LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RUMAH

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS (RSKD) JAKARTA

Tahun Ajaran 2013/2014 (Periode III)

Oleh:

Cahyuning Isnaini I14100109

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ini dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu prasyarat dalam rangkaian kegiatan Praktek Kerja Lapang mahasiswa program studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati disertai rasa tulus ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Dr. Rimbawan, selaku dosen pembimbing PKL.

  2. dr. Ririn Hariani, Sp. GK, selaku Kepala Instalasi Gizi RS Kanker Dharmais, Jakarta.

  3. Fauzatun Hadiyanti, AMG selaku pembimbing utama PKL; dan tim ahli gizi RSK Dharmais yaitu ibu Dessy Wulandari, SST; Ibu Arifah Mujiharti, AMG; Citra Bunga Kharisma, AMG; Rahmatia Risdha, AMG; Ratna Supriastuti, SST; Dina Triswaningrum, AMG; Umi Hidayati, AMG; Taurisyanto Dwi Yuzani, AMG; Pak Saman; dan Pak Iyo sebagai pembimbing lapangan yang ikut membimbing dan memberikan masukan bagi penulis selama kegiatan PKL.

  4. Seluruh pegawai pantry RS Kanker Dharmais Jakarta.

  5. Pasien dan keluarga rawat inap RS Kanker Dharmais yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis.

  6. Teman-teman PKL Periode III RS Kanker Dharmais Jakarta (Yessy N, Rekyan Hanung P, I Kadek A H, dan Putu Rossi T L).

Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda kepada mereka atas segala amal kebaikan dan ketulusannya. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis akan senang hati menerima segala kritik dan saran demi tercapainya hasil yang lebih baik. Dengan segala kerendahan hati, Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Gizi pada khususnya.

Bogor, Juli 2014

Penulis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima. Status gizi akan menjadi optimal bila tubuh memperoleh cukup zat gizi. Asupan zat gizi yang baik bagi pasien rawat inap di rumah sakit sangat diperlukan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas, yang pada akhirnya dapat menghemat biaya pengobatan.

Masalah gizi di rumah sakit tidak bisa digeneralisasikan karena setiap pasien memiliki keunikan masing-masing. Risiko kurang gizi dapat timbul seiring adanya penyakit terutama untuk pasien dengan komplikasi penyakit saluran pencernaan. Selain itu, asupan energi yang tidak adekuat, lama perawatan, dan diet khusus dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hospital malnutrition.

Praktik asuhan gizi di rumah sakit perlu dilakukan sebagai pendidikan program sarjana gizi. Hal ini juga didorong SK Menkes No. 374 tahun 2007 tentang Standar Profesi Gizi yang mampu menjadi pengelola tata laksana/ asuhan/ pelayanan gizi di Rumah Sakit. Kegiatan praktik kerja lapang di rumah sakit diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran bagi seorang calon ahli gizi dalam mempersiapkan dirinya.

Tujuan

Tujuan Umum

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) bertujuan untuk memahami proses asuhan gizi pada pasien dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari kegiatan Praktik Kerja Lapang di RS Kanker Dharmais Jakarta antara lain:

  1. Mempelajari gambaran umum penyakit dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

  2. Melakukan asesmen dan mengkaji masalah gizi pada penyakit dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

  3. Menetapkan diagnosis gizi pada penyakit dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

  4. Melakukan rencana intervensi serta implementasi pada penyakit dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

  5. Melakukan pemantauan dan mengevaluasi penatalaksanaan dengan kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi; penyakit dalam dengan kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2; dan kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia.

  6. Melakukan konseling gizi pada pasien dan keluarga pasien.

PENATALAKSAANAAN GIZI PADA KASUS

Praktik Kerja Lapang mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran langsung terutama di instalasi gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 minggu dengan melakukan penatalaksanaan diet pada kasus penyakit dalam, bedah mayor, dan pasien anak. Kegiatan yang dilakukan pada tiap kasusnya adalah menilai status gizi pasien melalui Subjective Global Assessment, data antropometri, laboratorium, klinik, riwayat gizi, dan data penunjang lainnya. Kemudian dilakukan pelayanan dietetik dengan mengetahui kebutuhan gizi pasien dan diaplikasikan dalam bentuk menu. Menu yang direncanakan sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli gizi Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan mempertimbangkan kemampuan saluran pencernaan pasien, kebutuhan gizi, dan sosial ekonomi pasien.

Evaluasi terhadap penerimaan pasien dilakukan sekaligus monitoring. Kegiatan ini dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja pelayanan gizi terhadap pasien. Monitoring dan evaluasi dilakukan selain dengan wawancara pasien langsung juga dengan memperhatikan data pemeriksaan pada rekam medik pasien. Selain itu juga dilakukan konseling gizi kepada pasien secara tatap muka langsung dan juga diadakan penyuluhan gizi kepada penjaga pasien secara masal di ruang tunggu pasien RSK Dharmais.

Kasus bedah mayor yang diamati adalah kasus bedah kanker ovarium residif dengan tindakan relaparotomi adesiolisis berat dan histerektomi total dengan kolostomi. Diet yang diberikan pada kasus ini adalah diet prabedah dan pascabedah dengan memperhatikan kolostomi yang baru dipasang pada saluran pencernaan pasien. Kasus penyakit dalam yang diamati adalah kanker serviks dengan nefrostomi lepas, kolostomi, urostomi, ileustomi, obstruksi kolon, riwayat diabetes mellitus tipe 2. Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet saring dan dengan memperhatikan diabetes melitus pasien kemudian diet diubah bertahap menjadi diet makanan lunak saat pengamatan. Pada kasus penyakit anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia diet yang diberikan adalah diet rendah serat karena pasien mengeluhkan diare kemudian berubah bertahap menjadi diet tinggi energi tinggi protein.

PENATALAKSANAAN GIZI PADA KASUS BEDAH KANKER OVARIUM RESIDIF DENGAN TINDAKAN RELAPAROTOMI ADESIOLISIS BERAT DAN HISTEREKTOMI TOTAL DENGAN KOLOSTOMI

A.GAMBARAN UMUM, ETIOLOGI, DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Gambaran Umum Penyakit

Diagnosis medis pasien pada saat kunjungan awal tanggal 21 Maret 2014 adalah kanker ovarium residif. Rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien adalah relaparotomi staging, pemeriksaaan potong beku atau Vries Coupe ( VC ) untuk penegakkan diagnosis tumor dan pemasangan alat Double J Stend. Protokol bedah yang dilakukan pada pasien tanggal 28 Maret 2014 adalah relaparotomi adesiolisis berat debulki tumor ovarium, histerektomi total dan ligasi arteri hipogastrik bilateral dan kolostomi.

Kanker ovarium merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada ovarium. Pemeriksaan kanker ovarium dapat dilakukan dengan kombinasi tes CA-125 dan HE4 untuk meningkatkan keakuratan hasil. Kanker diawali dengan tumor, ada yang bersifat benignant yang menyebar ke seluruh bagian ovarium. Tumor yang telah menyebar tersebut dapat ditangani dengan mengambil seluruh bagian ovarium maupun sebagian ovarium yang mengandung sel kanker. Kanker ovarium terbagi menjadi 3 jenis:

Epithelial tumors: Tumor ini dimulai dari sel yang berada di permukaan paling luar dari ovarium. Kebanyakan tumor ovarium adalah tumor epithelial.

Germ cell tumors: Tumor berawal dari sel yang memproduksi sel telur.

Stromal tumors: Tumor berawal dari sel yang berfungsi menopang ovarium dan memproduksi hormon (American Cancer Society 2014).

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan saluran pembuangan feses (stoma) baru di bagian kolon dengan menghilangkan bagian rektum dan anus. Usus besar atau kolon terutama bertanggung jawab untuk menyimpan sisa-sisa metabolisme, menyerap air, menjaga keseimbangan air, dan mengabsorbsi beberapa vitamin seperti vitamin K (Rolfes et al 2008).

Etiologi Penyakit

Penyebab kanker belum jelas akan tetapi faktor risiko kanker ovarium adalah usia yang bertambah, obesitas, tidak mau menyusui, bedah ginekolog, obat obatan kesuburan, terapi hormon, dan genetik (Hurst et al 2008).

Patofisiologi Penyakit

Paparan zat karsinogenik merupakan salah satu pemicu terjadinya kanker. Tahapan terjadinya kanker oleh zat karsinogenik disebut karsinogenesis. Zat karsinogenik akan menginisiasi terjadinya kanker pada ovarium. Pada masa ini, sel yang berinteraksi dengan zat karsinogenik mulai mengalami transformasi. Transformasi terjadi dengan cepat namun sel masih bersifat dorman. Setelah itu sel kanker akan mengalami promosi, sel yang telah terpapar tersebut akan melipatgandakan diri dan tidak mengikuti mekanisme pertumbuhan yang normal. Kemudian sel tumor mengalami masa progresi, sel akan beragregasi dan tumbuh dan mampu berkembang ke organ lain yang ada di sekitarnya. Setelah itu, sel kanker akan bermetastasis atau menyebar ke sel-sel lainnya sehingga tumbuh abnormal. Kanker ovarium ditandai dengan nyeri pada bagian pinggang dan abdomen, perut terasa cepat penuh saat makan, kembung / perut terasa penuh, anyang-anyangan, konstipasi, dan keluar darah banyak saat haid (Mahan et al 2008).

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. O

Nomor MR : 16.40.03

Tanggal Lahir : 18 Juni 1974

Usia : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Tamatan SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk : 21 Maret 2014

Tanggal Kasus : 26 Maret 2014 – 4 April 2014

Ruangan/Kelas : 506 / III

Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Residif

Gambaran Umum Kasus:

Ny. O berasal dari Malang, datang ke RSK Dharmais pada tanggal 21 Maret 2014 diantar keluarga dengan keluhan tidak bisa BAB, nyeri bagian abdomen dan tidak bisa BAB sejak 17 Maret 2014. OS mendapatkan diagnosis utama medis kanker serviks (pre-operasi), sehingga diperlukan tatalaksana diet yang utama dilakukan pada OS adalah diet pra-bedah. OS diberikan tindakan berupa relaparotomi, histerektomi, dan kolostomi sehingga diet utama yang diberikan adalah diet pasca-bedah dan diet kolostomi. Kolostomi dilakukan karena pada saat operasi OS baru ditemukan adanya obstruksi kolon sehingga perlu ada bagian kolon OS yang diambil.

B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Proses asuhan gizi terstandar merupakan metode pemecahan dalam pembuatan keputusan untuk menangani berbagai masalah berkaitan dengan gizi yang dilakukan oleh dietisien. Proses asuhan gizi terstandar terdiri dari assesmen, diagnosis, intervensi, dan monitoring evaluasi.

ASESMEN GIZI

Assesmen gizi merupakan tahap untuk mengumpulkan data, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis yang digunakan sebagai data yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah gizi, penyebab dan tandanya.

Antropometri

Antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang diamati adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkat lengan atas (LILA).

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan diperoleh dari rekam medik RSKD dengan data tinggi badan adalah 157 cm dan berat badan 40 kg. Dalam penentuan status gizi OS, diperlukan data berat badan dan tinggi badan. Berdasarkan hasil pengukuran saat OS masuk RS, didapatkan data-data berat badan dan tinggi badan OS di bawah ini.

Indeks Massa Tubuh (IMT) Os :

Status Gizi : 16.22 kg/m2 (gizi kurang)

Berat Badan Ideal (BBI) : (TB – 100) – 10%

: (157 – 100) – 5.7 kg

: 51.3 kg (Brocca)

Setelah operasi, OS dalam keadaan bedrest dan terpasang kolostomi. Berat badan diestimasi menggunakan LILA. Nilai LILA OS adalah 21 cm..

Skor status gizi berdasarkan LILA : 71.6 (Gizi Kurang)

Berat badan berdasarkan LILA : 40.7 kg

Biokimia

Data Biokimia Pre-Op

Pada tanggal 2 Januari 2014, OS menjalani uji deteksi kanker ovarium Cancer Antigen (CA-125) hasilnya di atas nilai rujukan (< 35 U/mL) yaitu 1346.4 U/mL dan pemeriksaan Human Epididimis Protein (HE 4) (≤70 pmol/L) dengan nilai pemeriksaan 4819.6 sehingga didiagnosis kanker ovarium. Data biokimia OS merupakan data pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada hari pertama OS masuk RSK Dharmais. Data laboratorium biokimia di bawah ini diambil pada tanggal 21 Maret 2014.

Tabel 1 Data biokimia OS tanggal 21 Maret 2014

Nilai Laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan

Keterangan

Hematologi




Hemoglobin

6.5

12 – 16

g/dL

Rendah






Leukosit

11.08

5 – 10

103/µL

Tinggi

Trombosit

121

150 – 440

103/µL

Rendah

Hematokrit

21.0

37 – 43

%

Rendah

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Hasil uji hematologi menunjukkan bahwa OS mengalami anemia (Hb rendah), leukositosis (Leukosit tinggi) yang diduga terjadi inflamasi, trombositopenia (trombosit rendah) yang diduga adanya perdarahan (Kemenkes 2011). Nilai hematologi OS yang masih jauh dari normal membuat OS harus menerima transfusi darah terlebih dahulu dan menunda rencana operasi (rencana awal 26 Maret 2014) menjadi tanggal 28 Maret 2014. Untuk menanggulangi gejala anemia tersebut, OS diberikan transfusi darah PRC (Packed Red Cell) pada 26 Maret sebanyak 500 cc, 27 Maret sebanyak 290 cc, dan 28 Maret sebanyak 220 cc.

Data Biokimia Post-Op

Os mendapat tindakan operasi pada pukul 15.00 WIB tanggal 28 Maret 2014. Pasca operasi, OS menjalani pemeriksaan laboratorium di RSK Darmais pada tanggal 29 Maret 2014. Data pemeriksaan laboratorium pasca operasi ini digunakan juga sebagai monitoring nilai biokimia OS. Data biokimia OS pasca bedah disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Data biokimia OS tanggal 29 Maret 2014

Nilai Laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan

Keterangan

Hematologi




Hemoglobin

9.75

12 – 16

g/dL

Rendah

Leukosit

9.16

5 – 10

103/µL

Tinggi

Trombosit

161

150 – 440

103/µL

Normal

Hematokrit

20.6

37 – 43

%

Normal

Kimia Klinik





Fungsi hati





Albumin

2.8

3.2 – 5.2

g/dL

Rendah

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Data biokimia hematologi menunjukkan adanya perbaikan nilai hasil lab walaupun hemoglobin dan leukosit masih belum normal. Data kimia klinik fungsi hati OS menunjukkan hipoalbumin yang merupakan penanda OS mengalami malnutrisi sehingga kadar albumin menurun.

Klinis dan Fisik

Pemeriksaan klinis dan fisik bertujuan untuk mengetahui ciri khas penyakit secara fisik dan klinis dan juga mengetahui penyakit penyerta lainnya melalui tanda dan gejala yang ditimbulkan.

Klinis/Keluhan Penyakit Pre-Op

OS masuk ke RS tanggal 21 Maret 2014 dengan rencana tindakan laparotomi staging + VC + DJ Stend. OS masuk RS dengan kesadaran compos mentis, kondisi umum lemah, OS mengeluh nyeri di perut.

Klinis/Keluhan Penyakit Post-Op

OS masuk ke ICU pasca operasi tanggal 28 Maret 2014 sore sampai dengan 31 maret 2014 pagi. Setelah dari ICU, OS dipindahkan ke ruang rawat kelas III lantai 5. Pasca operasi, OS mengeluh nyeri pada luka operasi, kondisi lemah, kesadaran compos mentis.

Pemeriksaan Fisik Pre-Op

Pada hari pertama pengamatan, OS diukur vital sign. Hasil pengukuran tersebut ada pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil pemeriksaan klinis pre-operasi (26 Maret 2014)

Jenis pemeriksaan

Satuan

Hasil pemeriksaan

Keterangan

Tekanan Darah

mmHg

130/70

Normal

Nadi

kali/menit

90

Normal

Pernapasan

kali/menit

22

Normal

Suhu

0C

37

Normal

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Berdasarkan hasil pemeriksaan, tanda vital OS masih tergolong normal.

Pemeriksaan Fisik Post-Op

Pasca pembedahan, OS kembali ke ruangan lantai 5 pada tanggal 31 Maret 2014. OS diukur vital sign. Hasil pengukuran tersebut ada pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pemeriksaan klinis (31 Maret 2014)

Jenis Pemeriksaan

Satuan

Hasil Pemeriksaan

Keterangan

Tekanan Darah Post-Op

mmHg

130/70

Normal

Nadi

kali/menit

86

Normal

Pernapasan

kali/menit

20

Normal

Suhu

0C

36.3

Normal

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Pemeriksaan tanda vital OS berada pada nilai normal.

Subjective Global Assesment

Subjective Global Assessment (SGA) berfungsi untuk menentukan tindakan gizi apa yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Berikut ini hasil wawancara SGA Os.

Tabel 5 Penilaian Subjective Global Assessment


Pre-Operasi

Post-Operasi

Indikator Masalah Gizi

Ya

Tidak

Jenis Perubahan

Ya

Tidak

Jenis Perubahan

Perubahan BB


Penurunan 10 Kg dalam waktu 6 bulan



Perubahan Gastrointestinal


OS mengalami mual dan nyeri pada perut


Os mengalami mual dan muntah

Perubahan asupan makanan/sulit menelan


-


Sulit menelan dan perubahan diet

Perubahan kapasitas fungsional


-


Ambulatory, berdiri harus dibantu

Kehilangan lemak subkutan


-



Kehilangan massa otot


-



Asites


-



Oedema


-



Berdasarkan penilaian SGA, hal yang perlu menjadi perhatian adalah perubahan berat badan OS yang signifikan, perubahan gastrointestinal dimana OS mengalami mual, muntah dan nyeri perut, dan perubahan asupan makanan pada saat post operasi.

Riwayat Gizi

Riwayat Gizi Pre-Operasi

Os memiliki kebiasaan sedikit makan pada waktu pagi hari. OS belum pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan terkait gizi. OS tidak memiliki pantangan makanan. OS tidak terbiasa berolahraga. Semasa sehat, OS kurang menyukai makan sayuran namun semenjak klaim penyakit, OS mulai mengubah pola makannya. Berikut ini riwayat makanan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Tabel 6 Riwayat Makanan OS SMRS

Waktu Makan

Makanan

Pagi

Bubur Kacang Hijau ½ P, Sup wortel dan buncis ½ P, Teh manis 1 P

Selingan 1

Kue bolu 1 P, Pisang 1 P, Susu 1 P

Siang

Nasi ½ P, Sayur Bayam ½ P, Tempe goreng 1 P, Susu 1 P

Malam

Bubur ½ P, Telur Rebus 1 P

Berdasarkan Tabel 6, konsumsi OS SMRS banyak mengandung karbohidrat. Kecukupan energi OS masih defisit, belum memenuhi kebutuhan Os. Kebutuhan gizi OS SMRS berdasarkan kondisi OS saat diduga menderita kanker dapat dihitung sebagai berikut.

Kebutuhan Gizi OS SMRS

AMB =

= = 655 + 384 + 266.9 – 183.3

Kebutuhan Energi =

Kebutuhan protein = 1.5 g x BBa

= 60 g

Kebutuhan lemak = 20% x kebutuhan energi

= 42 g

Kebutuhan karbohidrat = Sisa kebutuhan Energi

= 317 g

Tingkat kecukupan gizi OS diperoleh dengan membandingkan konsumsi OS dengan kebutuhan gizi OS dalam persen. Perbandingan kebutuhan zat gizi OS SMRS dengan konsumsi OS SMRS disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7 Tingkat kecukupan gizi OS SMRS

Zat Gizi

Kebutuhan

Konsumsi

Kecukupan (%)

Kategori

Energi (Kal)

1886

1223

64.85

Defisit berat

Protein (g)

60

67

112

Lebih

Lemak (g)

42

72.4

172


Karbohidrat (g)

317

122

38.4


Berdasarkan Hardinsyah & Martianto (1989), TKE OS hanya mencukupi 64.85% kebutuhan energi dan dapat dikategorikan defisit berat. Tingkat kecukupan protein OS dikategorikan berlebih, begitu juga dengan lemak. Akan tetapi kebutuhan karbohidrat OS tidak terpenuhi oleh konsumsi Os. Hal ini disebabkan karena pengetahuan gizi OS masih kurang sehingga pemilihan makanan hanya yang diinginkan OS saja.

Riwayat Diet Post-Op

Menjelang operasi, OS dipuasakan dan pada saat operasi, OS diberikan parenteral dengan obat-obatan premedik. OS dipuasakan sejak 27 Maret 2014 pukul 17.00 dan tindakan operasi dilakukan pada 28 maret 2014 pukul 15.00. Obat-obatan parenteral yang diberikan saat OS belum operasi adalah Clinimix, Asering Pro Balance, D5%, dan Aminofluid. Setelah dioperasi. OS tidak dapat beraktivitas seperti sebelum dibedah. OS hanya bedrest karena nyeri luka operasi yang dirasakan OS. Tabel asupan zat gizi OS pada tanggal 28 Maret 2014 terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 Asupan diet OS D-Op

28 Maret 2014 (D-Op)

Energi (Kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Parenteral RS

1120

39

0

275

Kebutuhan

1481

60

31

240.7

TKG (%)

69.5

65

0

114.3

Kategori

Defisit ringan

Defisit berat



Pada tanggal 28 Maret 2014, OS hanya diberi asupan gizi berupa parenteral infus. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), tingkat kecukupan gizi energi tersebut sangat rendah bahkan dikategorikan defisit ringan. Kecukupan protein OS juga sangat rendah dan digolongkan defisit berat. Asupan lemak OS tidak ada sama sekali, di sisi lain asupan karbohidrat OS normal. infus yang diberikan pada OS adalah Aminofluid dengan instruksi 1000ml/24 jam, Kandungan infus Aminofluid adalah energi 420 Kal, protein 30 gram, dan karbohidrat 75 g, dan tidak terdapat asupan lemak. Infus lainnya adalah Asering pro balance dengan instruksi 1000ml/24 jam yang tidak mengandung kalori, hanya mengandung elektrolit. OS diberikan Clinimix dengan instruksi 1000ml/24jam dengan kandungan energi 500 kkal dan karbohidrat 24 gram. Selain itu, OS masih dipasang infus D5 dengan sebanyak 500 cc dengan kandungan energi 200 kkal dan karbohidrat 50 gram. Keempat jenis infus ini masing-masing memenuhi volume instruksi yang diberikan dokter per harinya.

Riwayat Personal

Sosial Budaya

OS merupakan tamatan SD dan sudah menikah. OS termasuk golongan menengah ke bawah dan tidak bekerja. OS dirawat di kelas 3 dengan biaya sendiri.

Riwayat Penyakit Dahulu

OS pernah datang ke Rumah Sakit dengan diagnosis tumor padat ovarium dengan bagian kistik dupleks curiga ganas dengan perlengketan. OS diberikan tindakan operasi laparotomi dan suboptimal debulking massa tumor ovarium. Massa tumor yang diangkat berukuran 4 cm dan 5 cm. Tanggal 18 Desember 2013, OS didiagnosis mioma uteri dengan endometriosis. Riwayat operasi kista ovarium setinggi 2 jari bawah pusat.

Pemeriksaan ginekolog pada 7 Februari 2014 menunjukkan tampak massa kistik bersepta-septa disertai area solid pada rongga pelvis sampai abdomen bawah ukuran 14.3 x 12.6 cm. Massa tersebut mendorong uterus ke anterior dan lateral kanan, buli-buli ke anterior. Tampak limfadenopati, perirectal diameter 1 cm, parailiaka kanan diameter 1.4 cm, parailiaka kiri diameter 1cm, paraaorta diameter 1.2 cm, tampak fluid collection minimal di cul de sac.

Obat-obatan Os

Beberapa obat memiliki efek samping tertentu pada tubuh. Berikut ini obat-obatan yang diberikan pada OS selama di rumah sakit. Obat-obatan OS diberikan dengan cara parenteral.

Tabel 9 Jenis obat yang diberikan kepada OS

Jenis Obat

Kegunaan

Efek Samping

Meropenem (antiinfeksi-antibakteri- betalaktam)

Antibiotik, Antibakteri

Gangguan pembuluh darah perifer, sakit kepala, nyeri, ruam, diare, mual muntah, konstipasi, anemia.

Metronidazol (antiinfeksi-antiprotozoa- antiamuba dan antigiardiasis)

Antiprotozoa (antiamuba dan antigiardiasis)

Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum, konstipasi.

Vitamin K (suplemen)

Suplemen pendukung mempercepat pembekuan darah penyembuhan luka operasi

-

Asam Mefenamat (Analgesik non narkotik, antipiretik)

Analgesik (penghilang rasa sakit)

Iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah, diare, mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia

Parasetamol (Analgesik non narkotik, antipiretik)

Analgesik (Penghilang rasa sakit)

Mengurangi efek antioksidan

Vitamin C (Suplemen)

Suplemen pendukung penyembuhan luka operasi

-

Ranitidin (Obat saluran cerna, antasida dan antiulkus)

Meredakan nyeri lambung

Diare, nyeri otot, pusing, ruam kulit, nausea, konstipasi, penurunan jumlah sel darah putih

Ondansentron (Antiemetik)

Penanggulangan mual dan muntah

Sakit kepala, sensasi kemerahan atau hangat pada kepala dan epigastrum, Efek samping lainnya menyebabkan waktu transit usus besar dan dapat menyebabkan konstipasi serta reaksi hipersensitif yang cepat

Menurut data yang terdapat pada Tabel 9, pemberian obat yang dapat berinteraksi dengan obat lainnya adalah pemberian obat meropenem, metrodinazol, dan asam mefenamat yang dapat menyebabkan mual dan muntah. Penanggulangan mual dan muntah diberikan obat ondansentron. Tatalaksana diet pasca bedah harus memperhatikan asupan vitamin B, vitamin C, dan vitamin K dalam membantu mempercepat pembekuan darah dan percepatan proses penyembuhan luka, karena asupan diet secara oral diprediksi tidak akan mencukupi kebutuhan vitamin ini, maka pemberian vitamin ini dilakukan secara suntik parenteral.

DIAGNOSIS GIZI PRE-OPERASI

  • Peningkatan energi ekspenditur (NI.1.2) berkaitan dengan katabolisme tinggi akibat kanker ovarium ditandai oleh penurunan berat badan sebesar 10 kg selama 6 bulan (IMT saat ini 16.22)

  • Asupan serat tidak adekuat (NI.5.8.4) berkaitan dengan sikap memilih-milih makanan terutama sumber serat ditandai oleh sulit BAB selama 3 hari.

DIAGNOSIS GIZI POST_OPERASI

  • Utilitas zat gizi terganggu (NC.2.1) berkaitan dengan pembuatan jalur kolostomi yang ditandai dengan keadaan lemah dan juga anemia (nilai Hb = 11.5)

  • Asupan dari parenteral yang tidak adekuat (NI. 2.3) berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan zat gizi untuk penyembuhan luka pasca operasi ditandai dengan rasa lemah dan sulit meningkatkan berat badan

  • Kurang dapat menjaga diri (NB. 1. 4) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan tentang pangan dan gizi ditandai dengan menolak memakan makanan sumber protein.

INTERVENSI GIZI

Perencanaan Pre-Op (Diet Pra Bedah)

Tujuan

Mengusahakan agar status gizi OS dalam keadaan optimal pada saat pembedahan sehingga tersedia cadangan untuk mengatai stress dan penyembuhan luka. Diet tinggi serat diberikan karena adanya keluhan tidak BAB selama 3 hari.

Syarat Diet

Syarat Diet Pra Bedah menurut Almatsier (2006) adalah sebagai berikut:

  1. Energi cukup

  2. Protein tinggi 1.0-1.5 g/Kg BB

  3. Lemak cukup, 15% – 25% dari energi kebutuhan total.

  4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan Energi

  5. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K, bila perlu tambahkan suplemen.

  6. Mineral cukup, bila perlu tambahkan suplemen

  7. Tinggi serat untuk menangani konstipasi

  8. Pasien dipuasakan menjelang pembedahan

Berdasarkan Kondisi OS

OS memiliki tingkat stres metabolik kanker dan OS dapat bermobilisasi semampunya. OS membutuhkan energi yang cukup dan protein tinggi 1.5 g/kg BB untuk mengatasi stres pembedahan serta cadangan untuk mempercepat penyembuhan luka. OS mengalami anemia sehingga asupan makanan sumber zat besi perlu diperhatikan.

Preskripsi Diet

Kebutuhan Gizi Pre-Op

AMB =

= = 655 + 384 + 266.9 – 183.3

Kebutuhan Energi =

Kebutuhan protein = 1.5 g x BBa

= 60 g

Kebutuhan lemak = 20% x kebutuhan energi

= 42 g

Kebutuhan karbohidrat = Sisa kebutuhan Energi

= 317 g

Jenis, Indikasi, dan Lama Pemberian Diet

OS akan menjalani tindakan laparotomy staging yaitu kasus bedah minor atau kecil elektif. OS diberikan makanan biasa tinggi serat dengan rute oral. Frekuensi makan 3 x makanan utama dan 2 x selingan. Berdasarkan persetujuan dokter, OS diperbolehkan makan dengan konsistensi biasa. OS harus dipuasakan sebelum menjalani operasi. OS dipuasakan sejak pukul 17.00 pada hari Kamis 27 Maret 2014 dan diberikan tindakan operasi pukul 15.00 hari Jumat 28 Maret 2014.

Perencanaan Post-Op

Diet yang diberikan setelah tindakan bedah adalah diet pascabedah dan diet kolostomi. Kedua diet tersebut diberikan dengan cara bertahap sesuai kemampuan pasien dari mulai pemberian parenteral saja, air minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. Waktu pemberian tergantung pada kondisi pasien. Terapi diet yang diberikan pada pasien kolostomi tergantung pada panjang kolon yang dipotong dan panjang ileum yang masih ada. Pasien dengan kolostomi umumnya sensitif dengan bau feses, produksi gas yang berlebihan, dan diare (Rolfes 2008).

Tujuan

Mengupayakan agar status gizi OS segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Memberikan makanan dengan konsistensi mudah dicerna karena OS dibuat saluran kolostomi.

Syarat Diet

  • Energi cukup

  • Protein 1.5 g/Kg BB

  • Karbohidrat 60-70% Energi

  • Lemak sisa dari total Energi

  • Suplemen vitamin dan mineral terutama vitamin A, B12, C, K, Fe, dan Zn

  • Cukup cairan

  • Puasa 48 jam diberikan nutrisi parenteral dilanjutkan air putih

  • Makanan bertahap dari saring, lunak, ke makanan biasa

  • Serat rendah dengan sumber utama serat pektin untuk melunakkan feses

  • Air minum minimal 8 gelas untuk menghindari dehidrasi

  • Makanan dikunyah dengan baik agar tidak terjadi obstruksi stoma

  • Batasi makanan yang menimbulkan bau seperti alkohol, brokoli, kol, telur, ikan, bawang (Rolfes 2008)

Berdasarkan Kondisi OS

OS tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelum bedah sehingga hanya bedrest. Stres metabolik kanker yang diderita OS masih termasuk ringan. OS membutuhkan energi yang cukup dan protein tinggi 1.5 g/kg BB untuk mempercepat penyembuhan luka. Pemasangan kolostomi memerlukan penanganan lebih yaitu hindari bumbu yang merangsang, sayuran mentah dan buah asam, hindari makanan dan minuman yang menimbulkan bau dan gas, beri makanan sumber pektin (pisang, tempe, apel, wortel), dan makanan dikunyah dengan baik.

Preskripsi Diet

Kebutuhan Gizi Post-Op

AMB =

= = 655 + 384 + 266.9 – 183.3

Kebutuhan Energi =

Kebutuhan protein = 1.5 g x Bba

= 1.5 g x 40

= 60 g

Kebutuhan karbohidrat = 65% x Kebutuhan energi

= 65% x (1481Kal/4Kal)

= 240.7 g

Kebutuhan lemak = Kebutuhan Energi – (Kebutuhan protein, lemak, karbohidrat)

= 31 g

Jenis, Indikasi, dan Lama Pemberian Diet

Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

OS dengan tindakan bedah minor diberikan diet ini setelah OS sadar atau rasa mual hilang. Cara pemberian diet ini yaitu pemberian makanan cair jernih seperti air putih, teh manis, atau cairan lainnya secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien. Selain itu pasien diberikan makanan parenteral sesuai dengan kebutuhan. Diet ini diberikan bisa sampai 1 minggu post operasi untuk mengistirahatkan saluran pencernaan Os, tergantung pada keadaan OS terutama saluran pencernaan OS karena OS baru saja dipasang kolostomi.

Diet Pasca-Bedah IV (DPB IV)

Pemberian Diet Pasca-Bedah IV diberikan pada pasien pasca-bedah minor setelah pemberian Diet Pasca-Bedah I. Makanan yang diberikan berupa makanan saring. Makanan saring diberikan untuk satu sampai tiga hari sesuai kemampuan OS untuk menelan. Setelah itu, ketika pasien mampu, makanan yang diberikan berupa makanan lunak dengan 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan. Makanan yang tidak dianjurkan dalam pemberian diet ini adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida (CO2).

Implementasi

Kegiatan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat.

Implementasi Pre-Operasi

Menu yang diberikan pra-bedah di RSK Dharmais dalam sehari adalah nasi biasa tinggi serat. Buah yang biasa diberikan adalah pepaya. Menu utama diberikan 3 kali dan selingan dua kali. Setelah itu OS dipuasakan oral menjelang operasi. Berikut ini contoh menu sehari OS.

Tabel 10 Contoh menu sehari OS

Waktu Makan

Menu

Bahan Makanan

Berat Tersedia

Energi (Kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Pagi

Bubur sumsum

Bubur sumsum

300

105

0,9

2,7

20,1

Telur Ayam rebus

Telur ayam negeri

70

102,06

8,064

7,245

0,441

Snack

Kroket

Kroket

50

167,5

2,6

1,75

35,25

Siang

Nasi

Nasi biasa

198

352,44

4,158

0,198

80,388

Lapis daging fillet

Daging

37

76,59

6,956

5,18

0


minyak

5

45,1

0

5

0

Tahu goreng bumbu kuning

tahu goreng

43

55,04

2,408

4,816

0,516

Tumis labu siam

labu siam

60

12,948

0,2988

0,0498

3,3366


minyak

5

45,1

0

5

0

Telur rebus

telur rebus

70

102,06

8,064

7,245

0,441

Pepaya

pepaya

108

49,68

0,54

0

13,176

Snack siang

Bolu

bolu kukus

30

109,4

1,78

0,26

24,86

malam

Nasi

nasi biasa

127

226,06

2,667

0,127

51,562

Soto Daging

soto daging

31

39,68

0,806

2,914

2,542

Perkedel goreng

kentang

34

28,22

0,68

0,034

6,494


minyak

3

27,06

0

3

0

Toge rebus

toge

12

2,76

0,348

0,024

0,492

Pisang

pisang

138

102,465

1,242

0,207

26,703

Total Ketersediaan Zat Gizi

1649,163

41,5118

45,7498

266,3016

Edukasi Gizi Pre-Operasi

Edukasi gizi dan motivasi diberikan kepada OS untuk meningkatkan pengetahuan pemilihan bahan pangan yang tepat untuk mengoptimalkan status gizi OS berkaitan dengan peningkatan stres metabolik kanker yang diderita OS. Motivasi diberikan agar OS makan dengan cukup.

Implementasi Post-Op

Pemberian diet pasca bedah diberikan secara bertahap mulai dari nutrisi parenteral, sehingga tidak disediakan ketersediaan makanan oral dari RS. H+1 operasi OS dipuasakan oral, hanya diberikan total parenteral cair. H+2 hingga H+6 post operasi OS diberikan air putih dan parenteral. H+7 sore OS sudah diperbolehkan menerima makanan oral berupa makanan saring.

Edukasi Gizi Post Operasi

Memberikan edukasi gizi kepada OS untuk meningkatkan pengetahuan pemilihan bahan pangan yang tepat untuk mengoptimalkan status gizi OS berkaitan dengan keadaan pascabedah OS dan diet kolostomi agar ketika di rumah pun OS bisa tetap menjaga asupan gizi. Motivasi diberikan agar OS tidak malu atau jijik dengan adanya pemasangan kolostomi.

MONITORING DAN EVALUASI

Perkembangan Biokimia

Pemantauan perubahan data laboratorium dilakukan terkait hematologi dan fungsi hati. Pemantauan nilai laboratorium dilakukan dari tanggal 25 Maret 2014 (hari OS masuk rumah sakit) hingga tanggal 1 April 2014 (hari +4 pasca tindakan bedah) terdapat dalam Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11 Perkembangan biokimia OS selama 10 hari pengamatan

Pemeriksaan

Rujukan

Satuan

D-3 Pre Op

D-1 Pre Op

D-Op

D+1 Post Op

D+2 Post Op

D+3 Post Op

D+4 Post Op

D+5 Post Op

D+6 Post Op

D+7 Post Op

Hematologi




Hemoglobin

12-16

g/dL

6.5

9.0

10.9

7.5

9.1

-

11.5

-

-

-

Leukosit

5-10

103/µL

11.08

11.57

11.33

9.16

13.8

-

14.77

-

-

-

Trombosit

150-440

103/µL

368

320

343

161

215

-

261

-

-

-

Hematokrit

37-43

%

21

26.8

31.7

20.6

25.3

-

31.5

-

-

-

Fungsi Hati




Albumin

3.2-5.2

g/dL

-

-

-

1.6

2.8

3.0

-

-

-

-

Protein Total

6.6-8.7

g/dL

-

-

-

3.3

-

5.5

-

-

-

-

Globulin

1.5-3.0

g/dL

-

-

-

1.7

-

2.5

-

-

-

-

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Berdasarkan pemantauan hasil laboratorium sejak tanggal 25 Maret 2014 (hari ke-3 menjelang tindakan bedah), nilai hematologi OS masih tidak normal pada nilai hemoglobin (rendah), leukosit (tinggi), dan hematokrit (rendah). Nilai hematokrit dan hemoglobin yang rendah merupakan indikator anemia yang kemungkinan disebabkan karena kehilangan banyak darah. Rencana tindakan operasi OS dilakukan pada 26 Maret 2014 akan tetapi melihat hasil lab hematologi yang belum baik maka operasi ditunda dan OS diberikan transfusi darah PRC (Packed Red Cell) sebanyak 280 cc. Nilai hematologi OS membaik pada tanggal 27 Maret 2014 karena transfusi tersebut, kemudian OS diberikan transfusi kembali pada tanggal 27 dan 28 Maret 2014 sebanyak masing-masing 290 cc dan 220 cc menjelang OS diberikan tindakan bedah.

Setelah operasi, nilai hemoglobin dan hematokrit OS kembali menurun drastis namun nilai leukosit dan trombosit normal. Tindakan transfusi darah dilakukan kembali sehingga nilai hemoglobin OS meningkat. Transfusi darah diberikan pada H+2 operasi dan H+3 operasi. Nilai hematologi OS membaik selain karena transfusi juga dukungan dari parenteral yang mengandung asam amino sehingga dapat segera diserap tubuh dan mendukung pembentukan sel darah merah. Pemeriksaan fungsi hati OS dilakukan setelah OS menjalani operasi. Pemeriksaan fungsi hati menunjukkan kadar albumin dan protein total masih di bawah normal. Hal ini menandakan kemungkinan malnutrisi pada Os.

Perkembangan Klinis/Fisik

Selama hari pengamatan, kesadaran OS compos mentis. Sebelum diberikan tindakan operasi, OS merasa nyeri bagian abdomen dan keadaan umum OS lemah. Pemeriksaan klinis dan fisik OS dipantau sejak D-2 pembedahan. Pemeriksaan klinis yang diperiksa meliputi tanda vital OS. Pemeriksaan fisik meliputi keluhan yang dialami Os. Tabel 12 di bawah ini merupakan data tanda vital OS dan fisik selama 10 hari pengamatan.

Keterangan

Tanggal

Tekanan Darah (mmHg)

Nadi (kali/

menit)

Pernafasan (kali/ menit)

Suhu (0C)

Fisik

D-2 Pre Op

26 Maret 2014

130/70

90

22

36.7

Nyeri abdomen

D-1 Pre Op

27 Maret 2014

140/90

92

20

36

Nyeri abdomen

D- Operasi

28 Maret 2014

120/70

96

22

37

Lemah, Nyeri abdomen

D+ 1 Post Op

29 Maret 2014

-

-

-

-

Lemah, nyeri di luka

D + 2 Post Op

30 Maret 2014

-

-

-

-

Lemah, nyeri di luka berkurang

D + 3 Post Op

31 Maret 2014

130/70

86

20

36.3

Lemah, nyeri, mual

D + 4 Post Op

1 April 2014

130/80

92

20

37

Lemah

D + 5 Post Op

2 April 2014

110/70

78

18

35.2

Lemah

D + 6 Post Op

3 April 2014

100/70

84

20

36.3

Lemah

D + 7 Post Op

4 April 2014

120/70

108

22

37

Lemah

Tabel 12 Vital sign klinis OS selama 10 hari pengamatan

Berdasarkan data Tabel 12, tekanan darah OS cenderung tidak stabil namun berada pada rentang normal. frekuensi nadi OS tidak stabil namun selama hari pengamatan frekuensi nadi OS masih dalam batas normal. Keluhan utama OS saat pre operasi adalah nyeri abdomen sedangkan setelah operasi, OS mengeluhkan nyeri pada bagian luka.

Data keseimbangan cairan selama hari pengamatan pada OS disajikan pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13 Keseimbangan cairan OS selama 10 hari pengamatan

Keterangan

Tanggal

Balansi Cairan

D-2 Pre Op

26 Maret 2014

+1260

D-1 Pre Op

27 Maret 2014

+750

D- Operasi

28 Maret 2014

-

D+ 1 Post Op

29 Maret 2014

-

D + 2 Post Op

30 Maret 2014

-

D + 3 Post Op

31 Maret 2014

-270

D + 4 Post Op

1 April 2014

+410

D + 5 Post Op

2 April 2014

+2340

D + 6 Post Op

3 April 2014

+220

D + 7 Post Op

4 April 2014

-50

Berdasarkan Tabel 13, secara umum balansi cairan OS tidak stabil. Ada hari dimana OS mengalami kelebihan cairan dan ada yang mengalami kekurangan cairan. Walaupun terdapat kelebihan cairan namun tidak didapatkan asites ataupun edema pada Os.Saa pre-operasi, balansi cairan OS positif karena OS banyak minum air sedangkan pengeluaran cair juga sedikit. Pada H+3 operasi, balansi cairan OS negatif karena OS sempat muntah karena mual. Pada H+4 balansi cairan OS positif dan H+5 balansi cairan OS sangat tinggi (positif) karena jumlah infus yang diberikan pada OS tiap harinya sama yaitu apabila ditotalkan sebanyak 3000 cc perharinya. Pada H+7, OS sempat muntah sehingga nilai balansi cairan pun negatif.

Penatalaksanaan Diet

Pemantauan perkembangan diet dilakukan sejak D-2 pembedahan. Pemantauan yang dilakukan adalah infus parenteral dan elektrolit yang diberikan kepada OS, perubahan pemberian diet pada OS, dan tingkat kecukupan gizi setiap hari pemantauan.

Penatalaksanaan Diet selama 10 Hari Pengamatan

Penatalaksanaan diet sangat penting dalam mendukung penatalaksanaan medis yang dilakukan dokter. Penatalaksanaan diet OS pre bedah dan pasca bedah disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Perkembangan diet selama 10 hari pengamatan


H - 2 Op


H – 1 Op


Hari operasi

Hari + 1 Operasi

H+2 Operasi

H+3 Operasi

H+4 Operasi

H+5 Operasi

H+6

Operasi

H+7 Operasi

Oral

Nasi Biasa tinggi serat dengan 3 kali makan utama dan 2 selingan.

Nasi Biasa tinggi serat dengan 3 kali makan utama dan 2 selingan.


Pukul 17.00 OS sudah mulai puasa

Puasa

Os diberi tindakan Operasi pada pukul 15.00 WIB

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc

Air putih 6 x 50 cc dan

Pukul 17.00 OS menerima makanan Diet Saring

Parenteral

1 bag D5% 500 cc : 1 bag RL 500 cc

1 bag D5% 500 cc : 2 bag RL 500 cc

1 bag D5% 500 cc : 1 bag RL 500 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

1 bag Aminofluid 1000 cc

1 bag Clinimix 1000 cc

1 bag Asering Pro Balance 1000 cc

Berdasarkan data pada Tabel 14 di atas, terjadi perubahan diet disesuaikan dengan kondisi OS dan waktu tindakan operasinya. Diet pertama yang diberikan adalah diet makanan biasa tinggi serat untuk mengatasi keluhan tidak BAB OS dan juga memberikan kontribusi energi yang cukup untuk OS menjelang operasi. Pada D-1 operasi pukul 17.00, OS sudah mulai dipuasakan dengan rencana operasi pukul 12.00 WIB, kemudian OS diberikan tindakan operasi pada pukul 15.00 WIB. Pasca operasi, OS dipasang NGT (Nasogastric Tube) dan hanya boleh minum air putih sebanyak 6 x 50 cc lewat NGT tersebut. Zat gizi OS diperoleh lewat makanan parenteral yang diberikan lewat infus.

Infus yang diberikan pada OS adalah Aminofluid 1000 cc yang komposisinya mengandung glukosa 75 gram, total free aminoacids 30 gram, total nitrogen 4.7 gram, essential/non-essentialaminoacids 1.44 gram, branched chain amino acids 30% w/w dengan energi 420 kkal. Indikasi pemberian infus Aminofluid adalah untuk suplai asam amino, elektrolit, dan air sebelum dan sesudah operasi pada individu yang malnutrisi ringan karena kurangnya asupan oral.

Infus lainnya yang diberikan adalah clinimix yang mengandung asam amino, elektrolit, glukosa, dan kalsium. Infus ini diberikan sebagai nutrisi parenteral ketika pemberian per oral atau enteral tidak memungkinkan atau insufissien. Clinimix mengandung kalori 410 kkal dengan non protein kalori sebesar 300 kal, asam amino 9 g, dan glukosa 150 g.

Infus asering memiliki kandungan CaCl2 0.2 g, KCl 0.3 g, NaCl 6 gram, Na Asetat 3.8 gram. Pemberian dengan indikasi nutrien dan pengobatan asidosis yang berhhubungan dengan dehidrasi dan kehilangan ion alkali dalam tubuh (Apotik tambak rejo) pabrik otsuka. Asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anesteri dengan isofluran.

OS menjalani puasa pada D+1 operasi. Pada D+2 dan D+3 OS masih manjalani puasa namun minum bertahap dengan makanan cair air putih. Alasan OS masih menjalani puasa adalah OS mengalami pendarahan pasca operasi. Pada waktu makan malam, OS diberikan diet rendah sisa untuk memantau perubahan klinis pada kateter yang dipasang pada OS dan kesiapan pencernaan OS dalam menerima makanan oral. Sejak D-Op hingga D+3 OS tetap diberikan nutrisi parenteral Aminofluid dan Asering. Pemantauan tetap dilakukan pada D+4 operasi, perubahan diet OS menjadi makanan lunak dengan dua kali selingan.

Perkembangan Asupan Zat Gizi Energi Oral dan Parenteral selama 8 Hari Pengamatan

Perkembangan asupan zat gizi OS dipantau melalui teknik wawancara recall, asupan OS dihitung tingkat kecukupannya untuk melihat kecukupannya dibandingkan dengan kebutuhan dalam sehari. Asupan energi OS dipantau sejak D-4 operasi disajikan dalam Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15 Asupan energi OS selama 10 hari pengamatan


H-2

H-1

H-OP

H+1

H+2

H+3

H+4

H+5

H+6

H+7


Ketersediaan RS

2007

1547.103

0

0

0

0

0

0

0

390


Asupan Oral RS

1699

1120

0

0

0

0

0

0

0

195


Parenteral RS

200

200

1030

830

830

830

830

830

830

830


Asupan Luar RS

0

102

0

0

0

0

0

0

0

0


Total Asupan

1899

1320

1030

830

830

830

830

830

830

1025


Kebutuhan Energi

1886

1886

1481

1481

1481

1481

1481

1481

1481

1481


TKE

100.7

70.0

69.5

56.0

56.0

56.0

56.0

56.0

56.0

69.2


Kontribusi KetersediaanRS

106.4

82.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

26.3


Berdasarkan Tabel 15 di atas, terjadi perubahan angka kebutuhan energi pre-bedah dan pasca-bedah. Saat pre-bedah, yang perlu diperhatikan adalah kanker pada OS sedangkan pada saat post-operasi yang diperhatikan adalah recovery OS dengan mempertimbangkan kemampuan OS untuk makan dan aktivitas Os.

Gambar 1 Tingkat kecukupan energi OS dan Kontribusi KetersediaanRS selama hari pengamatan

Tingkat kecukupan energi OS hanya optimal pada H-2 dan H-1 operasi. Sejak hari operasi OS hanya memperoleh asupan energi lewat parenteral saja sampai H+6 operasi. Pada H+7 TKE OS meningkat karena OS sudah bisa menerima makanan saring. Terjadi peningkatan kecukupan energi namun tidak sampai mencukupi kebutuhan OS karena OS sempat memuntahkan makanannya kembali karena masih ada mual pada Os. Kontribusi makanan oral RS mampu mencukupi kebutuhan OS pada H-2 operasi. Pada H-1 operasi, kontribusi menurun karena OS tidak diberikan makan malam. Hari operasi hingga H+6 operasi OS dipuasakan oral, hanya diberikan air minum sehingga asupan energi hanya berasal dari parenteral. Pada H+7 operasi, OS sudah bisa diberikan makan malam dalam bentuk makanan sering yang kontribusi energinya tergolong rendah.

Perkembangan Asupan Zat Gizi Protein Oral dan Parenteral selama 10 Hari Pengamatan

Asupan protein OS dihitung tingkat kecukupannya untuk melihat kecukupannya dibandingkan dengan kebutuhan dalam sehari. Asupan protein OS dipantau sejak D-4 operasi disajikan dalam Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16 Asupan protein OS selama 10 hari pengamatan


H-2

H-1

H-OP

H+1

H+2

H+3

H+4

H+5

H+6

H+7

Ketersediaan RS

63.9

33.5

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

12.3

Asupan Oral RS

57.9

27.7

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

6.6

Parenteral RS

0.0

0.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

Asupan Luar RS

0.0

8.1

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Total Asupan

57.9

35.8

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

39.0

45.6

Kebutuhan Protein

60

60

60

60

60

60

60

60

60

60

TKP

96.5

59.6

65.0

65.0

65.0

65.0

65.0

65.0

65.0

76.0

Kontribusi KetersediaanRS

106.5

55.8

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

20.5

Asupan protein selama pengamatan kurang dari kebutuhan OS untuk memenuhi tujuan pencapaian status gizi optimal OS sebelum pembedahan dan mempercepat penyembuhan luka pada OS pasca operasi. Grafik fluktuasi TKP OS disajikan dalam Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Tingkat kecukupan protein dan Kontribusi Ketersediaan RS untuk kebutuhan protein selama hari pengamatan

Tingkat kecukupan protein OS pada H-2 mampu mencukupi kebutuhan OS sedangkan pada H-1 menurun karena OS mulai dipuasakan sejak malam. Pada hari operasi hingga H+6 tingkat kecukupan OS mengalami defisit berat karena OS hanya diberikan makanan parenteral. Pada hari terakhir pengamatan, nilai TKP meningkat namun masih dalam rentang defisit berat.karena makanan oral yang diberikan hanya satu waktu dan berbentuk makanan saring.

Perkembangan Asupan Zat Gizi Lemak Oral dan Parenteral selama 8 Hari Pengamatan

Asupan lemak OS dihitung tingkat kecukupannya untuk melihat kecukupannya dibandingkan dengan kebutuhan dalam sehari. Asupan lemak OS dipantau sejak D-2 operasi disajikan dalam Tabel 17 di bawah ini.

Tabel 17 Asupan lemak OS selama 10 hari pengamatan


H-2

H-1

H-OP

H+1

H+2

H+3

H+4

H+5

H+6

H+7

Ketersediaan RS

74.7

38.5

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

12.3

Asupan Oral RS

65.7

32.2

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

6.2

Parenteral RS

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Asupan Luar RS

0.0

7.3

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Total Asupan

65.7

39.5

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

6.2

Kebutuhan Lemak

42

42

31

31

31

31

31

31

31

31

Persen asupan

156.4

94.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

20.0

Kontribusi KetersediaanRS

177.9

91.7

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

39.7

Asupan lemak OS melebihi kebutuhan pada hari pertama pengamatan karena makanan yang diberikan cenderung berlemak, pada hari kedua pengamatan persen asupan normal akan tetapi pada hari berikutnya defisit berat bahkan tidak ada asupan sama sekali. Fluktuasi asupan lemak pada asupan diet OS disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Persen asupan lemak dan Kontribusi Ketersediaan RS untuk kebutuhan lemak OS selama hari pengamatan

Berdasarkan Gambar 3 di atas, pada H-Operasi hingga H+6 OS tidak mendapatkan asupan lemak sama sekali karena parenteral yang diberikan pada OS tidak mengandung lemak. Pada hari terakhir, persen asupan meningkat namun masih defisit. Kontribusi KetersediaanRS melebihi kebutuhan pada H-2 operasi dan sesuai kebutuhan pada H-1 walaupun sebenarnya hal ini terjadi karena OS tidak diberikan makan malam. Pada hari Operasi hingga H+6 OS tidak menerima makanan oral. OS menerima makanan oral berbentuk saring pada H+7 di malam hari sehingga kontribusi dapat dihitung lagi walau yang dikonsumsi oleh OS hanya setengah plato.

Perkembangan Asupan Zat Gizi Karbohidrat Oral dan Parenteral selama 10 Hari Pengamatan

Asupan karbohidrat OS dihitung persen asupannya untuk melihat kecukupannya dibandingkan dengan kebutuhan dalam sehari. Asupan karbohidrat OS dipantau sejak D-2 operasi disajikan dalam Tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18 Asupan karbohidrat OS selama 10 hari pengamatan


H-2

H-1

H-OP

H+1

H+2

H+3

H+4

H+5

H+6

H+7

Ketersediaan RS

284.9

265.9

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

55.5

Asupan Oral RS

233.9

178.1

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

27.7

Parenteral RS

50.0

50.0

275.0

225.0

225.0

225.0

225.0

225.0

225.0

225.0

Asupan Luar RS

0.0

0.4

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Total Asupan

283.9

228.5

149.0

149.0

149.0

149.0

149.0

149.0

149.0

176.7

Kebutuhan Karbohidrat

317

317

240.7

240.7

240.7

240.7

240.7

240.7

240.7

240.7

Persen Asupan

89.6

72.1

114.3

93.5

93.5

93.5

93.5

93.5

93.5

105.0

Kontribusi Ketersediaan RS

89.9

83.9

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

23.1

Asupan karbohidrat OS mengalami fluktuasi, nilai terendah diperoleh saat H-1 karena OS tidak diberikan makan malam. Fluktuasi persen asupan karbohidrat dan kontribusi makanan oral RS pada asupan diet OS disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Persen asupan karbohidrat dan kontribusi makanan oral RS untuk kebutuhan karbohidrat OS selama hari pengamatan

Asupan karbohidrat OS didukung dengan parenteral yang mengandung glukosa tinggi yaitu clinimix. Kontribusi makanan oral OS pada H-2 dan H-1 sudah baik. Pada hari operasi hingga H+6 OS tidak menerima makanan oral dan pada H+7 OS diberikan makanan saring.

B. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Os yang diamati adalah Ny. O berusia 39 tahun dengan diagnosis medis kanker ovarium residif dengan tindakan bedah Relaparotomi Adesiolisis Berat, Histerektomi Total dan Ligasi Arteri Hipogastrik Bilateral, dan Kolostomi

Intervensi yang diberikan kepada OS berdasarkan keadaan pre-Operasi adalah Diet kanker dan prebedah dengan konistensi makanan biasa, kemudian dipuasakan, diberikan asupan parenteral menjelang operasi. Pada masa pre-Operasi, asupan energi dan karbohidrat OS cenderung baik namun asupan lemak OS masih tergolong berlebih dan tergolong normal pada hari kedua pengamatan. Asupan protein menurun pada hari kedua pengamatan dikarenakan OS sudah mulai dipuasakan pada sore hari sehingga tidak menerima makan malam.

Intervensi yang diberikan kepada OS berdasarkan keadaan post-Operasi adalah diet pascabedah dan kolostomi. Konsistensi makanan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan OS mulai dari dipuasakan, air, dan makanan saring pada hari ke-7 setelah operasi, keesokan harinya OS mampu diberikan makanan lunak. Kecukupan zat gizi post-operasi sangat defisit pada bagian energi, lemak, dan protein akan tetapi asupan karbohidrat terpenuhi. Hal ini dikarenakan parenteral OS yang mengandung glukosa yang cukup banyak. Kandungan gizi dari parenteral saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Os.

Edukasi gizi yang diberikan kepada OS berjalan lancar karena ditunjang dengan motivasi OS untuk segera pulih.

Saran

Pemilihan proses memasak bahan makanan sebaiknya diperhatikan proses pengolahannya agar tidak terlalu banyak menggunakan minyak. Penatalaksanaan diet untuk menangani penyakit penyerta penting dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang parah pada OS. Karena adanya pemasangan kolostomi, disarankan OS semakin sadar dan patuh terhadap jenis diet yang harus dilakukan agar tidak terjadi komplikasi. Peningkatan latihan aktivitas fisik pasca operasi juga penting untuk dilakukan agar kondisi tubuh OS kembali normal secara bertahap.

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PENYAKIT DALAM KANKER SERVIKS DENGAN NEFROSTOMI LEPAS, KOLOSTOMI, UROSTOMI, ILEUSTOMI, OBSTRUKSI KOLON, RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE 2

A.GAMBARAN UMUM, ETIOLOGI, DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Gambaran Umum Kasus

Os masuk rumah sakit Kanker Dharmais sejak 18 Maret 2014 dengan diagnosis Ca serviks dengan rujukan dari Rumah Sakit Bogor Medical Centre (BMC). Ini merupakan kunjungan OS ketiga kalinya ke RSK Dharmais. Tanggal 16 Maret 2014 OS memiliki keluhan nefrostomi lepas, dirujuk dari RS BMC Bogor ke RSK Dharmais. Berdasarkan pemeriksaan tanggal 20 Maret 2014, OS didiagnosa menderita penyakit karsinoma sel skuamosa serviks tidak berkeratin berdiferensiasi sedang, infiltratif sampai ke endomiometrium, reaksi limfosit ringan terdapat emboli limfatik.

Os dibuatkan saluran ileostomi, kolostomi, dan urostomi. Ileostomi adalah tindakan pembuatan stoma pada bagian ileum sehingga feses keluar lewat stoma tersebut dengan penghilangan bagian kolon, rektum, dan anus. Kolostomi adalah tindakan pembuatan stoma pada bagian kolon sehingga feses keluar lewat stoma tersebut dengan penghilangan bagian rektum dan anus. Urostomi adalah tindakan menghubungkan ureter dengan segmen ileum ke dinding perut, urin dikumpulkan di dalam kantung urostomi, bukan kandung kemih.

Etiologi Penyakit

Penyebab kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang bisa masuk lewat saluran kelamin (American Cancer Society 2013). HPV dapat menginfeksi sel-sel permukaan kulit yang melapisi alat kelamin, anus, mulut, dan tenggorokan, tapi tidak menginfeksi darah atau organ seperti jantung dan paru-paru. HPV dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain selama kontak kulit ke kulit. Salah satu cara HPV menyebar melalui hubungan seks. Sekitar dua pertiga dari semua kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan HPV 18 (American Cancer Societies 2014).

Patofisiologi Penyakit

Kanker dimulai ketika sel-sel bagian tubuh mulai tumbuh di luar kenali. Pertumbuhan sel kanker berbeda dari pertumbuhan sel normal. Sel kanker terus tumbuh dan membentuk sel-sel abnormal yang baru. Sel menjadi sel-sel kanker karena kerusakan DNA. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang tidak normal yang terjadi pada bagian serviks atau leher rahim. Kanker serviks dibedakan menjadi sel skuamosa, adenokarsinoma, dan sel adenoskuamosa. Pada awalnya, tidak terdapat tanda dan gejala yang jelas dari kanker serviks. Sel kanker tumbuh dan berproliferasi pada bagian leher rahim dan bermetastasis (Corwin 2008).

Sebagian besar kanker serviks dimulai pada sel-sel yang melapisi leher rahim. Sel-sel ini tidak tiba-tiba berubah menjadi kanker, akan tetapi sel-sel normal dari leher rahim secara bertahap berubah menjadi prekanker. Kanker serviks dan pre-kanker serviks diklasifikasikan berdasarkan bagaimana mereka terlihat di bawah mikroskop (American Cancer Societies 2014).

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RA

Nomor MR : 16.25.45

Tanggal Lahir : 26 Agustus 1967

Usia : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah : O

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk : 16 Maret 2014

Tanggal Kasus : 26 Maret 2014 – 4 April 2014

Ruangan/Kelas : 503 / III

Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Residif

Gambaran Umum Kasus:

OS datang ke RSK Dharmais dengan keluhan utama kanker serviks. OS telah mendapatkan terapi radiasi sebanyak 25 kali. Saat ini OS telah dipasang alat bantu kolostomi, ileostomi, urostomi, dan nefrostomi.

B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Proses asuhan gizi terstandar merupakan metode pemecahan dalam pembuatan keputusan untuk menangani berbagai masalah berkaitan dengan gizi yang dilakukan oleh dietisien. Proses asuhan gizi terstandar terdiri dari assesmen, diagnosis, intervensi, dan monitoring evaluasi.

ASSESMEN GIZI

Assesmen gizi merupakan tahap untuk mengumpulkan data, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis yang digunakan sebagai data yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah gizi, penyebab dan tandanya.

Antropometri

Antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang diamati adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkat.

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan diperoleh dari rekam medik RSKD dengan data tinggi badan adalah 165 cm dan berat badan 30 kg. Dalam penentuan status gizi OS, diperlukan data berat badan dan tinggi badan. Berdasarkan hasil pengukuran saat OS masuk RS, didapatkan data-data berat badan dan tinggi badan OS di bawah ini.

Indeks Massa Tubuh (IMT) Os :

Status Gizi : 11.01 kg/m2 (gizi kurang)

Berat Badan Ideal (BBI) : (TB – 100) – 10%

: (165 – 100) – 6.5 kg

: 58.5 kg (Brocca)

Biokimia

Data Biokimia

Pada tanggal 20 Maret OS kembali diperiksa dan diperoleh infromasi bahwa terdapat karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin, berdiferensiasi sedang, infiltratif sampai ke endometrium. Selain itu juga terdapat reaksi limfosit ringan dan emboli limfatik. Data biokimia OS merupakan data penunjang pemeriksaan laboratorium yang diambil paling dekat dengan hari pengamatan. Data laboratorium biokimia di bawah ini diambil pada tanggal 25 Maret 2014.

Tabel 19 Data biokimia OS tanggal 25 Maret 2014

Nilai Laboratorium

Nilai

Rujukan

Satuan

Keterangan

Hematologi




Hemoglobin

11.1

12 – 16

g/dL

Rendah

Leukosit

13.56

5 – 10

103/µL

Tinggi

Trombosit

149

150 – 440

103/µL

Rendah

Eritrosit

3.82




Hematokrit

31.6

37 – 43

%

Rendah

Fungsi Ginjal





Ureum Darah

67

15-40

mg/dL

Tinggi

Kreatinin Darah

0.8

< 0.95

mg/dL

Normal

Elektrolit dan Gas Darah




Natrium

134

137-150

mmol/L

Rendah

Kalium

4.0

3.5-5.3

mmol/L

Normal

Klorida

99

99-111

mmol/L

Normal

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Data laboratorium didapatkan dari Rekam Medik RSKD 2014. Hasil uji hematologi menunjukkan bahwa OS mengalami anemia (Hb rendah), leukositosis (Leukosit tinggi) yang diduga terjadi inflamasi, trombositopenia (trombosit rendah) yang diduga adanya perdarahan (Kemenkes 2011). Nilai hematokrit yang rendah juga merupakan salah satu ciri terjadinya dehidrasi pada OS karena asupan cairan OS juga negatif pada hari tersebut.

Klinis/Keluhan Penyakit

OS datang dengan keluhan nyeri pada bagian abdomen dan kolostomi lepas.

Fisik

Pada hari pertama pengamatan, OS diukur vital sign. Hasil pengukuran tersebut ada pada Tabel 20 di bawah ini.

Tabel 20 Hasil pemeriksaan vital sign (28 Maret 2014)

Jenis pemeriksaan

Satuan

Hasil pemeriksaan

Keterangan

Tekanan Darah

mmHg

120/70

Normal

Nadi

kali/menit

96

Normal

Pernapasan

kali/menit

20

Normal

Suhu

0C

36.5

Normal

Sumber: Data Rekam Medik RSK Dharmais 2014

Berdasarkan hasil pemeriksaan, OS mengalami takikardi. Hal ini umum terjadi karena manifestasi dari kanker yang dialami Os.

Subjective Global Assesment

Subjective Global Assessment (SGA) berfungsi untuk menentukan tindakan gizi apa yang akan dilakukan pada tahap berikutnya. Berikut ini hasil wawancara SGA Os.

Tabel 21 Penilaian Subjective Global Assessment