e. Dekok
Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90⁰C selama 30 menit.
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas ialah atom atau molekul dengan susunan elektron tak lengkap atau tidak berpasangan misalnya Cl, CH3,HO sehingga bersifat tidak
stabil dan kecenderungan kuat untuk berpasangan. Radikal bebas bertendensi kuat memperoleh elektron dari atom lain, sehingga atom lain yang kekurangan satu
elektron ini menjadi radikal bebas pula yang disebut radikal bebas sekunder. Proses ini akan berlangsung berantai dan menyebabkan kerusakan biologik.
Radikal bebas menyebabkan efek samping invivo sehingga terjadi injury sel atau disfungsi dan diikuti inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit degeneratif.
Karena pengaruh atmosfer yang berisi oksigen, terjadilah metabolisme aerobik sehingga terbentuk radikal bebas dari molekul oksigen dan molekul aktif
Kosasih,2004. Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi pada biomolekul akan
berlangsung sepanjang hidup. Inilah penyebab utama dari proses penuaan dan berbagai penyakit degeneratif. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan
antioksidan antioxidant defense dalam bentuk enzim antioksidan dan zat antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Akan tetapi karena perkembangan
industri yang pesat, manusia berkontak dengan berbagai sumber radikal bebas yang berasal dari lingkungan dan dari kegiatan fisik yang tinggi sehingga sistem
pertahanan antioksidan dalam tubuh tidak memadai Silalahi,2006.
Universitas Sumatera Utara
Radikal bebas yang ada di dalam tubuh berasal dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat
pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung, kanker, katarak dan menurunnya
fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis yang disebabkan oleh radikal bebas diperlukan antioksidan. Wikipedia,2011.
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron.
Antioksidan melumpuhkan radikal bebas dengan memberikan elektron kepadanya sehingga tidak lagi radikal terhadap bagian-bagian dari tubuh. Antioksidan
menumpas radikal bebas. Peran postitif dari antioksidan adalah membantu sistem pertahanan tubuh bila ada unsur pembangkit penyakit memasuki dan menyerang
tubuh Kosasih,2004. Terdapat tiga macam antioksidan yaitu 1. Antioksidan yang dibuat oleh
tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase, glutathione peroxidase dan katalase. 2. Antioksidan alamai yang dapat diperoleh
dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik. 3. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia
yaitu Butylated Hydroxyanisole BHA, Butylated Hydroxytoluen BHT, Tertier Butylhydroquinone TBHQ, Propylgallate PG dan NordihydroGuaiaretic Acid
Universitas Sumatera Utara
NDGA yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak Kumalaningsih,2006.
2.4.1 Antioksidan Alami
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari a senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, b senyawa
antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, c senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke
makanan sebagai bahan tambahan pangan Kumalaningsih,2006. Jaringan tumbuhan mengandung sangat banyak jenis senyawa yang
memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa fenolik flavonoid dan asam fenolik, senyawa nitrogen alkaloid, turunan-turunan klorofil, asam-asam amino dan
amina, karotenoid, lignan dan terpen semuanya memiliki aktivitas antioksidan dalam menekan pembentukan rantai reaksi radikal bebas. Flavonoid dan senyawa
fenolik adalah antioksidan utama dalam buah-buahan dan sayur-sayuran Shu-Jing Wu,2006.
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, dedaunan, teh, kokoa, biji-bijian, serealia, buah-buahan,
sayur-sayuran dan tumbuhanalga laut Kumalaningsih,2006.
2.4.2 Flavonoid
Flavonoid terdiri atas struktur dasar inti flavan di mana dua cincin benzen dihubungkan oleh cincin piran yang mengandung oksigen. Flavonoid dibagi atas
flavonol, flavon, flavan dan isoflavon. Beberapa contoh yang terdapat dalam pangan adalah mirisetin, quersetin, luteolin, apigenin, genistein dan krisin
Silalahi,2006.
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Flavonoid bersifat
sebagai reduktor sehingga bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. Flavonoid banyak terdapat di dalam tumbuhan. Konsumsi banyak sayur-
sayuran dan buah-buahan yang kaya akan flavonoid akan menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung koroner Silalahi,2006.
2.4.3 BHT
Gambar 2.1. Rumus Bangun BHT Butylated Hydroxytoluen mempunyai berat molekul 220,35 dengan rumus
bangun C
15
H
24
O. Butylated Hydroxytoluen mengandung tidak kurang dari 99,0. Pemerian: Hablur padat, putih; bau khas, lemah. Kelarutan: Tidak larut dalam air
dan propilen glikol, mudah larut dalam etanol, kloroform dan eter. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Ditjen POM, 1995.
2.5 Metode DPPH
Salah satu metode untuk memperkirakan efisiensi zat-zat yang berperan sebagai antioksidan yang sering digunakan adalah yang berdasarkan pada
penggunaan radikal bebas yang stabil diphenylpicrylhydrazyl DPPH. Molekul DPPH 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl dikarakterisasi sebagai radikal bebas
yang stabil dengan delokalisasi dari elektron bebas melalui molekulnya secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan, sehingga molekulnya tidak berdimerisasi, yang mana terjadi biasanya pada kebanyakan radikal bebas. Delokalisasi ini juga meningkatkan
warna ungu yang pekat, dikarakterisasi dengan pita absorpsi dalam larutan etanol pada kira-kira panjang gelombang 520 nm Molyneux,2003.
Ketika larutan DPPH dicampur dengan zat yang dapat memberikan atom hidrogen, dan kemudian meningkatkan bentuk yang tereduksi dengan kehilangan
warna ungu. Jika Z adalah DPPH radikal dan molekul donor adalah AH, maka reaksi dasarnya adalah
Z + AH = ZH + A dimana ZH adalah bentuk tereduksi dan A adalah radikal bebas yang dihasilkan
pada tahap pertama Molyneux,2003.
Gambar 2.2. Rumus bangun DPPH
2.5.1 Pelarut
Metode ini dapat bekerja dengan baik dengan metanol atau etanol, karena tidak ada di antara keduanya yang menganggu reaksi tersebut. Penggunaan pelarut
lain, seperti ekstrak dalam air atau aseton, memberikan hasil yang lebih rendah Molyneux,2004.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Pengukuran Panjang Gelombang
Panjang gelombang dari absorbansi maksimum yang dapat digunakan,
λ
maks untuk digunakan untuk pengukuran dengan metode DPPH cukup beragam mulai dari 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm dan 520 nm. Namun, dalam
prakteknya, yang memberikan puncak maksimum, dibulatkan ke atas dan nilai absorbansi tidaklah begitu penting, panjang gelombang dapat diatur sehingga
memberikan absorbansi maksimum dari alat yang digunakan Molyneux,2003. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang
maksimal, yaitu: pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling
besar; di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar; jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali Rohman,2007.
2.5.3 Waktu Pengukuran
Pada metode awalnya digunakan waktu reaksi selama 30 menit dan sudah dilakukan juga pada beberapa penelitian terbaru. Beberapa penelitian lain juga
menggunakan waktu yang lebih singkat, seperti 5 menit atau 10 menit. Namun bagaimanapun, faktanya laju reaksi berbeda-beda pada setiap substrat, cara terbaik
ialah mengikuti reaksi hingga mencapai stabil “plateau” Molyneux,2003.
2.6 Spektrofotometri UV-Visibel
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan visibel adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH dan pelarut; yang kesemuanya itu dapat
diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. Dalam aspek kuantitatif,
Universitas Sumatera Utara
suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan
ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya.
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sifat monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Spektrofotometer UV-Vis memiliki komponen-komponen antara lain sumber-
sumber sinar, monokromator dan sistem optik Rohman,2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Metodologi penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan bahan tumbuhan,
karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak serta pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari beaker glass, gelas ukur, labu tentukur, corong, labu alas bulat, seperangkat alat PK penetapan kadar air, botol
bersumbat, cawan berdasar rata, pipet tetes, kertas saring, aluminium foil, vacuum rotary evaporator Heidolph, neraca kasar Ohaus, neraca analitis Vibra, oven
listrik Stork, Spektrofotometer UV-Visibel Shimadzu, penangas air, eksikator, mikroskop, kaca objek dan kaca penutup.
3.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah buah pare yang segar. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah bahan-bahan kimia dengan kualitas
pro analisis antara lain: 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl DPPH Sigma, BHT Sigma, etilasetat, etanol, metanol, kloroform, isopropanol, eter, benzen, asam
asetat anhidrida, natrium hidroksida, alfa naftol, asam sulfat pekat, asam klorida pekat, toluen, kloralhidrat, iodium, raksa II klorida, timbal II asetat, besi III
Universitas Sumatera Utara