62
1 paragraf, petikan cerita, surat, dan artikel; 2 bentuk
wacana seperti narasi carita, deskripsi
dadaran, candraan,
eksposisi pedaran,
dan argumentasi
bahasan; 3 jenis wacana seperti puisi
wangun ugeran, prosa wangun lancaran, dan drama wangun paguneman.
9.2 Materi Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki urutan yang alamiah, mulai dari menyimak
ngaregepkeun dan berbicara nyarita, sebagai kegiatan berbahasa lisan serta membaca
maca, dan menulis
nulis sebagai kegiatan berbahasa tulis. Menyimak dan membaca termasuk kegiatan berbahasa reseptif, sedangkan
berbicara dan menulis termasuk kegiatan berbahasa produktif.
a. Aspek Menyimak ngaregepkeun
Menyimak adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana lisan melalui mendengarkan lambing-lambang bunyi
ujaran. Kegiatannya dapat berupa mendengarkan: 1 pembacaan puisi;
2 penuturan dongeng; 3 pembacaan cerita;
4 pembacaan kutipan novel; 5 pengumuman
wawaran, bewara; 6 dialog atau diskusi;
7 khutbahpidatoceramah; 8 acara radioTV;
9
kakawihan, kawih, dan tembang.
b. Aspek Berbicara nyarita
Aspek berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan. Kegiatannya
dapat berupa: 1 bercerita
ngadongeng,
63
2 berwawancara wawancara,
3 menceritakan kembali nyaritakeun deui;
4 menyampaikan pesan nepikeun amanat;
5 bermain peran metakeun, ngaragakeun;
6 menyapa tumanya;
7 mengeritik ngeritik, nyawad;
8 memberikan pujianmemuji muji;
9 memberikan tanggapan mere tanggapan;
10 mendiskusikan nyawalakeun, ngadiskusikeun;
11 membahas medar;
12 menyanggah pendapatmenolak usul; 13 berpidato
biantara; 14 bercakap-cakap
ngobrol, ngawangkong; 15 melisankan hasil sastra puisi, prosa, dan drama.
c. Aspek Membaca maca
Membaca adalah kegiatan memahami dan menanggapi wacana tulis atau bacaan. Aspek membaca dapat berupa
kegiatan: 1 membaca permulaan
maca munggaran; 2 membaca pemahaman
maca nyangkem; 3 membaca nyaring
maca bedas; 4 membaca bersuara
maca nyoara; 5 membaca memindai
maca tenget; 6 membaca cepat
maca gancang; 7 membaca dalam hati
maca jero hate, ngilo; 8 membaca pendalaman
maca neuleuman; 9 membaca berurutan
maca ngaruntuy; 10 membaca sekilas
maca saliwat, saulas; 11 membaca intensif
maca intensif, ngulik; 12 membaca ekstensif
maca ekstensif, ngalanglang; 13 membaca naskah drama;
14 membaca sajak maca sajak.
64
d. Aspek Menulis nulis
Menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis atau melalui lambang-
lambang grafis. Aspek menulis dapat berupa kegiatan: 1 menulis permulaan
nulis munggaran; 2 menyalin
nyalin; 3 mendeskripsikan
ngadadarkeun; 4 melengkapi karangan rumpang
ngalengkepan; 5 menulis paragraf;
6 menulis surat; 7 menyunting
nyarungsum; 8 menerapkan ejaan dan tanda baca;
9 menulis rangkuman ngarangkum;
10 menulis teks pidato; 11 menulis laporan;
12 menulis pesan ringkas; 13 menulis iklan;
14 menulis wartaberita; 15 menulis artikel;
16 menulis bahasan.
65
ST AN DAR K OM PET EN SI DAN K OM PET EN SI DASAR
M AT A PELAJ ARAN BAH ASA DAN SAST RA SU N DA
SMPMTs.
PEM ERI N T AH PROV I N SI J AWA BARAT DI N AS PEN DI DI K AN
66
M AT A PELAJ ARAN M U AT A LOK AL BAH ASA DAN SAST RA SU N DA
SM PM T s
A. Latar Belakang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SKKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda disusun berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan di pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa UU No. 221999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 202003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 mengenai Pendidikan dan Kebudayaan di samping sejalan pula dengan Rekomendasi
UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu”, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SDMISDLB,
SMPMTs.SMPLB, SMAMANSMALB, dan SMKMAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan. SKKD ini diputuskan oleh
Gubernur
Jawa Barat
dengan Nomor
423.5Kep.674- Disdik2006.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat
Jawa Barat. Karena kenyataan ini, pembelajaran bahasa Sunda di kelas-kelas awal SD harus disesuaikan dengan prinsip
pembelajaran bahasa kesatu sebagai kelanjutan dari hasil pembelajaran di lingkungan keluarga peserta didik. Bahasa
Sunda sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan kondisi bahasa itu sebelum kemerdekaan. Kenyataan ini harus disikapi
dengan kearifan dalam memilih dan menjabarkan Materi Pokok agar berkesuaian dengan kondisi bahasa dan sastra Sunda
dewasa ini. Alokasi waktu untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda 2