Cedera otak sekunder adalah akibat lanjutan dari cedera otak primer terdiri dari faktor-faktor lokal intra kranial dan sistemik ekstra kranial Reilly, 2007.
Suatu hal penting dalam memahami cedera kepala murni isolated dengan atau tanpa disertai cedera struktur anatomi dibawah leher polytrauma. Cedera ganda
polytrauma, multitrauma memiliki kontribusi besar pada kejadian insult cedera otak sekunder Crithcley and Memon, 2009.
2.1.2. Pembagian cedera otak traumatik
Klasifikasi cedera otak traumatik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi cedera otak traumatik berdasarkan mekanisme, derajat keparahan dan morfologi
Jenis Pembagian Mekanisme
Tumpul Kecepatan tinggi tabrakan mobil
Kecepatan rendah jatuh, dipukul Tembus
Cedera peluru Cedera tembus lain
Derajat keparahan Ringan
GCS 13 – 15 Sedang
GCS 9 – 12 Berat
GCS 3 – 8 Morfologi
Fraktur tengkorak Kalvaria
Garis, bintang, distasis sutura, fraktur
kompleks Impresi
Terbuka-tertutup
Dasar tengkorak
Dengantanpa kebocoran CSS
Dengantanpa paresis N VII
Lesi intrakranial Fokal
Epidural Subdural
Intraserebral
Difus Komosio ringan
Cedera akson difus Tabel diterjemahkan dari Valadka, AB dan Narayan, RK 1996. “Emergency room
management of the head injured patient” in RK Narayan R, JE Wilberger, JF Povilshock ed, Neurotrauma, New York, Mc. Graw-Hill, p120
Universitas Sumatera Utara
Pembagian cedera otak traumatik menurut The International Classification of Diseases ICD 10 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Daftar kode ICD-10 dan kategori cedera kepala Kode kategorikal
Diagnosis
S00 Superficial injury of the head
S01 Open wound of the head
S02 Fracture of skull and facial bones
S03 Dislocation, sprain and strain of joints and ligaments of the
head S04
Injury of cranial nerves S05
Injury of eye and orbit S06
Intracranial injury S06.0
Concussion S06.1
Traumatic cerebral oedema S06.2
Diffuse brain injury S06.3
Focal brain injry S06.4
Epidural haemorrhage S06.5
Traumatic subdural haemorrhage S06.6
Traumatic subarachnoid haemorrhage S06.7
Intracranial injury with prolonged coma S06.8
Other intracranial injury S06.9
Intracranial injury, unspecified S07
Crushing injury of head S08
Traumatic amputation of part of head S09
Other and unspecified injuries of head Sumber: International Statistical Classification of disease and Related Health
Problems, 10th Revision, Version for 2007 published by the WHO
http:www.who.intclassificationsappsicdicd10online . Reproduced with
permission from the World Health Organization, ©2007
2.1.3. Pembagian cedera otak traumatik berdasarkan derajat keparahan 2.1.3.1.Berdasarkan derajat Glasgow Coma Scale GCS
Pengukuran derajat keparahan cedera otak traumatis ada berbagai macam yaitu, parameter klinis misalnya penilaian tingkat kesadaran, reaktifitas pupil,
radiologi kriteria cedera difus dan laboratorium petanda biomarker kerusakan jaringan otak. Parameter klinis yang sering dipakai adalah penilaian tingkat
kesadaran penderita cedera otak traumatik. Ada beberapa skala penilaian tingkat kesadaran seperti: Glasgow Liege Scale, Glasgow Pittsburg Coma Scoring
Universitas Sumatera Utara
System, Head Injury Watch Sheet, Maryland Coma Scale, Leeds Coma Scale, Japan Trauma Scale dan lain-lain. Skala koma Glasgow Glasgow Coma Scale =
GCS yang dilakukan setelah resusitasi paling umum dan banyak dipakai di Internasional bahkan di literatur penelitian neurotrauma. Kelebihan GCS adalah
reliabel dan obyektif ketika dilakukan oleh penilai yang berbeda, sederhana, berguna sebagai pedoman terapi dan memberi informasi tentang prognosis Stein
1996; Ross Bullock et al, 2003. Kendala keterbatasan pengukuran GCS antara lain jika penderita mengalami edema palpebra, terintubasi, patah tulang
ekstremitas, intoksikasi alkohol, penggunaan obat sedasi dan blokade muskuler, serangan kejang pasca traumatik, sehingga ada variabel yang tidak bisa dinilai
Feldman, 1996; Ross Bullock et al, 2003.
Tabel 3. Penilaian Skala Koma Glasgow GCS A Respon buka mata
Nilai
Spontan 4
Atas perintah suara 3
Rangsangan nyeri 2
Tidak ada 1
B Respon motorik Nilai
Menurut perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Fleksi normal menarik anggota yang dirangsang 4
Fleksi abnormal dekortikasi 3
Ekstensi abnormal deserebrasi 2
Tidak ada flasid 1
C Respon bicara Nilai
Berorientasi baik 5
Berbicara mengacau bingung 4
Kata-kata tidak teratur 3
Suara tidak jelas 2
Tidak ada 1
Tabel ini diambil dari : American College of Surgeon 1997, Advance Trauma Life Support Program Student Manual, Komisi Trauma “IKABI” Ikatan Ahli Bedah
Indonesia, 6th ed, Komisi Trauma “IKABI”, Jakarta.
Tingkat pengukuran yang menunjukkan derajat keparahan paling berat adalah GCS 3 yaitu tidak dapat membuka mata, tidak dapat berbicara dan tidak
ada respon motorik meskipun dengan rangsang nyeri. Sedangkan pengukuran
Universitas Sumatera Utara
yang menunjukkan derajat paling ringan adalah GCS 15 yaitu membuka mata spontan, berbicara baik berorientasi dan respon motorik sesuai perintah. Penulisan
pada catatan rekam medik E1, M1, V1 dan E4, M6, V5.
2.2. Skala Prognosis Glasgow Glasgow Outcome Scale = GOS