Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km
2
Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang
cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli.
Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
4.1.2. Gambaran Umum Demografis Kota Medan
Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Kehidupan yang penuh
kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi rasa kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah
penduduk Kota Medan dari 2.036.185 jiwa pada tahun 2005 menjadi 2.067.288 jiwa pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penduduk Kota Medan berjumlah 2.083.156 jiwa
Universitas Sumatera Utara
meningkat menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penduduk Kota Medan
meningkat menjadi 2.121.053 jiwa atau tumbuh sebesar 0,90 dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.
Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan untuk Tahun 2009 Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Persentase
1. Medan Tuntungan
70.073 3.30
2. Medan Johor
116.220
5.48
3. Medan Amplas
115.156
5.43
4. Medan Denai
139.939
6.60
5. Medan Area
109.253
5.15
6. Medan Kota
84.292
3.97
7. Medan Maimun
57.859
2.73
8. Medan Polonia
53.427
2.52
9. Medan Baru
44.216
2.08
10. Medan Selayang
85.678
4.04
11. Medan Sunggal
110.667
5.22
12. Medan Helvetia
145.376
6.85
13. Medan Petisah
68.120
3.21
14. Medan Barat
79.098
3.73
15. Medan Timur
113.874
5.37
16. Medan Perjuangan
105.702
4.98
17. Medan Tembung
141.786
6.68
18. Medan Deli
150.076
7.08
19. Medan Labuhan
106.922 5.04
20. Medan Marelan
126.619 5.97
21. Medan Belawan
96.700 4.56
Jumlah 1 2 121 053
100
Sumber: BPS Kota Medan, 2010
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2009
Indikator Tahun
2005 2006
2007 2008
2009
Jumlah Penduduk
orang 2.036.185
2 067 288 2.083.156
2.102.105 2.121.053
Laju Pertumbuhan
Penduduk 1,49
1,52 0,77
0,91 0,90
Sumber: BPS Kota Medan, 2010 Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke
tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan tetap.
Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 7.681 jiwaKm
2
pada tahun 2005 menjadi 7.798 jiwaKm
2
pada tahun 2006. Pada tahun 2007 kepadatan penduduk Kota Medan 7.858 jiwaKm
2
pada tahun 2007 menjadi 7.929 jiwaKm
2
pada tahun 2008 dan meningkat kembali menjadi 8.001 jiwaKm
2
pada tahun 2009. Dilihat dari rasio kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan
penduduk Kota Medan relatif termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu,
kecenderungan semakin menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2007- 2009
Indikator Tahun
2005 2006
2007 2008
2009
Luas Wilayah km
2
265,1 265,1
265,1 265,1
265,1 Kepadatan
Penduduk 7.681
7,798 7,858
7,929 8,001
Sumber: BPS Kota Medan, 2010 Struktur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan
tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu, jika angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong
sebagai daerah penduduk usia muda. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 di bawah menunjukkan bahwa proporsi anak-anak yang berusia di bawah lima tahun balita di
Kota Medan sekitar 9 dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi balita ini berimplikasi pada kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana kesehatan untuk usia
balita tersebut serta sarana pendidikan bagi anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas.
Sedangkan untuk kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan Pemerintah Kota Medan yang telah ditempuh selama ini diarahkan pada program dan kegiatan
yang diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Kebijakan ini
diharapkan terus berkesinambungan dalam rangka untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja sehingga akan mendukung terbentuknya sumber daya manusia
yang semakin berkualitas dan tangguh dalam menghadapi persaingan globalregional.
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu, secara umum terdapat beberapa masalah kependudukan yang dihadapi Kota Medan pada saat ini maupun dimasa mendatang, antara lain:
1. Kecenderungan adanya penurunan fluktuasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2007, 2008 dan tahun 2009.
2. Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi pada pemenuhan fasilitas sosial ekonomi yang dibutuhkan.
3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lainnya yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.
4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman untuk warga Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Medan Tahun 2009
Golongan Umur Laki-laki
Perempuan Jumlah
0-4 5-9
10-14 15-19
20-24 25-29
30-34 35-39
40-44 45-49
50-54 55-59
60-64 65-69
70-74 75
85.479 92.938
93.816 112.384
118.376 101.077
85.089 75.751
77.087 57.601
47.369 36.150
27.363 21.220
11.793 5.984
92.031 95.831
101.718 102.112
123.835 105.293
72.358 88.369
77.986 51.876
52.936 38.715
23.351 19.092
13.230 12.863
177.510 188.769
195.534 214.496
242.211 206.370
157.447 164.120
155.053 109.477
100.305 74.865
50.714 40.312
25.023 18.847
Jumlah 1.049.457
1.071.596 2.121.053
Sumber: BPS Kota Medan, 2010 4.1.3. Keadaan Perekonomian Kota Medan
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan sebagai
salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2007 – 2009 menunjukkan perlambatan yang
berarti. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Kota Medan mencapai 7,78 namun seiring dengan kecenderungan globalregional yang mempengaruhinya pada tahun
2008 terjadi penurunan menjadi 6,75 dan 6,15 pada tahun 2009. Namun demikian, selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan
sebesar 6,89 per tahun dan relatif masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,72.
Sumber: BPS Kota Medan
Gambar 4.2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2007 – 2009
Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan umumnya terjadi pada kelompok sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang turun dari 5,94 pada tahun 2007 menjadi 5,04 pada tahun 2009,
29,35 31,21
33,26 7,78
6,75 6,15
1 2
3 4
5 6
7 8
9
27,00 28,00
29,00 30,00
31,00 32,00
33,00 34,00
2007 2008
2009 PDRB ADHK 2000 Rp. triliun
Pertumbuhan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
diikuti sektor transportasi dan telekomunikasi yang turun dari 10,61 menjadi 7,83 pada tahun 2009 serta penurunan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dari 12,82 tahun 2007 menjadi 8,15 pada tahun 2009. Walaupun terjadi perlambatan ekonomi pada sektor tersier tersebut, akan tetapi untuk penyerapan
tenaga kerja pada tahun 2009 terjadi peningkatan dari 70,61 pada tahun 2008 menjadi 73,72 di tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 3,11.
Sedangkan untuk kelompok sektor sekunder, yang mengalami perlambatan adalah sektor industri pengolahan yang turun dari 6,08 pada tahun 2007 menjadi
1,71 pada tahun 2009. Penurunan ini umumnya terjadi dihampir semua daerah yang mengandalkan sektor industri pengolahan dengan produk-produk yang berorientasi
ekspor ke negara-negara maju. Seiring dengan menurunnya sektor tersebut, kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja juga menurun dari 24,35 pada
tahun 2008 menjadi 22,25 dari total kesempatan kerja yang tercipta pada tahun 2009.
Tabel 4.5. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2007 – 2009 No
Lapangan Usaha Pertumbuhan
2007 2008
2009
1. Pertanian
5,14 3,61
4,73 2.
Pertambangan Penggalian -10,30
-13,49 0,46
3. Industri Pengolahan
6,08 3,91
1,71 4.
Listrik, Gas dan Air Minum -2,81
3,58 4,01
5. Bangunan
6,43 8,07
8,22 6.
Perdagangan, Hotel Restoran 5,94
5,60 5,04
7. Pengangkutan Komunikasi
10,61 8,15
7,83 8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 12,82
9,50 8,15
9. Jasa-Jasa
6,83 7,08
7,42 PDRB
7,78 6,75
6,15
Sumber: BPS Kota Medan, 2010
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan dari kelompok sektor primer adalah sektor pertambangan dan penggalian yang meningkat dari -
10,30 pada tahun 2007 menjadi 0,46 tahun 2009. Sedangkan dari kelompok sektor sekunder adalah sektor listrik, gas dan air minum yang tumbuh dari -2,81
menjadi 4,01 pada tahun 2009 dan sektor konstruksi yang tumbuh dari 6,43 pada tahun 2007 menjadi 8,22 pada tahun 2009. Selanjutnya, dari kelompok sektor
tersier adalah sektor jasa-jasa yang tumbuh dari 6,83 menjadi 7,42 pada tahun 2009 atau rata-rata tumbuh sebesar 4,23 per tahun. Meningkatnya sektor ekonomi
tersebut terutama didorong oleh kebutuhan masyarakat akan perumahan kontruksi dan kebutuhan utama sehari-hari seperti listrik, gas dan air minum.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan
ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota
Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan
relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2007 – 2009. Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya
terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor bangunan
Universitas Sumatera Utara
konstruksi. Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor
pertanian.
Tabel 4.6. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2007 – 2009
No Kelompok Sektor
Kontribusi Terhadap PDRB
2007 2008
2009
1.
Primer
2,85 2,87
2,73 Pertanian
2,84 2,86
2,72 Pertambangan dan Penggalian
0,01 0,01
0,01 2.
Sekunder 27,93
27,26 26,50
Industri Pengolahan 16,28
15,98 15,09
Listrik, Gas dan Air Bersih 1,88
1,73 1,79
Bangunan 9,77
9,56 9,63
3. Tersier
69,21 69,87
70,76 Perdagangan, Hotel, dan Restoran
25,44 25,94
25,79 Pengangkutan dan Komunikasi
19,02 19,09
19,47 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
14,13 14,53
14,73 Jasa-Jasa
10,63 10,30
10,77
Jumlah 100,00
100,00 100,00
Sumber : BPS Kota Medan, 2010 Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan
menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama periode 2007 – 2009, yakni dari 2,86 pada tahun 2007 menjadi 2,73 di tahun
2009 atau turun sebesar 0,13. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang mengalami penurunan sebesar 1,43 dari 27,93 pada tahun 2007 menjadi 26,50
di tahun 2009. Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 69,21 pada tahun 2007 menjadi
70,76 pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 1,55.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian agraris ke sektor
sekunder atau sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan di mana mata pencaharian penduduk
mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat
sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta
lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan
industri, pertokoan ataupun permukiman. 4.2.
Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Rangka Pemberdayaan dan Pengembangan Pedagang Kreatif Lapangan PKL
Karakteristik pedagang kreatif lapangan di Kota Medan bermacam-macam yang dapat dibedakan dari jenis dagangan, waktu melakukan usaha pagi, siang dan
atau malam hari, dan sarana prasarana yang digunakan. Jenis dagangan pedagang kreatif lapangan di Kota Medan hampir sama dari tahun ke tahun. Selain makanan
dan minuman, dagangan PKL juga berjualan VCD, kerajinan tangan, poster dan buku-buku, kacamata, jam tangan serta mainan anak-anak. Dari segi waktu jualan,
ada PKL yang berjualan pada malam hari dengan sarana prasarana yang juga lebih bervariasi; bukan hanya mengandalkan alasgelaran dan keranjangpikulan, tetapi
juga kios dan warung-warung semi permanen.
Universitas Sumatera Utara
Adanya minat masyarakat yang cukup besar untuk berbelanja kepada PKL, membuat banyak pedagang kreatif lapangan PKL yang mengambil kesempatan
dengan memanfaatkan arus pejalan kaki maupun kenderaan sehingga diharapkan masyarakat yang melewati para PKL akan tertarik dan kemudian membeli barang
dagangan yang mereka jual. Sedikit banyaknya barang dagangan pedagang kreatif lapangan tersebut tidak
terlepas dari modal yang didapat oleh pedagang. Banyak yang menggunakan modal sendiri, jasa bank dan adapula yang menggunakan jasa bank-bank kecil seperti Badan
Perkreditan Rakyat, Bank keliling Pelepas uang, dan koperasi. Modal adalah salah satu faktor utama dalam menjalankan usaha dalam
berdagang. Tidak sedikit pedagang kecil yang membutuhkan modal untuk memperbaiki usahanya, dan hal ini menjadikan mereka berlomba-lomba untuk
mencari modal yang lebih banyak. Tidak sedikit pedagang yang sukses dimulai dari pedagang kreatif lapangan. Yang bermula hanya menggunakan meja atau hanya
menggunakan gelaran tikar kemudian mempunyai kios, yang awalnya satu kios kemudian menjadi bertambah kios, yang awalnya mempunyai pramuniaga satu
kemudian bertambah dan demikian seterusnya. Namun banyak pula pedagang yang semakin lama semakin terjerembab dalam hutang yang tiada henti-hentinya, dan
kemudian tak bisa berdagang karena tidak punya tempat untuk berjualan atau tidak adanya barang yang akan diperjual-belikan.
Pengetahuan akan sumber modal yang baik sangat dibutuhkan oleh para pedagang, dengan demikian para pedagang tidak merasa dirugikan oleh pemodal
Universitas Sumatera Utara
informal yang hanya mencari keuntungan semata tanpa melihat kesejahteraan peminjam. Dari sinilah peran Pemerintah Kota Medan bekerjasama dengan bank-
bank konvensional dan bank-bank syari’ah dapat lebih ditingkatkan. Mengingat modal dan pengetahuan para pedagang kreatif lapangan sangat minim.
Pada awalnya upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Medan dalam pemberdayaan dan pengembangan Pedagang Kreatif Lapangan PKL adalah dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap PKL, seperti pendanaan, sarana dan prasarana, dan kemitraan sehingga mampu tumbuh dan
berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Kebijakan pemberdayaan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang
seimbang, berkembang dan berkeadilan. Selain itu diharapkan peran PKL dapat meningkat dalam hal peningkatan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Sebagai bagian upaya menurunkan angka kemiskinan, mengatasi
pengangguran dan pemberdayaan UKM yang berbasis ekonomi kerakyatan, Pemerintah Kota Medan selama periode 2005-2009 telah menyalurkan bantuan
pinjaman modal kerja kepada kelompok-kelompok UKM yang membutuhkan stimulan permodalan. Secara operasional, program ini dikerjasamakan dengan PT.
Bank Mandiri Medan, sebagai bank penyalur. Penyaluran bantuan modal kerja kepada UKM ini juga merupakan bagian upaya pembinaan secara menyeluruh UKM-
UKM yang ada baik aspek produksi, pemasaran, manajemen maupun keuangannya.
Universitas Sumatera Utara
Sampai tahun 2009, jumlah UKM yang memperoleh pinjaman sebanyak 199 UKM dengan dana yang disediakan sebesar Rp 4.560.000.000,-.
Tabel. 4.7. Program Pengentasan Kemiskinan Melalui Intervensi Program Pinjaman Modal Kerja Kepada UKM
No Tahun
Alokasi Dana Rp Jumlah UKM
1 2005
2.275.000.000 115
2 2006
- -
3 2007
2.015.000.000 74
4 2008
270.000.000 10
5 2009
- -
Jumlah 4.560.000.000
199
Sumber: Bappeda Kota Medan, 2010 Sebagai program yang khusus digulirkan oleh Pemerintah Kota Medan,
pinjaman modal kerja bagi UKM ini hanya dikenakan tingkat bunga 10 per tahun efektif, dengan jangka waktu cicilan 24 bulan. Secara keseluruhan, penyaluran
bantuan modal kerja ini dapat meningkatkan produksi, volume penjualan, yang berdampak kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga UKM. Dalam
penyediaan sarana dan prasarana Pemerintah Kota Medan telah menyediakan prasarana umum yang berupa pasar tradisional, puja sera, serta tempat-tempat umum
yang dapat menjadi tempat berusaha bagi usaha PKL. Upaya Pemerintah Kota Medan dalam pemberdayaan dan pengembangan
Pedagang Kreatif Lapangan PKL sesuai dengan Arah Kebijakan Pembangunan Kota tahun 2006 – 2010, yaitu Pengembangan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah: 1 perluasan basis usaha dan kesempatan usaha UKMK dengan
Universitas Sumatera Utara
mendorong penumbuhan wirausaha baru, melalui peningkatan pengetahuan dan semangat kewirausahaan; 2 penguatan kelembagaan UKMK terutama untuk
memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan – non perbankan, pemanfaatan teknologi dan pemasaran serta promosi produk dan
memperbaiki lingkungan usaha melalui penyederhanaan prosedur perijinan; 3 mengembangkan UKMK sehingga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha skala mikro diarahkan guna mendorong peningkatan pendapatan, pada
kelompok masyarakat berpendapatan rendah; 4 pengembangan UKMK sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar lokal dan domestik khususnya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak; 5 mengembangkan UKMK melalui keterpaduan program dan fasilitasi Pemerintah Kota, Propinsi dan Pusat serta Perguruan Tinggi;
dan 6 mendorong berkembangnya UKMK secara efisien, produktif dan berdaya saing baik di pasar lokal, regional, nasional melalui pengembangan kerjasama
kemitraan antar pelaku UKMK, atau antara UKMK dengan Usaha Besar, BUMND. Sejalan dengan waktu, perkembangan PKL di Kota Medan semakin pesat dan
menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat dari kurun waktu 2005 – 2010 pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Kota Medan terus meningkat, yang mengakibatkan Kota Medan menjadi incaran para pendatang arus komuter yang mencapai 500.000 per hari Sumber Bappeda Kota
Medan 2010. Para pendatang tersebut terutama datang dari daerah Hinterland Kota Medan, ditambah pendatang dari Langkat, Nias, Tapanuli dan bahkan Aceh dan
Universitas Sumatera Utara
Pulau Jawa. Umumnya mereka bermaksud mencari pekerjaan di Kota Medan dan akibat keterbatasan lapangan kerja, akhirnya mereka mulai mencoba untuk membuka
usaha kecil-kecilan, misalnya: tempel ban, jual mainan, jual makanan dan sebagainya. Namun akibat keterbatasan ruang, mereka akhirnya memanfaatkan badan jalan,
trotoar dan taman kota untuk menggelar dagangannya. Akibatnya, keberadaan mereka menyebabkan arus lalu lintas terganggu macet, lokasi mereka berjalan menjadi
kotor, trotoar menjadi rusak dan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya dan bahkan sangat mengganggu estetika kota. Ini dapat dilihat terutama pada malam hari,
misalnya: di kawasan Simpang Kuala, kawasan Rumah Sakit Elisabeth, kawasan Jalan Iskandar Muda, kawasan Jalan Marelan, kawasan Sekolah Harapan, kawasan
Jalan Zainul Arifin, kawasan Jalan D.I Panjaitan, kawasan Stadion Teladan dan sebagainya. Keberadaan mereka membuat Kota Medan menjadi lebih hidup dan lebih
bergairah terutama pada malam hari, karena para PKL tersebut menjadi tempat persinggahan nongkrong bagi warga yang beraktifitas pada malam hari. Namun
dampak yang ditimbulkan oleh para PKL tersebut menyebabkan suasana Kota Medan menjadi kurang teratur dan cenderung semrawut. Bahkan di beberapa kawasan PKL
dimanfaatkan untuk kegiatan negatif, seperti transaksi narkoba dan PSK. Mendasari hal ini Pemko Medan telah melakukan upaya-upaya
pemberantasan berupa penggusuran PKL di beberapa kawasan, seperti: kawasan Pasar Sikambing, kawasan Pasar Sukaramai, kawasan Lapangan Gajah Mada,
kawasan Sekolah Harapan dan kawasan lainnya. Namun kebijaksanaan ini justru menimbulkan masalah lain, karena para PKL tersebut ternyata berpindah ke tempat
Universitas Sumatera Utara
lain, misalnya: PKL Pasar Melati pindah ke Jalan Setia Budi, PKL Lapangan Gajah Mada pindah ke Jalan D.I Panjaitan dan sebagainya.
Disadari bahwa para PKL berjualan adalah untuk menyambung hidup, maka pada tahun 2010 Pemko Medan mulai melakukan penataan yang dimulai dengan
pembenahan-pembenahan pasar dengan system CSR, misalnya pasar Hindu di Jalan R. Suprapto dan sebagainya.
Manurung 2006 mengatakan dalam upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil dapat juga dilakukan dengan menerapkan sistem pembinaan melalui:
1 Kelembagaan dan manajemen dengan menggunakan sistem dan prosedur organisasi yang baku; 2 Peningkatan sumber daya manusia dengan memberikan
pelatihan serta memberikan transfer pengetahuan tentang mengelola dunia usaha; 3 Permodalan, hal ini dilakukan dengan cara membantu akses permodalan; 4
Distribusipemasaran, dengan memberikan bantuan informasi pasar, mengembangkan jaringan distribusi; dan 5 Teknologi, dengan inovasi dan alih teknologi.
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang dilakukan dapat berupa pada bidang: 1 Pemasaran yang meliputi: a Penelitian dan pengkajian pasar;
b Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran; c Menyediakan sarana dukungan promosi dan uji pasar; d Mengembangkan lembaga pemasaran dan
jaringan distribusi; e Memasarkan produk usaha kecil; . Menyediakan konsultan profesional di bidang pemasaran; g Menyediakan rumah tangga dan promosi usaha
kecil dan h Memberi peluang pasar terhadap produk yang dihasilkan. 2 Sumber Daya Manusia yang meliputi: a Memasyarakatkan dan membudayakan
Universitas Sumatera Utara
kewirausahaan; b Meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial; c Mengembangkan pelatihan dan konsultasi usaha kecil; d Menyediakan tenaga
penyuluh dan konsultan usaha kecil; e Menyediakan modul manajemen usaha kecil; dan f Menyediakan tempat magang, studi banding dan konsultasi untuk usaha kecil,
3 Permodalan yang meliputi: a Pemberian informasi sumber kredit bagi usaha kecil; b Tata cara pengajuan penjaminan dari sumber lembaga penjamin; c Mediator
terhadap sumber pembiayaan; dan d Informasi dan tata cara penyertaan modal.
4.3. Pengaruh Modal, Manajemen Usaha, Lokasi Usaha dan Jam Berdagang