dinamakan id, ego, dan superego.Dalam diri seseorang yang mempunyai jiwa sehat ketiga sistem ini merupakan satu susunan yang bersatu dan harmonis.
Dalam novel 38 Tahun Mencari Ibu tokoh utama merupakan karakter yang keras, apapun keinginan yang ingin ia capai harus bisa ia penuhi. Ia merasa
bukan anak kandung dari orangtua yang bernama Cecep dan Erlina. Hal ini
membuat Reza penasaran tentang siapa kedua orangtua sebenarnya.
Dalam novel ini, pengarang banyak bercerita tentang aspek psikologi para tokoh dan struktur-struktur novel
yang membangun aspek psikologi tersebut.Permasalahan yang menarik untuk dikaji dan diteliti dalam penelitian ini
adalah bagaimanakah aspek psikologis tokoh dalam novel 38Tahun Mencari Ibu.Psikologis merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan para tokoh yang
ada di dalam cerita.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimanakah psikologi tokoh utama 38 Tahun Mencari Ibu karya
Alya Zulfa?. 2. Bagaimanakah struktur novel yang membangun psikologi tokoh utama
38TahunMencari Ibu karya Alya Zulfa?.
1.3 Batasan Masalah
Agar sebuah penelitian lebih terarah dan tujuan penelitian tercapai, maka sebuah penelitian sangat membutuhkan batasan masalah. Novel 38 Tahun
Mencari Ibu karya Alya Zulfa memiliki banyak aspek-aspek psikologsi. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
ingin dikemukakan penulis dalam novel ini adalah tentang bagaimanakah psikologis tokoh utama tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
psikologi sastra.
1.4 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan
Tujuan suatu penelitian haruslah jelas karena penelitian harus mempunyai arah dan tujuan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalahuntuk :
1. Mendeskripsikan psikologis tokoh 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya
Zulfa. 2.
Mendeskripsikan struktur novel yang membangun psikologis tokoh utama 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa.
1.4.2 Manfaat
Penelitian terhadap novel 38 Tahun Mencari Ibu karya Alya Zulfa diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
1. Untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai kajian psikologi sastra terutama Bidang Sastra Indonesia.
2. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan tentang kajian psikologisastra. 3. Membantu pembaca dalam memahami makna yang terdapat dalam karya
sastra.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
Konsep memiliki arti sebagai berikut: 1 rancangan, 2 ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, 3 gambaran mental dari
objek, proses, atau pun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain KBBI, 2007:588. Dengan kata lain konsep
merupakan unsur penelitian yang menentukan arah pemikiran. Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan,
ataupun mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep merupakan unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti, karena
menentukan penetapan variabel. Dengan kata lain, konsep digunakan sebagai kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, mengungkapkan, menggambarkan, atau
pun memaparkan suatu objek atau topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yaitu berupa sebuah novel 38 Tahun Mencari Ibu
karya Alya Zulfa dalam tulisan ilmiah yang berjudul Psikologi Tokoh Utama dalam Novel 38 Tahun Mencari Ibu Karya Alya Zulfa: Analisis Psikologi Sastra.
Dalam penelitian ini, akan dipergunakan beberapa konsep yang dapat mendukung proses penelitian dalam mengkaji psikologis tokoh utama dalam novel 38 Tahun
Mencari Ibu karya Alya Zulfa. Dalam hal ini; psikologi sastra, tokoh dan penokohan dan struktur novel.
Universitas Sumatera Utara
2.1 Psikologi sastra
Dalam menganalisis novel ini, dipergunakan teori psikologi sastra. Teori psikologi bukanlah hal yang baru dalam sastra, karena tokoh dalam sebuah karya
sastra memiliki jiwa yang dibahas dalam psikologi. Jiwa itu sendiri bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh, dan hanya timbul melalui
reaksi sebagai hasil observasi. Hasilnya itu dapat kita lihat dalam bentuk tingkah laku seseorang, seperti seseorang sedang menangis, tertawa, ataupun marah.
Ekspresi sangat penting meskipun tidak semua hal dapat dilihat dari tingkah laku. Dalam prosesnya penelitian dengan mempergunakan teori psikologi sastra
melalui pendekatan psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Freud meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah
sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan
akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan atau dipenuhi.
Karya sastra dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, masyarakat dapat
memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan khususnya dalam kaitannya dengan psike Endraswara, 2008:9-12.
Kemudian Ratna, 2004:343 mengemukakan bahwa ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu:
a memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b memahami
Universitas Sumatera Utara
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksi dalam karya sastra, dan c memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.
Endraswara dalam bukunya Metode Penelitian Sastra menjelaskan tujuan psikologi sastra sebagai berikut:
“Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra
memberikan pemahaman terhadapmasyarakat secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya misalnya, masyarakat dapat memahami
perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi
dalam masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike” Endraswara, 2008:11-12.
2.2 Tokoh Utama