merkuri II klorida, metanol teknis, natrium alginat, natrium hidroksida, serbuk magnesium, serbuk seng, timbal II asetat, toluena p.a.
3.2 Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jantan 25 - 35 g dengan usia sekitar 2 - 3 bulan. Mencit ini sebelumnya telah diaklimasi selama
seminggu. Mencit dipelihara dalam kandang diberi sekam dan diatur pencahayaan 12 jam terang dan 12 jam gelap. Mencit diberi makan dan minum standar.
3.3 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan 3.3.1 Pengumpulan Tumbuhan
Pengumpulan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun tekelan yang diambil dari daerah Beureuneuen, Aceh Pidie, Aceh. Daun yang diambil sebagai sampel adalah keseluruhan dari daun tumbuhan yang
masih dalam keadaan baik. 3.3.2 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor dan Institut Teknologi Bandung ITB, Indonesia.
3.3.2 Pembuatan Simplisia
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tekelan yang masih segar. Daun dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih
kemudian ditiriskan dan ditimbang. Berat sampel yang digunakan adalah 2 kg. Selanjutnya daun tersebut dikeringkan selama 5 hari dalam oven dengan
temperatur ± 40
o
C sampai daun kering ditandai bila diremas rapuh. Simplisia
Universitas Sumatera Utara
yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan di simpan pada suhu kamar. Kemudian serbuk ditimbang.
Diperoleh berat kering sebesar 706,6 g. 3.4 Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air dengan metode azeotropi, penetapan kadar sari
larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam.
3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dari daun tekelan segar dan serbuk simplisia daun tekelan.
3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun tekelan. Serbuk simplisia daun tekelan diletakkan di atas kaca objek yang telah
ditetesi dengan larutan kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diamati di bawah mikroskop.
3.4.3 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung,
tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja :
Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena
mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992; Ditjen POM, 1995.
3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu
bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992;
Ditjen POM, 1995.
3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
Universitas Sumatera Utara
pada suhu 105
o
C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992; Ditjen
POM, 1995.
3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang
habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992;
Ditjen POM, 1995. 3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
WHO, 1992; Ditjen POM, 1995. 3.5 Skrining Fitokimia
3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning
b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam
c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga
Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.
3.5.2 Pemeriksaan Flavonoida
Larutan Percobaan: Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama
10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok
hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40
o
C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring.
Cara Percobaan: a. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam
1-2 ml etanol 96, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asama klorida pekat,
jika dalam waktu 2 - 5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoida glikosida-3-flavonol
b. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam klorida
pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml
larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.
3.5.4 Pemeriksaan Glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling,
selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II
asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan
2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat
terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995.
3.5.5 Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1- 10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang
menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.
3.5.6 Pemeriksaan SteroidaTriterpenoida
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan
adanya steroida triterpenoida Harborne, 1987.
3.6 Pembuatan Ekstrak
Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 caranya adalah
sebagai berikut: Sebanyak 600 g 10 bagian serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah
bejana, dituangi dengan 4,5 l 75 bagian etanol, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Ampas
diremaserasi dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 6 l 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°C, selanjutnya diuapkan di waterbath
pada suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak kental.
3.7 Pembuatan Sediaan Gel
Sediaan dibuat dalam 6 formula yaitu F1 formula gel tanpa ekstrak etanol daun tekelan, F2 formula gel ekstrak etanol daun tekelan konsentrasi 2,5, F3
formula gel ekstrak etanol daun tekelan konsentrasi 5, F4 formula gel ekstrak etanol daun tekelan konsentrasi 10, F5 formula gel ekstrak etanol daun
tekelan konsentrasi 15, F6 formula gel ekstrak etanol daun tekelan konsentrasi 20.
Universitas Sumatera Utara
Sediaan gel dibuat dalam 25 g dan dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
R Ekstrak daun tekelan X
Natrium alginat 3
Gliserin 10
Metil paraben 0,18
Propil paraben 0,02
Akuades ad
100 Cara pembuatan:
Pertama-tama dilakukan pengembangan natrium alginat dengan cara memanaskan akuades sebanyak 20 bagian dari natrium alginat. Kemudian
akuades tersebut dipindahkan ke dalam lumpang dan ditaburi natrium alginat, lalu didiamkan 15 menit, selanjutnya digerus massa I. Metil paraben dan propil
paraben dilarutkan dalam gliserin massa II. Di dalam lumpang digerus ekstrak etanol daun tekelan, ditambahkan massa I dan massa II, dicukupkan dengan sisa
akuades dan di aduk hingga homogen.
3.8 Evaluasi Sediaan Gel