View of Strategi Peningkatan Efisiensi Biaya Bank Umum Syariah Berbasis Parametic

Strategi Peningkatan Efisiensi Biaya Bank Umum Syariah Berbasis Parametic

Rafika Rahmawati*

Abstract. In the midst of tight competition, Islamic banking is expected to have a good performance in order to compete with conventional banks both local and foreign. The purposes of this study were to analysis the bank cost efficiency level and analysis the effect of input (cost of fund and cost of labor) and output variables (total financing and owned securities). The object of this study is Islamic Banks (BUS) which operates during the period of January 2010 to December 2013. Methods of Stochastic Frontier Approach (SFA) was used to analyze the level of cost efficiency and multiple regression analysis to see the influence of the factors of input and output to the level of cost efficiency. The results showed that the level of efficiency of the BUS is not optimal because there are up to 100%. BMS has the highest efficiency levels. The input and output factors that influence the bank (BUS) cost efficiency level are cost of fund, cost of labor, and total financing.

Keywords: Cost Efficiency, Islamic Bank, SFA Pendahuluan * pu menawarkan bunga kredit yang

Periode Masyarakat Ekonomi lebih kecil dibandingkan bank lokal. ASEAN (MEA) akan segera dirasakan

Suku bunga bank asing umumnya pada tahun 2015. Ditambah dengan

ditawarkan 3% dalam bentuk valas, adanya integrasi jasa keuangan

sedangkan pada bank lokal, suku ASEAN pada tahun 2020, maka 1 bunga dipatok minimal 3,5%-5%.

perbankan asing akan membanjiri Perkembangan bank syariah di Indonesia. Bank lokal, khususnya

Indonesia juga belum optimal, baik bank syariah tentunya akan kesulitan

dari segi jumlah bank, jumlah kantor, bersaing dengan bank-bank asing. Hal

maupun jumlah asetnya. Pada Out- tersebut disebabkan bank asing mam-

look Perbankan Syariah 2014 tercatat pertumbuhan aset Bank Umum

Rafika Rahmawati, lahir 18 Desember Syariah dan Unit Usaha Syariah per

1988, lulusan tahun 2011 Fakultas Syariah dan

Oktober 2013 ( yoy ) 31,8% atau

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus mengalami perlambatan pertumbuhan S2 tahun 2015 dan mendapat gelar Master Sains Bidang Ilmu Manajemen dari Institut Pertanian Bogor. Saat ini sebagai Dosen

Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam Neraca. 2014. Bank Asing Rebut Nasabah UNISMA Bekasi.

Lokal. [diunduh 2014 Januari 27]. Tersedia pada:

http://www.neraca.co.id/bisnis-indone- sia/37649/Bank-Asing-Rebut-Nasabah-Lokal .

75 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 75 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

efisiensi, dikenal dua pendekatan Hal lainnya yaitu perbedaan antara

yang secara umum sering digunakan, BUK dan BUS dalam tingkat suku

yaitu pendekatan tradisional ( traditio- bunga atau bagi hasil yang diperun-

nal approach ) dan pendekatan frontier tukkan bagi nasabah. Tingkat suku

( frontier approach ). Pendekatan trade- bunga rata-rata DPK untuk tabungan

sional merupakan pendekatan yang pada BUK lebih kecil yaitu 2,01%

membandingkan rasio-rasio keuangan dibandingkan tingkat bagi hasil pada

yang ada pada bank. Sedangkan fron- BUS yaitu sebesar 5,66%. Hal ter-

tier approach/frontier efficiency me- sebut mengakibatkan banyak masya-

rupakan pendekatan yang mengguna- rakat yang lebih memilih menyimpan

kan kombinasi aset ( input-output ) dananya di BUS. Sedangkan tingkat

dalam sebuah standar ukuran tertentu. suku bunga rata-rata kredit untuk

Selama ini kinerja bank diukur modal kerja pada BUK sebesar

menggunakan standar akuntansi atau 12,14% lebih kecil dari margin rata-

rasio-rasio keuangan, misalnya dari rata pembiayaan untuk modal kerja

return on equity (ROE), return on pada BUS yaitu sebesar 14,33%. Hal

asset (ROA),asset turn over maupun ini akan membuat masyarakat lebih

return on permanent capital. Namun, memilih untuk meminjam dana di

dengan mengukur efisiensi dari stan- BUK. Dengan demikian BUS akan

dar akuntansi, sumber-sumber inefi- terbebani dengan menumpuknya DPK

siensi pada manajerial perbankan dan yang juga akan menambah besar

faktor-faktor eksternal dan internal kewajiban BUS untuk membayar bagi

yang mempengaruhi terjadinya inefi- hasil. Namun, sumber pendapatan

siensi pada bank tidak dapat diketa- bank terbesar yaitu dari kredit/pem-

hui. 2

biayaan, masih kecil yang diperoleh Menurut Mester (2003), secara BUS.

umum ada 3 pendekatan konsep dasar Oleh karena itu, BUS harus mam-

model efisiensi sektor finansial (per- pu mengelola dana dengan efisien

bankan) yaitu Cost Efficiency, Stan- agar dapat bersaing dengan BUK.

dard Profit Efficiency , dan Alternatif Dengan efisiennya BUS, maka BUS

Profit Efficiency . Cost Efficiency akan dapat memberikan persentase

pada dasarnya mengukur tingkat fee atau margin yang lebih kecil bagi

biaya suatu bank dibandingkan para peminjam dana di BUS, sehingga ini menjadi daya tarik utama bagi nasabah yang ingin meminjam dana di

2 Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, BUS.

Teknik Perbankan Indonesia Menurut Berger dan Humprey

Efisiensi

Pascakrisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA, Jurnal Ekonomi

(1992) bahwa dalam industri per- Pembangunan Volume 1, hlm. 51

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 76 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 76

beroperasi secara efisien sebesar 80% cost) yang menghasilkan output yang

atau terdapat 20% biaya yang ter- sama dengan teknologi yang sama.

buang.

Cost efficiency ini di derivasi dari Dalam analisis tingkat efi-siensi, suatu fungsi biaya, misalkan fungsi

yang pertama dilakukan adalah biaya dengan bentuk persamaan

menentukan input dan output yang umum (log) sebagai berikut:

akan digunakan. Ada berbagai pen- ( ) ……(1.1)

dekatan dalam menentukan input dan Dengan menggunakan bentuk

output perbankan, diantaranya yaitu persamaan stochastic cost frontier pendekatan produksi ( the production

maka persamaan biaya

approach ), pendekatan intermediasi dituliskan sebagai berikut:

dapat

( the intermediary approach ), dan ( ) 3 pendekatan aset ( the asset approach ).

…………………………(1.2) Pendekatan produksi melihat inst- Di mana C adalah total biaya

itusi finansial sebagai produser dari suatu bank, w adalah vektor harga

akun deposit ( deposit account ) dan input, y adalah vektor kuantitas

kredit pinjaman ( loan ), mendefinisi- output, e adalah error term di mana e kan output sebagai jumlah dari akun-

= ln u + ln v . Di mana u adalah akun tersebut atau dari transaksi- controllable factor yang merefleksi-

transaksi yang terkait. Input-input kan faktor inefisiensi sehingga dapat

dalam pendekatan produksi dihitung meningkatkan biaya suatu bank di

sebagai jumlah dari tenaga kerja, pe- atas best practice bank’s cost .

ngeluaran modal pada aset-aset tetap Sedangkan v adalah uncontrollable

( fixed asset ) dan material lainnya. (random) factor atau noise term .

Pendekatan intermediasi memandang Rasio cost efficiency dari suatu bank

sebuah institusi finansial sebagai dapat dirumuskan sebagai berikut:

intermediator yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input

institusional seperti biaya tenaga

kerja dan modal dan pembayaran bagi Dimana C n adalah biaya aktual

hasil pada deposit, dengan output dari bank n. Cost efficiency ratio

(CEFF) adalah proporsi dari biaya

atau 3 resources yang digunakan secara Hadad, MD. Santoso, W. Mardanugraha,

E. dan Illyas, D. 2003. efisien. Misalnya Analisis Efisiensi cost efficiency ratio

Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan suatu bank sebesar 80%, hal ini

Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bank Indonesia, hlm. 3

77 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 77 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

ini adalah:

sial ( financial investment ). Sedangkan

a. Menganalisis perkembangan nilai pendekatan aset memvisualisasikan

efisiensi biaya BUS di Indonesia fungsi primer sebuah institusi finan-

berdasarkan pendekatan parame- sial sebagai pencipta kredit pinjaman

trik Stochastic Frontier Approach ( loans ), di mana output benar-benar

didefinisikan dalam bentuk aset-aset. dan pendekatan non parametrik Dengan melihat latar belakang di

Data Envelopment Analysis . atas, maka perumusan masalah pada

b. Menganalisis komponen-kompo- penelitian ini adalah:

nen input dan output apa saja

a. Berapa tingkat efisiensi biaya yang mempengaruhi tingkat efi- pada masing-masing BUS dan

siensi biaya pada masing-masing pada BUS secara keseluruhan

BUS dan pada BUS secara selama periode Januari 2010 sam-

keseluruhan. pai Desember 2013 berdasarkan

c. Mengetahui hubungan tingkat pendekatan Stochastic Frontier

efisiensi biaya dengan tingkat Approach dan Data Envelopment

profitabilitas pada BUS di Indo- Analysis ?

nesia.

b. Komponen-komponen input dan

d. Merumuskan strategi-strategi output apa yang memiliki panga-

yang tepat dalam meningkatkan ruh terbesar terhadap tingkat efi-

tingkat efisiensi biaya pada BUS siensi biaya pada masing-masing

di Indonesia sebagai bentuk BUS dan pada BUS secara

implementasi manajerial dari keseluruhan?

hasil pengukuran tingkat efisiensi

c. Bagaimana hubungan antara menggunakan metode Stochastic tingkat efisiensi biaya dengan

Frontier Approach . tingkat profitabilitas BUS?

d. Bagaimana strategi peningkatan Metodologi Penelitian efisiensi biaya pada BUS di

Populasi yang dijadikan objek Indonesia sebagai bentuk imple-

penelitian adalah seluruh bank yang mentasi dari hasil pengukuran

beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang tercatat selama periode tahun

tingkat efisiensi menggunakan 2010 sampai 2013 sejumlah 2.990 metode

bank dengan rincian 11 Bank Umum Approach dan strategi BUS

Stochastic

Frontier

Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan dalam menghadapi MEA?

163 Bank Pembiayaan Rakyat

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 78

Syariah. Teknik pengambilan sampel definisi operasional variabel dapat dilakukan secara purposive sampling diringkas pada variabel berikut.

dengan kriteria Bank Umum Syariah Tabel 1. Operasional Variabel- (BUS) yang beroperasi dan terdapat

Variabel Penelitian laporan keuangan bulanan secara

lengkap selama periode Januari 2010 Skala

Jenis

Indikator

Definisi Indikator

sampai Desember 2013. Berdasarkan

Variabel

Total Biaya

kriteria tersebut, maka yang menjadi Jutaan

Dependen

Penjumlahan dari

(TC)

Beban estimasi Rupiah

sampel dalam penelitian ini adalah 5 kerugian komitmen BUS, yaitu Bank Muamalat Indonesia dan kontinjensi +

Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Total beban Syariah, BRI Syariah, dan Bank operasional lainnya +

Beban penyisihan

Syariah Bukopin. Jenis data yang penghapusan aktiva + digunakan adalah data kuantitatif Beban non

berupa data rasio. Sumber data yang operasional).

Beban

digunakan adalah data sekunder dan Jutaan

Independen

Salah satu beban

Personalia

operasional bank, Rupiah

primer.

(P 1 )

yang pencatatannya

Penentuan komponen input dan pada laba rugi.

Beban Bagi

output pada penelitian ini menggu- Jutaan

Independen

Kewajiban bank atas

Hasil (P 2 )

dana-dana pihak Rupiah

nakan pendekatan Asset Approach ketiga yang telah seperti yang digunakan oleh Mulia-

dihimpun oleh bank syariah, beban ini man D. Hadad dalam penelitiannya,

dicatat dalam laporan sehingga variabel input dan outputnya

laba rugi. ditentukan sebagai berikut:

Independen

Total

Aktiva produktif bank Jutaan

a. Pembiayaan yang menghasilkan. Variabel Input (X): Beban Perso- Rupiah

nalia (P Pembiayaan pada

1 ) dan Beban Bagi Hasil bank syariah antara (P 2 ).

(Q 1 )

lain dalam bentuk

b. Variabel Output (Y): Total Pem- pembiayaan Mudharabah dan

biayaan (Q 1 ) dan Surat Berharga

Surat

Musyarakah.

yang Dimiliki (Q Jutaan

Aset bank dalam

bentuk sekuritas yang Rupiah

Pada penelitian ini, variabel yang

yang

pencatatannya pada

digunakan sebagai input yaitu beban

Dimiliki

neraca pada sisi

personalia dan beban bagi hasil serta aktiva. output yang digunakan yaitu total

(Q 2 )

pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki, dalam mempengaruhi ting-

1. Stochastic Frontier Approach kat efisiensi biaya yang dikeluarkan

Perangkat lunak Frontier 4.1 oleh Bank Umum Syariah. Berikut

digunakan untuk mengestimasi fungsi

79 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 79 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

persamaan SFA dapat panel data pada pendekatan para-

maka

dituliskan sebagai berikut. metrik Stochastic Frontier Approach (SFA). Fungsi standar stochastic cost frontier memiliki bentuk umum (log)

.............................................(1.7) sebagai berikut:

Di mana:

= natural logarithm Total Di mana:

C = Total biaya bank n

lnP1

= natural logarithm Beban

X ji = Input j pada bank n

Personalia

Y ji = Output k pada bank n

lnP2

= natural logarithm Beban

e i = Error

Bagi Hasil

e i terdiri dari 2 fungsi yaitu:

lnQ1

= natural logarithm Total …………..... (1.5) Pembiayaan

Di mana :

= natural logarithm Surat u i = faktor error yang dapat

lnQ2

Berharga yang Dimiliki dikendalikan

= noise v i = faktor error yang bersifat

lnvi

= inefisiensi random

lnui

yang tidak

dapat

dikendalikan.

2. Uji Asumsi Klasik Diasumsikan bahwa v terdistribusi

2 Berbeda dengan alat analisis normal N(0, σ v ) dan u terdistribusi

2 lainnya, regreasi linear ganda memer- half-normal, |N(0,

3 σ v )| di mana u it = (u i exp(-h(t-T)) lukan uji persyaratan yang sangat dan

h adalah parameter ketat. Setelah persamaan regresi yang akan diestimasi.

linear berganda terbentuk, perlu Secara matematis, efisiensi biaya

dilakukan beberapa uji asumsi klasik, BUS pada penelitian ini menggu-

yaitu uji autokorelasi, uji heteros- nakan rumus yang dikembangkan oleh

kedastisitas, dan uji multikolinearitas. Berger dan Mester.

Pertama, untuk mendeteksi nor- malitas digunakan grafik Normal P-P Plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari data sesungguhnya Tingkat efisiensi biaya berada antara

dengan distribusi kumulatif dari

0 sampai 1. Tingkat efisiensi 1 me- distribusi normal. Kedua, untuk men- nunjukkan tingkat efisiensi optimal

deteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu 100%. Dengan memasukkan

dalam suatu model regresi dilakukan variabel-variabel input dan output

pengujian dengan menggunakan Uji yang digunakan pada penelitian ini,

Durbin Watson (Uji D w ) dengan ketentuan nilai D w berada di antara -2

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 80 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 80

nifikan berpengaruh terhadap variabel ada atau tidaknya Heteroskedastisitas

dependen.

dengan cara melihat grafik Scatter- Adapun uji t digunakan untuk plot . Jika ada pola tertentu, seperti

menguji kuatnya hubungan masing- titik-titik yang ada membentuk pola

masing variabel independen terhadap tertentu yang teratur (bergelombang,

variabel dependen secara individu. melebar kemudian menyempit), maka

Dengan membandingkan antara nilai mengindikasikan telah terjadi Hete-

t hitung dengan t tabel yang didapat dari roskadastisitas. Dan keempat, untuk

masing-masing variabel dengan mendeteksi ada atau tidaknya multi-

menggunakan taraf signifikan 95% kolinearitas di dalam model regresi

( =5%). Jika t hitung > t tabel pada tiap dilihat dari hubungan antar variabel

variabel independen maka variabel bebas yang ditunjukan oleh angka

independen tersebut signifikan berpe- tolerance dan variance inflation factor ngaruh terhadap variabel dependen.

(VIP). Apabila angka tolerance mendekati 1 dan VIP < 10 maka me-

4. Regresi Data Panel nunjukan model terbebas dari gejala

Data panel adalah data yang multikolinearitas.

diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang pada objek

3. Uji Statistik observasi yang sama pada waktu yang Secara statistik untuk mengetahui

berbeda. Data panel dapat menjelas- seberapa besar variabel-variabel bebas

kan dua macam informasi, yaitu (variabel independen) secara serentak

informasi cross-section pada perbe- dapat menerangkan variabel tidak

daan antar objek, dan informasi time bebas (variabel dependen) dapat dili-

series yang merefleksikan perubahan hat dari besarnya koefisien korelasi

pada objek waktu. Terdapat tiga ganda atau R 2 . Disebabkan terdapat

metode dalam perhitungan analisis lebih dari 2 variabel independen, ma-

regresi data panel, yaitu: ka digunakan uji Adjusted R Square.

a. Metode Common-Constant The ( Selanjutnya, untuk mengetahui

OLS Method /PLS), signifikansi pengaruh semua variabel

Pooled

merupakan metode paling seder- independen secara bersama-sama ter-

hana. Estimasinya diasumsikan hadap variabel dependen digunakan

Uji F, yaitu dengan membandingkan bahwa setiap objek memiliki

F hitung yang dihasilkan oleh regresi intersep dan slope yang sama. linear berganda dengan F tabel pada

b. Metode Fixed Effect (FEM). taraf signifikan sebesar 95% ( =5%).

Pada metode ini, intersep pada Jika F hitung > F tabel maka variabel

regresi dapat dibedakan antar

81 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 81 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

Berdasarkan asumsi-asumsi diatas tik tersendiri.

peneliti melakukan rumusan hipotesis sebagai berikut:

c. Metode Random Effect (REM).

H = Tidak terdapat pengaruh Pada metode ini, parameter-

parameter yang berbeda antar antara komponen-komponen daerah maupun antar waktu

input dan output terhadap dimasukkan ke dalam error.

tingkat efisiensi biaya bank Karena hal tersebut metode ini

syariah. disebut error component method .

H = Terdapat pengaruh antara

Menurut Winarno (2009) – dalam komponen-komponen input Istianawati (2014), metode ini

dan output terhadap tingkat dapat digunakan jika jumlah data

efisiensi biaya bank syariah. cross section lebih besar diban-

Untuk mendapatkan hasil yang ding dengan variabel independen.

signifikan (mendekati kebenaran) maka penelitian ini menggunakan

Ketiga metode tersebut selanjut- derajat keyakinan 95 % ( α = 5 %). nya akan ditentukan model yang

paling tepat untuk mengestimasi Hasil dan Pembahasan parameter regresi data panel. Secara

1. Analisis Tingkat Efisiensi Biaya formal

pengujian yang

dapat

Bank Umum Syariah dilakukan yaitu:

a. Uji Chow (F statistik) merupakan Dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) ,

pengujian yang dilakukan untuk tingkat efisiensi dari masing-masing mengetahui model yang diguna-

Bank Umum Syariah dapat diukur.

kan OLS atau FEM. Tolak H 0 jika

Tingkat efisiensi tersebut dianalisis

F hitung > F tabel sehingga dari model fungsi biaya dengan metode FEM lebih baik dibanding

variabel dependen total biaya/total dengan metode OLS.

cost (TC), input yang terdiri dari

b. beban personalia (P1) dan beban bagi Uji Hausman merupakan penguji-

hasil (P2), sedangkan variabel output an statistik sebagai dasar per-

yaitu total pembiayaan (Q1) dan surat timbangan dalam memilih meng-

berharga yang dimiliki (Q2). gunakan metode FEM atau REM.

Fungsi biaya yang dihasilkan tolak H0 jika χ2 hitung > χ2

adalah dalam bentuk model frontier tabel sehingga me tode yang

yang merupakan model translog digunakan adalah metode FEM.

bukan sebuah model linear atau garis lurus, oleh karena itu semua variabel

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 82 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 82

yang dimiliki (Kumbhakar, 2003 – dalam Hartono).

surat

berharga

mengalami peningkatan sebesar 1%, Pengolahan data dilakukan dengan

maka total biaya akan mengalami menggunakan

peningkatan sebesar 0,109%. Frontier 4.1. Bentuk model prediksi

perangkat

lunak

Berikut hasil efisiensi biaya dengan tingkat efisiensi biaya pada BUS

metode SFA pada lima BUS. dapat ditulis sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Efisiensi ln TC= -0,267 + 0,542 lnP1 + 0,538

Biaya Bank Umum Syariah Metode lnP2 - 0,971 lnQ1 + 0,109 lnQ2

SFA Dalam persamaan regresi di atas,

Tingkat Efisiensi Biaya konstanta TC adalah sebesar -0,267.

Periode

BMI

Hal ini berarti apabila variabel input BSB

BSM BMS BRIS

dan variabel output dianggap konstan, 0.9051

maka BUS akan mengeluarkan biaya

0.9697 0.9032 0.9329 0.8827 0.8737 minimum untuk tingkat output

0.9567 0.8825 0.8951 0.8162 0.8716 tertentu yaitu sebesar 0,7657 juta dari

Juni 2010

September

total aktiva (e -0,267 = 0,7657 hasil

0.8491 0.9708 0.9701 0.8399 0.9531 personalia (lnP1) koefisien regresi

Pada variabel input yaitu beban

Maret 2011

0.8356 0.8247 0.9378 0.7630 0.9769 0,542 menunjukan bahwa jika eks-

Juni 2011

0.8452 0.8081 0.9452 0.6433 0.9548 ponen beban personalia mengalami

September

peningkatan sebesar 1%, maka total

akan meningkat

sebesar

0,542%. Dan beban bagi hasil (lnP2)

Maret 0.7774 0.8445 0.9838 0.9549 2012 0.9866 koefisien regresi 0,538 menunjukan

0.7841 0.8482 0.9441 0.7948 0.9441 bahwa jika eksponen beban bagi hasil

0.7831 0.8645 0.9022 0.7944 0.9683 mengalami peningkatan sebesar 1%,

Juni 2012

September

0.7559 0.8705 0.8828 0.8644 0.9557 peningkatan sebesar 0,538%.

maka total biaya akan mengalami

0.7845 0.8980 0.9715 0.7100 0.6231 yaitu total pembiayaan (lnQ1)

Sedangkan pada variabel output

Maret 2013

0.7674 0.9322 0.9340 0.7339 0.5492 koefisien regresi -0,971 menunjukan bahwa jika eksponen total pem-

Juni 2013

September 0.7444 0.9281 0.9122 0.7795 2013 0.5935 biayaan

0.7585 0.9009 0.8484 0.6984 0.5837 sebesar 1%, maka total biaya akan

mengalami penurunan

0,971%. Dan surat berharga yang Rata-Rata Tingkat Efisiensi SFA Seluruh BUS = 0,8538 dimiliki (lnQ2) koefisien regresi 0,109

83 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

Tingkat efisiensi biaya dengan metode SFA yaitu sebesar 0,853765 pendekatan SFA secara rata-rata

dengan standar deviasi 0,101588. keseluruhan BUS diketahui sebesar

Pengelompokkan nilai efisiensi biaya 0,8538 atau 85,38%. Artinya BUS

SFA menjadi empat kategori dengan secara keseluruhan hanya efisien

menggunakan persentil kuartile ± menggunakan

standar deviasi adalah sebagai 85,38%, sedangkan sisanya 14,62%

biaya terbuang. Diketahui juga bahwa BMS memiliki tingkat efisiensi biaya

Tabel 3. Kategori Efisiensi Biaya SFA tertinggi dibandingkan dengan BUS lainnya dan BUS secara

Kategori keseluruhan, yaitu sebesar 0,9238 atau 92,38%. Sedangkan BRIS

Tingkat

Efisiensi Biaya memiliki tingkat efisiensi biaya SFA

< 0,65 Tidak Efisien terendah, yaitu sebesar 0,7835 atau

0,65 – 0,89 Kurang Efisien 78,35%.

Rata-rata tingkat efisiensi biaya Cukup Efisien SFA pada BMI, BRIS, dan BSB

Efisien masih berada di bawah rata-rata

tingkat efisiensi seluruh BUS. Maka, agar dapat lebih berkompetisi, maka

Maka, kelima BUS dapat dikelom- ketiga BUS tersebut harus lebih

pokkan sebagai berikut. memangkas biaya-biaya yang tidak efektif. Oleh karena itu, peningkatan

Tabel 4. Pengelompokkan Tingkat efisiensi biaya masih harus terus

Efisiensi dilakukan. Tingkat efisiensi biaya SFA juga terlihat sangat variasi mulai

BUS Tingkat Kategori dari 0,5492 (BSB periode Juni 2013)

Efisiensi sampai dengan 0,9866 (BSB periode

Bank 83,28% Kurang Maret 2012). Hal tersebut mem-

Muamalat Efisien buktikan bahwa setiap BUS memiliki

Indonesia

Kurang berbeda-beda dalam hal penekanan Efisien

strategi implementasi manajerial yang

biaya bagi hasil, penekanan biaya Bank Mega 92,38% personalia, pengaturan investasi, dan Cukup Syariah Efisien sebagainya.

BRI Syariah 78,35% Kurang Hasil efisiensi biaya dengan

Efisien metode SFA, dapat dibagi berdasar-

Bank 84,92% Kurang kan beberapa kategori. Adapun nilai

Syariah Efisien rata-rata efisiensi biaya dengan

Bukopin

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 84

Berdasarkan tabel di atas, dapat terhadap efisiensi biaya (pengujian disimpulkan bahwa BMI, BSM,

Hipotesis) yaitu.

BRIS, dan BSB termasuk dalam 2 a. Uji Adjusted R Square (Adj R ) kategori bank yang kurang efisien

Berikut hasil uji Adjusted R dalam mengelola dananya. Sedangkan

Square dari masing-masing BUS. BMS termasuk bank yang cukup

Tabel 5. Hasil Uji Adjusted R Square efisien dalam mengelola dananya.

(Adj R 2 ) Hasil ini menunjukkan bahwa tidak

BMI

BSM BMS BRIS BSB

Keseluruhan

ada BUS yang beroperasi secara BUS efisien. Untuk itu, perlu adanya per- Adj

0,983 0,998 0,926 0,964 katkan kinerja efisiensi BUS.

baikan-perbaikan dalam

Sumber: Data sekunder yang diolah.

2. Pengaruh Variabel Input-Output

Terhadap Efisiensi Biaya BUS Nilai Adjusted R Square kese- Berikut hasil uji asumsi klasik (uji

luruhan BUS dari model regresinya asumsi ordinary least square ). Dari

adalah sebesar 0,983 atau 98,3% yang grafik Normal P Plot dapat disimpul-

menunjukan variabel bebas (beban kan bahwa data penelitian pada

personalia, beban bagi hasil, total kelima BUS, hanya BRIS yang tidak

pembiayaan, dan surat berharga yang berdistribusi secara normal dan tidak

dimiliki) secara bersama-sama dapat memenuhi uji normalitas data. Hasil

menerangkan variabel terikat (total uji autokorelasi dapat disimpulkan

biaya) sebesar 98,3% dan sisanya bahwa tidak terdapat autokorelasi,

1,7% dijelaskan variabel lain yang kecuali pada Bank Muamalat. Dari

dimasukan dalam model diagram scatterplot yang merupakan

tidak

penelitian.

hasil uji heteroskedastisitas, dapat

b. Uji F

disimpulkan bahwa model regresi Diketahui bahwa F tabel dengan pada kelima BUS telah bebas dari

tingkat =5%, df 1 = 4 dan df 2 = 43, gejala heteroskedastisitas. Berdasar-

didapat F tabel sebesar 2,61. Sedangkan kan uji multikolinearitas dari masing-

hasil uji F masing-masing BUS masing BUS, diketahui bahwa varia-

diperoleh F hitung BMI sebesar 888,409; bel independen pada seluruh BUS

BSM 937,703; BMS 6,446; BRIS mengalami masalah multiko-linea-

148,221; dan BSB 313,708. Maka, ritas.

dapat disimpulkan bahwa seluruh Selanjutnya, hasil pengujian

F hitung BUS lebih besar dari F tabel , terhadap lima BUS mengenai penga-

sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. ruh variabel input dan output

Artinya, ada variabel input dan output pada BUS memiliki pengaruh yang

85 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015 85 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

diperoleh lebih besar dibandingkan itu, selanjutnya dilakukan uji t untuk

dengan F tabel (2.37). Atau nilai mengetahui signifikan pada masing-

probabilitas (0.00) kurang dari taraf masing variabel independen (variabel

kepercayaan (0.05). Jadi metode input output).

FEM lebih baik dibandingkan dengan

c. Uji t metode OLS dalam menilai pengaruh Uji t pada variabel independen

faktor-faktor input dan output dengan menggunakan uji dua arah

terhadap tingkat efisiensi biaya pada maka /2 = 0,05/2 = 0,025, di mana df

BUS.

yang akan sebesar 2,021.

= n – 2 = 46, maka didapat t tabel Berikut

tabel

membandingkan hasil Uji t pada Selain itu, dilakukan juga analisis

masing-masing BUS dengan hasil Uji pengaruh faktor-faktor input dan

t pada keseluruhan BUS. output

terhadap tingkat

biaya

berdasarkan data seluruh BUS atau Tabel 6. Hasil Uji t Keseluruhan dengan analisis regresi data panel.

Analisis dilakukan dengan bantuan Variabel BMI BSM BMS BRIS

BSB BUS

software Eviews7. Data pengamatan Keseluruhan

berjumlah 240 pengamatan yaitu data +* cross section Personalia berjumlah 5 BUS dan

Beban +*

+* - +*

Beban Bagi +*

data +* time series berjumlah 48 bulan.

Dalam penelitian ini pendekatan

metode REM tidak digunakan, karena Pembiayaan

Surat -*

adanya ketentuan bahwa untuk +

mengolah data dengan metode REM,

jumlah data cross section harus lebih

banyak dari jumlah variabel. Oleh Ket: * = menunjukkan variabel karena itu, penelitian ini menggu-

signifikan pada taraf nyata 5% nakan metode FEM.

Setelah mengetahui model yang Beban Personalia secara umum sesuai digunakan dalam penelitian ini

berpengaruh positif terhadap Total maka langkah selanjutnya adalah

Biaya. Peningkatan Beban Personalia melakukan pengujian Chow dan

akan meningkatkan Total Biaya dan Hausman. Seperti yang telah dipapar-

akan mengurangi nilai efisiensi biaya kan di atas bahwa metode REM tidak

pada BUS. Oleh karena itu, agar da- dapat digunakan dalam penelitian ini

pat lebih efisien maka BUS harus maka hanya dilakukan pengujian

mengurangi Beban Personalia, selama Chow.

Hasil pengujian

Chow

peningkatan Beban Personalia tanpa diikuti dengan peningkatan kinerja

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 86 Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 86

pada BUS, sehingga masyarakat wa beban gaji bagi para direksi cukup

merasa mahal pembiayaan di BUS. tinggi. Untuk itu, perlu adanya peng-

Untuk itu, agar pembiayaan pada kajian mendalam kesesuaian tinggi-

BUS dapat ditingkatkan, maka BUS nya gaji direksi terhadap efisiensi

harus menurunkan tingkat bagi hasil perusahaan.

atau marginnya agar lebih kompetitif Beban Bagi Hasil secara umum

dan diminati oleh masyarakat. berpengaruh positif terhadap Total

Surat Berharga yang Dimiliki Biaya. Peningkatan Beban Bagi Hasil

secara umum juga berpengaruh nega- akan meningkatkan Total Biaya dan

tif terhadap Total Biaya. Peningkatan akan mengurangi nilai efisiensi biaya

Surat Berharga dapat mengurangi pada BUS. Selama ini, DPK hanya

Total Biaya, sehingga tingkat efisien- menjadi beban bagi BUS. Hal tersebut

si dapat meningkat. Namun, pada disebabkan BUS memiliki kewajiban

BUS secara keseluruhan, Surat Ber- membayar return bagi DPK. Seperti

harga diketahui tidak berpengaruh yang telah dijelaskan sebelumnya,

terhadap Total Biaya. Hal tersebut return tabungan di BUS lebih tinggi

kemungkinan disebabkan karena ke- dari BUK. Oleh karena itu, BUS perlu

cilnya nilai Surat Berharga pada BUS, memangkas Beban Bagi Hasil dengan

sehingga tidak mempengaruhi Total menurunkan nisbahnya kepada nasa-

Biaya. Oleh karena itu, Surat Ber- bah penabung. Yang diperlukan BUS

harga perlu dioptimalkan agar dapat saat ini bukanlah jumlah DPK yang

menghasilkan return yang lebih besar banyak, tetapi bagaimana mengelola

bagi BUS.

DPK dengan baik agar berputar dan menghasilkan return yang lebih tinggi

3. Perbandingan Tingkat Efisiensi bagi BUS.

Biaya dan Tingkat Profitabilitas Total Pembiayaan secara umum

BUS

berpengaruh negatif terhadap Total Indikator yang umum diguna-kan Biaya. Peningkatan Total Pembiayaan untuk mengukur tingkat profitabi- akan mengurangi Total Biaya. Hal ini litas adalah ROA ( Return on Assets ). menunjukkan bahwa pembiayaan pa- Rasio ROA adalah rasio yang menun-

da BUS perlu ditingkatkan, karena jukan kemampuan dari keselu-ruhan dapat menghasilkan return yang baik aktiva yang ada dan yang digunakan bagi BUS, sehingga beban-beban untuk menghasilkan keun-tungan. dapat dikurangi dan tingkat efisiensi

Berikut rata-rata tingkat profita- biaya juga akan meningkat. Rendah-

bilitas pada kelima BUS selama nya nilai efisiensi pada BUS periode 2010 sampai 2013. disebabkan oleh beberapa faktor,

salah satunya yaitu tingginya tingkat

87 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

Tabel 7. Rata-RataTingkat Berikut tabel yang memper- Profitabilitas Bank Umum Syariah

lihatkan hasil tingkat efisiensi biaya BMI

dan tingkat profitabilitas pada kelima

BUS periode 2010-2013. RO

Tabel 10. Kinerja Bank Umum A 1,48

Syariah Periode 2010-2013 %

BUS Kategori

Kategori

Hasil profitabilitas di atas, dapat Efisiensi Biaya

Profitabilitas

dikelompokkan menjadi lima kategori

berdasarkan Surat Edaran Bank Indo- Muamalat Cukup

Bank

Kurang Efisien Profitabilitas

Indonesia

nesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Bank Syariah Kurang Efisien

Profitabilitas

Oktober 2011. Mandiri Tinggi Tabel 8. Kategori Profitabilitas

Bank

Syariah Mega

Cukup Efisien Profitabilitas

Tinggi BRI Syariah

Kurang Profitabilitas

Kurang Efisien Profitabilitas

Tingkat

Kategori

Bank Syariah Kurang Efisien

Profitabilitas

Bukopin Kurang 0%

Tidak Profitabilitas Dari tabel di atas menunjukkan

0,5% – 1,25% Profitabilitas terdapat ketidakselarasan antara hasil

efisiensi dan tingkat 1,25% - 1,5%

Kurang

tingkat

Profitabilitas profitabilitas BUS. Diantaranya pada

BMI, BSM, dan BMS. >1,5%

Cukup

Profitabilitas Pada BMI diketahui memiliki

Tinggi

tingkat efisiensi biaya kurang efisien dan memiliki profitabilitas yang cu-

Maka, kelima BUS dapat dikelom- kup. Artinya, BMI belum mengelola pokkan sebagai berikut.

dananya dengan efisien. BMI masih BUS

Tingkat Kategori

belum memangkas dana-dana yang Profitabilitas tidak penting, sehingga profitabilitas

Bank

BMI menjadi tidak optimum. Berda- Muamalat

1,48% Profitabilitas

keuangan BMI Indonesia

Bank 2,09% diketahui bahwa hingga Mei 2014

Profitabilitas

pertumbuhan

laba BMI hanya

Syariah

Mandiri mencapai 3%. Hal tersebut terjadi

Tinggi

dana mengalami Syariah

karena

biaya

Bank Mega 2,77%

peningkatan. Selain itu, pada RUPS BRI

Profitabilitas

Tinggi

Tabel 9. Pengelompokkan 0,83% Profitabilitas (Rapat Umum Pemegang Saham) Syariah

Profitabilitas Kurang Tahunan pada akhir Juni 2014 Bank

Bukopin Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 88

89 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

disetujui bahwa penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun buku 2013 setelah pajak sebesar Rp 475,8 miliar dipergunakan untuk cadangan perseroan, tidak ada pembagian dividen bagi

pemegang saham (Republika, Februari 2015). BMI juga sangat gencar untuk menjaring DPK. Mulai dari promosi berupa pemberian hadiah-hadiah maupun memberikan tingkat bagi hasil yang tinggi mele- bihi BI Rate. Hal inilah yang harus diperhitungkan oleh manajemen BMI, agar peningkatan dana DPK juga harus diikuti dengan peningkatan optimalisasi return dari pengelolaan DPK tersebut.

Pada BSM diketahui memiliki tingkat efisiensi yang kurang dan memiliki profitabilitas yang tinggi. Artinya, BSM belum mengelola dana dengan efisien. Namun, profitabilitas yang tinggi dapat diperoleh BSM. Hal tersebut disebabkan BSM mene- tapkan nisbah bagi hasil kepada nasa- bah peminjam termasuk tinggi. Agar BSM dapat lebih kompetitif, maka tingkat efisiensi biaya harus diting- katkan, sehingga BSM dapat mem- berikan nisbah yang lebih rendah dan kompetitif dengan bank lainnya. Selain itu, BSM banyak menge- luarkan produk-produk yang laku di pasaran, seperti Gadai dan Cicil Emas, serta Tabungan Haji. Omset produk Gadai Emas BSM mencapai Rp 2,05 triliun dan tiap bulan omset meningkat sekitar 16,25% (Metrotv- news.com, September 2014). Sedang- kan untuk Tabungan Haji, BSM juga

terus memperluas pangsa pasarnya, BSM ingin dikenal sebagai bank haji dan umroh. Untuk itu, BSM ikut serta dalam International Islamic Expo 2013, di mana mempromosikan pro- duk-produk dan pelayanan terkait haji dan umroh (Infobank, Desember 2013). Dapat disimpulkan, BSM memiliki produk yang lebih unggul dari BUS lainnya, sehingga BSM dapat memperoleh laba yang tinggi. Namun, laba tersebut sebenarnya dapat lebih ditingkatkan yaitu dengan melakukan efisiensi pada biaya-biaya yang dapat diminimalisir pengeluar- annya.

Pada BMS diketahui memiliki tingkat efisiensi yang cukup baik dan tingkat profitabilitas yang tinggi. Artinya, BMS sebagai BUS dengan aset yang tidak besar mampu menge- lola dananya dengan optimal sehingga memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dan juga tidak terlalu terbebani dengan DPK sehingga tingkat efi- siensi cukup baik. Laba BMS pada akhir tahun 2013 meningkat sebesar 13,09% dibandingkan tahun sebelum- nya. BMS diketahui tidak terlalu besar target perolehan DPK. Hal inilah yang membuat BMS tidak terlalu terbebani dengan biaya dana DPK tersebut. BMS fokus pada pembiayaan yang didominasi oleh joint financing kendaraan roda dua, di mana pembiayaan tersebut terus mengalami

peningkatan

sebesar 56,52% dari tahun sebelumnya (Bisnis Indonesia, Februari 2014).

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 90

Pada BRIS diketahui memiliki tingkat efisiensi dan profitabilitas yang kurang. Artinya, BRIS harus terus meningkatkan efisiensi biaya dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak penting yang tidak dapat meningkatkan profitabilitas. Diharap- kan dengan semakin efisien maka tingkat profitabilitas juga akan meningkat. BRIS mengalami penu- runan laba drastis pada periode pertama tahun 2014, yaitu turun sebesar 97,73%. Hal tersebut kemung- kinan terjadi karena beberapa hal. Salah satunya, mayoritas portofolio pembiayaan pada BRIS adalah mura- bahah (jual-beli), di mana margin pembiayaan sudah disepakati di awal. Sehingga, ketika ada kenaikkan margin deposito, BRIS tidak dapat menaikkan margin pembiayaan mura- bahah tersebut. Maka, BRIS pun harus menanggung biaya dana yang meningkat tersebut tanpa diimbangi dengan

peningkatan

pendapatan

(Kontan, Agustus 2014). Di sisi lain pertumbuhan DPK pada BRIS hanya tumbuh 3,19%.

Pada BSB diketahui bahwa me- miliki tingkat efisiensi yang kurang dan juga memiliki tingkat profita- bilitas yang kurang. Artinya, penge- lolaan dana pada BSB belum baik. BSB belum mampu meminimalisir biaya-biaya yang tidak penting. BSB juga sangat selektif dalam menya- lurkan

pembiayaan.

Pembiayaan

murabahah di mana return yang didapat bank fix (tetap), dianggap menekan laba bagi BSB. Oleh karena

itu, BSB harus mampu menempatkan dananya pada investasi-investasi yang memberikan keuntungan yang baik, sehingga profitabilitas BSB dapat meningkat dan dari profitabilitas ter- sebut dapat mengurangi beban biaya pada BSB.

Implikasi Manajerial

Tingkat persaingan harga yang makin ketat pada perbankan menuntut Bank Umum Syariah untuk mampu memberikan harga yang kompetitif bagi para nasabah. Dengan memini- malisir biaya-biaya, BUS akan mam- pu memberikan harga yang lebih kompetitif. Oleh karena itu, perhi- tungan efisiensi biaya sangatlah di- perlukan. Efisiensi biaya diartikan sebagai rasio antara biaya minimum dimana perusahaan dapat menghasil- kan sejumlah output tertentu, dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan tersebut. Semakin kecil biaya sebenarnya yang digunakan dibandingkan dengan biaya minimum, maka tingkat efisiensi biaya bank akan semakin besar.

Berikut beberapa rekomendasi im- plikasi manajerial berdasarkan hasil penelitian:

a. Bank Muamalat Indonesia BMI memiliki tingkat efisiensi

biaya yang rendah dan tingkat profitabilitas yang cukup baik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa BMI masih banyak terbebani oleh biaya- biaya yang seharusnya dapat dimini- malisir. Beban bagi hasil dan beban biaya yang rendah dan tingkat profitabilitas yang cukup baik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa BMI masih banyak terbebani oleh biaya- biaya yang seharusnya dapat dimini- malisir. Beban bagi hasil dan beban

perlu mengelola DPK dengan baik itu, BMI perlu lebih mengoptimalkan

agar DPK tersebut dapat memberikan DPK untuk disalurkan dalam bentuk

keuntungan bagi BSM dan tidak pembiayaan agar DPK tersebut mam-

hanya menjadi beban bagi BSM. pu memberikan return bagi BMI dan

c. Bank Mega Syariah tidak hanya menjadi beban bagi BMI.

BMS memiliki tingkat efisiensi Beban personalia juga harus dipang-

biaya yang cukup baik dan tingkat kas karena hanya menjadi beban bagi

profitabilitas yang tinggi. dari hasil BMI selama ini tanpa diikuti dengan

tersebut diketahui BMS belum opti- peningkatan kinerja karyawan. Na-

mal melakukan efisiensi biaya. Beban mun, total pembiayaan pada BMI juga

bagi hasil dan beban personalia secara berpengaruh

signifikan meningkatkan total biaya katkan total biaya pada BMI. Hal ini

signifikan

mening-

pada BMS. Oleh karena itu, BMS mungkin terjadi karena margin pem-

perlu lebih mengoptimalkan DPK biayaan yang tinggi sehingga pem-

untuk disalurkan dalam bentuk pem- biayaan yang disalurkan tidak optimal

biayaan agar DPK tersebut mampu dalam memberikan keuntungan bagi

memberikan return bagi BMS dan BMI. Selain itu, agar dapat bersaing

tidak hanya menjadi beban bagi BMS. BMI memberikan margin yang lebih

Beban personalia juga harus dipang- rendah tetapi margin tersebut belum

kas karena hanya menjadi beban bagi dapat menutupi biaya BMI.

BMS selama ini tanpa diikuti dengan

b. Bank Syariah Mandiri peningkatan kinerja karyawan. Stra- BSM memiliki tingkat efisiensi

tegi lainnya, total pembiayaan pada yang cukup baik dan tingkat profita-

BMS harus lebih ditingkatkan karena bilitas yang tinggi. Dari hasil tersebut

total pembiayaan signifikan menurun- diketahui BSM dengan aset yang

kan total biaya pada BMS. besar mampu menghasilkan profit

d. BRI Syariah yang tinggi dan efisiensi biaya yang

BRIS memiliki tingkat efisiensi cukup baik walaupun belum optimal.

biaya dan profitabilitas yang rendah. Dalam meningkatkan efisiensi biaya,

Untuk itu, perlu pengelolaan yang BSM perlu meningkatkan penem-

lebih baik bagi BRIS. Dari hasil patan

analisis diketahui beban bagi hasil investasi yang menguntungkan seperti

dananya pada

investasi-

signifikan meningkatkan total biaya surat berharga. Dari hasil analisis di-

pada BRIS. Oleh karena itu, BRIS ketahui bahwa surat berharga sig-

perlu mengelola DPK dengan baik nifikan mengurangi total biaya pada

agar DPK tersebut dapat memberikan BSM. Selain itu, beban bagi hasil juga

keuntungan bagi BRIS dan tidak ha- signifikan meningkatkan total biaya

nya menjadi beban bagi BRIS. Total

91 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015

Maslahah , Vol. 6, No. 2, November 2015 92

pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki BRIS juga secara signifikan menurunkan total biaya pada BRIS. Maka, BRIS harus lebih mening- katkan pembiayaan dan investasi yang menguntungkan dan aman.

e. Bank Syariah Bukopin BSB memiliki tingkat efisiensi

biaya dan profitabilitas yang rendah. Dari hasil analisis diketahui bahwa beban bagi hasil dan surat berharga yang dimiliki BSB signifikan mening- katkan total biaya BSB. Oleh karena itu, BSB perlu mengelola DPK dengan baik agar DPK tersebut dapat memberikan keuntungan bagi BSB dan tidak hanya menjadi beban bagi BSB. Selain itu, penempatan aset pada investasi seperti surat berharga juga harus lebih diperhatikan agar investasi tersebut mampu menghasil- kan profit bagi BSB. Pada beban personalia diketahui signifikan menu- runkan total biaya pada BSB. Hal tersebut berarti beban personalia yang ada mampu meningkatkan kinerja karyawan BSB, sehingga output yang dihasilkan semakin optimal. Namun, pada jangka panjang, peningkatan beban personalia tidak selalu mening- katkan tingkat efisiensi. Untuk itu, BSB perlu terus berhati-hati dalam mengambil kebijakan.

f. Bank Umum Syariah Secara Keseluruhan Secara keseluruhan, tingkat efi-

siensi biaya pada BUS masih kurang efisien. Laba yang dihasilkan juga belum optimal. Beberapa faktor pe-

nyebab diantaranya adalah kurangnya modal atau aset pada BUS. BUS perlu meningkatkan aset agar dapat terus melakukan ekspansi pasar. Perolehan DPK pada BUS juga harus diop- timalkan. BUS harus kompetitif da- lam memberikan return bagi nasabah DPK. Namun, BUS juga harus rasional dalam memberikan return, agar BUS tidak mengalami kerugian. Hal-hal lain yang harus dilakukan BUS yaitu mendesak bank umum konvensional selaku induk dari BUS untuk serius mendorong pengem- bangan bisnis anak usahanya. Serta BUS harus melakukan inovasi-inovasi produk yang menarik bagi nasabah dan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Agar nasabah-nasabah yang rasional tidak berpaling ke bank konvensional.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi MEA, per- bankan syariah Indonesia khususnya BUS belum siap dalam persaingan dengan bank-bank lain dari negara- negara ASEAN. Harga yang tidak kompetitif akan semakin sulit bagi BUS di Indonesia untuk mendapatkan DPK dan menyalurkan pembiayaan- pembiayaan.

Indonesia merupakan pasar ter- besar di dunia bagi perbankan syariah. Hal tersebut harusnya menjadi pendorong bagi BUS agar lebih efi- sien dalam mengelola dananya dan berani untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif agar pangsa pasar nasional yang besar tersebut dapat dinikmati.

Tentunya

masyarakat

Indonesia akan lebih banyak memilih Indonesia sekitar 70%, sementara dengan rasionalitas, bukan secara

negara lain di ASEAN sekitar 65%. emosional. Sehingga jika BUS tidak

Remunerasi Indonesia juga paling dapat memberikan harga yang

tinggi. Biaya pegawai Indonesia menarik, maka masyarakat akan

nomor lima tapi untuk direksi nomor dengan mudah berpaling ke bank

pertama di ASEAN.. lainnya, baik bank syariah lain atau

Berdasarkan penilaian Global bank

Islamic Finance Report (GIFR) tahun menguntungkan.

2013, Indonesia menduduki peringkat Perkembangan perbankan syariah

kelima negara dengan potensi pe- di Indonesia pun bersifat bottom-up ,

industri keuangan di mana perkembangan sesuai dengan

ngembangan

syariah setelah Iran, Malaysia, Arab kebutuhan masyarakat dan lebih

Saudi, dan Uni Emirat Arab. cenderung pada sektor riil. Berbeda

Sehingga di level ASEAN, perbankan dengan perkembangan perbankan

syariah Indonesia hanya kalah oleh syariah di negara-negara seperti

Malaysia yang menduduki peringkat Malaysia, Iran, dan Arab Saudi yang

kedua. Dilihat dari rasio ROA cenderung pada sektor keuangan dan

maupun ROE, bank syariah di peran pemerintah sangat dominan

Indonesia juga lebih profitable, dalam mengembangkan perbankan

sehingga banyak investor asing yang syariah. Pemerintah Malaysia missal-

ingin berinvestasi dengan mendirikan nya, selain memberikan regulasi yang

bank syariah maupun membeli bank mendorong perkembangan bank syari-

syariah di Indonesia.

ah di Malaysia, juga menempatkan Perbankan syariah di Indonesia dana pemerintah dan perusahaan

masih memiliki peluang yang sangat milik negara pada perbankan syariah

besar untuk terus tumbuh dan unggul yang membuat aset perbankan syariah

di dunia. Hanya saja diperlukan Malaysia meningkat signifikan.

pengelolaan dana yang rasional oleh Dari segi efisiensi biaya, dengan

para manajemen agar bank syariah menggunakan indikator rasio biaya

lebih efisien dan lebih kompetitif, operasional

serta perlu adanya peran pemerintah operasional (BOPO), terlihat bahwa

terhadap

pendapatan

dalam memberikan kebijakan yang indikator BOPO bank syariah di

menguntungkan bank syariah. Peran Indonesia masih lebih tinggi dan tidak

Dewan Syariah Nasional-Majelis efisien dibandingkan dengan per-

Ulama Indonesia (DSN-MUI) juga bankan syariah negara lain di

diperlukan untuk selalu bersinergi ASEAN. Menurut Deputi Komisioner

dalam menciptakan inovasi-inovasi Bidang Pengawasan Perbankan I

produk keuangan syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya

E Siregar, BOPO bank syariah

93 Maslahah, Vol. 6, No. 2, November 2015