Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya. Menurut UU No. 44 tahun 2009, klasifikasi rumah sakit umum sebagai
berikut: a.
Rumah Sakit umum kelas A : rumah sakit yang mempunyai pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain,
13 subspesialis b. Rumah Sakit umum kelas B : rumah sakit yang mempunyai pelayanan medik
paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik, 8 spesialis lain, 2 sub spesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C rumah sakit yang mempunyai pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D rumah sakit yang mempunyai pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar.
Menurut UU No. 44 tahun 2009, klasifikasi rumah sakit khusus sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Khusus kelas A b. Rumah Sakit Khusus kelas B
c. Rumah Sakit Khusus kelas C
2.4 Rekam Medik
Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik
atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut, dan temuan otopsi Siregar, 2004.
Kegunaan rekam medik Siregar, 2004: a.
Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita.
b. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional
yang berkontribusi pada perawatan penderita. c.
Melengkapi bukti dokumen terjadinyapenyebab penyakit penderita dan penangananpengobatan selama dirawat di rumah sakit.
d. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan
yang diberikan kepada penderita. e.
Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.
f. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik,
bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang
farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di
rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada penderita Siregar dan Lia, 2004.
Sesuai dengan SK Menkes No. 1333MenkesSKXII1999 tentang standar pelayanan rumah sakit bahwa pelayanan farmasi di rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinis yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di
rumah sakit tersebut. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh IFRS adalah memberi manfaat kepada pasien, rumah sakit dan sejawat profesi kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain IFRS memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien, pelayanan yang bebas dari
kesalahan dan pelayanan bebas copy resep semua resep terlayani IFRS sehingga cakupan pelayanan resep dapat mencapai 100 yang artinya semua resep dapat
terlayani oleh IFRS. Fungsi Farmasi Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu
dengan ruang lingkup yang berorientasi pada kepentingan masyarakat yang meliputi dua fungsi yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Pelayanan farmasi yang berorientasi pada produk
Yaitu mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisiensi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, produksi, pendistribusian,
dan evaluasi penggunaan perbekalan farmasi. a. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuannya untuk menetapkan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi pemilihan obat berdasarkan Formularium Rumah Sakit, Formularium Jaminan Kesehatan
bagi Masyarakat Miskin, Daftar Plafon Harga Obat DPHO atau standar terapi lain. Demikian juga halnya dengan pemilihan perbekalan farmasi lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut Anonim
a
b. Pengadaan , 2011.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan perbekalan farmasi di rumah sakit yang telah direncanakan dan disetujui.
Tujuannya adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak dengan mutu yang baik dari distributor resmi, prosedur pembayaran yang sesuai,
pengiriman tepat waktu, pengembalian barang yang kadaluarsa tidak rumit serta proses berjalan lancar dan tidak membutuhkan waktu dan tenaga yang berlebih
Anonim
a
, 2011.
Universitas Sumatera Utara
c. Penerimaan Biasanya barang diterima oleh panitia penerima dan melakukan
pemeriksaan apakah barang yang diterima sesuai dengan pesanan, memeriksa waktu kadaluarsa, jumlah, dan ada atau tidaknya kerusakan. Jika barang tidak
sesuai, rusak, waktu kadaluarsa terlalu dekat maka dilakukan retur. Barang-barang yang masuk dicatat dalam buku penerimaan dan kartu stok, pencatatan dilakukan
dengan menggunakan sistem komputerisasi Anonim
a
d. Penyimpanan , 2011.
Penyimpanan dilakukan digudang dengan mengelompokkan berdasarkan jenisnya. Disimpan pada suhu yang sesuai jenis obatnya Anonim
a
e. Produksi , 2011.
Barang yang diproduksi biasanya cairan yang membutuhkan pengenceran. Misalnya alkohol, hidrogen peroksida, formalin dan lain-lain. Cairan yang dibeli
dalam jumlah banyak diencerkan dan dibagi kedalam wadah-wadah yang banyaknya disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit Anonim
a
f. Distribusi , 2011.
Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obat- obatan dan alat kesehatan.
Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien Rawat Jalan
Pasien atau keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan
diadakannya konseling pada pasienkeluarga pasien.
Universitas Sumatera Utara
2. Pasien Rawat Inap Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:
a. Resep perorangan Individual Prescription Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung
oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Keuntungan sistem ini adalah:
1. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker 2. Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat
3. Adanya legalisasian persediaan Kelemahan sistem ini adalah:
1. Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya 2. Obat dapat terlambat ke pasien
b. Persediaan obat di ruang rawatan Floor stock Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit
perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi.
Keuntungan sistem ini adalah: 1. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia.
2. Meniadakan obat yang retur. 3. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih.
4. Tidak perlu tenaga yang banyak. Kelemahan sistem ini adalah:
1. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat adanya kesalahan penulisan etiket.
Universitas Sumatera Utara
2. Persediaan obat di ruangan harus banyak. 3. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
c. One Day Dose Dispensing ODDD Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan
dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara
dokter, apoteker dan perawat. Keuntungan sistem ini adalah:
1. Pasien hanya membayar obat yang dipakai. 2. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat.
3. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat. 4. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.
d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas. Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara:
1. Sentralisasi : semua obat dari farmasi 2. Desentralisasi : adanya pelayanan farmasi atau depo farmasi
Sistem distribusi obat harus menjamin: 1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat
2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat 3. Kemasan yang menjamin mutu obat
Administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dibutuhkan untuk mengawasi peredaran perbekalan farmasi dirumah sakit. Sehingga dapat diketahui
keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh. Hal ini juga berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem yang telah di jalankan.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasienklinis
Pelayanan farmasi klinis meliputi: 1.
Melakukan konseling 2.
Monitoring Efek Samping Obat MESO 3.
Pencampuran obat suntik secara aseptik 4.
Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi 5.
Penentuan kadar obat dalam darah 6.
Penanganan obat sitostatika 7.
Penyiapan Total Parenteral Nutrisi TPN 8.
Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat 9.
Pendidikan dan penelitian Aslam, 2002.
2.6 Panitia Farmasi dan Terapi PFT
PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS serta
dibantu oleh anggota PFT. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional SMF dan apoteker sebagai sekretaris yang mewakili farmasi
serta dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit Siregar, 2004. Menurut Kepmenkes No. 1197MenkesSKX2004, Panitia Farmasi dan
Terapi PFT adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medik dan staf farmasi. Anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kepmenkes No. 1197MenkesSKX2004, tujuan dibentuknya Panitia Farmasi dan Terapi yaitu:
1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat, dan evaluasinya 2.
Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan Menurut SK Menkes No. 1197MenkesSKX2004, fungsi dan ruang
lingkup PFT terkait dengan perannya dalam pelayanan farmasi rumah sakit adalah:
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat
dan juga harus meminimalkan duplikasi produk obat yang sama. b.
PFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit
d. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi
e. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat
Universitas Sumatera Utara
g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
2.7 Formularium