Ilmu dan pengajaran dalam pendidikan Islam 1. Islam menganjurkan pendidikan secara merata Dimana kaum muslimin belajar ? 1. Pelajaran di rumah

System universalitas rakyat yang modern telah diambil oleh Eropa dari pendidikan Islam di zaman keemasannya, yaitu bentuk pendidikan yang menggunakan ilmu pengetahuan, yang menganggapnya sebagai semacam ibadat. Agama Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah agama kejahilan, kebodohan dan kegelapan dan system universitas rakyat yang kini bekerja dalam rangka penyebaran ilmu pengetahuan umum kepada orang-orang yang berkeinginan untuk meningkatkan dirinya di bidang kebudayaan, pengetahuan, sastra, dan teknik adalah tiruan dari system pengajaran dalam pendidikan Islam di zaman keemasannya. 12. Perhatian terhadap perpustakaan-perpustakaan untuk merangsang penelitian dan pembacaan Pendidikan Islam sangat memperhatikan sekali soal pembentukan perpustakaan- perpustakaan umum dan khusus. Tidak berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa pembentukan perpustakaan-perpustakaan adalah ciptaan pendidikan Islam demi untuk mendorong para ulama. 13. Jabatan-jabatan asisten dalam universitas-universitas ditiru oleh institut-institut di Eropa dan Amerika dari pendidikan Islam Al Ghazali berkata bahwa pendidikan berpengaruh dalam perawatan instink serta pembawaan dan dalam pendidikannya, begitu pula dalam hal mendorong apa yang harus diberikan dorongan, merubah apa yang harus dirubah. Bila dibesarkan di lingkungan Nasrani atau Majusi, ia akan menjadi Nasrani atau Majusi, sebaliknya bila ia dibesarkan dalam lingkungan atau rumah, maka iapun akan menjadi seorang muslim. Inilah yang dimaksud dengan ucapan Rasulullah SAW. هناسجمي وا هنارصني وا هنادوهي هاوبا امناو ةرطفلا ىلع دلوي دولوم لك Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, tetapi ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.

C. Ilmu dan pengajaran dalam pendidikan Islam 1. Islam menganjurkan pendidikan secara merata

Dalam pandangan Islam, ilmu itu adalah suatu hal yang tergolong suci, suatu yang sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim, sedang para ulama dan sarjana mempunyai kedudukan dalam Islam langsung sesudah kedudukan para ambiya atau nabi-nabi. Rasulullah SAW. berkata : ءايبنلا ةثرو ءاملعلا Para sarjana dan ulama adalah pewaris dari para nabi Bahkan dikatakan bahwa para ulama dan sarjana dapat memberikan syafaat atau bantuan kepada manusia di hari kiamat sesudah para nabi-nabi. Nabi Muhammad SAW bersabda : 5 ءادهشلا ءامد نم ريخل ءاملعلا دادم نا Tinta para ulama dan sarjana lebih mulia dari darahnya para syuhada. Dalam hal belajar dan menuntut ilmu, Islam tidak membedakan antara anak- anak putra-putri. Nabi telah bersabda : ةملسمو ملسم لك ىلع ةضيرف ملعلا بلط Belajar dan menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim lelaki dan wanita. 2. Kenapa Islam memerintahkan belajar ? Islam memerintahkan supaya belajar pada ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Oleh karena belajar itu adalah kewajiban utama dan sarana terbaik untuk mencerdaskan ummat dan pembangunan dunia ini, khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. Para filosof Islam telah merasakan betapa pengaruhnya amal dalam memperkokoh dan memperdalam pengaruhnya ilmu. Rasulullah sendiri telah berkata : . ملع امب هعافتنا ةلق ملعي ملع ىف لجرلا دهزي امناو Seorang boleh meremehkan ilmu, bila ia mengetahui betapa sedikitnya manfaat yang dapat diperoleh dengan ilmu itu. Ilmu tanpa amal ibarat kayu tanpa buah. D. Dimana kaum muslimin belajar ? 1. Pelajaran di rumah Permulaan Islam, pelajaran agama diberikan di rumah-rumah. Rasulullah sendiri menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam sebagai tempat pertemuan dengan para sahabat dan pengikut-pengikut kaum muslimin di mana beliau mengajarkan kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al Quran. Rumah sesungguhnya dipersiapkan untuk istirahat dan ketentraman, maka apabila setiap hari guru dating ke rumah-rumah untuk mengajarkan anak-anak atas panggilan ibu bapak mereka, maka kaum muslimin beranggapan bahwa adanya murid- murid di rumah tentu saja akan membawa keributan dan hiruk pikuk sehingga dapat mengurangi ketentraman dan menimbulkan kegelisahan penghuni rumah. 2. Pengajaran di langgar pondok atau pesantren Langgar atau pondok sebelum Islam merupakan tempat belajar menulis dan membaca semata-mata dan setelah datangnya Islam, tugasnya bertambah luas menjadi tempat menghafal ayat-ayat Al Quran dan pelajaran agama Islam, kesenian tulis menulis, ilmu hitung dan tata bahasa. Dalam Islam tidak saja cukup, memberikan pelajaran kepada anak-anak dengan gratis, bahkan makanan dan pakaian diberikan pula dalam beberapa sekolah. 3. Menghafal Al Quran di pondok atau pesantren 6 Al Quran dihafalkan di pondok atau pesantren. Di masa keemasan Islam yang pertama-tama, jarang sekali orang yang menghafal Al Quran secara keseluruhannya, karena pada waktu itu mereka lebih mengutamakan pengertian tentang arti ayat-ayat Al Quran, dan mempraktekkannya dalam hidup dan menggali hukum-hukum yang terkandung di dalamnya lebih banyak dari hanya sekedar menghafal ayat-ayat. Dalam rangka mendorong orang menghafal Al Quran, maka kepadanya diberikan kedudukan-kedudukan baik dan posisi-posisi seperti menjadi mufti. Seseorang yang hafal Al Quran digelari dengan Qurra karena mereka itu membaca Al Quran dan tahu persis ayat-ayat yang nasikh dan mansukh, ayat-ayat yang serupa dan yang tergolong al muhkam, serta mengerti pula akan maksud dan arti dari tiap-tiap ayat. 4. Pengajaran di langgar atau masjid Pendidikan dalam Islam rapat sekali hubungannya dengan masjid. Kaum muslimin telah memanfaatkan masjid untuk tempat beribadat dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan keagamaan dipelajari qaidah-qaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat-tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta-duta besar asing. Pendek kata sebagai center dan pusat kehidupan kerohanian, social, politik, sehingga masjid-masjid itu disebut sebagai :Rumah Tuhan Baitullah. Masjid yang pertama-tama didirikan dalam Islam ialah masjid Quba di luar kota Madinah, di mana diberikan pula kuliah-kuliah agama dengan tersebar luasnya Islam, maka tersebar luas pulalah masjid di negara-negara Islam. Guna memelihara langgar dan masjid-masjid, maka masjid dijadikan hanya sebagai tempat belajar bagi orang-orang dewasa dan mahasiswa baik tingkat menengah atau tingka tinggi dan itupun hanya tanpa pembayaran, hanya diberikan sedikit uang dan bantuan-bantuan lain agar mereka dapat melanjutkan pelajaran-pelajaran, dan belajar secara terus-menerus. Pada abad ke 3 Hijriah, kota Baghdad sudah penuh masjid begitu pula kota-kota di mesir. 1. Masjid yang pertama-tama didirikan di Cairo ialah masjid Amr bin Ash. Didirikan pada tahun 12 H. atas perintah dari Umar bin Khattab, yaitu setelah Mesir ditaklukkan oleh tentara Islam. Kemudian masjid tersebut diperbaharui dan diperluas beberapa kali pada tahun 36 H. masjid Amr bin Ahs ini telah merupakan pusat kebudayaan dan sebagai tempat pengadilan, dan di dalamnya terdapat lebih dari 40 kelompok pelajaran yang didatangi oleh para mahasiswa untuk mencari ilmu dan penelitian. 7 Dalam catatannya Al Maqrizi menguraikan secara detail tentang 8 kelompok pengajaran yang terdapat di masjid Amr bin Ahs ini dari berbagai cabang ilmu pengetahuan termasuk antara lain : a. Kelompok Imam Syafii. Diberi nama demikian karena Imam Syafii pernah mengajar di sana para tahun 182 H. Tempat kelompok tersebut dinamakan juga : Zawiyah dan kelompok ini memiliki tanah waqaf. b. Kelompok Sahibiyah, yang mula-mula diadakan oleh Al Sahib Muhammad bin Fakhruddin dan dalam kelompok ini telah diangkat dua orang guru, masing- masing dari madzhab Syafii dan seorang lagi dari madzhab Maliki untuk mengajarkan fikih menurut madzhab Maliki. 2. Di antara masjid yang terkenal pula di bidang pengajaran ialah masjid Ahmad Ibnu Toulon yang pembuatannya selesai pada tahun 256 H. 5. Masjid Al Azhar Masjid internasional ini didirikan oleh panglima Johar Al Si Siqilli, terletak dalam kota Cairo, yaitu di zaman pemerintahan Muizzi Lidinillah Al Fatimy. Ditegakkan pada hari Sabtu, 24 Jumadil Awwwl 359 H. bertepatan dengan 970 M. dan selesai tahun 361 H. atau 972 M. Dalam tahun 761 H. yaitu di bawah pemerintah Malik An Nasir Qalawoun, di samping masjid itu dibangun sebuah ruangan untuk mengajarkan Al Quran kepada anak-anak yatim kaum muslimin dan bagi pelajar- pelajar yang tidak mampu disediakan makanan yang dimasakkan setiap hari. Pada tahun 818 H. muridnya telah mencapai 750 orang terdiri atas orang-orang Mesir, Maroko dan orang-orang yang bukan Arab, dan bagi setiap rombongan siswa ini dibuatkan pula ruangan tempat tinggal yang dinamakan Ruqaq dan masing-masing Ruqaq tersebut diberi nama sesuai dengan nama-nama negeri asal mereka. 6. Masjid Al Mansur di Baghdad Masjid ini didirikan Abu Jafar Al Mansur dan diperbaharui oleh Harun Al Rasyid dengan perluasan dan perbaikan-perbaikan seperlunya. 7. Masjid Al Umayyah di Damaskus Masjid Agung Al Umayyah di Damaskus tergolong suatu keajaiban dunia. Untuk pembuatan masjid ini Khalifah Walid Ibnu Abdul Malik telah mengeluarkan biaya hasil dari 7 tahun pajak di negaranya, dan pekerjaan pembuatan masjid ini memakan waktu 8 tahun lamanya. Pelajaran dan pengetahuan yang diberikan di masjid-masjid itu tidak hanya terbatas kepada ilmu-ilmu keagamaan semata-mata, tetapi mencakup pula cabang- cabang ilmu lainnya seperti gramatika bahasa, kesusastraan, sajak, ilmu perbintangan dan ilmu hitung. 8 8. Pengajaran di Darul Hikmah dan Darul Ilmi Darul Hikmah dan Darul Ilmu itu merupakan Universitas dimana terdapat ruangan-ruangan untuk perpustakaan, di mana terdapat banyak ulama dan sarjana- sarjana berkumpul untuk membaca dan memberi petunjuk pula kepada para mahasiswa-mahasiswa yang berkunjung ke sana mengenai referensi mengenai bidang- bidang ilmu pengetahuan dan mata pelajaran ataupun karena mengadakan research untuk memperdalam ilmunya yaitu suatu system untuk belajar sendiri dan berfikir secara bebas. Kesimpulan sejarah Darul Hikmah di Baghdad itu adalah bahwa ia merupakan Universitas atau institute tinggi buat spesialisasi di mana terdapat pula perpustakaan untuk dibaca dan disalin. Gedung-gedung seperti ini tidak terdapat di semua Negara Islam, tapi yang ada hanya di Mesir, Irak dan Persia.

E. Pengajaran di kelompok dan majelis-majelis sastera