Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia.
No Daftar FPIPS : 2110/UN.40.2.2/PL/2014
ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS POLITISI
PEREMPUAN PERSEPSI MAHASISWI AKTIVIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
YUSUP IBRAHIM HUSEN 1006528
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS POLITISI PEREMPUAN PERSEPSI MAHASISWI AKTIVIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
Oleh:
Yusup Ibrahim Husen 1006528
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan
Kewarganegaraan
© Yusup Ibrahim Husen, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN YUSUP IBRAHIM HUSEN
1006528
ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS POLITISI PEREMPUAN PERSEPSI MAHASISWI AKTIVIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H 196110501 198601 1002
Pembimbing II
Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.Ip, M.Si 19690929 199402 1001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1001
(4)
Skripsi ini telah diuji pada
Hari, Tanggal : Senin, 30 Juni 2014
Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung
Panitia Ujian Sidang Terdiri dari:
1. Ketua :
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001
3. Penguji : Penguji I
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 Penguji II
Leni Anggraeni, M.Pd. NIP. 19840222 200912 2 014 Penguji III
Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd. NIP. 13034502500
(5)
(6)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
YUSUP IBRAHIM HUSEN (1006528), ELEKTABILITAS DAN
POPULARITAS POLITISI PEREMPUAN PERSEPSI MAHASISWI AKTIVIS UNIVERSITA PENDIDIKAN INDONESIA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu permasalahan terkait kebijakan keberpihakan (affirmative action) bagi perempuan di Indonesia yang tercantum pada UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kebijakan keberpihakan (affirmative action) tersebut menjamin hak berpolitik perempuan dengan mencantumkan keterwakilan perempuan minimal sebesar 30%, sehingga dapat mendorong agar jumlah perempuan di lembaga legislatif lebih representatif. Namun di lapangan, seperti di DPRD Povinsi Jawa Barat, jumlah anggota perempuan dirasa belum representatif, jumlah perempuan masih di bawah angka 30%. Penelitian ini didasarkan atas tiga rumusan masalah yaitu: (1) Faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya elektabilitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi aktivis UPI Bandung pada Pemilu 2014; (2) Faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi aktivis UPI Bandung pada Pemilu 2014; (3) Bagaimana persepsi mahasiswi aktivis di UPI Bandung pada politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014. Grand theory dalam penelitian ini yaitu feminisme liberal yang muncul pada abad 20 yang menuntut perlakuan yang sama terhadap perempuan dan laki-laki, yakni dihapuskannya diskriminasi terhadap perempuan. Sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif dan bentuk penelitian studi deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi litelatur. Peneliti mengungkap bahwa: (1) Rendahnya elektabilitas perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat persepsi mahasiswi aktivis UPI diakibatkan karena tidak adanya keinginan dan ketertarikan para mahasiswi aktivis UPI untuk memilih perempuan, karena faktor budaya yang telah melekat di Indonesia, yaitu budaya patriarkhis sehingga segala urusan diluar rumah lebih dipercayakan kepada laki-laki untuk melaksanakannya; (2) Tingginya popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat persepsi mahasiswi aktivis UPI pertama dikarenakan faktor media massa terutama media massa daring yang mudah diakses. Kedua faktor promosi dengan pemasangan spanduk oleh para calon anggota legislatif, dan terakhir yaitu adanya isu politik mengenai kuota 30% perempuan dalam Pemilu 2014; (3) Persepsi mahasiswi aktivis UPI pada politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014 tergolong baik, mereka mendukung terhadap hal tersebut. Selain itu mereka memiliki kriteria khusus yang harus dimiliki oleh para politisi tersebut, yaitu bersih, jujur, muda, berpendidikan serta harus dapat membagi waktu antara pekerjaan sebagai politisi dengan keluarga.
(7)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
YUSUP IBRAHIM HUSEN (1006528), ELECTABILITY AND
POPULARITY WOMEN POLITICIAN OF PERCEPTION OF WOMEN
ACTIVIST INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION
This research is motivated by a problem related to affirmative action for women in Indonesia are listed in Law No. 8 of 2012 on General Election House of Representatives, the Regional Representative Council, Regional Representatives Council. Alignments policies (affirmative action) that guarantees political rights of women by stating the representation of women at least by 30%, so as to encourage the number of women in the legislature more representative. But in the field, such as in Parliament Povince West Java, the number of women members felt not representative, the number of women was below the 30%. This study is based on three formulation of the problem, namely: (1) what are the determinant factors that lead to high / low electability of female politicians who ran as a member of West Java Provincial Parliament UPI Bandung perspective of student activists in the 2014 election; (2) what are the determinant factors that lead to high / low popularity of female politicians who ran as a member of West Java Province Parliament UPI Bandung perspective of student activists in the 2014 election; (3) How does the perception of student activists in UPI Bandung on female politicians who ran as a member of West Java Province Parliament in the 2014 election. Grand theory in this research that liberal feminism that emerged in the 20th century which demands equal treatment of women and men, the elimination of discrimination against women. While the method used is descriptive and descriptive form of research studies. The data obtained through interviews, observation, documentation studies, and studies litelatur. Researchers reveal that: (1) Low electability of women who ran as a member of West Java Provincial Parliament UPI activist student perceptions caused by the lack of willingness and interest of the student activists UPI to choose women, due to cultural factors that have been inherent in Indonesia, namely the patriarchal culture that all matters entrusted to outside house more men to carry it out; (2) The high popularity of female politicians who ran as a member of West Java Province Parliament UPI perceptions of student activists first factor because the mass media, especially online media accessible. The second factor with banner promotion by legislative candidates, and the last that is the political issue regarding quota of 30% women in the 2014 election; (3) Perceptions of student activists UPI on female politicians who ran as a member of West Java Province Parliament in the 2014 election is fair, they are supportive of it. In addition they have specific criteria that must be owned by the politicians, that is clean, honest, young, educated and should be able to divide their time between work as a politician with a family.
(8)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(9)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang Masalah ... 1B.
Rumusan Masalah ... 10C.
Tujuan Penelitian ... 10D.
Manfaat Penelitian ... 11E.
Organisasi Penelitian ... 12BAB II KAJIAN TEORI ... 13
A. Teori Mengenai Elektabilitas dan Popularitas Politisi Perempuan ... 13
1. Teori Perilaku Politik ... 13
Teori Perilaku Pemilih ... 17
2. Persfektif dan Persepsi Pemberi Suara ... 24
B. Teori Gender dalam Politik ... 23
1. Teori Gender dalam Politik ... 27
2. Kedudukan Perempuan di Dunia Politik ... 33
3. Hambatan Perempuan di Dunia Politik ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 45
1. Pendekatan ... 45
(10)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Teknik Pengumpulan Data ... 46
1. Teknik Pengumpulan Data ... 46
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48
1. Lokasi Penelitian ... 48
2. Subjek Penelitian ... 48
D. Tahap-Tahap Penelitian ... 49
1. Tahap Pra Penelitian ... 49
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 50
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 50
F. Validitas Data ... 52
1. Uji Kredibilitas ... 51
2. Pengujian Transferability ... 57
3. Pengujian Dependability ... 58
4. Pengujian Conformability ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian... 59
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI) ... 59
a. Profil BEM ... 59
b. Visi, Misi,BEM REMA UPI Masa Bakti 2014-2015 ... 60
c. Susunan Pengurus BEM REMA UPI Masa Bakti 2014-2015 ... 60
2. Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial (FPIPS) ... 61
a. Profil Senat ... 61
b. Visi, Misi, Senat Periode 2014-2015 ... 61
c. Susunan Pengurus Senat Mahasiswa FPIPS Periode 2014-2015 ... 62
3. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi (HIMADIKSI) ... 62
a. Profil Himpunan . ... 62
b. Visi, Misi, Himpunan HIMADIKSI Periode 2014-2015 ... 62
c. Susunan Pengurus HIMADIKSI Periode 2014-2015 ... 63
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (HMJ PKK) ... 63
a. Profil Himpunan ... 63
b. Visi, Misi, HMJ PKK Periode 2014-2015 ... 64 c. Susunan Pengurus HMJ PKK Periode
(11)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2014-2015 ... 64 5. Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia ... 65 a. Profil Himpunan ... 65 b. Visi, Misi, HMJ Kimia Periode 2014-2015 .... 65 c. Susunan Pengurus HMJ Kimia Periode
2014-2015 ... 66
6. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (HIMAPISPS) ... 66 a. Profil Himpunan ... 66 b. Visi, Misi HIMAPIPS
Periode 2014-2015... 67 c. Susunan Pengurus HIMAPIPS
Periode 2014-2015... 67 7. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan,
dan Rekreasi (HMP PJKR) ... 68 a. Profil Himpunan ... 68 b. Visi, Misi HMP PJKR Periode 2014-2015... 68 c. Susunan Pengurus HMP PJKR
Periode 2014-2015... 68 8. Himpunan Mahasiswa Pendidikan Seni Tari
(HIMASTAR) ... ... 69 a. Profil Himpunan... 69 b. Visi, Misi HIMASTAR Periode 2014-2015... 69 c. Susunan Pengurus HIMASTAR
Periode 2014-2015... 70 9. Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Takraw ... 70 a. Profil UKM ... 70 b. Visi, Misi UKM Sepak Takraw
Periode 2014-2015... 70 c. Susunan Pengurus UKM Sepak Takraw
Periode 2014-2015... 71 10.Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo ... 71 a. Profil UKM... 71 b. Visi, Misi UKM Taekwondo
Periode 2014-2015... 71 c. Susunan Pengurus UKM Taekwondo
(12)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Periode 2014-2015... 72
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72
1. Deskripsi Hasil Observasi ... 72
2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 74
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90
1. Faktor Determinan yang Menyebabkan Tinggi/Rendahnya Elektabilitas Politisi Perempuan yang Maju Sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Perspektif Mahasiswi Aktivis UPI Bandung Pada Pemilu 2014 ... 90
2. Faktor Determinan yang Menyebabkan Tinggi/Rendahnya Popularitas Politisi Perempuan yang Maju Sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Perspektif Mahasiswi Aktivis UPI Bandung Pada Pemilu 2014 ... 97
3. Persepsi Mahasiswi Aktivis di UPI Bandung pada Politisi Perempuan yang Maju Sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Pada Pemilu 2014 ... 101
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106
A. Simpulan ... 106
B. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
(13)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(14)
1
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolok ukur, dari demokrasi itu (Budiardjo, 2009:461). Pemilihan umum dilakukan sebagai wujud menciptakan sebuah negara demokrasi. Yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sehingga kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.
Dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyebutkan bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sampai saat ini sudah terjadi sepuluh kali pemilihan umum yang dilaksanakan secara periodik di Indonesia. Pemilihan umum pertama kali dilakukan pada tahun 1955 yang bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilihan umum di Indonesia terus dilaksanakan setelah tahun 1955 tersebut, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014 ini.
Pada pemilu kesepuluh yang dilakasanakan pada tahun 2009, tepatnya 9 april 2009 yang ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD Provinsi), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota (DPRD Kabupaten/Kota).
Pemilu 2009 diikuti oleh 38 partai politik nasional. Dari hasil perolehan suara Pemilu Legislatif Tahun 2009 hanya 9 partai dari 38 partai yang memenuhi syarat masuk kuota Parliamentary Threshold. Ketentuan partai politik yang dapat
(15)
2
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memenuhi syarat Parliamentary Threshold tersebut harus mendapatkan minimal 2,5 % suara dari jumlah total perolehan suara secara nasional.
Berdasarkan data yang didapatkan dari KPU Provinsi Jawa Barat, partai politik yang masuk Parliamentary Threshold adalah sebagai berikut:
1. Partai Demokrat ( 26,43% ), 2. Partai Golongan Karya ( 19,29% ),
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( 16,61% ), 4. Partai Keadilan Sejahtera ( 10,54% ),
5. Partai Amanat Nasional ( 7,50% ),
6. Partai Persatuan Pembangunan ( 6,96% ), 7. Partai Gerakan Indonesia Raya ( 5,36% ), 8. Partai Kebangkitan Bangsa ( 4,64% ), dan 9. Partai Hati Nurani Rakyat ( 2,68% ).
Jumlah pemilih yang terdaftar pada Pemilu 2009 sebanyak 171.265.442 orang, yang terdiri dari jumlah pemilih dalam negeri sebanyak 169.789.593 orang dan jumlah pemilih luar negeri sebanyak 1.475.847 orang (http://www.kpu.go.id) dan hanya menghasilkan sembilan partai yang lolos dan memenuhi syarat
Parliamentary Threshold.
Sementara jumlah kursi yang diperebutkan di DPR pada Pemilu 2009 yaitu berjumlah 560 kursi. Berikut tabel perolehan kursi serta perolehan suara yang didapat oleh partai yang lolos Parliamentary Threshold
(16)
3
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1
Perolehan Kursi Serta Perolehan Suara yang didapat Oleh Partai yang Lolos Parliamentary Threshold pada Pemilu 2009
No Uurut Partai
Nama Partai
Perolehan Suara Jumlah
Kursi
Persentase Perolehan Kursi
di DPR
1 Partai Hati Nurani
Rakyat
3.922.870 18 3, 21 %
5 Gerakan Indonesia
Raya
4.646.406 26 5. 64 %
8 Partai Keadilan
Sejahtera
8.206.955 57 10, 17 %
9 Partai Amanat
Nasional
6.254.580 43 7, 67 %
13 Partai Kebangkitan
Bangsa
5.146.122 27 4, 82 %
23 Partai Golongan
Karya
15.037.757 107 19. 10 %
24 Partai Persatuan
Pembangunan
5.533.214 37 6, 60 %
28 Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan
14.600.091 95 16, 96 %
31 Partai Demokrat 21.703.137 150 26, 78 %
Jumlah Total 85.051.132 560 100 %
(17)
4
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika berbicara mengenai politik di Indonesia, kita memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Hal itu tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 antara Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang menjelaskan mengenai hak dan kewajiban warga negara Indonesia.
Pasal 27 Ayat (1) berbunyi segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ini menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan. Salah satu hak warga negara atas pemerintahan adalah hak berpolitik.
Dengan adanya hak berpolitik, dapat menentukan seorang wakil untuk mewakili suara rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat nasional, provinsi serta kabupaten/kota ataupun di pemerintahan. Memberikan suara pada sebuah sistem pemilihan umum merupakan salah satu hak yang dimiliki warga negara di Indonesia. Tidak terkecuali perempuan mereka pun mempunyai hak dalam memberikan suara ataupun untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat di parlemen atau pemerintahan.
Pada saat ini perempuan tidak hanya menjadi warga negara kelas dua ataupun hanya sebagai pendamping seorang laki-laki. Di mulai dengan pergerakan-pergerakan perempuan di abad ke-20 munculah nama Kartini yang sampai saat ini masih dikenang oleh masyarakat Indonesia khususnya oleh kaum perempuan. Sjahrir (1996: 24) mengemukakan bahwa, ―Kartini adalah seorang perempuan priyayi yang terkungkung kokoh dalam kisi-kisi keputren Jawa yang mampu datang dengan ide-ide dan harapannya yang cemerlang mengenai masa depan kaumnya.‖
Sepenggal kisah mengenai Kartini yang diungkap oleh Syahrir tersebut hendaknya dapat melecutkan semangat perempuan masa kini dalam melanjutkan pemikiran-pemikiran Kartini dalam memperjuangkan sesama kaumnya. Dalam
(18)
5
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hal meneruskan pemikiran serta ide-ide cemerlang Kartini, perempuan saat ini dapat melakukan beragam hal, salah satunya dengan terjun ke dalam dunia politik. Terjunnya perempuan di dunia politik ditandai dengan banyaknya calon – calon anggota legislatif ataupun kepala daerah yang bertarung secara politis untuk merebut kursi-kursi sebagai anggota legislatif ataupun sebagai kepala daerah atau wakilnya. Bahkan, tidak hanya pertarungan politik di tingkat perebutan kursi anggota legislatif atau pun kepala daerah, di tingkat pemilihan presiden pun perempuan sudah ikut serta mencalonkan diri sebagai presiden, seperti Megawati Soekarno Putri.
Hak berpolitik perempuan di Indonesia dirasa sangat istimewa. Terlebih dengan adanya affirmative action dalam konteks politik yang bertujuan agar perempuan memperoleh peluang yang setara dengan laki-laki dalam bidang yang sama. Affirmative action ini tercantum pada UU Nomor 8 Tahun 2012 terutama pada pasal yang menjamin hak berpolitik perempuan dengan mencantumkan keterwakilan perempuan sebesar 30%. Keterwakilan ini tertuang dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 8 Ayat (2) huruf (e), yang mengatur partai peserta pemilu menyertakan minimal 30% keterwakilan kepengurusan perempuan di tingkat pusat. Pada Pasal 55 berbunyi memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan. Selanjutnya, pada Pasal 56 Ayat (2) yaitu dalam setiap tiga orang bakal calon terdapat sekurang-kurangnya 1 orang (satu orang) perempuan bakal calon.
Atas jaminan hak politik yang istimewa ini seharusnya jumlah perempuan di lembaga legislatif lebih representatif. Namun, di lapangan kuota 30% di tataran pencalonan serta kepengurusan partai politik tidak sejalan saat di parlemen. Ini dapat dilihat dari grafik rekapitulasi anggota DPR RI yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada periode 2009—2014.
(19)
6
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Grafik 1.1
Sumber: mediacenter.kpu.go.id, diolah oleh penulis.
Selain grafik tersebut, ada pula persentase jumlah perempuan dan laki-laki yang menjadi anggota DPR-RI periode 2009-2014 seperti pada grafik berikut.
Grafik 1.2
Persentase Jumlah Perempuan dan Laki-Laki yang Menjadi Anggota DPR RI Periode 2009—2014
Perempuan 17,68 %
Laki-laki 83,32 %
(20)
7
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan grafik 1.2, jumlah perempuan yang ada di DPR RI periode 2009—2014 tidak memenuhi jumlah 30% seperti pada saat pencalonan legislatif yang dilakukan oleh partai politik dengan syarat minimal, yaitu memenuhi kuota perempuan sebanyak 30% sesuai dengan UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Perempuan hanya mengisi sebanyak 17,68% dari jumlah laki-laki sebanyak 83,32%. Hal ini tentu saja membuat perempuan masih kalah dominasi jika dibandingkan dengan laki-laki. Terlebih ketika ada sebuah pembuatan keputusan yang terkait dengan perempuan ini tentu saja dapat berdampak kurang baik, bahkan merugikan kaum perempuan.
Sama halnya dengan anggota DPR RI pada periode 2009—2014, jumlah anggota DPRD Provinsi Jawa Barat maupun DPRD Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang berjenis kelamin perempuan lebih sedikit jika dibandingkan laki-laki meski dengan jumlah pemilih terbanyak kedua se-Indonesia pada Pemilu 2009, kuota 30% perempuan yang duduk di DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota belum terpenuhi. Ini dapat dilihat dari jumlah anggota legislatif di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota. Berikut tabel komposisi anggota DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota berdasarkan jenis kelamin periode 2004—2009 dan 2009—2014 di Jawa Barat.
Tabel 1.2
Komposisi Anggota DPRD Provinsi, Kabupaten/ Kota Berdasarkan Jenis Kelamin Periode 2004—2009 dan 2009—2014 di Jawa Barat
No Kab/Kota
Komposisi Anggota DPRD Jml Kursi Thn. 2004 Jml Kursi Thn. 2009 Laki-Laki (orang) Perempuan (orang) 2004 2009 2004 2009
1 Prov. Jawa Barat 92 75 8 25 100 100
2 Kab. Bogor 43 42 2 8 45 50
3 Kab. Sukabumi 39 42 6 8 45 50
(21)
8
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 Kab. Bandung 44 40 1 10 45 50
6 Kab. Garut 40 42 5 8 45 50
7 Kab. Tasikmalaya 40 43 5 7 45 50
8 Kab. Ciamis 43 46 2 4 45 50
9 Kab. Kuningan 43 44 2 6 45 50
10 Kab. Cirebon 39 43 6 7 45 50
11 Kab. Majalengka 41 45 4 5 45 50
12 Kab. Sumedang 40 42 5 8 45 50
13 Kab. Indramayu 37 40 8 10 45 50
Sumber : KPU Provinsi Jawa Barat, diolah oleh penulis Untuk komposisi anggota DPRD Kabupaten/Kota berjenis kelamin perempuan hampir sebagian daerah mengalami kenaikan dari 1 sampai dengan 12 antara Pemilu 2004 dan 2009, seperti daerah Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Bekasi, dan Kota Banjar daerah ini mengalami kenaikan 1 orang anggota DPRD perempuan.
Daerah yang memperoleh kenaikan 2 orang anggota DPRD perempuan yaitu, Kab. Sukabumi, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Indramayu, dan Kota Tasikmalaya. Selanjutnya, Daerah yang memperoleh kenaikan 3 orang anggota DPRD perempuan, yaitu Kab. Garut, Kab. Sumedang, Kab. Karawang, Kota Bogor, Kota Bandung.
Daerah yang memperoleh kenaikan 4 orang anggota DPRD perempuan, yaitu Kab. Kuningan. Daerah yang memperoleh kenaikan 6 orang anggota DPRD perempuan yaitu, Kab. Bogor. Daerah yang memperoleh kenaikan 7 orang
14 Kab. Subang 40 47 5 3 45 50
15 Kab. Purwakarta 40 37 5 8 45 45
16 Kab. Karawang 42 44 3 6 45 50
17 Kab. Bekasi 39 43 6 7 45 50
18 Kab. Bandung Barat
0 40 0 10 0 50
19 Kota Bogor 40 37 5 8 45 45
20 Kota Sukabumi 26 27 4 3 30 30
21 Kota Bandung 40 42 5 8 45 50
22 Kota Cirebon 28 28 2 2 30 30
23 Kota Bekasi 40 45 5 5 45 50
24 Kota Depok 40 33 5 17 45 50
25 Kota Cimahi 38 36 2 9 40 45
26 Kota Tasikmalaya 44 42 1 3 45 45
(22)
9
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anggota DPRD perempuan, yaitu Kota Cimahi. Daerah yang memperoleh kenaikan 9 orang anggota DPRD perempuan, yaitu Kab. Bandung. Daerah yang memperoleh kenaikan 12 orang anggota DPRD perempuan, yaitu Kota Depok.
Selain daerah yang mengalami rentang kenaikan 1 sampai dengan 12 orang anggota DPRD perempuan, terdapat pula daerah yang tidak mengalami kenaikan jumlah anggota DPRD perempuan, seperti Kab. Bandung Barat, Kota Cirebon, dan Kota Bekasi. Selain itu, ada pula Daerah yang memperoleh penurunan 1 orang anggota DPRD perempuan, yaitu Kota Sukabumi.
Dari data tersebut terlihat bagaimana jumlah perempuan yang menduduki jabatan sebagai anggota DPRD Kabupaten/Kota. Dengan jumlah yang masih sedikit jika dibandingkan dengan anggota laki-laki di beberapa daerah pemilihan terlihat adanya kenaikan jumlah perempuan. Namun ada pula yang tetap, bahkan berkurang meskipun tidak banyak.
Sedangkan untuk Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan jumlah anggota DPRD perempuan. Kenaikan tersebut dapat dilihat pada Pemilu 2004 dan 2009, pada komposisi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2004 diisi sebanyak 8 orang perempuan dengan anggota laki-laki sebanyak 92 orang dan naik pada Pemilu 2009 menjadi 25 orang perempuan dan 75 orang laki-laki.
Kenaikan jumlah yang tidak terlalu besar dari 8 orang menjadi 25 orang di DPRD Provinsi Jawa Barat, tetapi angka ini dapat diperhitungkan bahwa politisi perempuan dapat berperan dalam dunia politik. Adanya kenaikan jumlah politisi perempuan di tingkat DPRD ini merupakan sebuah gambaran adanya partisipasi politik yang dilakukan oleh kaum perempuan, entah sebagai politisi ataupun sebagai pemberi suara pada pemilihan umum.
Untuk mengkaji sejauh mana tingkat keterpilihan politisi perempuan serta popularitas politisi perempuan tersebut pada pemilu 2014 di mata pemilih, khususnya pemilih perempuan, penulis tertarik untuk meneliti yang berkaitan dengan tingkat elektabilitas politisi perempuan, tingkat popularitas politisi
(23)
10
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perempuan, serta bagaimana sikap pemilih perempuan terhadap politisi perempuan, khususnya di lingkungan universitas. Oleh karena itu, penulis akan meneliti dengan judul
ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS POLITISI PEREMPUAN PERSEPSI MAHASISWI AKTIVIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, agar dapat menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap apa yang diteliti, dibuatlah batasan penelitian. Penelitian ini terbatas pada elektabilitas dan popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota tahun 2014 yang dilaksanakan oleh KPU serta mahasiswi yang masih aktif dan terdaftar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Untuk memperjelas pokok bahasan yang diteliti, penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :
(24)
11
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya elektabilitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi UPI Bandung pada Pemilu 2014?
2. Faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi UPI Bandung pada Pemilu 2014?
3. Bagaimana persepsi mahasiswi di UPI Bandung pada politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. untuk mengetahui gambaran tentang faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya elektabilitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi UPI Bandung pada Pemilu 2014;
b. untuk mengetahui gambaran tentang Faktor determinan apa saja yang menyebabkan tinggi/rendahnya popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi UPI Bandung pada pemilu 2014;
c. untuk memperoleh gambaran tentang persepsi mahasiswi UPI Bandung pada politisi peempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini untuk (a) menambah wawasan serta pengalaman bagi penulis serta berbagai kalangan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini. (b) untuk memberikan sumbangan pengetahuan, khsusunya dalam bidang politik serta dalam partisipasi politik perempuan.
(25)
12
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kebijakan
Affirmative action yang tertuang pada UU Nomor 8 Tahun 2012 yang
menjamin kuota perempuan sebesar 30% pada tataran kepengurusan partai di tingkat pusat serta calon anggota legislatif yang diusulkan oleh partai politik. Dengan penelitian ini mudah-mudahan dapat menggugah para calon politisi khususnya perempuan agar kuota 30% ini tidak hanya pada pencalonan anggota legislatif saja dan masuk juga setelah terpilih menjadi anggota legislatif.
3. Praktik
Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap para politisi perempuan dan para pemilih perempuan bahwa dalam praktiknya perempuan tidak kalah hebat dengan laki-laki sehingga para politisi perempuan dapat menunjukan kepada para pemilih bahwa perempuan pun bisa melakukan hal yang sama dengan laki-laki dalam urusan politik. karena dalam perjalannya pemilih di Indonesia cenderung memilih laki-laki dalam dunia politik. Hal itu senada dengan pernyataan Mulia dan Farida (2005: 1) berikut.
Selama ini, politik dan perilaku politik di pandang sebagai aktivitas maskulin. Karena itu, masyarakat selalu memandang perempuan yang mandiri, berani mengemukakan pendapat, dan agresif sebagai orang yang tidak dapat diterima atau diinginkan.
4. Isu serta aksi sosial
Penelitian ini diharapkan menjadi gambaran situasi bagi politisi perempuan di dunia politik agar dapat meningkatkan elektabilitas serta popularitasnya. Selanjutnya, bagi para pemilih perempuan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat lebih bijak dalam menentukan orang-orang yang akan duduk di legislatif.
(26)
13
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sistematika dalam penulisan pada penelitian ini, yaitu : 1. Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Pernyataan mengenai keaslian karya ilmiah dan Bebas Plagiarisme 4. Kata Pengantar
5. Ucapan Terima Kasih 6. Abstrak
7. Daftar isi 8. Daftar tabel 9. Daftar gambar 10.Bab I Pendahuluan 11.Bab II Kajian pustaka 12.Bab III Metode penelitian
13.Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 14.Bab V Simpulan dan Rekomendasi 15.Daftar pustaka
(27)
45
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Sugiyono (2012: 8) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Hal ini menjadi alasan peneliti yang akan meneliti tingkat elektabilitas dan popularitas politisi perempuan di mata kaum perempuan itu sendiri.
Sugiyono(2012:9)mendefinisikanpenelitiankualitatifyaitu:
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifatinduktif/kualitatif,danhasilpenelitiankualitatiflebihmenekankan maknadaripadageneralisasi.
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang kunci utama dalam melakukan penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti diposisikan sebagai pengumpul data secara langsung. Penelitian kualitatif bersifat terbuka dan mendalam sehingga data yang dihasilkan baik lisan maupun tulisan dapat dianalisis dan diolah sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.
Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana elektabilitas dan popularitas politisi perempuan di hadapan kaum perempuan, kaum perempuan yang dimaksud adalah mahasiswi UPI Bandung. Sehingga peneliti memerlukan pengkajian dan memperoleh gambaran yang mendalam, maksimal, dan mendapatkan data yang akurat dan valid mengenai elektabilitas dan popularitas politisi perempuan persfektif mahasiswi aktivis di UPI Bandung pada Pemilu 2014.
(28)
46
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Metode Penelitian
Agar penelitian ilmiah berjalan dengan baik maka harus adanya keselarasan antara metode penelitian dan pendekatan yang dipilih dengan suatu kajian yang diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dikarenakan untuk menggambarkan bagaimana elektabilitas dan popularitas perempuan menurut kaum perempuan itu sendiri dalam hal ini kaum perempuan yang dimaksud adalah mahasiswi aktivis UPI Bandung.
B. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa instrumen yang akan membantu pengumpulan data dalam proses penelitian ini. Subana dan Sudrajat (2005 : 127) mengungkapkan bahwa “ instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variable-variable yang akan diteliti.”
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Subana dan Sudrajat (2005 : 142) mengungkapkan “karena pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan perolehan informasi, maka kemahiran
pewawancara menggali informasi dari responden menjadi penting”
Menurut Sugiyono (2012: 137) memaparkan:
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Menurut pendapat tersebut, teknik wawancara merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi langsung dari responden secara mendalam dengan melakukan tanya jawab antara peneliti dan responden
(29)
47
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu yang berkaitan dengan pengumpulan informasi dari mahasiswi aktivis yang meliputi organisasi-organisasi intrakampus yaitu, BEM REMA untuk perwakilan universitas, senat atau forum komunikasi ditingkat fakultas untuk perwakilan fakultas, dan himpunan untuk perwakilan jurusan.
Sugiyono (2010: 233) menyebutkan“wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila penelititelah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh”. Sejalan dengan pendapat tersebut,
alasan peneliti mengguunakan wawancara terstruktur ini yaitu agar responden menjawab sesuai dengan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.
b. Observasi
Dalam penelitian ini observasi atau pengamatan langsung dilapangan memang sangat membantu dalam mengumpulkan informasi dan data – data yang bisa didapatkan dengan menggunakan cara observasi ini.
Subana dan Sudrajat (2005 : 143) mengungkapkan bahwa observasi adalah
“ ... pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa
melalui alat bantu yang terstandar”
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi ini merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan meneliti dokumen yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Sugiyono (2012: 240) menyebutkan
“dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.
(30)
48
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk memperkuat dan melengkapi data-data yang telah didapat dari wawancara dan observasi sehingga didapatkan data yang lengkap dan akurat.
d. Studi Literatur
Studi Literatur, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, suratkabar, dan sumber lainnya.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan dalam penelitian yang sedang kita lakukan. Oleh karena itu harus adanya lokasi dan subjek yang tepat untuk memperoleh informasi yang kita perlukan. Sejalan dengan hal tersebut, pemilihan dan penentuan lokasi dan subjek penelitian haruslah tepat. Adapun lokasi dan subjek penelitian adalah sebagai berikut.
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Bumi Siliwangi.
2. Subjek Penelitian
Spradley dalam Sugiyono (2012: 215) mengatakan bahwa “dalam
penelitian kualitatif dikenal dengan adanya social situation yang terdiri dari tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, penelitian yang dilakukan sangat berkaitan dengan ketiga elemen yang disebutkan Spradley tersebut yaitu mahasiswi aktivis BEM REMA, mahasiswi aktivis senat, dan mahasiswi aktivis
(31)
49
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
himpunan serta UKM di lingkungan UPI. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tehnik sampling purposive. Sampling purposive menurut Sugiyono (2012: 85) adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Teknik sampling purposive digunakan dalam penelitian ini dikarenakan teknik penentuan sample ini dianggap dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dan meilih sampel langsung kepada subjek yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu para mahasiswi aktivis di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah orang yang terlibat dalam permasalahan yang sedangan di kaji dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Jumlah Mahasiswi aktivis BEM REMA
UPI 1 orang
Mahasiswi aktivis Senat FPIPS 1 orang Mahasiswi aktivis himpunan di
lingkungan UPI 6 orang Mahasiswi Aktivis UKM 2 orang Jumlah Total 10 orang
Sumber: Diolah oleh penulis, 2014.
D. Tahap – Tahap Penelitian
Terdapat beberapa tahapan yang dilalui peneliti dalam melakukan penelitian ini. Persiapan sebelum penelitian dilakukan pun dilakukan untuk mematangkan rencana dalam melakukan penelitian. Adapu tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu :
(32)
50
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahapanini penulis menyusun rancangan penelitian berupaproposal penelitian yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian kegunaan atau manfaat penelitian, metode, lokasi, dan subjek penelitian. Salah satu hal yang penting yaitu melakukan prosedur perizinan untuk melakukan penelitian. Adapun prosedur perizinan yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan suratpermohonan izinpenelitian yang ditandatanganiketua jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk melakukan penelitian keorganisasi yangditujudenganpengesahansuratpenelitianolehpembantu dekan FPIPS UPI untuk mendapat rekomendasi darikepala BAAK UPI yang secarakelembagaan mengatur segalajenis urusanadministrasi dan akademis,
b. PembanturektorIatasnamarektormengeluarkansuratpermohonanizin penelitian,
c. Permohonan izinkepadaorganisasiyangdijadikansubjekpenelitian,dan selanjutnyapenelitimelakukanpenelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap pra penelitian ada tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data serta informasi dari responden. Adapun langkah-langkaj dalam tahap pelaksanaan penelitian ini yaitu :
a. Peneliti melakukan wawancara kepada responden atau narasumebr yang telah ditentukan sebelumnya. Dibantu dengan pedoman wawancara.
b. Peneliti membagikan angket kepada mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia.
(33)
51
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Peneliti melakukan studi dokumentasi dengan mendokumetasikan informasi-informasi yang didapat dilapangan dengan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data adalah suatu langkah yang harus dilakukan dalam membaca dan menafsirkan data – data yang didapat dari responden. Hal ini dilakukan agar data-data tersebut dapat membantu peneliti memcahkan masalh yang terdapat dalam penelitiamn.
Meurut Bogdan dalam buku sugiyono : Bogdan (sugiyono, 2012: 244) mengungkapkan bahwa:
analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasi data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan studi literatur, maka langkah selanjutnya yaitu mengolah dan menganalisis data dari hasil kegiatan tersebut. Data yang didapat maka haruslah memiliki makna ketika ditafsirkan. Oleh karena itu dari hasil data yang terkumpul oleh peneliti dari responden dilapangan maka data tersebut dianalisi dan diolah sehingga menghasilkan makna dari data tersebut.
Menurut Sugiyono (2012: 244) mengemukakan bahwa:
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
(34)
52
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mana yang penting, dan yang akan dipeljarai, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
Terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam menganalisis dan mengolah data yang didapatkan dilapangan. Proses analisis data ini dimulai dari menelaah, memeriksa seluruh data yang didapatkan dari hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi. Ini ditujukan agar data yang didapat dari kegiatan pengumpulan data tersebut memuaskan dan akurat.
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 246), mengemukakan bahwa
“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, conclusion darwing/ verification.”
a. DataReduction(reduksidata)
Data yang didapat di lapangan akan semakin banyak, rumit dan kompleks. Untuk itu, data tersebut perlu dicatat secara teliti dan rinci. Sebagai langkah selanjutnya yaitu analisis data melalui reduksi data. Reduksi data ini berartimerangkum,memilihhal-halyangpokok,memfokuskanpadahal-halyang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulandataselanjutnya.
b. DataDisplay(penyajiandata)
Setelah reduksi data, langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Menurut
Sugiyono (2012: 249) menjelaskan bahwa “setelah data direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, piktogram, dan sejenisnya.
Melalui penyajian data ini, maka data menjaditerorganisasi dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakinmudah dipahami. Dengan penyajian data ini akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
(35)
53
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selanjutnyaberasarkanapayangtelahdipahamitersebut.
c. Conclusiondrawing/verification
Langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulaninimungkinakanmenjawabrumusan masalahyangtelahdirumuskan sejakawal,tetapimungkinjugatidak,karenatelahdisebutkanbahwamasalahdan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembangsetelahpenelitianberadadilapangan.
Demikianprosedur dalam menganalisis dan mengolah data yang dilakukandalampenelitianini. Melaluitahapan
tahapantersebut,diharapkanpenelitianinidapatdiperolehdatayangmemenuhiki teriapenelitianyangdapatdipercayadandipertanggungjawabkankebenarannya.
F. Validitas Data
Penelitian kualitatif dinyatakan valid, ketika tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peniliti dan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkontruksi fenomena yang diamati dan dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan latar belakangnya masing-masing. Oleh karena itu jika ada lima orang peneliti dengan latar belakang berbeda meneliti objek yang sama akan mendapatkan lima temuan dan semuanya dinyatakan valid jika yang ditemukan tersebut tidak berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya pada objek yang diteliti.
Sugiyono (2012: 270) mengemukakan bahwa “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan conformability
(36)
54
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Uji Kredibilitas
Sugiyono (2012: 270) mengemukakan “uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, pengamatan secara seksama, triangulasi, menggunakan referensi yang cukup, analisis kasus negatif, dan member check”. Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Perpanjang pengamatan/observasi
Untuk absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan masa observasi peneliti di lapangan akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji ketidak benaran data, baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh subjek penelitian.
Menurut Sugiyono (2012: 270-271) menegaskan bahwa:
dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
Dari pemaparan tersebut dipahami bahwa usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu yang seefisien mungkin, misalnya pertemuan hanya berupa percakapan informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih mendalami dan memahami kondisi sumber data.
b. Meningkatkan ketekunan
Pengamatan secara seksama atau menigkatkan ketekunan dilakukan secara cermat dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang
(37)
55
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
persepsi mahasiswi aktivis dilingkungan UPI Bandung terhadap elektabilitas dan popularitas politisi perempuan.
c. Triangulasi
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dikumpulkan.
Lebih lanjut Sugiyono (2012: 273) mengemukakan:
triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber
(38)
56
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bawahan
Sumber: Sugiyono (2012: 273)
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Seperti gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik
Wawancara Observasi
Kuisioner/Dokumen
Sumber: Sugiyono (2012: 273)
Dari dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa di dalam triangulasi teknik ini terdapat tiga teknik yang akan di cek datanya yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumen. Hal ini dilakukan agar data yang didapat dapat singkron dengan hasil penelitian yang dilakukan.
(39)
57
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.Seperti gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu
Siang Sore
Pagi
Sumber: Sugiyono (2012: 274)
Dari gambar tersebut diperoleh simpulan bahwa dalam triangulasi waktu peneliti harus mencek data yang di dapat pada pagi, siang dan sore hari. Hal tersebut bertujuan agar dalam hasil penelitian tidak ada data yang berbeda.
d. Analisis kasus negatif
Sugiyono (2012: 275) berpendapat bahwa:
kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Dengan adanya kasus negatif ini, maka peneliti justru harus mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang berbeda.
Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan haruslah tidak bertentangan. Apabila data yang diperoleh peneliti di lapangan sudah tidak bertentangan maka data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan sudah dapat dipercaya dan menjadi lebih kredibel.
(40)
58
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Menggunakan referensi yang cukup
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, selain di ambil dari rujukan-rujukan peneliti juga menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan sebagainya yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.
f. Mengadakan member check
Transkripsi dan tafsiran data hasil penelitian yang telah disusun oleh peneliti kemudian diperlihatkan kembali kepada para responden untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkripsi itu sesuai dengan pandangan mereka. Responden melakukan koreksi, mengubah atau bahkan menambahkan informasi.
Dengan proses member check tersebut, maka akan dapat menghindari salah tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diwawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden sewaktu diobservasi, dan dapat mengkonfirmasi perspektif responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.
2. Pengujian Transferability
Transferability pada penelitian kualitatif berkenaan dengan pertanyaan,
hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, peneliti harus membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga dapat dipercaya.
Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 276) mengemukakan bahwa:
Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer
(41)
59
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Oleh karena itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti membuat laporannya haruslah memberikan uraian secara rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan kata lain, peneliti harus membuat laporan dengan rinci dalam mendeskripsikan masalah yang terjadi di lapangan.
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 277) mengemukakan bahwa:
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji realibitasnya.
Dengan begitu sesuai dengan realibitasnya, maka hasil penelitian yang
valid adalah peneliti yang mampu menyajikan data sesuai dengan apa yang ada di
lapangan. Penelitian ini akan berhasil jika diwaktu yang tidak sama seseorang melakukan penelitian dengan fokus masalah yang sama dengan hasil yang relatif sama dengan peneliti sebelumnya.
4. Pengujian Conformability
Uji confirmability mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menurut Sugiyono (2012: 277) mengemukakan bahwa:
Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
(42)
60
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu, sesuai dengan uji confirmability maka peneliti menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan proses penelitian yang ada di lapangan.
(43)
106
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan, maka peneliti dapat menarik simpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Faktor determinan yang menyebabkan rendahnya elektabilitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi aktivis UPI pada Pemilu 2014 yaitu tidak adanya keinginan dan ketertarikan para aktivis mahasiswi UPI untuk memilihnya. Tidak adanya keinginan dan ketertarikan tersebut disebabkan oleh adanya pemilahan gender dalam menentukan pilihan pada Pemilu 2014 dan dalam pemilahan gender tersebut cenderung untuk memilih laki-laki. Selain itu, tidak ada kepercayaan diri dari perempuan untuk memilih sesama perempuan calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, ini dikarenakan faktor budaya yang telah melekat di Indonesia, yaitu budaya patriarkhis serta adanya penomorduaan (subordinasi), pelabean negatif (stereotype), peminggiran (marginalisasi) kepada para perempuan sebagai politisi khususnya yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014 dan terakhir yaitu adanya penilaian dari pemilih kepada para incumbent, sehingga tidak seluruh incumbent terpilih kembali menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat periode 2014-2019.
2. Faktor determinan yang menyebabkan tingginya popularitas politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat perspektif mahasiswi UPI Bandung pada Pemilu 2014 yaitu faktor media massa, terutama media massa daring yang mudah diakses oleh para mahasiswi aktivis UPI Bandung. Faktor selanjutnya yaitu pemasangan spanduk oleh para calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat khusunya caleg perempuan, pemasangan
(44)
107
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
spanduk tersebut membuat mahasiswi aktivis UPI dan masyarakat menjadi lebih mudah mengenali caleg yang bertarung dalam Pemilu 2014, karena spanduk tersebut dipasang di tempat-tempat startegis seperti dipinggir jalan, di pemukiman warga sehingga dapat dengan mudah dilihat dan diamati oleh siapapun yang melihatnya. Selain itu, adanya isu politik mengenai perempuan berupa kuota 30% perempuan menjadi faktor determinan yang meningkatkan popularitas politisi perempuan, karena mahasiswi aktivis UPI sangat mengetahui mengenai kuota minimal 30% bagi caleg perempuan yang maju dalam pemilu.
3. Persepsi mahasiswi UPI Bandung terhadap politisi perempuan yang maju sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014 tergolong baik atau positif, mereka mendukung bagi perempuan yang maju sebagai politisi khususnya yang menjadi calon anggota DPRD Provinsi Jawa Barat pada Pemilu 2014. Selain itu, para mahasiswi aktivis UPI Bandung memiliki kriteria-kriteria khusus yang harus dimiliki oleh para politisi perempuan, yaitu harus bersih, jujur, muda, berpendidikan serta harus dapat membagi waktu antara pekerjaan sebagai politisi dengan kewajiban di rumah tangga.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, peneliti merekomendasikan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:
1. Bagi Politisi Perempuan
a. Politisi perempuan hendaknya lebih mengoptimalkan kemampuan dalam bidang politik, dengan cara mengambil pendidikan formal di bidang politik sehingga para pemilih mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh politisi perempuan tersebut.
(45)
108
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Politisi perempuan hendaknya lebih menambah pengalaman dibidang politik, melalui diskusi-diskusi politik baik yang diselenggarakan oleh partai politik maupun lembaga lain yang berkompeten di bidang politik.
2. Bagi Partai Politik
a. Partai politik hendaknya memberikan pendidikan politik serta pengetahuan politik kepada masyarakat khususnya kaum perempuan, dengan cara melakukan sosialisasi mengenai politik sehingga masyarakat khususnya kaum perempuan tidak buta politik.
b. Dalam melakukan kaderisasi calon legislatif perempuan, partai politik hendaknya membuat standar minimal yang harus dimiliki oleh calon legislatif perempuan, sehingga calon legislatif perempuan yang masuk Daftar Calon Tetap (DCT) pada pemilu tidak hanya menjadi pelengkap kuota 30% saja.
3. Bagi Mahasiswi Aktivis UPI
a. Mahasiswi aktivis UPI hendaknya mengembangkan wawasan serta pengetahuan di bidang politik, dengan cara mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan politik di Indonesia.
b. Mahasiswi aktivis UPI hendaknya lebih memperhatikan para politisi perempuan yang maju sebagai calon legislatif pada pemilu, dengan melihat rekam jejak para politisi perempuan tersebut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya para peneliti selanjutnya lebih mencari informasi dan data mengenai kaderisasi yang dilakukan oleh partai politik terhadap politisi perempuan dan memfokuskan penelitian pada minat pemilih perempuan untuk memilih politisi perempuan yang maju pada pemilu.
(46)
109
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(47)
110
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(48)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Sumber Buku :
Arifin. (2006). Pencitraan Politik (Strategi Pemenangan Pemilu dalam Persfektif
Komunikasi Politik). Jakarta: Pustaka Idonesia
Budiardjo. (2009). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Firmanzah. (2008). Marketing Politik Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gusfa. (2010). KOMUNIKASI DALAM KONSTRUKSI IDENTITAS GENDER. Bandung: Unpad Press
Ibrahim, Marwah Daud. 1991. Perempuan Indonesia : Pemimpin masa depan ?
mengapa tidak. Dalam Tan, Melly G. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan ?.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Mulia dan Farida. (2005). Perempuan dan Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Murniati. (2004). Getar Gender [Perempuan Indonesia dalam Persfektif Sosial,
Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM]. Magelang: IndonesiaTera
Murniati. (2004). Getar Gender [Perempuan Indonesia dalam Persfektif Agama,
Budaya, dan Keluarga]. Magelang: IndonesiaTera
Noerhadi, Toeti Heraty. 1991. Wanita dan Kepemimpinan. Dalam Tan, Melly G.
Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan ?. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Parawansa, K.I. (2002). “ Hambatan terhadap Partisipasi Politik Perempuan di
Indonesia”, dalam Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah.
Jakarta: AMEEPRO.
Rush, Michael dan Althoff, Phillip. (1986). Pengantar sosiologi politik. Jakarta: Cv Rajawali.
(49)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sjahrir, Kartini. (1996). “Perempuan intelektual Indonesia Sebuah Pengantar”,
dalam Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan?, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Subana dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung. Pustaka Setia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Bandung.
Walgito. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Yusuf, Maftuchaf, 1991. Kepemimpinan Perempuan : Pemikiran seorang
muslimat. Dalam Tan, Melly G. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa
Depan ?. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Sumber Jurnal :
Ariffin, M. (2012). GERAKAN FEMINISME, PERSAMAAN GENDER
DAN PEMAHAMAN AGAMA ( BAHAGIAN I ). Jurnal Panel
Jawatankuasa Pemikir Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan.
Lubis, S. (2006). Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21. Jurnal DEMOKRASI. Volume V (1), hlm, 73—80
Ratnawati. (2004). Potret kuota perempuan di Parlemen. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 7 (3), hlm, 295—31
Sumber Dokumen:
---. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI Bandung: Sygma Examedia Arkanleema
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No 8 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(50)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Internet :
Website resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring [online] Terdapat di : http://bahasa.kemendiknas.go.id/kbbi/index.php [27 Januari 2014 ] Website resmi Komisi Pemilihan Umum [online] Terdapat di : www.kpu.go.id/
[15 April 2014]
Website resmi Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat [online] Terdapat di : www.kpu.jabarprov.go.id/ [13 April 2014]
(1)
108
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Politisi perempuan hendaknya lebih menambah pengalaman dibidang politik, melalui diskusi-diskusi politik baik yang diselenggarakan oleh partai politik maupun lembaga lain yang berkompeten di bidang politik.
2. Bagi Partai Politik
a. Partai politik hendaknya memberikan pendidikan politik serta pengetahuan politik kepada masyarakat khususnya kaum perempuan, dengan cara melakukan sosialisasi mengenai politik sehingga masyarakat khususnya kaum perempuan tidak buta politik.
b. Dalam melakukan kaderisasi calon legislatif perempuan, partai politik hendaknya membuat standar minimal yang harus dimiliki oleh calon legislatif perempuan, sehingga calon legislatif perempuan yang masuk Daftar Calon Tetap (DCT) pada pemilu tidak hanya menjadi pelengkap kuota 30% saja.
3. Bagi Mahasiswi Aktivis UPI
a. Mahasiswi aktivis UPI hendaknya mengembangkan wawasan serta pengetahuan di bidang politik, dengan cara mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan politik di Indonesia.
b. Mahasiswi aktivis UPI hendaknya lebih memperhatikan para politisi perempuan yang maju sebagai calon legislatif pada pemilu, dengan melihat rekam jejak para politisi perempuan tersebut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya para peneliti selanjutnya lebih mencari informasi dan data mengenai kaderisasi yang dilakukan oleh partai politik terhadap politisi perempuan dan memfokuskan penelitian pada minat pemilih perempuan untuk memilih politisi perempuan yang maju pada pemilu.
(2)
109
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
110
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
(4)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Sumber Buku :Arifin. (2006). Pencitraan Politik (Strategi Pemenangan Pemilu dalam Persfektif
Komunikasi Politik). Jakarta: Pustaka Idonesia
Budiardjo. (2009). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Firmanzah. (2008). Marketing Politik Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Gusfa. (2010). KOMUNIKASI DALAM KONSTRUKSI IDENTITAS GENDER. Bandung: Unpad Press
Ibrahim, Marwah Daud. 1991. Perempuan Indonesia : Pemimpin masa depan ?
mengapa tidak. Dalam Tan, Melly G. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan ?.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Mulia dan Farida. (2005). Perempuan dan Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Murniati. (2004). Getar Gender [Perempuan Indonesia dalam Persfektif Sosial,
Politik, Ekonomi, Hukum dan HAM]. Magelang: IndonesiaTera
Murniati. (2004). Getar Gender [Perempuan Indonesia dalam Persfektif Agama,
Budaya, dan Keluarga]. Magelang: IndonesiaTera
Noerhadi, Toeti Heraty. 1991. Wanita dan Kepemimpinan. Dalam Tan, Melly G.
Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan ?. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Parawansa, K.I. (2002). “ Hambatan terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia”, dalam Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah.
Jakarta: AMEEPRO.
Rush, Michael dan Althoff, Phillip. (1986). Pengantar sosiologi politik. Jakarta: Cv Rajawali.
(5)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sjahrir, Kartini. (1996). “Perempuan intelektual Indonesia Sebuah Pengantar”, dalam Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan?, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Subana dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung. Pustaka Setia.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Bandung.
Walgito. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Yusuf, Maftuchaf, 1991. Kepemimpinan Perempuan : Pemikiran seorang
muslimat. Dalam Tan, Melly G. Perempuan Indonesia Pemimpin Masa
Depan ?. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Sumber Jurnal :
Ariffin, M. (2012). GERAKAN FEMINISME, PERSAMAAN GENDER
DAN PEMAHAMAN AGAMA ( BAHAGIAN I ). Jurnal Panel
Jawatankuasa Pemikir Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan.
Lubis, S. (2006). Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21. Jurnal DEMOKRASI. Volume V (1), hlm, 73—80
Ratnawati. (2004). Potret kuota perempuan di Parlemen. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 7 (3), hlm, 295—31
Sumber Dokumen:
---. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI Bandung: Sygma Examedia Arkanleema
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No 8 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan Pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(6)
Yusup Ibrahim Husen, 2014
Elektabilitas Dan Popularitas Politisi Perempuan Persepsi Mahasiswi Aktivis Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber Internet :
Website resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring [online] Terdapat di : http://bahasa.kemendiknas.go.id/kbbi/index.php [27 Januari 2014 ] Website resmi Komisi Pemilihan Umum [online] Terdapat di : www.kpu.go.id/
[15 April 2014]
Website resmi Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat [online] Terdapat di : www.kpu.jabarprov.go.id/ [13 April 2014]