PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA TAWANGSARI KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI

(1)

commit to user

I

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK

DI DESA TAWANGSARI KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI

Disusun Oleh :

DANARDONO DARAH SETOMO H 0406020

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

II

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK

DI DESA TAWANGSARI KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Danardono Darah Setomo H 0406020

Dosen Pembimbing :

1. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS 2. Agung Wibowo, SP, MSi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

commit to user

III

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK

DI DESA TAWANGSARI KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Danardono Darah Setomo H 0406020

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Maret 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS

NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Agung Wibowo, SP, M.Si

NIP. 19760226 200501 1 003

Anggota II

Dr. Sapja Anantanyu, SP M.Si NIP. 19681227 199403 1 002

Surakarta, Maret 2011 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003


(4)

commit to user

IV

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan karuniaNya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pengembangan Usahatani Padi Organik di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi. 4. Agung Wibowo, SP, M.Si selaku pembimbing pendamping yang selalu

memberi bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.

5. Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si selaku dosen tamu atas masukan yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi. 7. Pihak Lesman yang membantu dalam terselesaikannya skripsi

8. Pengurus GAPOKTAN “Marsudi Mulyo” di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang memberikan informasi selama penelitian. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Surakarta, Maret 2011


(5)

commit to user

V

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas tetesan keringat yang selalu mengucur, kasih sayang yang tiada batas, tak pernah lelah memberikan perhatian, sabar memberikan arahan, semangat dan do’a di setiap langkah penulis.

2. Adik-adikku Aisyah dan Petrik yang selalu memberi keceriaan di hari penulis. 3. Endang Sri Rahayu yang selalu menjadi penyemangat dan inspirasi, serta

selalu menjadi warnawarni hidup.

4. Pak Agusnam dan Pak Agung yang memberi pengalaman baru di hidup penulis

5. Sahabat sepaham (Mas Satryo, Mas Andi, Mas Kuncung, Mas Lukman, Mas Farid C, Mas Farid Ndus, Mas Bul2, Mas Ivan, Mas Syafiq, Mas Qoi, Mas Bayu, Mas Darmo, Mas Egik).

6. Teman seperjuangan (Mbak Aisya aisyi, Mbak Aul, Mbak Dayu, Mbak Sun2, Mbak Uliek, Mbak Herning dan semua teman seperjuangan yang tidak bisa disebut satu-satu)

7. PKP 2006 yang memberi inspirasi kepada penulis.

8. Keluarga besar PKP yang telah menjadi keluarga besar penulis. 9. Adik Jupi yang selalu setia menemani disaat panas dan hujan


(6)

commit to user

VI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Berfikir ... 39

C. Dimensi Penelitian ... 41

III.METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 43

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Teknik Cuplikan (Sampling) ... 45

D. Jenis dan Sumber Data ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 48

F. Validitas Data ... 51


(7)

commit to user

VII

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam ... 55

B. Keadaan Penduduk ... 55

C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ... 60

D. Sarana Perekonomian ... 61

E. Sarana Transportasi dan Komunikasi ... 61

F. Kelembagaan Petani ... 62

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Sejarah Perkembangan Usahatani Padi Organik di Desa Tawangsari ... 63

2. Gambaran Umum tentang LSM ... 64

3. Peran LSM dalam Pendampingan Petani ... 67

4. Stakeholder dalam Usaha Pengembangan Usahatani Padi Organik ... 82

5. Manfaat Usahatani Padi Organik bagi Petani ... 87

B. Temuan Pokok ... 88

C. Pembahasan ... 88

VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

commit to user

VIII

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Produktivitas Padi Organik Di Kabupaten Boyolali ... 44

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data yang dibutuhkan ... 46

Tabel 4.1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tawangsari .. 56

Tabel 4.2. Kelompok Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tawangsari ... 57

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tawangsari ... 58

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tawangsari ... 59

Tabel 4.5. Luas Tanam Menurut Komoditas Tanaman Pangan dan Palawija di Desa Tawangsari ... 60

Tabel 4.6. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Desa Tawangsari ... 60

Tabel 4.7. Jenis Transportasi di Desa Tawangsari ... 61

Tabel 4.8. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Desa Tawangsari ... 62

Tabel 5.1 Peran LSM dalam Kegiatan Budidaya Padi Organik ... 67

Tabel 5.2 Prosedur dan Peran LSM dalam Perkreditan ... 75

Tabel 5.3 Daftar Petani Peminjam Bantuan Kredit dari LSM ... 77

Tabel 5.4 Peran LSM dalam Penguatan Kapasitas Petani ... 77

Tabel 5.5 Tahapan Pengorganisasian Petani oleh LSM ... 81

Tabel 5.7 Peran Stakeholder dalam Pengembangan Usahatani Padi Organik ... 82


(9)

commit to user

IX

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ... 41 Gambar 2. Skema Trianggulasi ... 52 Gambar 3. Skema Model Analisis Data Interaktif ... 54


(10)

commit to user

X

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Informan

Lampiran 2. Triangulasi

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Foto Penelitian


(11)

commit to user

XI

RINGKASAN

Danardono D S. H0406020. “PERAN LEMBAGA SWADAYA

MASYARAKAT (LSM) DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI

ORGANIK DI DESA TAWANGSARI KECAMATAN TERAS

KABUPATEN BOYOLALI”. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Agung Wibowo, SP, MSi.

Pembangunan pertanian berkelanjutan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan. Pembangunan tersebut diwujudkan dengan pertanian organik yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Selain petani sebagai pelaku utama, ada pihak lain yang membantu dalam terwujudnya pertanian organik yaitu LSM. LSM berperan dalam mendampingi petani untuk mengembangkan pertanian organik, selain LSM ada pihak lain yang juga ikut dalam pengembangan padi organik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keorganisasian LSM, mengkaji peran LSM dalam pengembangan usahatani padi organik, mengkaji peran pihak lain dalam pengembangan usahatani padi organik dan mengkaji perkembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari .

Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian secara purposive yaitu di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Penentuan informan dan subyek dilakukan secara purposive

dan snowball sampling. Jenis sumber data yang digunakan adalah informan,

subyek dan arsip atau dokumen. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, observasi, dan dokumenter. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi serta analisis median skor.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di Desa Tawangsari bernama Lesman (Lestari Mandiri) yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan petani dan keluarganya, kemampuan organisasi petani dan kemampuan lembaga dalam memfasilitasi program petani. (2) Peran LSM dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari adalah memberikan pelatihan kepada petani, memberikan pembekalan kepada petani organik terkait SOP dari budidaya padi organik, memberikan bantuan kepada Gapoktan, pembentukan kelompok organik, memberikan kredit kepada petani, membantu pemasaran produk dari petani organik. (3) Stakeholder dalam pengembangan usahatani padi organik adalah petani yang memproduksi padi organik, pelaku bisnis yang memasarkan produk, memberikan informasi kebutuhan pasar dan memprommosikan produk, PPL berperan dalam memberi masukan kepada kelompok tani dan memberikan sampel pupuk organik cair , LSM sebagai pemberi pelatihan, pembentukan kelompok dan pemberi kredit, radio komunitas sebagai pemberi informasi kepada petani. (4) Pengembangan usahatani padi organik dapat dilihat dari beberapa hal yaitu luas lahan yang digarap oleh petani belum mengalami peningkatan, benih yang digunakan semua petani organik adalah benih lokal, pupuk yang digunakan petani adalah pupuk organik, pestisida yang digunakan petani adalah pestisida organik, Petani mengalami peningkatan pendapatan dari hasil usahatani padi organik.


(12)

commit to user

XII

SUMMARY

Danardono D S. H0406020. "Role of Nongovernmental Organizations (NGOs) IN THE DEVELOPMENT OF ORGANIC FARMING IN RICE ON TAWANGSARI VILLAGE TERAS DISTRICT BOYOLALI REGENCY". Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS and Agung Wibowo, SP, MSi.

Development of sustainable agriculture is environmental sustainability. Development is manifested by organic agriculture that takes into account environmental sustainability. In addition to farmers as the main actors, there are other parties who assist in the realization of the NGO for organic farming. NGOs play a role in assisting farmers to develop organic agriculture, in addition to any other party NGOs also participated in the development of organic rice.

This study aims to assess the institutional NGOs, examine the role of NGOs in the development of organic rice farming, examines the role of other parties in the development of organic rice farming and assess the development of organic rice farm in the Tawangsari village.

The method used was qualitative descriptive approach. Location of the study by purposive ie Tawangsari Village Teras District Boyolali Regency. Determination of informants and subjects performed a purposive and snowball sampling. Types of data sources used are informant, subject and archives or documents. Data collection techniques were interviews, observation, and documentary. The validity of using triangulation of data sources and triangulation methods. Analysis of the data used is data reduction, data display, and conclusion or verification and analysis, the median score.

based on the results of this study concluded that: (1) non-governmental organizations residing in the village of Tawangsari named Lesman (Lestari Mandiri), which has the objective to improve the ability of farmers and their families, the ability of farmers organizations and institutions in facilitating the ability of smallholder schemes. (2) The role of NGOs in the development of organic rice farm in the village of Tawangsari is to provide training to farmers, giving the briefing to the relevant SOP organic farmers from cultivation of organic rice, providing assistance to Gapoktan, forming an organic group, provides credit to farmers, help the marketing of farm products organic. (3) Stakeholders in the development of organic rice farming is the farmers who produce organic rice, businesses that sell products, provide information on market needs and product promote, PPL role in providing inputs to farmers' groups and provide samples of liquid organic fertilizer, NGOs as provider of training, formation of groups and credit providers, community radio as a conduit of information to farmers. (4) Development of organic rice farming can be seen from farmers increased revenues from organic rice farming.


(13)

commit to user

XIII

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang mengacu pada kemampuan usahatani untuk memproduksi pangan untuk waktu yang tak terbatas, tanpa berakibat pada kerusakan kesehatan lingkungan yang permanen. Hal ini mengandung dua kata kunci yaitu biofisik (pengaruh jangka panjang dari beragam praktek pengelolaan lahan dan proses produksi tanaman), dan sosial ekonomi (kemampuan jangka panjang dari petani (sebagai jurutani) untuk memanfaatkan input dan mengelola sumberdaya) (Mardikanto, 2009). Sehingga dapat dilihat bahwa pertanian berkelanjutan harus benar-benar memperhatikan lingkungan dan petaninya itu sendiri.

Perhatian terhadap kelestarian sangatlah penting, hal ini tidak hanya menyangkut tanah saja akan tetapi juga menyangkut tanaman, hama penyakit, musuh alami sampai pada mikroorganisme dalam tanah. Dengan memperhatikan lingkungan secara intensif dalam pengelolaan usahataninya maka kedepan pertanian yang ada akan tetap berlanjut dan dapat menghasilkan produk pertanian secara maksimal. Selain perhatian terhadap lingkungan, perhatian terhadap keadaan petaninya juga sangat penting. Petani yang mempunyai kemampuan bertani jangka panjang baik dalam hal keuangan maupun penyediaan input produksi akan lebih dapat bertahan lama dan dapat meraup hasil yang stabil dan justru cenderung meningkat dari musim kemusim. Pada pembangunan pertanian didukung oleh beberapa pemangku kepentingan atau pihak, pihak-pihak tersebut terdiri dari petani dan keluarganya sebagai pelaku utama, penentu kebijakan sebagai perencana, pelaksana dan pengendali kebijakan, selain itu juga ada peneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis, pers, tokoh masyarakat, budayawan dan aktivis LSM. Aktivis LSM disini berperan sebagai organisator, fasilitator dan penasehat pelaku utama (petani) (Mardikanto, 2009).

LSM biasanya melakukan penyuluhan pertanian melalui


(14)

commit to user

XIV

pelatihan, pendampingan dan pelaksanaan demplot (pengujian lokal). Seiring menurunnya peran penyuluhan serta menurunnya citra penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah, keberadaan LSM semakin diakui dan dibangun kerjasama kolaboratif antara lembaga penyuluhan pertanian pemerintah dengan pihak swasta dan LSM (Mardikanto, 2009). Adanya kolaborasi antara pemerintah dan LSM dalam melakukan penyuluhan maka akan mempermudah dalam pengembangan usahatani yang dikelola oleh petani. Begitu juga dengan fasilitas yang diberikan LSM untuk petani, fasilitas tersebut dapat membantu petani dalam mengembangkan usahataninya. Fasilitas yang diberikan LSM kepada daerah dampingannya tersebut tidak hanya bertujuan untuk pengembangan usahatani saja akan tetapi mengarah juga kepada kemandirian petani. Menurut Hikmah (2006) LSM merupakan agen pembangunan ditingkat grasroot dalam organisasi masyarakat. LSM difokuskan pada kemandirian dan profesionalisme pelayan kesejahteraan yang menggunakan pendekatan strategis dalam pembangunan melalui partisipasi masyarakat di tingkat lokal dan regional.

Pada pertanian organik khususnya usahatani padi organik peranan LSM sangat diperlukan untuk membantu petani dalam pengembangan usahataninya. Peranan LSM dalam mendampingi petani tersebut dapat berupa bantuan permodalan, peningkatan kapasitas petani dan pengorganisasian petani. Dengan berbagai fasilitas tersebut, petani sebagai pelaku utama didukung LSM dan pemerintah dapat mewujudkan sebuah lingkungan yang sehat, selain hal tersebut akan tercapai juga suatu pengembangan usahatani yang bersifat organik.

Pertanian organik khususnya padi organik sudah mulai dibudidayakan petani di Kabupaten Boyolali tepatnya di Desa Tawangsari Kecamatan Teras sejak tahun 2009 yang lalu sampai sekarang. Perkembangan budidaya padi organik tersebut tidak lepas dari peran LSM yang ada di Kabupaten Boyolali yang juga didukung oleh penyuluh pemerintah yang ada di Desa Tawangsari. Pendampingan yang dilakukan oleh LSM tersebut juga mempunyai tujuan


(15)

commit to user

XV

yang sama yaitu menjaga kesehatan lingkungan dan pengembangan usahatani padi organik.

B. Perumusan Masalah

Pertanian organik tidak hanya menekankan pada kuantitas produk usahataninya akan tetapi kemajuan pertanian organik juga akan ditentukan oleh kualitas produk dan kemajuan dari petani itu sendiri, karena dengan tingginya kualitas dan kuantitas yang diikuti oleh tingginya pendapatan petani maka pertanian organik benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan dan dapat tercapai pertanian berkelanjutan.

Pengembangan usahatani padi organik akan mempengaruhi tingkat kualitas, kuantitas dan efisiensi produk yang diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan petani. Peran LSM dalam pengembangan usahatani ini adalah untuk memfasilitasi kelompok tani yang ada di Desa Tawangsari. Fasilitas dari LSM yang dapat diberikan kepada kelompok tani antara lain dalam hal permodalan, peningkatan kapasitas petani, standarisasi mutu produk dan membantu petani dalam pemasaran hasil pertanian. Bentuk fasilitas yang diberikan LSM kepada petani terdapat beberapa kegiatan yang disalurkan melalui kelompok tani. Dari fasilitasi kelompok tani tersebut diharapkan kedepannya ada swadaya masyarakat dalam pengelolaan kelompok tani untuk mencukupi kebutuhan petani yang ada didalamnya.

Peran LSM di Desa Tawangsari harus diimbangi dengan peran petani di Desa Tawangsari sebagai pelaku utama dalam pertanian organik di

wilayahnya. Karena kedepannya, harapan dari LSM untuk petani padi organik di Desa Tawangsari yaitu petani dapat menjadi petani yang mandiri, yang dimaksud mandiri adalah berani dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keorganisasian LSM yang mendampingi petani di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali?

2. Bagaimana peran LSM dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali?

3. Bagaimana pengaruh pihak-pihak lain (Pelaku bisnis, media massa dan PPL) dalam dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali?

4. Bagaimana manfaat usahatani padi organik bagi petani di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali?


(16)

commit to user

XVI Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji keorganisasian LSM yang mendampingi petani di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

2. Mengkaji peran LSM dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

3. Mengkaji pengaruh pihak-pihak lain (Pelaku bisnis, media massa dan PPL) dalam dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

4. Mengkaji manfaat usahatani padi organik bagi petani di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS

2. Bagi Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya mengenai pengembangan usahatani padi organik di Indonesia.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

Bagi Petani, sebagai bahan pembelajaran bagi petani untuk lebih mengembangkan pertanian organik sehingga bisa mempertahankan keseimbangan lingkungan.


(17)

commit to user

XVII

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan adalah suatu pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agrobisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dapat dicapai (Daniel et all, 2006).

Pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik, sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Konsep-konsep penting terkait dengan penyuluhan adalah proses pendidikan (dengan sistem pendidikan nonformal dan pendidikan orang dewasa), proses perubahan (menuju perilaku yang lebih baik, sesuai yang diinginkan), dan proses

pemberdayaan (memiliki pengetahuan dan kemampuan baru) (Puslata UT, 2008).

Penyuluhan merupakan “ujung tombak” dalam pembangunan pertanian di Indonesia, dalam penyuluhan pertanian akan dapat memanajemen sumberdaya manusia yang di Indonesia merupakan sumberdaya manusia yang masih lemah dalam finansial, pendidikan, ketrampilan, teknologi dan rendahnya semangat untuk maju. Pengelolaan sumberdaya manusia yang ada akan mempermudah dalam pengelolaan sumberdaya yang lain, sehingga sumberdaya yang ada akan teroptimalkan untuk kegiatan pertanian dalam menuju pembangunan pertanian

(Mardikanto, 2009).

Penyuluhan pertanian mempunyai beberapa pengertian yang merupakan gambaran peran dari penyuluhan itu sendiri, beberapa pengertian tersebut adalah penyuluhan pertanian sebagai proses penyebarluasan informasi, penyuluhan pertanian sebagai proses penerangan, penyuluhan pertanian sebagai proses perubahan perilaku, penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan, penyuluhan pertanian sebagai proses rekayasa sosial (Mardikanto, 1993).

Menurut Mardikanto (1993) penyuluhan pertanian sebagai proses penyebarluasan informasi, proses penyebarluasan informasi yang

berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktifitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Maksud dari proses penyebaran informasi didalam penyuluhan pertanian adalah sebenarnya tidak hanya sekedar penyampaian informasi akan tetapi terkandung maksud yang lebih jauh, yakni untuk dipahami, dikaji, dianilisis dan diterapkan oleh semua pihak yang terkait dengan


(18)

commit to user

XVIII

pembangunan pertanian, sampai terwujudnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan pertanian itu sendiri.

Penyuluhan merupakan sebuah jembatan bagi petani dalam

memperoleh sebuah informasi-informasi tentang persoalan baru. Selain itu petani juga akan mendapat pengetahuan baru dari hasil para ahli. Petani juga bisa mendapat pemecahan dari sebuah masalah yang ada

(Kartasapoetra, 1991)

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) dari penyuluhan petani juga dapat memperoleh informasi-informasi untuk pengelolaan

usahataninya yaitu hasil penemuan dan teknologi terbaru, pengalaman dari petani lain, situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi dipasaran input dan hasil-hasil produksi, kebijakan pemerintah.

Penyuluhan merupakan media dalam penyampaian informasi-informasi terbaru didunia pertanian. Informasi-informasi-informasi terbaru tersebut tidak hanya diwacanakan akan tetapi dikaji dan diterapkan sesuai dengan keadaan wilayahnya masing-masing sehingga dapat membawa petani pada kesejahteraan.

Penyuluhan pertanian sebagai proses penerangan, proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat (petani) tentang segala sesuatu yang belum diketahui dengan jelas untuk dilaksanakan atau diterapkan dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan

keuntungan yang ingin dicapai melalui proses pembangunan pertanian (Mardikanto, 1993).

Penerangan diarahkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat secara misal dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani dengan memanfaatkan sarana penerangan secara optimal, yaitu dalam media, pameran, tatap muka, dan media massa tradisional (pertunjukan rakyat) (Soetriono et all, 2006).

Penyuluh Pertanian sebagai pemeran utama penyuluhan pertanian secara kelembagaan berada di bawah (subordinasi) dari Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan dan Peternakan lebih berperan sebagai tenaga teknisi yang menawarkan jasa pelayanan teknis yang bersifat parsial komoditi sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dinasnya masing-masing. Pelayanan yang diberikan yakni berupa pelayanan teknis budidaya dan penerangan kepada petani (Sinar Tani, 2010).

Penyuluhan juga disebut sebagai penerangan yang berarti bahwa penyuluhan memberikan sesuatu hal yang belum dimengerti sebelumnya. Dari penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat bisa mengetahui hal-hal yang sebelumnya belum dimengerti sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas usahataninya.

Menurut Mardikanto (1993) penyuluhan pertanian sebagai proses perubahan perilaku, proses merubah perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) agar menjadi tahu, mau dan mampu melaksanakan

perubahan-perubahan dalam usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga yang dicapai melalui pembangunan pertanian. Menurut Sastraatmaja (1993) tujuan


(19)

commit to user

XIX

jangka pendek dari sebuah penyuluhan adalah dimana konsep ini mengharapkan adanya perubahan perilaku (sikap, tindakan dan pengetahuan) masyarakat tani ke arah yang lebih baik.

Penyuluhan pertanian bertujuan untuk mengubah perilaku petani menjadi lebih professional dalam berusahatani sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Serta dapat mencapai kemandirian usahatani yang berkelanjutan (Soetriono et all, 2006).

Penyuluhan yang dilakukan dimasyarakat ditujukan untuk merubah perilaku para petani menuju kearah yang lebih baik. Perubahan perilaku ini dapat merubah pula ketrampilan petani dalam mengelola usahataninya sehingga pendapatan petani akan meningkat dan kesejahteraan akan tercapai.

Penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan, suatu sistem pendidikan bagi masyarakat petani untuk membuat mereka tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan upaya peningkatan produksi,

pendapatan dan kesejahteraannya (Mardikanto, 1993).

Menurut Sastraatmaja (1993) proses penyuluhan sebagai media pendidikan dapat mengangkat harkat martabat petani untuk menjadi hidup lebih layak, karena dengan pendidikan tersebut petani dapat hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Kemudian menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) petani dapat dididik dengan dua cara yang berbeda yaitu mengajari mereka bagaimana cara memecahkan masalah yang spesifik, mengajari mereka proses pemecahan masalah.

Penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang dilakukan oleh petani. Pendidikan ini membuat para petani menjadi tahu, mau dan mampu mandiri khususnya dalam pengelolaan usahataninya. Dengan kemandirian tersebut petani secara tidak langsung akan mencapai kesejahteraan.

Penyuluhan pertanian sebagai proses rekayasa sosial. Proses rekayasa sosial untuk tercapainya perubahan perilaku dari anggota-anggotanya, seperti yang dikehendaki demi upaya peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya (Mardikanto, 1993).

Berdasarkan status dan lembaga tempat penyuluhannya dalam UU no.16 tahun 2006 Penyuluh dapat dibedakan menjadi tiga :

a. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil, pegawai negeri yang ditetapkan dengan status jabatan fungsional sebagai penyuluh. Yang sudah dikenal sejak tahun 1970an. Sedangkan untuk kelembagaannnya, penyuluh pertanian pemerintah dibagi dalam beberapa tingkatan: 1) Tingkat pusat dibentuk badan penyuluhan dan komisi penyuluhan

nasional.

2) Tingkat provinsi dibentuk badan koordinasi penyuluhan provinsi dan komisi penyuluhan provinsi.


(20)

commit to user

XX

3) Tingkat kabupaten, dibentuk badan pelaksana penyuluh kabupaten dan komisi penyuluhan pertanian kabupaten.

4) Tingkat kecamatan dibentuk BPP.

5) Tingkat desa dibentuk pos pennyuluhan desa.

b. Penyuluh swasta, yaitu penyuluh pertanian yang berstatus sebagai karyawan perusahaan swasta (produsen pupuk, pestisida, perusahaan benih, dll) termasuk dalam penyuluh swasta adalah penyuluh dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

c. Penyuluh swadaya, petani atau warga masyarakat yang secara sukarela melakukan kegiatan penyuluhan dilingkungannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah penyuluh yang diangkat dan atau memperoleh imbalan dari dan oleh masyarakat di lingkungannya. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh LSM biasanya dilakukan melalui

pengorganisasian masyarakat lokal, pemberian advokasi,

penyelenggaraan pelatihan, pendampingan dan pelaksanaan demplot (Mardikanto, 2009).

Upaya pembinaan kelompok tani diselaraskan dengan tingkat kemampuan kelompok tani yang diukur dengan lima jurus kemampuan berikut: (1) kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal; (2) kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain; (3) kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan

pendapatan secara rasional; (4) kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga; (5) Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi, serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usahatani para anggota kelompok (Soetriono et all, 2006). 2. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Pembangunan pertanian adalah suatu pembangunan dalam bidang pertanian yang meliputi bidang-bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan.

Pembangunan pertanian harus dilakukan secara seimbang dan disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga kontinuitas produksi dapat dipertahankan dalam jangka panjang dengan menekan tingkat kerusakan lingkungan sekecil mungkin (Salikin K, 2003).

Pembangunan pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membentuk kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Namun ada juga


(21)

commit to user

XXI

definisi lain yang lebih luas dan menilai pertanian bisa dikatakan pertanian berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut : (Reijntjes, 1992)

a. Mantap secara ekologis, berarti bahwa kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan (manusia, hewan, tanaman sampai organisme tanah) ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran,

b. Berlanjut secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup

menghasilkan untuk pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan

pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langsung namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.

c. Adil, berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan, baik di lapangan maupun di dalam masyarakat. Kerusuhan sosial bisa mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.

d. Manusiawi, berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang. Intregritas budaya dan spiritualitas


(22)

commit to user

XXII

e. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya pertumbuhan penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain. Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga inovasi dalam arti sosial budaya.

Pertanian berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terintregasi dari praktek produksi tanaman dan atau hewan yang diaplikasikan pada lokalitas tertentu dan dalam jangka panjang yaitu memuaskan kebutuhan pangan manusia dan serat-seratan, terkait dengan mutu lingkungan dan sumberdaya alam yang berbasis pada ketergantungan ekonomi pertanian, efisiensi penggunaan sumberdaya tak terbaharukan, sumber daya pertanian dan terpadu yang pengendalian daur biologis secara tepat, menjamin kelayakan ekonomi dari kegiatan pertanian yang

dilakukan, terkait dengan mutu hidup petani dan masyarakat secara utuh (Sutanto, 2002).

Pengertian berkelanjutan mengandung makna pemeliharaan, yang terus menerus harus didukung untuk jangka panjang. Dengan demikian, pertanian berkelanjutan dapat dijelaskan sebagai pertanian yang memiliki kemampuan untuk memelihara produktivitasnya dan kemanfaatannya bagi masyarakat yang tak pernah berhenti, sistem tersebut harus diarahkan pada konservasi sumberdaya, dukungan masyarakat, memiliki keunggulan secara komersial dan perlindungan lingkungan (Sutanto, 2002).

Pertanian berkelanjutan mengacu pada kemampuan usahatani dalam memproduksi pangan untuk waktu yang tak terbatas, tanpa berakibat pada kerusakan kesehatan lingkungan yang permanen. Hal ini mengandung dua kata kunci yaitu biofisik (pengaruh jangka panjang dari beragam praktek pengelolaan lahan dan proses produksi tanaman), dan sosial ekonomi (kemampuan jangka panjang dari petani (sebagai jurutani) untuk memanfaatkan input dan mengelola sumberdaya) (Mardikanto, 2009).

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan tersebut tidak memperhatikan dan memfokuskan pada kegiatan operasionalnya demi kenaikan produktifitas sektor pertanian saja. Akan tetapi pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk lebih secara mandiri dan berkelanjutan menjamin keamanan pangan baik secara nasional maupun masing-masing keluarga dari negara-negara yang bersangkutan (Soetrisno, 1998).

Pertanian berkelanjutan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Selain itu juga untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani secara luas melalui peningkatan produksi pertanian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Pembangunan pertanian


(23)

commit to user

XXIII

berkelanjutan juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan keamanan bahan pangan yang ada (Salikin K, 2003).

Keberhasilan pembangunan pertanian yang berkelanjutan ditentukan oleh 4 aspek yaitu aspek pemanfaatan dan kelestarian

sumberdaya, penguasaan dan pemanfaatan teknologi, peningkatan peranan kelembagaan dan pemanfaatan budaya (Soekartawi, 1991).

3. Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang

mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004)

Menurut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture

Movements) Pertanian organik di definisikan sebagai “sistem produksi

pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan

berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat

biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.

Pertanian yang organik adalah suatu metoda produksi yang mengatur lahan dan lingkungannya sebagai sistem yang tunggal. Dalam pengolahannya menggunakan kedua-duanya pengetahuan ilmiah dan tradisional untuk tingkatkan kesehatan dari agro-ecosystem dalam berproduksi. Lahan organik menggunakan dari sumber alam lokal dan manajemen dari ekosistem dibanding menggunakan input luar dalam pengelolaannya seperti pupuk mineral dan bahan kimia. Pertanian organik oleh karena itu menolak bahan-kimia buatan dan gen masukan yang dimodifikasi. Pertanian organik mempromosikan pertanian tradisional yang dapat mempraktekkan dan memelihara kesuburan lahan (FAO, 2008).

Menurut Sutanto (2002) pertanian organik merupakan himpunan seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan

bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Usaha yang lain adalah menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Pertanian organik memberikan banyak keuntungan ditinjau dari gatra peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman dan


(24)

commit to user

XXIV

ternak, serta dari gatra lingkungan yang mempertahankan keseimbangan ekosistem, disamping itu dari gatra ekonomi akan lebih meningkatkan devisa negara untuk mengimport pupuk, bahan kimia pertanian dan

memberi kesempatan banyak untuk lapangan perkerjaan serta peningkatan pendapatan petani. Pada prinsipnya pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah dan upaya menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Menurut USDA Nasional Standard yang organik ( NOSB), pertanian yang organik digambarkan sebagai "suatu sistem manajemen produksi yang ekologis yang mempromosikan dan tingkatkan biodiversas, siklus biologi, dan aktivitas biologi lahan. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan minimal tentang off-farm masukan dan pada manajemen mempraktekkan yang kembali, memelihara, atau tingkatkan keselarasan ekologis. Tujuan yang utama dari pertanian yang organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari masyarakat yang saling tergantung pada lahan, tumbuhan, binatang dan orang-orang." (Delate, 2009).

Secara teknis sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, menjadi faktor penting dalam proses usahatani tanaman, perkebunan, peternakan perikanan dan kehutanan. Penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah contoh-contoh aplikasi sistem pertanian organik. Kriteria sistem pertanian organik yang diberikan oleh IFOAM

(international Federation of Organik Agriculture Movement) setidaknya harus memenuhi enam prinsip standar yaitu lokalita, pertanian yang menggunakan input dari sekitarnya atau daerahnya, sehingga benar-benar pemanfaatan potensi lokal; perbaikan tanah, merupakan upaya untuk menjaga, merawat, dan memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui tindakan pemupukan organik; meredam polusi, meredam terjadinya polusi polusi air dan udara, kualitas produk, menghasilkan produk-produk

pertanian yang bermutu; memenuhi standart mutu gizi, dan aman bagi lingkungan serta kesehatan; pemanfaatan energi, menghindarkan sejauh mungkin penggunaan energi dari luar yang berasal dari bahan bakar fosil yang berupa pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar minyak; kesempatan kerja, para petani mampu menghargai pekerja lainnya dengan upah yang layak.(Sutanto, 2002).

Menurut Salikin (2003), Sistem pertanian organik memiliki tujuh keunggulan dan keutamaan sebagai berikut :

a. orisinil, maksudnya adalah dalam pertanian organik tetap tidak menolak teknologi-teknologi baru akan tetapi tetap memperhatikan keselarasan dan keseimbangan dengan alam.


(25)

commit to user

XXV

b. rasional, bahwa hukum keseimbangan alamiah adalah ciptaan Tuhan, dan manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan tersebut.

c. Global, pertanian organik adalah sudah menjadi wacana yang mendunia karena pertanian organik adalah penting untuk kepentingan manusia di dunia.

d. Aman, merupakan hasil produk petanian yang aman baik untuk kesehatan manusia ataupun bagi lingkungan.

e. Netral, petani tidak lagi tergantung pada salah satu pihak pelaku dalam pertanian, petani dapat berdiri secara mandiri dan hubungan dengan pelaku yang lain bersifat simbiosis mutualisme.

f. Internal, pertanian organik berupaya mendayagunakan potensi sumberdaya alam internal dengan maksimal.

g. Kontinuitas, pertanian organik merupakan langkah yang berorientasi pada keberlanjutan dan mempertimbangkan jangka panjang untuk generasi kedepan.

Perbandingan biaya produksi usahatani padi organik dan non organik sangat berbeda, hal ini diketahui dari penelitian empiris usahatani padi organik pada kelompok tani “rukun” Desa Sendangrejo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Salikin (2003) hasilnya antara lain sebagai berikut yaitu struktur biaya usahatani padi organik lebih tinggi dari pada biaya usahatani padi non organik, karena komponen biaya pengolahan lahan dan penggunaan sarana produksi serta benih relatif lebih besar, sementara komponen biaya yang lain tetap sama; Hasil produksi usaha tani padi anorganik lebih tinggi yaitu 7,6 ton/Ha dibanding produksi padi organik akan tetapi beras yang

dihasilkan sama yaitu 4,2 ton, hal ini disebabkan karena kulit gabah organik lebih tipis dan berasnya lebih bernas; Pendapatan usahatani padi organik perhektar lahan lebih besar yaitu (Rp12.600.000) jika

dibandingkan dengan usahatani padi nonorganik (Rp.8.400.000) karena harga jual padi organik lebih mahal.

Keunggulan utama beras organik dibanding beras biasa adalah relatif aman untuk dikonsumsi. Selain itu rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah warna dan daya simpannya lebih baik dari beras biasa, beras organik lebih putih dan tahan 24 jam, dan beras biasa hanya 12 jam (Andoko A, 2007).


(26)

commit to user

XXVI

Masyarakat sipil berbeda dengan negara atau masyarakat politik yaitu adalah lingkup privat dari individu. Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk organisasi voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya itu berada dalam aktivitas ideologis dan intelektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil adalah konteks dimana seseorang menjadi sadar, dan dimana seseorang pertama kali ikut dalam aksi politik. Dengan demikian masyarakat sipil adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit ditransformasi menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah, serta dimana aliansi dibentuk. Dalam konteks ini, masyarakat sipil berarti suatu dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah. LSM sebagai gerakan sosial yang ada sebagai jembatan dan sarana atau media bagi masyarakat untuk mendapat sebuah pendidikan. LSM menjadi organisasi yang memberdayakan rakyat untuk mengontrol dan menggunakan pengetahuannya sendiri dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitarnya (Fakih M, 2000).

Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri tahun 1990 yang dimaksud dengan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah

organisasi/lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh

organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang

menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya (Anonim, 2008). Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi non pemerintah yang bergerak menurut bidangnya masing-masing, seperti sosial, ekonomi, pertanian dan lain-lain. LSM biasanya memilliki tenaga-tenaga ahli yang lebih termotivasi dalam memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjdi mitra atau dampingannnya, sehingga mampu melakukan pendekatan yang luwes dan kreatif dengan metode yang lebih bersifat partisipatif. Dengan berlandaskan keswadayaan maka LSM tidak mudah goyah terhadap benturan-benturan dari luar (Mubyarto, 1993).

LSM merupakan agen pembangunan ditingkat grasroot dalam organisasi masyarakat. LSM difokuskan pada kemandirian dan

profesionalisme pelayan kesejahteraan, jaringan kerja, dan kampanye yang menggunakan pendekatan strategis dalam pembangunan melalui

partisipasi masyarakat di tingkat lokal dan regional. Partisipasi masyarakat melalui LSM dapat menjadi kunci efektif untuk mengatasi kemiskinan (Hikmat H, 2006).

Pentingnya kelembagaan masyarakat yang berswadaya di pedesaan adalah karena banyak masalah yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga, seperti pelayanan perkreditan, pembasmian hama, penyebaran inovasi pertanian dan lain-lain disamping dapat juga berperan sebagai perantara antara lembaga besar dan warga, karena dapat memberi kelanggengan pada warga desa untuk terus menerus mengembangkan usahanya, seperti untuk mengembangkan teknologi dan menyebarkannya


(27)

commit to user

XXVII

karena dapat mengorganisasi warga desa untuk dapat bersaing dengan pihak luar (Mubyarto, 1994).

LSM yang ada di tengah masyarakat sebenarnya ingin

menonjolkan ciri yang dia punya, ciri-ciri yang ingin ditonjolkan oleh LSM tersebut antara lain: (a) Menjangkau si paling miskin, sasaran utama dari kebanyakan LSM adalah rakyat miskin, walau terkadang sasaran tersebut cukup sulit terjangkau akan tetapi bantuan dari LSM tersebut adalah mencoba untuk menghidupkan potensi-potensi yang ada di wilayah sasaran; (b) Mendorong partisipasi yang lebih luas, program-program atau kegiatan yang diberikan oleh LSM mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi dan turut serta dalam pelaksanaan suatu program; (c) Tidak birokratis, dikarenakan LSM yang terdiri dari hanya beberapa orang, maka dari itu birokrasi dalam LSM tidak berbelit-belit, terkesan lebih mudah dibandingkan dengan birokrasi di pemerintahan;(d) Mampu

bereksperimen, merupakan laboratorium sosial yang dapat digunakan untuk mencoba cara-cara atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam masyarakat;(e) Membutuhkan biaya yang murah, berbeda dengan

pemerintahan yang mempunyai birokrasi yang cukup panjang, LSM mempunyai jalur birokrasi yang singkat sehingga untuk aliran dana pun tidak melewati banyak pintu sehingga secara tidak langsung tidak akan banyak potongan. Selain itu tenaga dari LSM banyak menggunakan tenaga dari masyarakat yang biasanya secara sukarela sehingga dapat menekan biaya tenaga kerja (Hagul P, 1992).

Aspek kelembagaan merupakan syarat pokok yang diperlukan agar struktur pembangunan pedesaan dapat dikatakan maju. Menurut Mosher dalam Soekartawi (1993) ada 5 syarat pokok yang harus ada dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam “Struktur Pedesaan Maju” yaitu: (a) Adanya pasar, kelembagaan ekonomi seperti pasar penting bagi petani untuk dapat membeli saprodi dan menjual hasil pertaniannya; (b) Adanya pelayan penyuluhan, kelembagaan penyuluh pertanian adalah penting bagi petani untuk menerapkan teknologi baru yang ingin dicobanya; (c) Adanya lembaga perkreditan, lembaga ini harus terjangkau oleh petani, tidak adanya tersedia akan tetapi juga murah ; (d) adanya jalan di pedesaan untuk memperlancar transportasi dan (e) adanya tempat percobaan lokal, untuk menguji teknologi baru di tempat pertanian.

5. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat a. Perkreditan

Pentingnya kelembagaan masyarakat yang berswadaya di pedesaan adalah karena banyak masalah yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga, seperti pelayanan perkreditan, pembasmian hama, penyebaran inovasi pertanian dan lain-lain disamping dapat juga berperan sebagai perantara anatara lembaga besar dan warga, karena


(28)

commit to user

XXVIII

dapat memberi kelanggengan pada warga desa untuk terus menerus mengembangkan usahanya, seperti untuk mengembangkan teknologi dan menyebarkannya karena dapat mengorganisasi warga desa untuk dapat bersaing dengan pihak luar (Mubyarto, 1994).

Menurut Hagul P (1992) ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh LSM di Indonesia dalam membantu pemerintah untuk memecahkan problema pertanian di Indonesia yaitu LSM dapat membantu pemerintah dalam usaha-usaha yang dapat membuat pemerintah desa lebih mandiri dalam menangani problema pangan bagi rakyat yang kurang mampu. Dalam hal ini LSM dapat membantu modal bagi pemerintah desa.

Petani-petani yang ada di desa memerlukan perkreditan untuk membantu usahatani mereka. Perkreditan untuk membantu keuangan petani dalam memerlukan permodalan untuk membeli bibit, pupuk dan sebagainya sangatlah bermanfaat untuk petani. Akan tetapi agar pinjaman tersebut dapat produktif maka sebaiknya ada bimbingan yang diberikan agar pinjaman petani tersebut tidak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga akan tetapi dapat menggunakan kredit tersebut secara produktif. Penelitian yang dilakukan oleh Sudjanadi di Desa Sampadan dan Amarsari menyatakan bahwa kredit yang diambil biasanya bukan untuk memajukan usaha akan tetapi untuk menutup kekurangan modal biaya-biaya rutin belaka. Kredit yang diambil pada umumnya tidak banyak mengakibatkan kemajuan-kemajuan usahatani petani, apabila tidak diintegrasikan dengan usaha bimbingan bagi petani tersebut. Menurut ECAFE dan FAO, ciri penting perkreditan pertanian di Asia adalah bahwa sebagian besar kredit di daerah pedesaan berbentuk kredit perseorangan dari pihak kreditor satu-satunya syarat yang diperlukan adalah jaminan perseorangan yakni hubungan yang penuh pengertian dan saling percaya antara kreditor dan debitur (Ronodiwinjo, 1969).


(29)

commit to user

XXIX

Kredit adakalanya diperlukan sebagai suatu jembatan antar jadwal penerimaan dan jadwal pengeluaran usahatani yang tidak bersamaan jatuhnya. Akan tetapi kredit itu tidak merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan pertanian yang lebih mutlak bagi petani adalah mendorong motivasi petani untuk menggunakan barang-barang penemuan teknologi baru guna meningkatkan produksi dengan diiringi penyediaan barang-barang modal (Tohir K, 1991).

1) Peminjaman modal

Diperlukan sumbangan pemikiran dari LSM dalam hal kriteria kemandirian kelompok berdasarkan pengalaman

pendampingan dari Indonesia misalnya dalam pengurusan kredit dan menabung. Suatu kelompok yang mandiri akan

mementingkan pelayanan kredit dan tabungan secara seimbang. LSM dapat memfasilitasi untuk pengembangan usaha dengan menambah dana dari sumber lain yang bersifat internal (Maryono E, 1993).

Modal dalam usahatani dalam arti mikro merupakan faktor produksi yang disediakan, diolah dan dikontrol didalam

usahatani perusahaan atau dalam usahatani yang masih sederhana. Modal pertanian dapat berbentuk uang atau dalam bentuk barang yang dipakai dalam kegiatan produksi bidang pertanian. Sumber lain yang dapat menyediakan modal adalah pinjaman modal yang biasa disebut dengan kredit (Kadarsan, 1992).

Menurut Hagul P (1992) ada dua hal yang perlu

diperhatikan oleh LSM di Indonesia dalam membantu pemerintah untuk memecahkan problema pertanian di Indonesia yaitu LSM dapat membantu pemerintah dalam usaha-usaha yang dapat membuat pemerintah desa lebih mandiri dalam menangani problema pangan bagi rakyat yang kurang mampu. Salah satunya yaitu dalam hal ini LSM dapat membantu modal bagi pemerintah desa.

2) Pengawasan dan bimbingan

Salah satu tugas pendampingan LSM adalah “mendidik” penduduk miskin agar lebih mahir dalam mengelola keuangan, antara lain menyangkut segi produksi dan jenis bahan/input usahatani yang mesti dibeli serta cara mengelola perkembangan konsumsi. LSM hanyalah bertugas sebagai pendamping dan semua kegiatan berpusat pada individu masyarakat didalam kelompok yang terorganisasi. Pendekatan seperti ini

memungkinkan LSM mengembangkan kegiatan yang dapat menjawab masalah-masalah lokal yang spesifik sehingga memberi manfaat secara kongkrit dan langsung dirasakan oleh


(30)

commit to user

XXX

komunitas setempat. LSM juga memberikan perhatian pada upaya memperkuat kemampuan masyarkat bawah, karena LSM

melakukan pelatihan berupa skill training untuk menjawab masalah praktis sehari-hari (Maryono E, 1993).

b. Pengorganisasian

Tugas LSM juga sebagai fasilitator pengorganisasian masyarakat, yaitu mengembangkan kebersamaan dalam masyarakat untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi, merencanakan dan melakukan tindakan bersama dalam mengatasi atau mengubah masalah tersebut. Pengorganisasian tersebut tidak hanya bersifat jangka pendek akan tetapi bersifat jangka panjang dan berkelanjutan (Budiharga dkk, 2007).

Menurut Hagul P (1992) strategi LSM yang digunakan untuk mengimplementasikan program-programnya dalam upaya pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah berusaha untuk mengorganisir rakyat dalam kelompok atau organisasi yang bersifat horizontal, tidak birokratis dan hirarkis dengan keanggotaan yang bersifat terbuka berdasarkan pada kebutuhan yang sama. Selain itu masyarakat diorganisir menjadi unit-unit kecil sehingga anggota-anggotanya mempunyai akses dalam pengambilan keputusan bersama berdasarkan skala prioritas yang mereka hadapi dengan sumberdaya yang terbatas.

Tugas-tugas pokok dalam suatu pengorganisasian adalah pembagian tugas kerja, membentuk unit-unit kecil dan penentuan tingkat otoritas sehingga memunculkan kewibawaan dan kekuasaan bertindak ( Kartono K, 2002)

1) Pembagian unit-unit kecil

Pembagian unit-unit kerja kecil membawa pada hirarki kerja. yaitu ada tugas sebagai koordinator yang mengkoordinasi semua


(31)

commit to user

XXXI

kinerja dan ada tugas teknis atau sebagai pelaksana. Tugas ini bergantung pada faktor-faktor perbedaan ketrampilan teknis, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan faktor lain yang mendukung. Unit-unit kerja ini merupakan segmen-segmen yang dapat diperintah dan melkasanakan tugas secara langsung ( Kartono K, 2002).

Usaha pengembangan kepercayaan dan kemampuan perlu dilakukan didalam wadah kelompok-kelompok kecil yang hidup sedemikian rupa sehingga interaksi antar individu merupakan proses pendidikan saling asah, asih dan asuh. Kelompok-kelompok kecil ini merupkan tempat mendiskusikan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama serta cara-cara mengatasinya (Hagul P, 1992).

2) Pembagian kerja

Pembagian kerja merupakan salah satu tugas pokok dari sebuah pengorganisasian. Dari adanya sistem pembagian kerja dalam bentuk tugas-tugas khusus atau spesialisasi bisa tercapai: - Penghematan waktu

- Ketrampilan yang lebih tinggi - Maksimalisasi kecepatan kerja

( Kartono K, 2002)

Tugas LSM juga sebagai fasilitator pengorganisasian masyarakat, yaitu mengembangkan kebersamaan dalam masyarakat untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi,

merencanakan dan melakukan tindakan bersama dalam mengatasi atau mengubah masalah tersebut. Pengorganisasian tersebut tidak hanya bersifat jangka pendek akan tetapi bersifat jangka panjang dan berkelanjutan (Budiharga dkk, 2007).

c. Penguatan Kapasitas Petani

Kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain) untuk menunjukkan atau memerankan fungsinya secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan individu, kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan melaksanakan pembangunan dalam arti luas dan berkelanjutan.


(32)

commit to user

XXXII

Kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan sesuatu yang berkelanjutan. Berarti kapasitas petani adalah kemampuan petani dalam memerankan fungsinya dalam usahatani secara efektif, efisien dan berkelanjutan (Mardikanto, 2009).

Penguatan kapasitas masyarakat dapat berupa pendidikan dan pelatihan. Fasilitator dapat memberikan ilmu dan pengalamannya serta dipadukan dengan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman dari masyarakat yang menjadi dampingannya. Pelatihan-pelatihan dapat diberikan kepada masyarakat dampingan untuk meningkatkan kapasitasnya. Hal-hal tersebut adalah upaya dalam rangka penguatan kapasitas masyarakat ( Suharto E, 2009).

Salah satu tugas pendampingan LSM adalah “mendidik” penduduk miskin agar lebih mahir dalam mengelola keuangan, antara lain menyangkut segi produksi dan jenis bahan/input usahatani yang mesti dibeli serta cara mengelola perkembangan konsumsi. LSM hanyalah bertugas sebagai pendamping dan semua kegiatan berpusat pada individu masyarakat didalam kelompok yang terorganisasi. Pendekatan seperti ini memungkinkan LSM mengembangkan kegiatan yang dapat menjawab masalah-masalah lokal yang spesifik sehingga memberi manfaat secara kongkrit dan langsung dirasakan oleh komunitas setempat. LSM juga memberikan perhatian pada upaya memperkuat kemampuan masyarkat bawah, karena LSM melakukan pelatihan berupa skill training untuk menjawab masalah praktis sehari-hari (Maryono E, 1993).

1) Individu

Menurut Hagul (1992) ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh LSM di Indonesia dalam membantu pemerintah untuk

memecahkan problema pertanian di Indonesia yaitu LSM dapat membantu pemerintah dalam usaha-usaha yang dapat membuat pemerintah desa lebih mandiri dalam menangani problema pangan bagi rakyat yang kurang mampu. salah satu bantuan tersebut adalah LSM dapat membantu meningkatkan ketrampilan anak muda desa untuk menjadi tenaga buruh yang profesional. Balai-balai


(33)

commit to user

XXXIII

dalam penanganannya maupun latihan yang diberikan belum menjamin dicetaknya suatu tenaga professional yang tidak hanya siap pakai akan tetapi juga mandiri.

2) Kelompok

Pengembangan kelompok-kelompok dapat dilakukan melalui beberapa tahapan dan proses, tahapan dan proses tersebut antara lain adalah :

1) Tahap penggalian atau penggugahan minat dan proses penyadaran kelompok

2) Tahap pembentukan organisasi dan pemahaman prinsip-prinsip swadaya dan prinsip-prinsip kerjasama

3) Tahap konsoloidasi dan stabilisasi organisasi. Penerapan prinsip-prinsip manajemen organisasi dalam pemantapan kepemimpinan,

administrasi pembukuan keuangan serta peraturan-peraturan lainnya.

4) Tahap peningkatan ketrampilan berusaha dan kewiraswastaan 5) Tahap lepas landas yaitu mampu menjaga kontinuitas hidup

kelompok, mampu membiayai pengembangan kelompok, dan mampu dalam pengembangan usaha di desa dan diluar desa. (Hagul P, 1992).

Dengan peningkatan skill, motivasi, percaya diri dan identifikasi kebutuhan kelompok maka dengan hal tersebut dapat berdampak dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang

masyarakat dapat mengelola proses pembangunan ditingkat kelompok secara lebih mandiri mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi. Tumbuhnya kapasitas masyarakat dalam mengelola pembangunan dilingkungan kelompoknya maka manfaatnya akan terus dapat dinikmati masyarakat walaupun proyek telah selesai (Soetomo, 2006).

Pada suatu masyarakat, tindakan bersama yang

berkelanjutan tersebut diwujudkan dalam bentuk aktifitas bersama yang sudah melembaga, sudah diakui, dihargai, dirasakan

manfaatnya dan menjadi pola aktifitas keseharian. Proses menuju terwujudnya pola aktifitas yang melembaga tersebut juga sering disebut sebagai proses institusionalisasi. Dengan demikian dalam


(34)

commit to user

XXXIV

masyarakat telah hadir suatu institusi sosial yang dapat

memfasilitasi tindakan bersama dalam upaya peningkatan taraf hidupnya. Oleh sebab itu pengembangan kelembagaan dapat ditempatkan sebagai salah satu unsur penting dalam

pengembangan kapasitas masyarakat (Soetomo, 2009). 3) Organsasi

Menurut Mardikanto (2009), organisasi dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari kelompok-kelompok orang yang saling bekerjasama di dalam suatu struktur tata hubungan antar kelompok-kelompok (unit-unit kegiatan) yang melaksanakan fungsi masing-masing demi tercapainya tujuan bersama tertentu yang menjadi tujuan organisasi yang bersangkutan

Kapasitas organisasi lokal berkaitan dengan kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Mardikanto, 2009).

d. Kegiatan Teknis Budidaya

1) Pembenihan

Pembenihan merupakan salah satu tahap dari budidaya padi karena pada umumnya ditanam dengan menggunakan benih yang sudah disemaikan terlebih dahulu di tempat lain.

Pembenihan pada padi organik tidak berbeda dengan

pembenihan pada padi biasa. Bibit yang baik dan berkualitas adalah berasal dari benih yang baik. Benih yang bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Apabila pemilihan benih tidak baik maka hasilnya tidak baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan benar (Andoko A, 2007).

2) Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah pemecahan bongkah-bongkah tanah sehingga menjadi lumpur lunak yang sangat halus. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan pembajakan tanah, bisa dengan traktor dan juga bisa dengan bantuan kerbau (cara tradisional). Menurut pengalaman petani padi organik, cara pembajakan secara tradisional memberikan hasil lebih baik karena mata pisau bajak masuk lebih dalam ketanah. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk membalikkan tanah dan memberantas gulma (Andoko, 2007).

Menurut Buckett (1988) bahwa tanah merupakan sumber alam paling penting dalam pertanian tapi mempunyai kualitas jenis tanah yang sangat bervariasi sehingga akan


(35)

commit to user

XXXV

jenis tersebut memberikan pengaruh besar dalam menentukan tipe pelatihan pertanian dan menilai hasil pertanian.

3) Pengairan

Pengairan juga merupakan salah satu dari perawatan tanaman, pengairan tidak hanya penggenangan pada lahan saja melainkan pengaturan masuk dan keluarnya air pada lahan. Ketinggian tanaman perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman. Fase pertumbuhan tersebut meliputi pada awal pertumbuhan, pertumbuhan anakan, masa bunting dan pembungaan (Andoko A, 2007).

4) Pemupukan

Perbedaan yang cukup mencolok antara padi organik dan padi non organik salah satunya adalah pada perawatan tanaman yaitu pemupukan. Pemupukan yang termasuk ciri utama budidya padi organik adalah dengan tidak menggunakan pupuk kimia, seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan (Andoko A, 2007).

Peningkatan kandungan bahan organik tanah adalah dengan menambahkan bahan yang belum matang yang berupa pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau. Penggunaan pupuk kandang dapat mendukung pemupukan dan pertanian

berkelanjutan karena dapat meningktakan perlindungan dan konservasi tanah (Sutanto, 2002).

5) Penyiangan

Selain pemupukan dan pengairan, penyiangan juga merupakan hal penting dalam perawatan tanaman.Lahan yang yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam tanaman pengganggu atau gulma. Namun biasanya masih sering tumbuh tanaman pengganggu dan

tanaman liar yang lain seiring pertumbuhan tanaman padi. Oleh karena itu, penyiangan perlu dilakukan agar tanaman padi dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Penyiangan dapat dilakukan dengan pencabutan secara langsung dan dengan menggunakan alat, tanpa menggunakan obat kimia (Andoko A, 2007).

6) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama terpadu adalah salah satu komponen kearifan tradisional dalam bidang pertanian. Faktor yang cukup penting dari metode tradisional perlindungan tanaman adalah memanfaatkan perilaku hama, dengan demikian

perkembangannya dapat dihambat, dan mengurangi

kemungkinan hama menyerang tanaman utama. perlindungan selanjutnya dengan memanfaatkan peranan musuh alami.


(36)

commit to user

XXXVI

Pemahaman prinsip-prinsip perlindungan tanaman melalui praktek budidaya dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengetahuan agroekosistem, pertanman campuran dan diversivikasi, bentuk lahan, pergiliran tanaman, saat tanam yanng tepat, kesehatan tanaman, pengolahan tanah dan pemilihan varietas (Sutanto, 2002).

Penggunaan pestisida kimia sama sekali tidak dibenarkan dalam pemberantasan hama penyakit pada pertanian organik. Pemberantasan hama penyakit pada padi organik perlu

dilakukan secara terpadu antara teknik budidaya, biologis, fisik (perangkap atau umpan) dan pestisida organik (Andoko A, 2007).

7) Pemanenan

Pemanenan padi organik tidak berbeda dengan pemanenan padi secara konvensional. Sekitar sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan agar masaknya berlangsung serentak, selain itu juga memudahkan pemanenan. Pemanenan harus dilakukan secara tepat waktu, apabila panen dilakukan terlalu awal maka dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah yaitu banyak butir hijau dan berkapur. Namun apabila panen terlambat maka akan banayk bulir padi yang hilang. Cara pemanenan sama dengan padi biasa yaitu dengan sabit pada waktu panen dan kemudian gabah harus segera dirontokkan dari malainya Perbedaan yang cukup mencolok antara padi organik dan padi non organik salah satunya adalah pada perawatan tanaman yaitu pemupukan. untuk kegiatan lain seperti penyiangan dan pengairan tidak terlalu berbeda.

Pemupukan yang termasuk ciri utama budidya padi organik adalah dengan tidak menggunakan pupuk kimia, seluruh pupuk yang digunakan sepenuhnya berupa pupuk organik, mulai dari pemupukan awal atau dasar hingga pemupukan susulan (Andoko A, 2007).

8) Pasca Panen

Produk yang sudah dipanen maka segera perlu dilanjutkan dengan pengolahan produk. Pengolahan produk dilakukan dengan cara sederhana maupun cara yang

memerlukan pengetahuan yang tinggi. Pengolahan dapat

dilakukan dengan pengeringan, penggaraman, pengasapan tetapi dapat juga dilakukan dengan bantuan mikroorganisme lain. Adanya proses pengolahan tersebut dapat membuat produk tahan lama dan atau menambah nilai jual dipasaran (Soetriono dkk, 2006).

Penyimpanan produk pertanian dilakukan untuk menunda penjualan produk, sehingga dapat dijual pada waktu yang tepat yaitu pada harga cenderung tinggi. hal-hal yang


(37)

commit to user

XXXVII

berpengarruh dalam penyimpanan produk adalah suhu,

kelembaban dan sirkulasi udara ruang simpan, serta kebersihan dan keamanan ruang simpan terkait dengan serangan hama penyakit. Produk yang disimpan juga harus diperhatikan kebersihannya agar tidak mudah diserang hama atau penyakit (Soetriono dkk, 2006).

9) Pemasaran

Pemasaran adalah segala usaha yang menimbulkan perpindahan hak milik atas barang-barang serta pemeliharaan penyebarannya. setiap macam hasil pertanian mempunyai saluran pemasaran yang berlainan satu sama lainnya. Saluran pemasaran barang dapat berubah dan berbeda tergantung pada keadaan daerah, waktu dan kemajuan teknologi (Soetriono dkk, 2006).

Ada sejumlah faktor yang perlu untuk dipertimbangkan ketika memutuskan bagaimana cara menjual produk pertanian. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1) permintaan produk untuk diproduksi, (2) persediaan dari produk yang telah tersedia, (3) jenis dan ketersediaan dari menjual di area (4) kompetisi untuk produk yang yang serupa (5) daya beli dari konsumen (6) permintaan yang bervariasi (7) harga dasar dari pemerintah (Cooper, 1997).

6. Kelompok Tani

Menurut Departemen Pertanian (2008) Gapoktan atau Gabungan Gapoktan adalah suatu organisasi yang terdiri kumpulan beberapa Gapoktan berdasarkan hamparan lahan yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan bersama usaha yang lebih besar dalam skala ekonomi. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Sesuai dengan pernyataan tersebut Gapoktan termasuk organisasi. 7. Dinamika Kelompok

Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuan, yaitu peningkatan hasil produksi dan mutu yang pada gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan.


(38)

commit to user

XXXVIII

Benedict dalam Santoso (1999) menjelaskan bahwa persoalan yang ada di dalam dinamika kelompok adalah sebagai berikut :

a. Kohesi (persatuan)

Dalam persoalan kohesi ini akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.

b. Motif (dorongan)

Persoalan motif ini berkisar pada diri pribadi anggota terhadap kehidupan kelompok, yang terdiri dari kesatuan berkelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya. d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok dimana hal ini terlihat pada bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.

e. Perkembangan kelompok

Perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya dan hal tersebut terlihat pada perubahan dalam kelompok, rasa senang anggota jika tetap berada di dalam kelompok, perpecahan dalam kelompok dan sebagainya.

Untuk menganalisis dinamika kelompok menurut Mardikanto (1993) dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan psiko-sosial.

a. Pendekatan Sosiologis

Analisis terhadap komponen atau bagian-bagian organisasi, pada dasarnya merupakan analisis terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam kelompok yang diatur dan disediakan oleh kelompok yang bersangkutan demi berlangsungnya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan bersama yang merupakan tujuan kelompok itu. Unsur-unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yakni:

1) Tujuan kelompok (goal), merupakan hasil akhir yang ingin dicapai kelompok dan diharapkan dapat memuaskan semua anggota


(39)

commit to user

XXXIX

menggerakkan semua anggota untuk berperilaku atau melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan.

2) Unsur-unsur kelompok yang menyangkut pembagian tugas dan hak serta kewajiban anggota-anggota kelompok yaitu meliputi:

a) Jenjang sosial (social rank) atau stratifikasi kedudukan anggota. Adanya jenjang sosial akan membedakan nilai atau prestise tertentu dan hal ini akan membedakan penghargaan kehormatan serta hak/wewenang anggota-anggotanya.

b) Peran-kedudukan (status role), merupakan peran yang harus dilakukan anggota sesuai dengan kedudukannya dalam struktur sosial dalam kelompok.

c) Kekuasaan (power), merupakan wewenang yang memungkinkan seseorang yang menggerakkan orang lain melaksanakan sesuatu kegiatan untuk tercapainya tujuan.

3) Unsur-unsur yang berkaitan dengan aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang harus ditaati oleh semua anggota kelompok dalam menunjukkan perilaku, melaksaan peran/tindakan-tindakan demi tercapainya tujuan kelompok, yang mencakup:

a) Kepercayaan (belief), dengan adanya kepercayaan, setiap anggota akan berusaha berperilaku tertentu dan saling menjaga agar kegiatan-kegiatan tidak menyimpang sehingga tujuan dapat dicapai seperti yang diharapkan.

b) Sanksi, berupa ganjaran (reward) bagi yang mentaati atau melaksanakan secara benar, dan hukuman bagi yang melanggar aturan atau kepercayaan kelompok.

c) Norma (norm), merupakan aturan perilaku yang harus ditaati dan ditujukan oleh setiap anggota. Bagi yang melanggar akan kena sanksi sesuai aturan yang ada.

d) Perasaan-perasaan (sentiment), merupakan tanggapan emosional yang diberikan/ditunjukkan setiap anggota terhadap kelompok.


(40)

commit to user

XL

Perasaan dapat berwujud kesetiaan, kekuasaan, rasa senang, dan lain-lain.

4) Unsur-unsur dalam kelompok yang harus diupayakan/disediakan demi terlaksananya kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang mencakup:

a) Kemudahan (facility), merupakan sesuatu yang diperlukan kelompok untuk dapat melakukan kegiatan demi tercapainya tujuan. Dalam hal ini yang penting bukan hanya mengusahakan kemudahan saja, tetapi usaha agar kemudahan tersebut dapat tersedia tepat waktu, mudah didapat dan memenuhi kulalifikasi untuk dapat digunakan dengan hasil yang baik. Setiap anggota harus memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang tersedia semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan.

b) Tegangan dan himpitan (stress and strain), merupakan tegangan atau tekanan baik berasal dari dalam maupun luar yang dapat memperkuat persatuan sesama anggota demi tercapainya tujuan. Dalam kelompok perlu diciptakan ketegangan-ketegangan sepanjang tidak sampai merusak kesatuan kelompok.

Ditinjau dari proses sosial, perlu dianalisis mengenai kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

1) Komunikasi (communication)

2) Pemeliharaan batas (boundary maintenance) 3) Kaitan sistemik (systemic linkage)

4) Pelembagaan (institutionalization) 5) Sosialisai (socialization)

6) Kontrol sosial (social control) b. Pendekatan Psiko-sosial

Menurut Feldman (1998) pandangan mengenai kelompok memiliki beberapa ukuran-ukuran dasar bahwa semua anggota kelompok saling berbagi. Dalam pandangan ini, suatu kelompok terdiri dari dua orang


(41)

commit to user

XLI

atau lebih, saling berhubungan satu sama lain, merasa diri mereka sebagai kelompok, dan saling tergantung.

Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko sosial dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap segala sesuatu yang akan berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. Faktor-faktor itu adalah:

1) Tujuan kelompok (group goal), merupakan hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh anggota kelompok. Kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok.

2) Struktur kelompok (group structure), yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antar individu dalam kelompok yang juga melukiskan kedudukan dan peran masing-masing.

3) Fungsi tugas (task function), yaitu tugas yang harus dilaksanakan setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing serta sesuai dengan kedudukannya dalam struktur kelompok.

4) Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and

maintenance), merupakan upaya kelompok untuk memelihara dan

mengembangkan kehidupan kelompok atau memelihara tata kerja dalam kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kelompok. 5) Kekompakan kelompok (group cohesiveness), yaitu sebagai rasa

keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya. Rasa ini ditunjukkan dengan adanya kesamaan tindakan, persamaan nasib, homogenitas perilaku, kesepakatan terhadap tujuan kelompok dan pengakuan terhadap pemimpinnya.

6) Suasana kelompok (group atmosphere), yaitu lingkungan yang mempengaruhi perasaan anggota terhadap kelompoknya. Suasana dapat berupa keramahan, kesetiakawanan, kebebasan bertindak, suasana kerapihan, keteraturan dan lain-lain.


(42)

commit to user

XLII

7) Tekanan kelompok (group pressure), yaitu tekanan atau ketegangan dalam kelompok, yang menyebabkan dalam kelompok berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok.

8) Keefektifan kelompok (group effectiveness), yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuan.

Agenda terselubung (hidden agenda), yaitu tujuan-tujuan kelompok yang diketahui semua anggota, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Seringkali agenda terselubung justru sangat penting untuk mendinamiskan kelompok.

8. Pihak yang Mempengaruhi Pengembangan Padi Organik a. Media Massa

Media massa yang didalamnya termasuk media cetak dan elektronik turut berperan dalam pengembangan pertanian organik.

Media cetak dan elektronik berperan dalam membantu

menginformasikan kepada petani terkait dengan hal-hal yang menyangkut pertanian organik. Selain hal tersebut media cetak dan elektronik juga berperan serta dalam mempromosikan produk-produk organik yang telah dihasilkan petani (Sutanto, 2002).

b. Pelaku Bisnis

Pelaku bisnis dalam pengembangan pertanian organik dapat berperan dalam mempromosikan dan penyalur atau penjual produk organik. Promosi produk-produk organik dapat dilakukan oleh toko-toko produk organik, sedangkan untuk memasarkannya dapat dilakukan oleh pasar tradisional dan swalayan yang ada (Sutanto, 2002).

c. PPL (Petugas Penyuluh Lapang)

Penyuluh pertanian yang disini adalah petugas penyuluh lapang (PPL) berperan penting dalam pengembangan pertanian organik.

Peran tersebut adalah sebagai pendamping petani dan


(1)

commit to user

XCVI

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Lembaga Swadaya Masyarakat yang berada di Desa Tawangsari

bernama Lesman (Lestari Mandiri) yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan petani dan keluarganya, kemampuan organisasi petani dan kemampuan lembaga dalam memfasilitasi program petani. Lesman mempunyai visi dan misi untuk memajukan petani dan pertanian organik.

2. Peran LSM dalam pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari adalah sebagai berikut:

a. Memberikan pelatihan kepada petani terkait dengan budidaya padi organik

b. Memberikan pembekalan kepada petani organik terkait SOP dari budidaya padi organik

c. Memberikan bantuan kepada Gapoktan

d. Pembentukan kelompok organik yang bernama Marsudi Mulyo

Lestari

e. Memberikan kredit kepada petani yang membutuhkan

f. Membantu pemasaran produk dari petani organik

3. Stakeholder dalam pengembangan usahatani padi organik adalah:

a. Petani yang memproduksi padi organik

b. Pelaku bisnis yang memasarkan produk, memberikan informasi kebutuhan pasar dan memprommosikan produk

c. PPL berperan dalam memberi masukan kepada kelompok tani dan

memberikan sampel pupuk organik cair

d. LSM sebagai pemberi pelatihan, pembentukan kelompok dan

pemberi kredit

4. Manfaat yang diperoleh petani dalam usahatani padi organik adalah peningkatan pendapatan


(2)

commit to user

XCVII B. Implikasi

Pengawasan kegiatan budidaya yang dilakukan petani seharusnya juga ada kontrol rutin dari LSM karena apabila tidak maka semakin lama bisa terjadi penurunan mutu atau berpindah lagi ke pertanian non organik.

Rasa trauma petani terhadap Gapoktan disebabkan pengurus gapoktan yang terdahulu yang melakukan kesalahan yang menyebabkan petani sudah tidak mempunyai kepercayaan lagi dan dampak tersebut masih terbawa sampai saat ini. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka anggota dari Gapoktan semakin berkurang dan tujuan dari Gapoktan tidak dapat tercapai.

Gapoktan yang bergerak di unit usaha lain dapat menyebabkan Gapoktan kurang fokusnya Gapoktan di bidang pertanian dan Gapoktan lebih bersifat komersial sehingga dapat menyebabkan tersingkirnya tujuan utama dari gapoktan yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. C. Saran

1. Pihak LSM dan Dispertan sebaiknya memfasilitasi dalam sertifikasi produk organik di Desa Tawangsari agar produk petani dapat dipasarkan secara umum.

2. Pihak LSM sebaiknya melakukan pendampingan juga dalam

penguatan kapasitas kelompok dan pengorganisasian.

3. Pihak LSM melakukan kerjasama dengan PPL untuk pengembangan usahatani padi organik di Desa Tawangsari.


(3)

commit to user

XCVIII

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Saebani. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Pustaka Setia. Bandung

Anastasi, Thomas E. 1974. Desk Guide To Communition. Addison-Wesley

Publishing Company. Philippines.

Andoko, A. 2007. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta Anonim. 2008. UU no. 8 tahun 1985 dan Penjelasannya. www.peradin.com.

diakses pada tanggal 18 juli 2010

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Prospek Pertanian

Organik di Indonesia. Jakarta

Buckett, M. 1988. An Introdution To Farm Organisation and Management.

Pergamon Press. U.S.A.

Budiharga, dkk. 2007. Menguatkan Organisasi masyarakat Sipil. Remdec

Swaprakarsa. Jakarta

Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Cooper. 1997. Agriscience. Delmar Publisher.USA

Daniel et all. 2006. Participatory Rural Apprasial. Bumi Aksara. Jakarta Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia. Bandung

Delate, K. 2009. What is Organic Agriculture?. www.

extension.agron.iastate.edu/organicag. Diakses pada tanggal 15 Maret 2010.

Departeman Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Apresiasi Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) bagi Gapoktan di Jawa Tengah.

Pusat Pembiayaan Pertanian. Departemen Pertanian. Jawa Tengah. Fakih, M. 2000. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar.


(4)

commit to user

XCIX

FAO. 2008. Organic Agriculture. www.fao.org.htm. Diakses pada tanggal 15 Maret 2010

Feldman, Robert S. 1998. Social Psychology, Second Edition. Prentice Hall, Upper Saddle River. New Jersey.

Hagul, P. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

Rajawali Press. Jakarta.

Hikmah, H. 2006. Strategi Pemberdayaan masyarakat. Humonaria Utama.

Bandung.

Kadarsan, H. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kartasapoetra, 1991. TeknologiPenyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri.

PT Raja Grafindo persada. Jakarta

Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pertanian Pembangunan. UNS Press.

Surakarta..

. 2009. Membangun Pertanian Modern. UNS Press. Surakarta . 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta

Maryono, E. 1993. Mancari Bentuk kemitraan Pemerintah-LSM dalam

Pengentasan Kemiskinan. PT bina Rena Pariwara. Jakarta

Moleong, L. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mubyarto. 1993. Peran LSM dalam Penanggulangan Kemiskinan. PT Bina Rena

Pariwara. Jakarta Selatan

. 1994. Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal. Adtya Media. Yogyakarta

Nawawi, H dan Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Puslata UT. 2008. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. www. pustaka.ut.ac.id. Diakses pada tanggal 15 Maret 2010


(5)

commit to user

C

Reijntjes, Haverkort, Bayer A W. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta

Ronodiwirjo, S. 1969. Struktur Perkreditan Pertanian di Daerah Produksi Padi

Suatu penelitian Pedesaan di Karang. IPB. Bogor.

Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta. Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta.

Sastraatmadja, E. 1993. Penyuluhan Pertanian : Falsafah, Masalah dan strategi. Penerbit Alumni. Bandung.

Sinar Tani. 2010. Perspektif Penyuluhan Pertanian Berwawasan Agribisnis. www.sinartani.com/agripenyuluh. diakses pada tanggal 15 Maret 2010. Soekartawi. 1991. Agribisnis :Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta

. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

. 2009. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat Merangkai sebuah

Kerangka. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Soetriono, Suwandari, Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Penerbit Bayumedia. Malang

Soetrisno, L. 1998. Pertanian Pada Abad ke 21. DIRJEN Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD. Jakarta.

Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan : Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta

Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Refika

Aditama Bandung.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta . 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Sutopo. 2002. metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya

dalam Penelitian. UNS Press. Surakarta


(6)

commit to user

CI

Van Den Ban dan Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Yin, K. 2000. Study Kasus Tunggal. PT Praja Grafindo Persada. Jakarta.