PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT PERALATAN DAN BAHAN REFRIGERASI (PBR).

(1)

ii

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya.

Skripsi ini membahas tentang prestasi belajar siswa SMK Negeri 1 Cimahi, mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Diklat Peralatan dan Bahan Refrigrasi (PBR) di SMKN 1 Cimahi.

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia.

Saat penyusunan skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak. Teriring ucapan terima kasih yang teristimewa dalam doa dan rasa syukur penulis kepada: 1. Bapak Drs. H. R. Aam Hamdani, M.T., selaku Dosen Pembimbing I yang

telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini dengan penuh kesabaran dan semangat.

2. Bapak Drs. Maman Rakhman, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini dengan penuh kesabaran dan motivasi.


(2)

iii

Udara FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

6. Seluruh staf dosen dan tata usaha Teknik Mesin FPTK UPI yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

7. Keluarga tercinta yang dirumah, atas semua doa, perhatian, nasehat dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabat se-guru se-ilmu Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI yang selalu menemani dalam tiap langkah meraih cita-cita dan harapan.

9. Pihak-pihak yang telah sabar membantu penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan diselesaikannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis telah berusaha dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini tetapi bagi pihak yang menemukan kesalahan, kritik dan saran yang sifatnya membangun merupakan hal yang sangat berharga bagi penulis. Terima Kasih.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Bandung, Agustus 2010


(3)

iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Batasan Masalah... 5

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 6

1.7. Definisi Operasional... 7

1.8. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. Belajar Mengajar ... 9

2.2. Pembelajaran Konvensional ... 16

2.3. Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 21

2.5. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Umum ... 30

2.6. Kompetensi Peralatan dan Bahan Refrigerasi ... 30

2.7. Anggapan Dasar ... 31

2.8. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33


(4)

v

3.5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian ... 38

3.6. Tahapan Penelitian ... 43

3.7. Teknik Analisis Data ... 43

3.8. Pengujian Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Pelaksanaan Penelitian ... 47

4.2. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen. ... 50

a. Uji Validitas. ... 50

b. Uji Reliabilitas. ... 51

c. Uji Tingkat Kesukaran. ... 51

d. Uji Daya Pembeda. ... 52

4.3. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 52

1. Data Skor Pre Test ... 52

2. Data Skor Post Test ... 53

3. Data Skor Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Gain) ... 55

4. Indeks Prestasi Kelompok ... 56

4.3. Analisis Data ... 57

1. Analisi Data Skor... 57

a. Uji Normalitas ... 57

b. Uji Homogenitas ... 58

c. Hasil Analisis Data Gain Normalisasi (N-Gain) ... 59

d. Uji Hipotesis ... 59

2. Analisis Data Observasi... 59

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 68


(5)

(6)

vii

2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.2. Pedoman Skor Turnamen Akademik untuk Empat Orang Pemain ... 26

2.3. Pedoman Penghargaan Kelompok ... 28

2.4. Perbandingan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran umum ... 30

4.1. Rekaputilasi Tingkat Kesuk………..51

4.2. Rekaputilasi Daya Pembeda………..52

4.3. Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Eksperimen ... 53

4.4 Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kontrol ... 54

4.5. Hasil Statistik Skor Pre Test ... 54

4.6. Distribusi Frekuensi Skor Post Test Eksperimen ... 55

4.7. Distribusi Frekuensi Skor PostTest Kontrol ... 55

4.8. Hasil Statistik Skor Post Test ... 56

4.9. Distribusi Frekuensi Skor Gain Kelas Eksperimen ... 56

4.10. Distribusi Frekuensi Skor Gain Kelas Kontrol ... 57

4.11. Hasil Statistik Gain ... 58

4.12. Indeks Prestasi Kelompok ... 59

4.13. Hasil Uji Normalitas ... 60

4.14. Hasil Uji Homogenitas ... 61


(7)

viii

2.1. Penempatan Siswa dalam Meja Turnamen ... 24

2.2. Aturan Permainan... 26

2.3. Pergeseran ... 27

3.1. Paradigma Penelitian ... 34

3.2. Alur Penelitian ... 35

4.1. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Pretest Eksperimen ... 53

4.2. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Pretest Kontrol ... 54

4.3 Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Posttest Eksperimen ... 55

4.4 Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Posttest Kontrol ... 56

4.5 Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Gain Kelas Eksperimen ... 57

4.6 Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Gain Kelas Kontrol ... 57


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif, yang langsung dapat bekerja di bidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi (Depdiknas, 2004:3). Penjelasan pasal 15 menegaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri atau dunia usaha, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif, dan adaptif (Depdiknas, 2004:8).

Proses pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta didik baik dari segi jasmani maupun dari segi rohaninya. Manusia sebagai peserta didik akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berkaitan dengan pola-pola tingkah lakunya, dalam arti akan membentuk perilaku dari manusia itu sendiri. Seperti pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan suatu lembaga pendidikan formal dimana lulusannya dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri.


(9)

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga teknisi yang professional dan siap menghadapi tuntutan dari tantangan yang cukup berat karena lulusan SMK negeri 1 Cimahi dengan kemampuan kuantitatif yang dimilikinya dihadapkan pada persoalan teknologi yang setiap waktu dapat mengalami perkembangan. Tuntutan dan tantangan yang dihadapi SMK Negeri 1 Cimahi adalah juga tuntutan yang dihadapi Jurusan Teknik Pendingin SMK Negeri 1 Cimahi, sebab Jurusan Teknik Pendingin tersebut merupakan satu lembaga pendidikan yang berada di bawah institusi lembaga pendidikan SMK Negeri 1 Cimahi. Salah satu mata diklat program produktif yang ada di SMK Negeri 1 Cimahi yaitu mata diklat Peralatan dan Bahan Refrigerasi (PBR). Mata diklat ini diberikan pada tingkat satu sebagai dasar ilmu untuk mempelajari ilmu selanjutnya yang saling berhubungan khususnya pada bidang teknik pendingin.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di SMK Negeri 1 Cimahi selama pelaksanaan PLP, kenyataan menunjukkan bahwa perencanaan dan implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran mata diklat PBR di kelas, kurang mengarahkan siswa untuk menunjang pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif dan mandiri, diantaranya yaitu: metode pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat verbalistik (hafalan), guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab, dan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada peserta diklat dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam


(10)

dokumen kurikulum kepada peserta diklat. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada peserta diklat untuk berkreasi dan tidak melatih peserta diklat untuk belajar mandiri. Meskipun telah dicoba beberapa pendekatan seperti metode pembelajaran dengan sistem modul, namun metode tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Kondisi pembelajaran mata diklat PBR seperti itu akan menimbulkan kebosanan bagi peserta diklat, sehingga peserta diklat tidak menyenangi mata diklat tersebut dengan alasan sulit untuk dipahami. Dampak dari proses pembelajaran tersebut teridentifikasi pada hasil belajar peserta diklat yang kurang maksimal. Hasil belajar peserta diklat pada mata diklat PBR tingkat satu di SMKN 1 Cimahi yang teridentifikasi menunjukkan masih banyak peserta diklat yang mendapatkan nilai kurang, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.1.

Nilai Program Diklat Peralatan dan Bahan Refrigerasi (PBR) Peserta Diklat Kelas Satu di SMK Negeri 1 Cimahi

No. Nilai Keterangan Frekuensi Prosentase (%) 1 9,00 -10,00 Lulus amat baik 1 2.78

2 8,00 - 8,99 Lulus baik 5 13.89

3 7,00 - 7,99 Lulus cukup 14 38.89

4 0<7,00 Belum lulus 16 44.44

Jumlah 36 100

(Sumber: Hasil pada pelaksanaan PLP, seizin Guru Program Diklat)

Berdasarkan pada keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/2003, peserta diklat yang dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat kompetensi harus memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 7,00 untuk program diklat produktif. Dengan demikian prestasi belajar pada mata diklat PBR masih kurang.


(11)

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengembangkan strategi pembelajaran kooperatif. Uzer Usman (2008:21) berpendapat bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, memperhatikan kemampuan siswa dan menggunakan alat peraga yang tepat. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mencoba meneliti tentang: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Diklat Peralatan dan Bahan Refrigrasi (PBR) di SMKN 1 Cimahi”.


(12)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat verbalistik (hafalan).

2. Model pembelajaran pada mata diklat PBR kurang bervariasi, sehingga siswa merasa jenuh pada saat proses pembelajaran.

3. Guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. 4. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar.

5. Terbatasnya fasilitas belajar yang digunakan.

6. Kurangnya prestasi siswa pada mata diklat Peralatan Bahan Refrigerasi 1.3. Batasan Masalah

Sedangkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dibahas agar tidak terlalu meluas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut::

1. Prestasi belajar yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah aspek kognitif pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi dalam mata diklat Peralatan dan Bahan Refrigerasi.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).


(13)

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament terhadap peningkatan prestasi belajar pada mata diklat Peralatan dan Bahan Refrigerasi (PBR)?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap peningkatan prestasi belajar. Sedangkan tujuan yang lebih khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prestasi belajar pada pemelajaran Peralatan Bahan dan Refrigerasi (PBR) yang menggunakan model pemelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (TGT).

2. Mendapatkan gambaran tentang perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (TGT) dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh metode pemelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (TGT) terhadap prsetasi belajar siswa.

1.6. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

Sebagai menambah wawasan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman guru dalam pelaksanan pembelajaran produktif dalam menggunakan strategi belajar di sekolah yang lebih efektif dengan model


(14)

TGT sebagai alternatif metode pembelajaran sehingga hasil belajar dapat tercapai maksimal.

2. Bagi siswa

Memberikan pengalaman baru yang dapat menciptakan kondisi interaksi dalam proses pembelajaran agar dapat belajar dengan baik dan bekerja sama yang positif satu sama lain.

3. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan informasi dalam proses pembelajaran PBR menggunakan model TGT yang dapat di terapkan di sekolah.

1.7. Definisi Operasional

Penjelasan istilah judul dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman terhadap judul penelitian

1. Pengaruh dalam penelitian ini diartikan sebagai akibat yang disebabkan oleh suatu perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (TGT) dalam proses belajar mengajar.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks


(15)

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

3. Prestasi belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya yang dinyatakan dengan skor atau angka yang diperoleh melalui pre-test dan post-test. Prestasi belajar yang dievaluasi adalah aspek kognitif pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. 1.8. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, mencakup landasan teori mengenai model pemebelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT).

BAB III METODE PENELITIAN, berupa metode penelitian apa yang digunakan, penjelasan variabel judul, penjelasan mengenai instrumen penelitian.

BAB IV PENGOLAHAN DATA, berisi mengenai pengolahan dari data-data yang telah diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, mencakup kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, dan saran setelah melakukan penelitian.


(16)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian yang ditujukan pada SMK Negeri 1 Cimahi, dengan waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 18 April sampai dengan 6 Mei 2009. Kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu sebanyak 2 kelas yang terdiri dari kelas 1.TP A dengan jumlah peserta diklat 36 sebagai kelas kontrol dan kelas 1.TP B dengan jumlah peserta diklat 38 sebagai kelas eksperimen pada mata diklat Dasar Teknik Mesin. Setelah mendapatkan izin dari sekolah yang bersangkutan, lalu penulis melakukan penelitian pada tanggal 21 dan 28 April 2009, sebelumnya penulis telah melakukan uji coba soal instrumen dahulu untuk mendapatkan soal instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama, pemberian tes awal (Pre test) pada hari pertama dengan soal yang telah diuji cobakan dengan jumlah 23 soal kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, untuk mengetahui prestasi belajar peserta diklat sebelum pembelajaran kompetensi dasar mengenal mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin.

2. Langkah Kedua, setelah melakukan pre test dan pembagian kelompok pada kelas eksperimen, kemudian pemberian perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament dalam pembelajaran kompetensi


(17)

mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin dengan alokasi waktu 2 kali pertemuan @ 2 x 45 menit dilakukan, untuk kelompok eksperimen, sedangkan untuk kelompok kontrol digunakan pembelajaran konvensional dengan alokasi waktu yang sama.

Penerapan model tipe TGT pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran umum. Seperti yang telah disampaikan pada bab II, untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok sesuai dengan kemampuan akademiknya. Kelompok belajar yang telah dibentuk adalah sebanyak 8 kelompok. Setelah kelompok dibentuk langkah selanjutnya adalah menyiapkan peserta untuk turnamen pertama disesuaikan dengan peringkat siswa yang telah dibuat. Pada hari pertama pelaksanaan pembelajaran TGT ini dapat dikatakan kurang mulus, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan suasana baru, namun demikian setelah pembelajaran berjalan suasana semakin membaik.

Ada beberapa catatan peneliti yang perlu disampaikan untuk membahas hasil penelitian ini yaitu:

1. Pada awalnya siswa belum terbiasa dengan pembelajaran TGT, karena penyampaian materi diberikan hanya secara garis besar saja, dimana selanjutnya siswa dapat mempelajari sendiri melalui bahan ajar bersama kelompoknya, mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangasang siswa untuk belajar, hal ini dapat berupa proses transformasi ilmu dari siswa kepada siswa. Meskipun demikian suasana semakin berubah


(18)

menjadi lebih baik, terbukti dari hasil pengamatan kegiatan siswa dalam belajar kelompok. Dengan demikian penerapan pembelajaran TGT ini jika dibandingkan dengan model pembelajaran biasa ternyata lebih dapat mengaktikan interaksi antar teman dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Damon dan Murray (Slavin, 2008:36) yang menyatakan bahwa interaksi antar teman sebaya memegang peranan penting dalam meningkatkan cara pemahaman konsep. Akan tetapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif ini siswa masih memerlukan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pembelajaran baru tersebut.

2. Pada saat turnamen akademik hari pertama dilaksanakan, suasana kelas agak ribut karena siswa keluar dari kelompoknya dan saling berebut untuk mencari meja turnamen yang sesuai dengan penempatan mereka. Turnamen dalam pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua kali, turnamen diselenggarakan setelah siswa selesai belajar bersama kelompoknya. Pada akhir turnamen dilakukan perhitungan perolehan kartu setiap siswa peserta turnamen untuk menentukan skor yang diperoleh siswa pada turnamen yang diselenggarakan pada hari itu. Perolehan skor ini digunakan untuk menentukan bumping yaitu pergeseran kedudukan siswa pada meja turnamen yang akan digunakan dalam pelaksanaan turnamen berikutnya, bumping dilakukan sesuai dengan hasil skor yang mereka peroleh, siswa yang menang akan naik pada meja turnamen yang lebih tinggi, sedangkan siswa yang kalah akan diturunkan pada meja yang lebih rendah tingatannya. Skor turnamen diperlukan untuk menentukan sumbangan skor siswa bagi kelompoknya, yang pada akhirnya untuk


(19)

menentukan kelompok mana yang mendapat predikat Good Team, Great Team atau Super Team, penghargaan ini dimaksudkan agar siswa menjadi lebih giat dalam belajar.

3. Pada saat turnamen, siswa belum memahami tentang peraturan turnamen, sehingga diperlukan beberapa kali penjelasan mengenai peraturan turnamen. Pada saat penjelasan mengenai peraturan permainan, diberitahukan tujuan dari model pemebelajaran kooperatif tipe TGT, karena dengan tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi (Hamalik, Oemar, 2004:160), dengan adanya motivasi itu menimbulkan suatu perbuatan seperti belajar, mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan, menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Hamalik, Oemar, 2004:161), sehingga dengan adanya motivasi tersebut siswa menjadi bersemangat untuk belajar dan mengikuti turnamen. B. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen penelitian sebelum diputuskan untuk dijadikan sebagai alat pengumpul data penelitian. Dari hasil uji coba tes instrumen, dilakukan pengolahan data yang meliputi: uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Hasil pengolahan data untuk uji coba instrumen tes disajikan pada lampiran 1 hal 71.

a. Uji Validitas

Instrumen dinyatakan valid apabila t hitung > t tabel dengan tingkat signifikasi


(20)

dinyatakan “valid” dan 2 butir soal dinyatakan “tidak valid”. Maka untuk langkah penelitian selanjutnya hanya digunakan 23 soal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 76.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan atau ketetapan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsistensi (tidak berubah-ubah). Uji reliabilitas ini diambil dari data yang valid yaitu sebanyak 23 soal. Hasil analisis uji reliabilitas didapatkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,91 yang tergolong kriteria “ sangat tinggi”. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 84.

c. Uji Tingkat Kesukaran

Analisis indeks kesukaran untuk masing-masing item soal diperoleh, kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria indeks kesukaran butir soal sebagai berikut:

Tabel 4.1

Rekapitulasi Kriteria Kesukaran Kriteria Jumlah

Soal No. Soal

Prosentase (%) Sangat

sukar - - -

Sukar 2 2,14 8%

Sedang 20 3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,15,

16,17,18,19,20,21,22,24,25 80%

Mudah 3 1,4,23 12%

Sangat

mudah - - -

Uji tingkat kesukaran dapat memperlihatkan kriteria tingkat kesukaran setiap butir soal. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan ada 2 butir soal (sukar), 20


(21)

butir soal (sedang), dan 3 butir soal (mudah). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 79

d. Uji Daya Pembeda

Dari perolehan uji coba tes pemahaman konsep yang berhasil diambil dari peserta diklat kelas X TSM 1 SMKN 1 Cimahi, kemudian dihitung daya pembeda untuk mengetahui kemampuan tiap butir soal untuk membedakan antara peserta diklat berkemampuan tinggi dengan peserta diklat berkemampuan rendah.

Hasil perhitungan daya pembeda tes, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.2

Rekapitulasi Daya Pembeda Kriteria Jumlah

Soal No. Soal

Prosentase (%) Sangat

jelek - - -

jelek 2 15,22 8%

Cukup 2 13,23 8%

Baik 13 1,3,4,7,12,14,16,17,

19,20,21,24,25 52%

Sangat

baik 8 2,5,6,8,9,10,11,18 32%

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 81.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif. Data hasil belajar sebagai parameter penelitian diambil dari 2 (dua) kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data-data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil pre test, data hasil post test dan data peningkatan prestasi (Gain).


(22)

1. Data Skor Pre Test

Data skor pre-test peserta diklat baik pada kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol diperoleh dari hasil test peserta diklat sebelum diberikan perlakuan/pembelajaran. Data skor pre-test dapat dilihat pada lampiran 2.6 halaman 108, sedangkan hasil perhitungan statistik dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Eksperimen

Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

5 – 6 3 5,5 16,5 21,81 65,43

7 – 8 4 7,5 30 7,13 28,52

9 – 10 16 9,5 152 0,45 7,2

11 – 12 6 11,5 69 1,77 10,62

13 – 14 5 13,5 67,5 11,09 55,45

15 – 16 2 15,5 31 28,41 56,82

Σ 36 366 224,04

Gambar 4.1. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Pre Test Eksperimen 3

4 16

6 5

2

0 2 4 6 8 10 12 14

5.5 7.5 9.5 11.5 13.5 15.5 16


(23)

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Skor Pre Test Kontrol Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

6 – 7 6 6,5 39 9,30 55,82

8 – 9 14 8,5 119 1,10 15,43

10 – 11 13 10,5 136,5 0,90 11,73

12 – 13 3 12,5 37,5 8,70 26,11

14 – 15 1 14,5 14,5 24,50 24,50

16 – 17 1 16,5 16,5 48,30 48,30

Σ 38 363 181,89

Gambar 4.2. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Pre Test Kontrol

Tabel 4.5.

Hasil Statistik Skor Pre Test Kelompok Banyak

Data Skor tertinggi Skor Terendah Rata-rata Standar Deviasi

Eksperimen 36 15 6 10,17 2,530

Kontrol 38 15 7 9,55 2,217

Sumber lampiran 2.6 hal 108

2. Data Skor Post Test

Data skor post-test peserta diklat baik pada kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol diperoleh dari hasil test siswa setelah pemberian perlakuan/pembelajaran. Data skor post-test dapat dilihat pada lampiran, sedangkan hasil perhitungan statistik dilihat pada tabel 4.6 berikut:

6 13 3 1 1 0 2 4 6 8 10 12 14

6.5 8.5 10.5 12.5 14.5 16.5 14


(24)

Tabel 4.6.

Distribusi Frekuensi Skor Post Test Eksperimen

Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

10 – 11 1 10.5 10,5 32,15 32,15

12 – 13 2 12.5 25 13,47 26,94

14 – 15 11 14.5 159,5 2,79 30,69

16 – 17 13 16.5 214,5 0,11 1,43

18 – 19 6 18.5 111 5,43 32,58

20 - 21 3 20.5 61,5 18,75 56,25

Σ 36 582 180,04

Gambar 4.3. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Post Test Eksperimen

Tabel 4.7.

Distribusi Frekuensi Skor PostTest Kontrol Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

8 – 9 1 8,5 8,5 37,33 37,33

10 – 11 2 10,5 21 16,89 33,78

12 – 13 6 12,5 75 4,45 26,71

14 – 15 17 14,5 246,5 0,01 0,21

16 – 17 9 16,5 148,5 3,57 32,15

18 – 19 3 18,5 55,5 15,13 45,40

Σ 38 555 175,58

0 2 4 6 8 10 12 14

10.5 12.5 14.5 16.5 18.5 20.5 16


(25)

Gambar 4.4. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Skor Post Test Kontrol

Tabel 4.8.

Hasil Statistik Skor Post Test Kelompok Banyak Data Skor

tertinggi

Skor terendah

Rata-rata Standar Deviasi

Eksperimen 36 21 11 16,17 2,268

Kontrol 38 19 9 14,61 2,178

3. Data Skor Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Gain)

Data skor Gain baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diperoleh dari perbedaan skor pre-test dan post-test kedua kelompok tersebut. Data skor hasil perhitungan statistik skor gain dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9.

Distribusi Frekuensi Gain Kelas Eksperimen

Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

1 – 2 2 1,5 3 22,85 45,7

3 – 4 3 3,5 10,5 7,73 23,19

5 – 6 15 5,5 82,5 0,61 9,15

7 – 8 12 7,5 90 1,49 17,88

9 – 10 3 9,5 28,5 10,37 31,11

11 – 12 1 11,5 11,5 27,25 27,25

Σ 36 226 154,28

0 2 4 6 8 10 12 14

8.5 10.5 12.5 14.5 16,5 18.5 16


(26)

Gambar 4.5. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Gain Kelas Eksperimen Tabel 4.10.

Distribusi Frekuensi Skor Gain Kelas Kontrol Interval fi x i f .i xi

2 )

(xix fi(xix)2

1 – 2 2 1.5 3 13,54 27,09

3 – 4 12 3.5 42 2,82 33,87

5 – 6 17 5.5 93,5 0,10 1,74

7 – 8 5 7.5 37,5 5,38 26,91

9 – 10 1 9.5 9,5 18,66 18,66

11 – 12 1 11.5 11,5 39,94 39,94

Σ 38 197 148,21

Gambar 4.6. Diagram Batang dan Poligon Frekuensi Gain Kelas Kontrol 0

2 4 6 8 10 12 14

1,5 3.5 5.5 7.5 9.5 11.5 16

0 2 4 6 8 10 12 14

1.5 3.5 5.5 7.5 9,5 11.5 16


(27)

Kelompok Banya Data

Eksperimen 36

Kontrol 38

Gambaran yan dan Gain kelompok ek

Gam

Pada Gambar kelompok yang megg prestasi belajar lebih Sedangkan prestasi b

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Kelas Tabel 4.11. Hasil Statistik Gain nyak ata Skor tertinggi Skor terendah Rata-rata

6 11 2 6,28

8 11 2 5,18

Sumber lampiran 3.4 ha

yang jelas dari perbandingan antara rata-rata p eksperimen dan kontrol diperlihatkan pada gam

ambar 4.7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

bar 4.7 dapat dilihat bahwa kelompok ek ggunakan model kooperatif tipe TGT mengala ih tinggi, dimana besarnya rata-rata gain 6,28

i belajar siswa kelompok kontrol yaitu yang

elas Eksperimen Kelas Kontrol

Standar Deviasi 2,100 2,001 halaman 131 a pre test, pos test

gambar berikut:

eksperimen yaitu alami peningkatan 8 pada skala 2-11. ang menggunakan

Pre Test Post Test Gain


(28)

model konvensional, dimana besarnya rata-rata gain 5,18 lebih kecil dari pada kelas eksperimen.

4. Indeks Prestasi Kelompok

Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dianalisis dengan menggunakan data skor post-test. Menurut Luhut P. Panggabean (1989:28) “Prestasi belajar peserta diklat dapat dilihat dengan penafsiran tentang prestasi kelompok, maksudnya untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep peserta diklat terhadap materi yang diteskan ialah dengan mencari Indeks Prestasi Kelompok (IPK)”.

Berdasarkan analisis terhadap skor post-test, diperoleh IPK sebagai berikut:

Tabel 4.12.

Indeks Prestasi Kelompok

Kelompok IPK Kategori

Eksperimen 70,30 Sedang

Kontrol 63,27 Sedang

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen yaitu kelompok yang meggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis praktikum mempunyai prestasi belajar lebih tinggi meskipun keduanya sama dalam kategori sedang, dimana besarnya IPK adalah 70,30. Sedangkan prestasi belajar peserta diklat kelompok kontrol, yaitu yang menggunakan model konvensional berkategori sedang dengan IPK 63,27 lebih kecil dari pada kelas eksperimen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.2 hal 116.


(29)

D. Analisis Data 1. Analisis Data Skor

Data penelitian diperoleh dari tes tertulis berupa tes objektif pada kompetensi dasar mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin. Soal yang digunakan berjumlah 23 butir soal yang telah dinyatakan valid. Semua soal tersebut digunakan pada saat pre test dan post test pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil analisis uji statistik terhadap pre test dan post test dari kelas eksperimen dan kontrol adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahuai apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas akan berpengaruh tehadap uji hipotesis yang digunakan, statistik parametrik atau non parametrik.

Data yang digunakan dalam uji normalitas yaitu hasil post test kedua kelompok sampel. Dengan analisis data sebagai berikut:

Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Ukuran

Statistik

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Rata-rata 16,17 14,61

Std Deviasi 2,268 2,178

Varians 5,114 4,745

χ2hitung 1,481 3,130

χ2tabel 7,81 7,81

p-v 0,692 0,391

α 0,05 0,05


(30)

Berdasarkan data dari Tabel 4.13, uji normalitas dengan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria χ hitung2 < χ tabel2 (0,95) (3) dan diukur pada taraf signifikasi α =0,05

dan tingkat kepercayaan 0,95 atau 95%, serta penentuan harga p-v dengan kriteria p-v > 0,05 Ho berdistribusi normal, selanjutnya kita dapat menentukan uji statistik mana yang harus digunakan untuk analisis data.

Tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil skor post test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya mengenai uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 3.4 hal 124. b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui homogen tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil. Adapun kriteria atau sampel dikatakan homogen adalah bila memenuhi ketentuan Fhitung < Ftabel.

Hasil uji homogenitas sampel untuk masing-masing tes awal, tes akhir dan gain adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas

Statistik Pre Test Post Test

Eks. Kontrol Eks. Kontrol

S 2,530 1,96 2,268 2,217

S2 6,401 3,83 5,144 4,916

Fhitung 1,302 1,082

Ftabel 1,79 1,79


(31)

Tabel di atas dapat dilihat bahwa skor pretest dan skor pos test variansinya homogen. Perhitungan selengkapnya mengenai uji homogenitas Varians dapat dilihat pada lampiran 3.3 hal 118.

c. Hasil Analisis Data Gain Normalisasi (N-Gain)

Data rata-rata peningkatan gain normalisasi diperoleh dari hasil peningkatan pre test hingga ke post test. Hasil rata-rata gain normalisasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15. Hasil Analisis N-Gain

Kelompok Rata-rata N-Gain Kategori Kelulusan

Eksperimen 0,47 sedang

Kontrol 0,38 sedang

Rata-rata gain normalisasi kelas eksperimen mencapai 0,47. nilai tersebut termasuk kedalam kriteria “sedang” dan rata-rata gain normalisasi pada kelompok kontrol 0,38 termasuk kedalam kriteria “sedang”. Meskipun keduanya mempunyai kategori yang sama rata-rata gain normalisasi untuk kelompok eksperimen mempunyai nilai lebih tinggi di atas kelas kontrol. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.5 hal 139.

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran konvensional. Karena asumsi-asumsi statistik yang terdiri dari uji homogenitas dan normalitas


(32)

gain terpenuhi maka pengujian hipotesis menggunakan stastistik Uji-t. Hasil pengujian hipotesis untuk peningkatan prestasi belajar (gain) didapat nilai thitung = 2,31 dan t tabel = 1,669 ( thitung > ttabel), maka Ho ditolak sehingga mengambil HA,

artinya “Terdapat pengaruh hasil belajar peserta diklat yang signifikan antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional”. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.6 hal 142.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian ini, Penulis mengamati proses belajar mengajar peserta diklat pada mata diklat Dasar Teknik Mesin di SMK Negeri 1 Cimahi, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan atau model pembelajaran konvensional. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan terlihat adanya peserta diklat yang kurang begitu antusias dalam belajar, karena proses pembelajaran dengan model tersebut, pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centre), sedangkan proses belajar mengajar yang dilaksanakan bukan terpusat pada guru (teacher centered) tetapi berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran berbasiskan kompetensi yang menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan berfokus pada siswa (Buku 1 Kurikulum SMK Edisi 2004). Hal tersebut, membuat peserta diklat kurang dalam kekreatifan dan keaktifan dari siswa pun tidak terjadi. Padahal pada proses belajar mengajar keaktifan seseorang yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya (Suparno, 1997:29). Suparno (1997:49) mengenukakan prinsip pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivisme


(33)

yaitu: Pengetahuan tidak dapat dipindahkan ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa.

Namun, dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada peserta diklat dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi peserta diklat, guna meningkatkan keaktifan dan kekreatifan dari peserta diklat. Model pembelajaran ini, pada dasarnya mengkondisikan siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok kecil dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu persoalan. Sunal dan Hans dalam Sugandi (2002: 13) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk mendorong siswa agar bekerja sama selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Scot dalam Andriana (2006: 17) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dalam mengerjakan tugas. Pada model pembelajaran TGT, peserta diklat mendapatkan kesempatan aktif berperan serta dalam mengemukakan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata diklat PBR pada sub kompetensi mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin secara berjenjang mulai dari tingkat kognitif pengetahuan, kognitif pemahaman, dan kognitif aplikasi yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi peserta diklat. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu pre test, proses belajar, dan post test.


(34)

Hasil analisis untuk data peningkatan prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata gain kelompok eksperimen 6,28 sedangkan nilai rata-rata gain kelas kontrol sebesar 5,18. Perolehan nilai rata-rata gain didasarkan pada peningkatan pemahaman konsep peserta diklat setelah menerima pembelajaran baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol, dari rata-rata nilai gain kelompok kontrol menunjukan peningkatan pemahaman konsep pada kelompok tersebut masih rendah dibanding rata-rata gain kelompok eksperimen.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama, Hake (2002:4) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan peningkatan hasil belajar yang disebut gain ternormalisasi (N-Gain). Sedangkan hasil analisis peningkatan prestasi belajar siswa berdasarkan perhitungan rata-rata gain normalisasi (N-Gain) kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yaitu sebesar 0,47 Sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 0,38. Meskipun kedua kelompok sampel dikategorikan “sedang”, namun demikian rata-rata gain normalisasi untuk kelompok eksperimen mempunyai nilai lebih tinggi di atas kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar peserta diklat yang lebih baik.


(35)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional

mencapai rata-rata gain dibawah rata-rata kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mencapai rata-rata gain lebih tinggi dari kelas kontrol, dengan demikian dampak terhadap peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen lebih baik. Model pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin pada materi Las Oksi Asetilin. Pengaruh yang timbul merupakan akibat dari terjadinya keaktifan siswa dalam kelompok, pemerataan kesempatan siswa dalam mengemukakan pendapat sehingga siswa lebih berperan aktif dalam memahami bahan ajar dan prestasi belajar yang dicapai lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.


(36)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka penulis mencoba menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Saran-saran yang ditujukan adalah:

1. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif diterapkan disekolah untuk mata diklat PBR maupun mata diklat lainnya, sudah selayaknya sekolah menerapkan dan mensosialisasikannya kepada guru mata diklat.

2. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar dan mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional, maka sudah selayaknya untuk digunakan sebagai model pembelajaran di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian-penelitian yang serupa dapat dikembangkan untuk topik-topik kompetensi yang lainnya.


(37)

68

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, A. (2006). Pengaruh Pemelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Pada FPTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badudu J.S. dan M. Zain S. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

_________ . (1983). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum SMK edisi tahun 2004.

Jakarta: Depdiknas.

_________ .(2006). KTSP SMK edisi tahun 2006. Jakarta: Depdiknas. _________ . (1999). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. _________ . (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2007). Pedoman Akademik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement Versus Traditional Methods. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu

Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning(Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Makmun, A.S. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (2004). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


(38)

Rahadi, Moersetyo. (2002). Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Matematika SMU. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Rusyan. (1994). Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

________. (2007). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Syafaruddin. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugandi, A.S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Time Assisted Individualization (TAI) pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.


(1)

64

yaitu: Pengetahuan tidak dapat dipindahkan ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa.

Namun, dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada peserta diklat dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi peserta diklat, guna meningkatkan keaktifan dan kekreatifan dari peserta diklat. Model pembelajaran ini, pada dasarnya mengkondisikan siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok kecil dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu persoalan. Sunal dan Hans dalam Sugandi (2002: 13) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk mendorong siswa agar bekerja sama selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Scot dalam Andriana (2006: 17) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dalam mengerjakan tugas. Pada model pembelajaran TGT, peserta diklat mendapatkan kesempatan aktif berperan serta dalam mengemukakan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata diklat PBR pada sub kompetensi mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin secara berjenjang mulai dari tingkat kognitif pengetahuan, kognitif pemahaman, dan kognitif aplikasi yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi peserta diklat. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu pre test, proses belajar, dan post test.


(2)

65

Hasil analisis untuk data peningkatan prestasi belajar siswa diperoleh nilai rata-rata gain kelompok eksperimen 6,28 sedangkan nilai rata-rata gain kelas kontrol sebesar 5,18. Perolehan nilai rata-rata gain didasarkan pada peningkatan pemahaman konsep peserta diklat setelah menerima pembelajaran baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol, dari rata-rata nilai gain kelompok kontrol menunjukan peningkatan pemahaman konsep pada kelompok tersebut masih rendah dibanding rata-rata gain kelompok eksperimen.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama, Hake (2002:4) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan peningkatan hasil belajar yang disebut gain ternormalisasi (N-Gain). Sedangkan hasil analisis peningkatan prestasi belajar siswa berdasarkan perhitungan rata-rata gain normalisasi (N-Gain) kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yaitu sebesar 0,47 Sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 0,38. Meskipun kedua kelompok sampel dikategorikan “sedang”, namun demikian rata-rata gain normalisasi untuk kelompok eksperimen mempunyai nilai lebih tinggi di atas kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar peserta diklat yang lebih baik.


(3)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional

mencapai rata-rata gain dibawah rata-rata kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mencapai rata-rata gain lebih tinggi dari kelas kontrol, dengan demikian dampak terhadap peningkatan prestasi belajar pada kelas eksperimen lebih baik. Model pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan berpengaruh positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar mengenal dasar-dasar pengelasan oksi-asetilin pada materi Las Oksi Asetilin. Pengaruh yang timbul merupakan akibat dari terjadinya keaktifan siswa dalam kelompok, pemerataan kesempatan siswa dalam mengemukakan pendapat sehingga siswa lebih berperan aktif dalam memahami bahan ajar dan prestasi belajar yang dicapai lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.


(4)

67

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka penulis mencoba menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Saran-saran yang ditujukan adalah:

1. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif diterapkan disekolah untuk mata diklat PBR maupun mata diklat lainnya, sudah selayaknya sekolah menerapkan dan mensosialisasikannya kepada guru mata diklat.

2. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar dan mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional, maka sudah selayaknya untuk digunakan sebagai model pembelajaran di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian-penelitian yang serupa dapat dikembangkan untuk topik-topik kompetensi yang lainnya.


(5)

68

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, A. (2006). Pengaruh Pemelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Pada FPTK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Badudu J.S. dan M. Zain S. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

_________ . (1983). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum SMK edisi tahun 2004.

Jakarta: Depdiknas.

_________ .(2006). KTSP SMK edisi tahun 2006. Jakarta: Depdiknas. _________ . (1999). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. _________ . (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2007). Pedoman Akademik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement Versus Traditional Methods. [Online]. Tersedia: www.physics.indiana.edu

Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning(Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Makmun, A.S. (1997). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (2004). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

69

Rahadi, Moersetyo. (2002). Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe TGT dalam Pembelajaran Matematika SMU. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Rusyan. (1994). Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

________. (2007). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Syafaruddin. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugandi, A.S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Time Assisted Individualization (TAI) pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt ( Teams Games Tournament ) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Gerak Pada Manusia

0 6 145

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

0 1 202