BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada masalah yang mendasar, diantaranya adalah adanya prestasi belajar matematika siswa yang rendah
dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya Suwangsih, 2007: 51. Prestasi belajar siswa berkaitan dengan mutu pendidikan, harus diupayakan oleh
semua pihak yang terkait di dalamnya baik oleh pemerintah, guru, maupun siswa itu sendiri. Mutu pendidikan dikatakan meningkat jika prestasi atau
hasil belajar siswa juga meningkat. Hasil belajar siswa yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, baik faktor yang berada di luar diri siswa maupun faktor yang berada di dalam diri
siswa. Faktor dari luar dapat berupa lingkungan yang dapat mendukung belajar siswa, sedangkan faktor dari dalam diri siswa dapat berupa kemauan
minat dan kemauan yang semuanya akan tercermin pada aktivitas belajar siswa. Meningkatkan aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa harus aktif
dalam proses pembelajaran, tanpa aktivitas siswa, proses pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan
dalam belajar maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik, karena aktivitas tersebut memungkinkan adanya hubungan timbal balik yang
baik antara guru dengan siswa dan sesama siswa. Dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam
mempelajari konsep-konsep pada pelajaran matematika. Berdasarkan observasi di kelas IV SDN 2 Labuhan Ratu, diperoleh
keterangan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran matematika masih rendah. Hasil ini terlihat pada hasil UAS Matematika di semester ganjil TP
20112012 dengan jumlah 37 siswa, sebanyak 12 siswa telah tuntas belajar dengan persentase 32,43 sedangkan 25 siswa belum tuntas belajar dengan
persentase 67,56. Berdasarkan data tersebut masih ada nilai siswa yang belum memenuhi standar KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Hal itu diduga kuat akibat strategi yang digunakan guru belum sepenuhnya mencapai proses dan hasil pembelajaran
yang optimal karena masih berpusat pada guru, sehingga menyebabkan kegiatan pembelajarannya kurang menarik dan membosankan.
Proses yang dilakukan guru selama ini menggunakan ekspositori, yaitu guru menyampaiakan informasi dengan ceramah, memberikan contoh soal-
aoal latihan yang harus dikerjakan siswa baik di sekolah maupun di rumah PR. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga komunikasi
hanya berpusat pada guru semata. Dari pembelajaran tersebut, aktivitas siswa kelas IV sangat pasif, kemauan siswa untuk bertanya sangat rendah. Hal ini
ditunjukkan dari 37 siswa yang ada, rata-rata hanya 5 orang siswa yang ingin bertanya. Sedangkan siswa yang lain pada umumnya diam atau pasif.
Sehubungan dengan masalah di atas, diperlukan perbaikan metode pembelajaran yang dapat
membantu siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran untuk memahami konsep, memperoleh informasi dan pengetahuan, terampil, termotivasi dalam belajar, menumbuhkan semangat
berkompetisi, dan juga kreatif adalah dengan menggunakan metode kerja kelompok. Menurut Sagala 2006: 45, metode kerja kelompok adalah cara
pembelajaran, di mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan untuk mempelajari materi
pembelajaran dan untuk diselesaikan bersama-sama. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan
kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika
kelas IV SD Negeri 2 Labuhan Ratu.
1.2 Identifikasi Masalah