelas X dan XI IPA. Wawancara bertujuan untuk mengetahui seberapa sering alat laboratorium fisika bidang mekanika digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan studi dokumen dilakukan dengan meninjau RPP dari guru fisika, tujuannya untuk memastikan ada atau tidaknya praktikum yang dilaksanakan guru.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dulu mengambil surat permohonan observasi dan izin penelitian dari sekretariat jurusan PMIPA USD dan kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik daerah Kabupaten Alor. Selanjutnya mengatarkan ke 6 sekolah di kecamatan Teluk Mutiara. Dari ke 6 sekolah terdapat 3 sekolah yang dijadikan sebagai subjek dari penelitian yakni SMA Kristen 01 Kalabahi, SMA Kristen 02 Kalabahi dan SMA St Yoseph
(61)
Kalabahi (lihat lampiran no.1,2,3 dan 4). Adapun Jadwal pelaksanaan penelitian untuk 3 sekolah dapat dilihat pada bab 3 tabel 3.1.
Setelah proses pengambilan data pada 3 sekolah selesai maka peneliti harus melapor dan mengambil surat rekomendasi selesai penelitian pada kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik daerah Kabupaten Alor (lihat lampiran no.5).
B.Data dan Analisis
1. Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika
Berdasarkan teknik analisa data pada bab 3 maka, dilakukan analisis data observasi kelengkapan alat laboratorium bidang mekanika untuk 3 sekolah. Adapun data hasil analisis terlampir (lihat lampiran no11,12 dan 13 ).
a. SMA Kristen 01 Kalabahi
Dari hasil analisis, maka dapat diklasifikasikan prosentase hasil akhir masing-masing percobaan berdasarkan kategori, untuk mengetahui kelengkapan alat laboratorium fisika. Tabel berikut merupakan klasifikasi prosentase hasil akhir percobaan berdasarkan kategori dan klasifikasi kelengkapan alat.
(62)
Tabel 4.1 Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Kristen 01 Kalabahi
No Percobaan Prosentase
hasil akhir Kategori
1 Alat ukur 30,4% Kurang lengkap
2 GLB 17,44% Sangat tidak lengkap
3 GLBB 27,08% Kurang lengkap
4 GMB 39,2% Kurang lengkap
5 Hukum Newton II 27,08% Kurang lengkap
6 Koefisien gesekan 45,33% Cukup
7 Hooke 55% Cukup
8 Usaha pada Pegas 62% lengkap
9 Momentum dan Tumbukan 12% Sangat tidak lengkap
10 Titik Berat 26,28% Kurang lengkap
11 Archimedes 45,6% Cukup
Tabel 4.2 Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA Kristen 01 Kalabahi
No. Interval Jumlah Keterangan
1 81% - 100% 0 Sangat lengkap
2 61% - 80% 1 Lengkap
3 41% - 60% 3 Cukup
4 21% - 40% 5 Kurang lengkap
5 0% - 20% 2 Sangat tidak lengkap
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 diatas dapat dilihat bahwa Kelengkapan alat lab fisika SMA Kristen 01 Kalabahi kebanyakan berada pada kategori kurang lengkap. Hasil analisis dari 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan dan percobaan yang belum dapat berjalan.
Percobaan yang dapat berjalan seperti alat ukur, usaha pada pegas, Hooke, koefisien gesekan, dan Archimedes. Sedangkan percobaan yang tidak dapat berjalan dikarenakan tidak memiliki alat yang keberadaan tidak dapat digantikan dalam percobaan seperti GLB, GLBB, GMB, Hukum Newton II,
(63)
momentum, dan tumbukan. Terdapat pula percobaan yang meskipun memiliki nilai prosentase yang rendah tetapi dapat berjalan seperti percobaan titik berat. Hal ini dikarenakan alat dan bahan pada percobaan titik berat dapat digantikan sehingga percobaan tetap berjalan.
b. SMA Kristen 02 Kalabahi
Klasifikasikan prosentase hasil akhir masing-masing percobaan berdasarkan kategori, dan klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA Kristen 02 Kalabahi
No Percobaan Prosentase
hasil akhir Kategori
1 Alat ukur 39% Kurang lengkap
2 GLB 17,44% Sangat tidak lengkap
3 GLBB 25,67% Kurang lengkap
4 GMB 32,8% Kurang lengkap
5 Hukum Newton II 25,67% Kurang lengkap
6 Koefisien gesekan 33% Kurang lengkap
7 Hooke 40% Kurang lengkap
8 Usaha pada Pegas 32% Kurang lengkap
9 Momentum dan Tumbukan 9% Sangat tidak lengkap
10 Titik Berat 16% Sangat tidak lengkap
(64)
Tabel 4.4 Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA Kristen 02 Kalabahi
No. Interval Jumlah Keterangan
1 81% - 100% 0 Sangat lengkap
2 61% - 80% 0 Lengkap
3 41% - 60% 1 Cukup
4 21% - 40% 7 Kurang lengkap
5 0% - 20% 3 Sangat tidak lengkap
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 diatas dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium fisika SMA Kristen 02 Kalabahi kebanyakan berada pada kategori kurang lengkap. Hasil analisis 11 percobaan terdapat percobaan yang dapat berjalan dan percobaan yang belum dapat berjalan.
Percobaan yang dapat berjalan seperti alat ukur, GMB, koefisien gesekan, Hooke, usaha pada pegas, dan Archimedes. Sedangkan percobaan yang belum dapat berjalan dikarenakan tidak memiliki alat laboratorium yang keberadaanya tidak dapat digantikan seperti GLB, GLBB, hukum Newton II, dan momentum tumbukan. Untuk percobaan titik berat dikatakan tetap dapat berjalan meskipun memiliki nilai prosentase yang rendah, hal ini dikarenakan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan titik berat dapat digantikan.
c. SMA St Yoseph Kalabahi
Klasifikasikan prosentase hasil akhir masing-masing percobaan berdasarkan kategori, dan klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika, disajikan pada tabel berikut
(65)
Tabel 4.5 Klasifikasi prosentase percobaan berdasarkan kategori SMA St Yosep Kalabahi
No Percobaan Prosentase
hasil akhir Kategori
1 Alat ukur 22,4% Kurang lengkap
2 GLB 5,78% Sangat tidak lengkap
3 GLBB 14% Sangat tidak lengkap
4 GMB 27,2% Kurang lengkap
5 Hukum Newton II 13% Sangat tidak lengkap
6 Koefisien gesekan 21,33% Kurang lengkap
7 Hooke 43% Cukup
8 Usaha pada Pegas 31% Kurang lengkap
9 Momentum dan Tumbukan 14% Sangat tidak lengkap
10 Titik Berat 22,28% Kurang lengkap
11 Archimedes 40% Kurang Lengkap
Tabel 4.6 Klasifikasi kelengkapan alat laboratorium fisika SMA St Yosep Kalabahi
No Interval Jumlah Keterangan
1 81% - 100% 0 Sangat lengkap
2 61% - 80% 0 Lengkap
3 41% - 60% 1 Cukup
4 21% - 40% 6 Kurang lengkap
5 0% - 20% 4 Sangat tidak lengkap
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 dapat dilihat bahwa kelengkapan alat laboratorium SMA St Yosep berada pada kategori kurang lengkap. Dari hasil analisis 11 percobaan, terdapat percobaan yang dapat berjalan dan percobaan yang belum dapat berjalan.
Percobaan yang dapat berjalan seperti alat ukur, Hooke, dan Archimedes. Sedangkan percobaan yang belum dapat berjalan dikarenakan tidak memiliki alat yang keberadaanya tidak dapat digantikan dalam percobaan seperti GLB, GLBB, GMB, Hukum Newton II, koefisien gesekan, usaha pada pegas, dan momentum
(66)
tumbukan. Sama halnya dengan SMA Kristen 01 dan 02 untuk percobaan titik berat meskipun memiliki nilai prosentase yang rendah namun percobaan titik berat dapat berjalan dikarenakan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan dapat digantikan.
2. Tingkat Penggunaan Alat Laboratorium Fisika
Data mengenai tingkat penggunan alat laboratorium diperoleh dari wawancara guru dan peserta didik serta studi dokumen untuk memastikan ada atau tidaknya praktikum.
a. SMA Kristen 01 Kalabahi
Berdasarkan data hasil wawancara pada guru fisika SMA Kristen 01 Kalabahi (lihat lampiran no.14) yang mempunyai jabatan sebagai kepala laboratorium fisika dan guru fisika yang mengajarkan fisika untuk kelas X1, X2, X3, XI IPA 1 dan XII IPA3 mengatakan bahwa untuk model pembelajaran dengan inqury ia belum menerapkan dan lebih banyak menerapkan model pembelajaran langsung. Sedangkan untuk metode praktikum pernah diterapkan beberapa kali di laboratorium. Hal ini dikarenakan beberapa kendala yakni, laboratorium fisika di sekolah baru mempunyai ruang laboratorium sendiri, karena sebelumnya digabung dengan laboratorium kimia sehingga perlu waktu untuk memindahkan dan merapikan alat laboratorium, selain itu alat laboratorium fisika juga masih terbatas untuk praktikum sehingga penggunan laboratorium belum maksimal, selain itu kemampuan peserta didik juga masih rendah. Materi mekanika untuk kelas X belum ada yang dipraktekan tetapi untuk kelas XI IPA
(67)
sudah dipraktekan yakni mengenai percobaan Archimedes. Pernyataan mengenai adanya praktikum mekanika mengenai Archimedes dapat dibenarkan dengan adanya jadwal praktikum dan LKS untuk peserta didik yang diketahui melalui studi dokumen (lihat lampiran no. 21).
Dari hasil wawancara peserta didik kelas X2, X3 dan XI IPA1 (lihat lampiran no.17) diketahui bahwa laboratorium fisika di SMA Kristen 01 memang baru ada ruangan sendiri dan baru digunakan. Untuk kelas X2 dan X3 sudah pernah melakukan praktikum di laboratorium mengenai pemuian zat, tetapi untuk materi mekanika belum ada praktek, sedangkan kelas XI IPA1 sudah pernah praktek di laboratorium mengenai Archimedes. Pada saat praktikum di laboratorium guru melaksanakan pembelajaran dengan membagi kelompok dan LKS kemudian memberi penjelasan mengenai praktikum.
Hasil wawancara dari guru dan peserta didik dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan laboratorium fisika di sekolah masih rendah dikarenakan beberapa hal yakni laboratorium yang ruang laboratorium masih baru, peralatan laboraorium fisika masih kurang sehingga perlu dilengkapi dan kemampuan peserta didik masih rendah.
b. SMA Kristen 02 Kalabahi
Bedasarkan data hasil wawancara guru fisika SMA Kristen 02 Kalabahi (lihat lampiran no.15) yang mengajarkan fisika di kelas X dan XI IPA mengatakan bahwa ia pernah menerapkan model inqury tetapi tidak selalu dan kebanyakan menggunakan metode demontrasi dalam pembelajaran. Untuk
(68)
demontrasi guru fisika memanfaatkan fasilitas laboratorium fisika sekolah. Mengenai metode praktikum masih jarang untuk diterapkan, untuk kelas X belum ada praktikum termasuk materi mekanika sedangkan untuk kelas XI IPA sudah melaksanakan satu kali praktikum mengenai Hooke dan elastisitas pegas. Pernyataan dari guru dapat dibenarkan karena dari hasil studi dokumen, RPP guru berisi LKS untuk percobaan Hooke (lihat lampiran 21). Adapun kendala yang menyebabkan praktikum tidak dijalankan yaitu, rata – rata peserta didik yang bersekolah di SMA Kristen 02 merantau kekota dan tinggal bersama wali/pengampu lalu bersekolah sehingga untuk mencari waktu masih sulit, alat laboratorium masih terbatas, selain itu karena kemampuan peserta didik masih rendah, serta banyaknya kegiatan dinas dan sekolah.
Hasil wawacara peserta didik kelas X dan XI IPA (lihat lampiran no.18) diketahui bahwa guru fisika memang sering melakukan pembelajaran dengan demontrasi. Untuk kelas X guru fisika biasanya melakukan demonstrasi di kelas untuk percobaan alt ukur (mikrometer skrup dan jangka sorong) tetapi belum melakukan praktikum di laboratorium. Sedangkan untuk kelas XI IPA sudah pernah melaksanakan percobaan mengenai elastisitas. Pembelajaran yang dilakukan guru saat demontrasi adalah dengan memberi penjelasan dan mendemontrasikan alat. Sedangkan pembelajaran dengan percobaan di laboratorium yakni dengan membagi kelompok, LKS dan memberi penjelasan. Tidak ada jadwal praktikum untuk fisika, hanya informasi dari guru apabila akan praktikum.
(69)
Dari hasi wawacara guru fisika dan peserta didik kelas X dan XI IPA dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan laboratorium fisika di sekolah masih rendah.
c. SMA St Yosep Kalabahi
SMA St Yosep memiliki 2 guru fisika yakni, guru fisika kelas X dan kelas XI IPA. Berdasarkan hasil wawancara untuk 2 guru fisika (lihat lampiran no.16), guru fisika kelas X mengatakan bahwa ia belum menerapkan model pembelajaran inqury dan mengenai metode praktikum belum diterapkan untuk semester ini. Adapun kendala yang menyebabkan tidak ada praktek untuk kelas X dikarenakan laboratorium fisika di sekolah baru memiliki ruang sendiri karena sebelumnya digabung dengan laboratorium kimia dan biologi sehingga perlu waktu untuk memindahkan dan merapikan perlengkapan laboratorium, selain itu alat laboratorium juga masih kurang. Sedangkan guru fisika kelas XI IPA mengatakan belum menggunakan model inqury kerena lebih menyukai model koperatif dengan metode diskusi kelompok. Untuk praktiktum sudah pernah dilakukan di laboratorium mengenai percobaan Archimedes dengan model pembelajaran langsung. Melalui studi dokumen pernyataan guru mengenai percobaan Archimedes dapat dibenarkan dengan adanya LKS peserta didik yang menunjukan adanya praktikum (Lihat lampiran no. 22). Adapun kedala yang dialami guru yakni waktu belajar kurang cukup untuk fisika, kemampuan peserta didik dan terbatasnya alat laboratorium fisika.
(70)
Dari hasil wawancara peserta didik kelas X dan XI IPA (lihat lampiran no. 19), dapat diketahui bahwa peserta didik kelas X belum pernah melakukan praktikum di laboratorium ataupun demontrasi di kelas dengan memanfaatkan fasilitas alat laboratorium, sedangkan untuk kelas XI IPA pernah melaksanakan praktikum mengenai elastisitas dan Archimedes. Namun berdasarkan hasil studi dokumen guru hanya melaksanakan percobaan mengenai Archimedes, sehingga mengenai adanya percobaan elastisitas pegas belum dapat dibenarkan. Pembelajaran yang dilakukan guru saat praktek di laboratorium sama dengan guru yang lain yakni dengan membagi kelompok, LKS dan memberi penjelasan. Tidak ada jadwal untuk praktikum di laboratorium, guru hanya memberikan informasi.
Dari hasil wawacara guru dan peserta didik dapat diketahui bahwa tingkat penggunaan alat laboratorium di SMA St Yosep masih rendah dikarenakan ruang laboratorium yang baru dan alat laboratorium yang masih terbatas.
3. Pemahaman guru fisika mengenai penggunaan alat
Menurut Guru fisika SMA Kristen 01 Kalabahi memang praktikum itu penting untuk fisika tetapi saat peserta didik menghadapi ujian nasional tidak ditanyakan tentang praktek, sehingga untuk fisika tidak perlu semua materi dipraktekan, hanya yang penting saja. Guru fisika SMA Kristen 01 mengatakan bahwa ia masih mengerti mengenai penggunaan alat laboratorium dikarenakan alat laboratorium yang tersedia masih lama, apabila terdapat alat yang baru mungkin harus dipelajari.
(71)
Guru fisika SMA Kristen 02 Kalabahi mengatakan bahwa praktikum untuk fisika memang penting tetapi melihat rata-rata peserta didik yang tinggal bersama pengampu/wali mencari waku untuk praktikum masih sulit. Ia juga mengatakan bahwa masih mengalami kesulitan menggunakan alat laboratorium yakni ticker timer untuk percobaan gerak lurus.
Guru fisika SMA St Yoseph Kalabahi untuk kelas X berpendapat sama dengan guru fisika SMA Kristen 01, orientasi pembelajaran fisika lebih ke UN. Sedangkan guru fisika kelas XI IPA mengatakan bahwa praktikum itu penting karena membantu peserta didik untuk memahami konsep. Adapun kedua guru ini mengatakan bahwa dari alat laboratorium yang tersedia masih mengerti cara penggunaan kecuali terdapat alat yang baru, sehingga harus dipelajari lagi.
C. Pembahasan
1. Kelengkapan Alat Laboratorium Fisika
Berdasarkan hasil analisis kelengkapan alat laboratorium fisika dalam bidang mekanika untuk 11 percobaan pada 3 SMA di kecamatan Teluk Mutiara, dapat diketahui bahwa kelengkapan alat laboratorium fisika untuk 3 sekolah, kebanyakan masih kurang lengkap.
Untuk SMA Kristen 01 Kalabahi, percobaan koefisien gesekan, Hooke, Archimedes termasuk kategori cukup lengkap dan percobaan usaha pada pegas termasuk lengkap sehingga dapat berjalan, namun belum sepenuhnya maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat alat yang kurang sehingga perlu ditambah, seperti tali nilon dan papan luncur untuk percobaan koefisien gesekan,
(72)
penambahan pegas, statip untuk percobaan Hooke dan usaha pada pegas, serta beker gelas dan tabung Archimedes untuk percobaan Archimedes. Terdapat pula percobaan yang termasuk kategori kurang lengkap namun dapat berjalan yaitu percobaan alat ukur. Meskipun percobaan alat ukur ini tidak dapat berjalan maksimal dikarenakan alat ukur lain seperti mikrometer skrup, jangka sorong tidak tersedia sehingga perlu dilengkapi, selain itu alat seperti neraca o’haus dan stopwatch perlu ditambah supaya percobaan dapat berjalan maksimal.
Untuk SMA Kristen 02 Kalabahi, percobaan alat ukur, GMB, koefisen geseksan, Hooke dan usaha pada pegas termasuk kategori kurang lengkap, namun dapat berjalan meskipun kurang maksimal, dikarenakan terbatasnya alat laboratorium sehingga perlu dilengkapi seperti, penambahan jangka sorong dan mikrometer dan neraca o’haus untuk percobaan alat ukur, penambahan alat sentripetal dan penggaris untuk percobaan GMB, balok gesekan, tali nilon, katrol dan papan luncur untuk pecobaan koefisien gesekan, penambahan statip, pegas untuk percobaan Hooke dan usaha pada pegas. Percobaan Archimedes termasuk dalam kategori cukup lengkap dan dapat berjalan, namun belum maksimal dikarenakan laboratorium tidak memiliki tabung archimedes, sehingga perlu untuk dilengkapi.
Untuk SMA St Yoseph Kalabahi percobaan Archimedes termasuk dalam kategori kurang lengkap, namun dapat berjalan meskipun kurang maksimal, dikarenakan di laboratorium belum tersedia tabung Archimedes dan jumlah neraca pegas masih perlu ditambah. Percobaan Hooke termasuk dalam kategori cukup lengkap dan dapat berjalan, namun belum sepenuhnya maksimal,
(73)
dikarenakan peralatan laboratorium seperti pegas masih kurang sehingga perlu ditambah.
Pengecualian pada percobaan titik berat untuk 3 sekolah meskipun memiliki nilai prosentase yang rendah tetap dapat berjalan dikarenakan alat dan bahan dalam percobaan titik berat dapat digantikan.
Selain penjelasan mengenai praktikum yang dapat berjalan, hasil analisis 3 sekolah menunjukan adanya percobaan yang termasuk kategori sangat tidak lengkap dan kategori kurang lengkap sehingga percobaan tidak dapat berjalan seperti percobaan GLB, GLBB, GMB, Hukum Newton II, dan momentum- tumbukan. Untuk SMA St Yosep terdapat beberapa percobaan lain yang tidak dapat berjalan yakni koefisien gesekan, usaha pada pegas. Tidak dapat berjalannya percobaan dikarenakan masih kurangnya alat, yang mana keberadaannya tidak dapat digantikan dalam percobaan seperti travo untuk percobaan gerak lurus dan hukum Newton II, alat setripetal untuk percobaan GMB, adapun alat lain seperti pegas, statip, balok gesekan dan beker gelas perlu ditambah.
Dalam fisika praktikum menjadi penting karena peserta didik akan terbantu untuk mengerti konsep fisika. Dari penjelasan diatas untuk percobaan yang kurang lengkap, cukup lengkap dan dapat berjalan alat-alat laboratorium yang kurang perlu untuk dilengkapi sehingga percobaan dapat berjalan maksimal, sedangkan untuk percobaan yang tidak dapat berjalan sekolah perlu untuk menyediakan supaya praktikum dapat berjalan, khususnya ala-alat laboratorium yang berperan penting dalam percobaan karena keberadaanya tidak
(74)
dapat digantikan. Selain itu guru juga harus lebih kreatiatif untuk membuat alat peraga sederhana sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran.
2. Tingkat Penggunaan Alat Laboratorium Fisika
Berdasarkan hasil analisis wawancara guru fisika dan peserta didik kelas X dan XI IPA, diketahui bahwa tingkat penggunaan laboratorium untuk 3 sekolah masih rendah (masih jarang) penggunaannya. Beberapa guru fisika mengatakan pernah menerapkan metode praktikum dengan melaksanakan praktikum di laboratorium beberapa kali, namun ada juga guru yang mengatakan belum menerapkan metode praktikum di laboratorium dalam semester ini. Dari hasil studi dokumen dan wawancara, diketahui bahwa materi praktikum mekanika yang berjalan semester ini adalah 2 praktikum untuk kelas XI IPA yaitu praktikum Archimedes berjalan untuk SMA Kristen 01 dan SMA St Yosep, Percobaan Hooke berjalan untuk SMA Kristen 02 Kalabahi. (lihat pada lampiran no. 20,21,dan 22).
Masih rendahnya penggunaan laboratorium fisika dikarenakan beberapa kendala yakni alat laboratorium fisika yang masih kurang dan kemampuan peserta didik masih rendah, selain itu guru fisika SMA Kristen 01 dan SMA St Yosep mengatakan bahwa laboratorium fisika sekolah baru mempunyai ruang laboratorium sendiri, karena sebelumnya digabung dengan laboratorium kimia dan biologi sehingga perlu waktu memindahkan dan merapihkan alat laboratorium. Sedangkan guru SMA Kristen 02 mengatakan bahwa kendala yang
(75)
dialaminya adalah kebanyakan peserta didik yang merantau kekota dan tinggal bersama wali, sehingga untuk mencari waktu praktikum masih sulit, selain itu banyaknya tugas dinas dan kegiatan sekolah yang melibatkan guru dan peserta didik.
Dari wawancara guru fisika, ada guru yang mengatakan bahwa praktikum memang penting tetapi yang lebih penting adalah orentasi pembelajaran fisika harus ke Ujian Nasioal (UN). Sehingga menurut guru mungkin praktikum hanya yang penting-penting saja untuk fisika. Meskipun guru mengatakan seperti demikian, tetapi sebagai guru fisika perlu melakukan praktikum sehingga peserta didik mempunyai bekal pengetahuan. Apabila dilihat dari waktu 4 jam/minggu dengan penamahan 1jam belajar dari pihak sekolah, Guru harus lebih efektif dalam mengatur waktu untuk melaksanakan praktikum. Laboratorium fisika yang memliki ruang lab. baru sebaiknya segera dilengkapi sehingga dapat digunakan.
3. Pemahaman Guru Fisika Tentang Penggunaan Alat
Berdasarkan hasil wawancara, guru fisika untuk 3 sekolah mengatakan bahwa mereka masih mengerti mengenai penggunaan alat laboratorium fisika, dikarenakan alat laboratorium fisika masih menggunakan alat yang lama sehingga cara penggunaanya masih dimengerti, kecuali terdapat alat laboratorium yang baru dan cara penggunaanya masih perlu untuk dipelajari.
(76)
Guru Namun guru fisika SMA Kristen 02 Kalabahi mengatakan terdapat alat laboratorium yang cara penggunanya masih terkesan sulit yaitu penggunaan ticker timer untuk percoban gerak lurus.
D. Keterbatasan Peneliti
1. Keterbatas Waktu
Penelitian ini dilakukan di SMA Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor, NTT. Peneliti hanya mempunyai waktu 2 minggu untuk menyelesaikan penelitian. waktu ini tidak cukup untuk melaksanakan penelitian secara penuh. Pihak 3 sekolah yang dijadikan subjek penelitian juga memiliki kesibukan sekolah yakni persiapan pawai dan upacara untuk perayaan hari pendidikan nasional tepat pada tanggal 2 mei 2016.
2. Keterbatasan Wawancara
a. Peneliti hanya mengambil sampel untuk wawancara dari guru fisika, 2 peserta didik kelas X dan 2 peserta didik XI ipa, sehingga informasi yang diperoleh masih terbatas.
b. Tidak semua guru fisika 3 sekolah kelas X dan XI IPA menjadi responden wawancara, misalnya SMA Kristen 01 hanya 1 guru fisika yang diwawancarai meskipun masih ada 2 guru fisika lain yang juga mengajar fisika kelas X dan XI IPA. Terdapat peserta didik yang diambil dari kelas berbeda untuk kelas X namun guru yang mengajar fisika adalah sama, seperti pada SMA Kristen 01, peserta didik laki-laki dari kelas X2 dan peserta didik perempuan dari kelas X3.
(77)
c. Peneliti masih belum mahir dalam menggali informasi secara mendalam dari narasumber.
3. Keterbatasan Studi Pustaka
Peneliti mengalami kesulitan dalam pembuatan kategori penilaian yang sesuai karena belum banyak skripsi yang meneliti tentang studi kasus kelengkapan dan penggunaan alat laboratorium.
(1)
141
2. Kumpulkan Laporan Eksperimen Hukum Archimedes sebelum Ulangan Harian Tentang Fluida
Berdiskusilah dengan teman sebangku kalian untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Ketika kita menempatkan 100 ml air pada gelas, kemudian dipindahkan ke dalam botol, atau tempat lainnya, bagaimanakah volume air tersebut? Bagaimana pula dengan bentuknya?
2. Menurut kalian, manakah yang lebih berat, besi 1 kg ataukah kayu 1 kg? Manakah pula yang lebih berat, besi ataukah kayu dengan volume yang sama? 3. Menurut kalian, bagaimanakah kapal dapat terapung di permukaan air?
Mengapakah benda dapat mengapung, melayang, atau tenggelam? Faktor apakah yang memengaruhinya?
4. Ada beberapa jenis hewan yang dapat berdiri atau berjalan di permukaan air. Apakah yang menyebabkan hewan ini dapat berjalan di permukaan air?
5. Pada saat menyelam, kalian akan merasakan telinga bertambah sakit ketika kedalaman semakin bertambah. Menunjukkan apakah hal ini?
(2)
(3)
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(5)
145
(6)