Unit Analisis dan Informan

44 Pada tabel 4.9 terdapat beberapa jenis sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Balai yaitu Puskesmas sebanyak 2 unit, Pustu Puskesmas Pembantu , dan Rumah Bersalin 8 unit dan semuanya berjumlah 16 unit. Sarana kesehatan yang ada dikategorikan baik walaupun di kecamatan ini belum ada Rumah Sakit Umum RSU. Dengan keberadaan sarana-sarana kesehatan tersebut, membantu masyarakat menangani masalah kesehatan antara lain pemeriksaan bayi-bayi yang baru lahir, masyarakat yang terkena penyakit, dan pemeriksaan bagi ibu-ibu hamil.

3.5.2 Sarana Ibadah

Tabel 5.0 Keadaan Sarana Peribadatan di Kecamatan Tanjung Balai No Desa Mesjid Mushalla Gereja Protestan Gereja Katolik Vihara 01 Kapias Batu VIII 3 10 - - - 02 Pematang Sei Baru 6 10 - - - 03 Sei Apung Jaya 2 4 - - - 04 Sei Apung 3 7 - - - 05 Asahan Mati 2 4 - - - 06 Bagan Asahan Baru 1 3 - - - 07 Bagan Asahan Pekan 1 3 - - 1 08 Bagan Asahan 1 5 - - - Jumlah 19 46 - - 1 Sumber : Kecamatan Tanjung Balai Dalam Angka, 2012 dan 2013 Pada tabel 5.0 diatas dapat dilihat bahwa jumlah sarana keagamaan yang ada di Kecamatan Tanjung Balai terdiri dari 19 mesjid, 46 mushalla, dan 1 vihara. Untuk tempat ibadah Gereja dan Pura tidak terdapat di wilayah Kecamatan Tanjung Balai walaupun masyarakat yang beragama Kristen sudah bertempat tinggal kecamatan ini.

3.6 Unit Analisis dan Informan

3.6.1 Unit Analisis

Universitas Sumatera Utara 45 Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis”. Ada dua sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah nelayan trawl dan nelayan tradisional di Bagan Asahan yang terlibat konflik.

3.6.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian yang aktual selama menjelaskan tentang masalah penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah:

3.6.2.1 Informan Kunci

1. Nelayan yang pernah terlibat dalam konflik yaitu nelayan tradisional dan nelayan pukat trawl. 2. LSM yang bersangkutan, seperti Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia PNTI dan Forum Komunikasi Nelayan Indonesia FKNI

3.6.2.2 Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah nelayan dan masyarakat yang bukan berprofesi sebagai nelayan yang tinggal di desa Bagan Asahan.

3.6.3 Karakteristik Informan

Universitas Sumatera Utara 46 Informan menjadi variabel penting dalam sebuah penelitian kualitatif. Informan mampu memberikan informasi yang akurat dan valid bagi permasalahan penelitian. Penentuan informan di masyarakat juga tidak sembarangan dan harus dilakukan secara tepat. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah informan sebanyak 10 orang yang terdiri dari 2 orang dari LSM, 1 orang nakhoda pukat tarik II, 1 orang dari satuan polair, 1 orang aparat desa dan 5 orang nelayan. 3.6.4 Profil Informan 3.6.4.1 Nama : Sangkot alias Abdul Latief Sitorus Umur : 51 tahun Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SD Untuk menuju ke rumah Bapak Sangkot, peneliti harus melewati dua jembatan setelah melewati Teluk Nibung dan menuju ke Bagan Asahan. Pertama kalinya peneliti mendatangi rumah Bapak Sangkot, ketika itu Beliau sedang menikmati tidur siangnya, namun dengan segera Bapak Sangkot bangun dari tidurnya dan langsung mempersilahkan peneliti untuk duduk. Bapak Sangkot mempunyai keluarga besar yakni sembilan orang anak yang terdiri dari tujuh anak laki-laki dan dua anak perempuan. Anak pertama dan keempat berprofesi sebagai TKI di Malaysia sedangkan dua anak perempuan merupakan anak yang paling bungsu. Beliau menikah pada umur 21 tahun dan saat ini berusia 51 tahun. Anak pertama berumur 29 tahun sedang merantau ke Malaysia dikarenakan semakin sulitnya berpenghasilan sebagai seorang nelayan. Bapak Sangkot yang sejak berumur delapan tahun sudah ikut dengan orang tuanya ke laut, mengaku mudah untuk mendapatkan kepiting. Karena di masa itu kita bisa dengan mudah memperoleh 100 kg kepiting dalam sehari. Namun Universitas Sumatera Utara 47 saat ini yang terjadi adalah sebaliknya, penghasilan dirasakan semakin berkurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Beliau sudah tidak pergi melaut selama dua tahun, dikarenakan anak Bapak Sangkot yang khawatir dengan perangai beliau yang mudah emosi jika melihat trawl nantinya di tengah laut. Sehingga anak beliau yang lainlah yang sekarang menjadi tulang punggung keluarga besar Bapak Sangkot. Beliau kini lebih aktif dalam kegiatan FKNI Forum Komunikasi Nelayan Indonesia yang diketuai oleh Dahli Sirait. Bapak Sangkot selaku sekretaris FKNI sering mengisi acara yang berkaitan dengan nelayan seperti seminar, rapat, pelatihan dan berbagai macam undangan lainnya. Selain berbagi pengetahuan mengenai kondisi masyarakat, beliau juga sambil mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan hukum. Beliau juga pernah diundang oleh kumpulan mahasiswa Asahan yang kuliah di Jogja untuk mengisi diskusi mengenai posisi nelayan yang lemah di zaman ini. Oleh mahasiswa tersebut, beliau dan kawan-kawan disebut sebagai pejuang nelayan, namun Bapak Sangkot menyangkal bahwa dia belum mencapai titik itu. Hingga 14 tahun lamanya Bapak Sangkot sudah memperjuangkan nasib nelayan, terhitung dari tahun 1999 dan belum sampai pada titik akhir perjuangan. Saat ini beliau berstatus tersangka dalam kasus yang terjadi tanggal 18 november 2011 yaitu pembakaran kapal nelayan yang menjadi isu nasional di beberapa media cetak, online dsb. Walaupun kejadian tersebut tidak memakan korban namun tetap saja secara materi merugikan salah satu pihak yaitu pemilik kapal pukat trawl. Beliau secara “sengaja” dikorbankan demi menyelamatkan kawan-kawan nelayan yang lain. Kejadian yang sama pada tahun 2004 tepatnya di Gambus laut, 11 kapal yang Universitas Sumatera Utara 48 dibakar, tiga orang tewas, syahrizal yang merupakan sekjen SNSU juga mengorbankan diri sendiri dengan mendekam di penjara selama sembilan tahun demi nelayan-nelayan lain. Sebelum mengajukan kasasi Bapak Sangkot sempat mendekam di penjara selama 40 hari, dengan hukuman pidana tertulis selama satu tahun di Pengadilan Tinggi Medan, sedangkan di Pengadilan Negeri Tanjung Balai diputuskan tiga bulan hukuman penjara. Oleh pihak lawan dilakukan banding di Pengadilan Tinggi Medan sementara Bapak Sangkot juga mengajukan banding lagi dan hingga saat ini belum ada keputusan akhir.

3.6.4.2 Nama : Safri Sitorus Umur : 41 tahun

Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Pendidikan : SMP Untuk menuju ke rumah Bapak Safri, peneliti harus melewati sebuah jembatan panjang yang mengarah ke Desa Sei Kepayang. Rumah beliau berada di Desa Patembo, kira-kira 20 meter setelah jembatan kemudian belok ke kanan menelusuri sisi jembatan tersebut hingga terlihat sebuah spanduk PNTI di sebuah rumah yang ditempati Bapak Safri. Sampainya di rumah Bapak Safri, ternyata beliau sedang mengikuti rapat di luar sehingga peneliti ditemani oleh abang laki-laki Beliau. Tidak terasa 20 menit saya menunggu sambil berbincang-bincang, kemudian pulanglah Bapak Safri ke rumah dan kemudian mempersilakan peneliti untuk membuka sesi wawancara. Bapak Safri mengenalkan diri sebagai ketua DPD PNTI Kabupaten Asahan. Selama 20 tahun Beliau bermatapencaharian sebagai seorang nelayan sehingga dia sangat mengenal sekali bagaimana suka duka menjadi seorang nelayan. Beliau mengaku mengetahui seluruh model alat tangkap sekaligus cara Universitas Sumatera Utara 49 melabuhkan jaringnya masing-masing. Seperti yang diceritakan Bapak Safri bahwa suatu hari ketika dia melaut, saat itu kapalnya mengalami kerusakan mesin sehingga membuat dia dan teman-temannya terombang-ambing di lautan pada malam hari. Kemudian dia melihat polisi Airud sedang menuju Kuala, dia lalu berteriak minta tolong sambil dengan menunjukkan arah senter namun airud tersebut tidak merespon sama sekali. Tetapi kini Beliau tidak pergi melaut lagi karena baginya memperjuangkan hidup nelayan lebih penting daripada harus berpangku tangan dan hanya memenuhi kebutuhannya sendiri. Beliau mengatakan bahwa dia merasa terpanggil untuk membantu nelayan dalam bentuk apapun itu hingga ia rela mengorbankan uangnya. Bapak Safri dan Bapak Sangkot merupakan teman seperjuangan dalam hal menyejahterakan nelayan. Sebelumnya Beliau merupakan Ketua ranting HNSI Asahan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, namun karena bedanya pemikiran beliau dengan tujuan HNSI membuatnya mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Bapak Safri memiliki dua orang anak, satu anak perempuan masih duduk di bangku SMA, dan satu lagi masih duduk di bangku SMP.

3.6.4.3 Nama : Ihwan Umur : 56 tahun

Pekerjaan : Pengawas Gudang Terasi Pendidikan : SD Untuk menuju ke rumah Bapak Ihwan, peneliti harus pergi ke Desa Bagan Asahan, kemudian pergi ke arah pasar yang berada di tengah desa. Nama Bapak Ihwan tidak asing lagi di telinga masyarakat desa ini karena Beliau menjabat sebagai Kepala Dusun I Desa Bagan Asahan. Nama panggilan beliau adalah Bapak Ihwan Universitas Sumatera Utara 50 Matak. Ketika peneliti mendatangi rumahnya, istri Bapak Ihwan mengatakan bahwa beliau sedang bekerja di gudang terasi milik Ahok yang berjarak 200 meter dari rumah Beliau. Bergegaslah peneliti mendatangi tempat kerja Bapak Ihwan, kemudian dengan ditemani angin laut di atas gudang terasi, Bapak Ihwan dengan celana pendeknya mempersilahkan saya untuk duduk dan membuka sesi wawancara. Bapak Ihwan memiliki lima orang anak yang masing-masing bernama Salifah, Mayasari, Mukhlis, Suliyani, dan Yolandita. Tiga diantaranya sudah menikah dan hidup masing-masing dengan keluarga barunya. Walaupun Bapak Ihwan hanya lulusan SD tapi dia sanggup menyekolahkan anak keduanya yang bernama Mayasari hingga jenjang Sarjana Kebidanan. Mayasari pernah tinggal di pulau Jawa untuk mencoba peruntungan di sana dengan tinggal bersama kakaknya namun ternyata Mayasari tidak betah hidup di sana dan lebih memilih tinggal bersama orang tuanya di Desa Bagan Asahan. Hal yang sama berlaku dengan Mukhlis anak ketiga Bapak Ikhwan, Beliau berencana untuk mendaftarkan Mukhlis ke tes masuk Polisi namun Mukhlis menolak dan lebih memilih untuk mengikuti tes masuk TNI. Namun takdir berkata lain ketika hasil tes yang didapat mengumumkan bahwa Mukhlis tidak lolos. Hal itu yang menjadikan Mukhlis pada akhirnya tetap memilih tinggal di Desa Bagan Asahan dan bekerja sebagai pengumpul ikan pemborong. Bapak Ihwan merupakan korban pembakaran kapal pukat tarik II yang baru terjadi pada tanggal 25 Oktober 2013. Beliau sebagai nakhoda membawa kapal pukat tarik II yang dimiliki oleh pemilik gudang terasi dimana dia bekerja setiap harinya. Beliau bersyukur masih diberi keselamatan pada saat kejadian kemarin, karena Beliau bisa saja tewas di hajar oleh puluhan nelayan pada saat itu karena sikap Beliau yang Universitas Sumatera Utara 51 memberi perlawanan terhadap mereka. Kondisi rahang beliau sekarang kaku dan tidak bisa dibuka lebar-lebar sehingga menyulitkannya untuk makan. Untuk pengobatan beliau ditanggung seluruhnya oleh pemilik kapal yang katanya mengeluarkan biaya hingga jutaan rupiah.

3.6.4.4 Nama : Sugodo Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SD Untuk menuju ke rumah Bapak Sugodo, peneliti harus memasuki Desa Bagan Asahan tepatnya di area dimana banyak bersusun gudang terasi di desa ini. Di depan rumah Beliau banyak tersusun tempat jemuran ikan asin yang terdiri dari berbagai ikan seperti ikan gulamo kepala batu, ikan lidah sebelah, dan ikan perak. Waktu menunjukkan pukul enam petang, yang berarti air pasang naik tanda Bapak Sugodo akhirnya pulang dari laut. Belakang rumah Beliau yang dilewati arus ke salah satu dusun, memudahkan beliau untuk langsung naik ke rumah dari sampan kapal kecil yang digunakannya ke laut. Bapak Sugodo memiliki enam orang anak yang mana empat diantaranya sudah menikah. Dengan usia yang gaek sekarang ini, Beliau masih sanggup menafkahi keluarganya dengan pergi melaut dan mengolah ikan asin. Alat tangkap yang dipakai Beliau adalah jaring ikan. Bapak Sugodo hampir dikenal semua nelayan di Desa Bagan sebagai salah satu tokoh masyarakat yang gencar melakukan aksi pembelaan nelayan. Beliau lah yang sering memanggil massa dari kalangan nelayan di desa ini jika ada aksi demonstrasi. Beliau mengaku hingga saat ini masih sering didatangi berbagai wartawan, anggota LSM dari luar kota, orang akademisi dan sebagainya hanya untuk Universitas Sumatera Utara 52 berbagi pengetahuan situasi kondisi masyarakat nelayan di desa ini. Hingga kini Bapak Sugodo sering dikirimi berbagai hasil berita dari beberapa majalah seperti Majalah Jala. Dahulu juga Beliau pernah memegang kantor yang didirikan oleh ILO di Desa Bagan Asahan ini untuk memberdayakan anak pesisir tetapi sekarang sudah tutup karena masa kontrak kantornya telah habis.

3.6.4.5 Nama : Iptu Mawardi Umur : 57 tahun

Pekerjaan : Polisi Airud Pendidikan : SMA Pertama kali menghubungi Bapak Mawardi, beliau mengarahkan peneliti untuk menemui beliau di GOR Gedung Olahraga Kota Tanjung Balai Asahan yang terletak di Jalan Sudirman. Setelah sampai di tempat pukul lima sore, ternyata Beliau bersama temannya sedang berolahraga lari mengelilingi GOR. Beliau memberitahu peneliti untuk menunggu sebentar sembari ia menyelesaikan beberapa putaran lagi. Bapak Mawardi adalah seorang polisi yang menjabat sebagai Kasat Kepala Satuan Airud dan bertugas mengawasi perairan laut kabupaten Asahan. Beliau sebenarnya berasal dari Kota Medan, tepatnya di daerah Medan Marelan tetapi di sini Beliau menyewa rumah di kota Tanjung Balai sedangkan pos penjagaan dimana Beliau bertugas adalah di Desa Bagan Asahan. Istri Bapak Mawardi terkadang harus pulang ke Medan untuk melihat anak-anak di sana. Bapak Mawardi memiliki empat orang anak dan sudah memiliki tujuh orang cucu. Sudah empat Tahun Beliau bertugas di Desa Bagan Asahan dan dalam waktu dekat sekitar satu tahun dua bulan lagi Beliau berencana untuk pensiun dari pekerjaannya. Beliau memiliki tiga orang anggota yang Universitas Sumatera Utara 53 menempati pos sedangkan Beliau hanya sesekali datang ke pos hanya untuk mengontrol anggotanya.

3.6.4.6 Nama : Ibrahim Sinaga Umur : 36 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SMP Ketika peneliti mendatangi Bapak Ibrahim, Beliau bersama satu orang temannya sedang memperbaiki jaring karena saat itu merupakan pasang mati dimana rata-rata nelayan menggunakan waktu tersebut untuk memperbaiki segala sesuatunya seperti kapal, mesin dan jaring yang mesti diperbaiki. Sekira pukul dua siang, hanya di bawah selembar tenda di dekat pelabuhan teluk nibung saya dan Beliau membuka sesi wawancara. Rintis merupakan daerah yang bersebelahan dengan pelabuhan Teluk Nibung. Bapak Ibrahim bukanlah masyarakat asli berasal dari daerah rintis tetapi merupakan perantauan dari Sei Berombang. Beliau kemudian menikahi seorang wanita daerah rintis sehingga memilih menetap dan membangun keluarga di sini. Bapak Ibrahim memiliki empat orang anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Beliau juga bermatapencaharian sebagai seorang nelayan. Beliau bersama lima orang temannya yang juga orang rintis pergi melaut menggunakan jaring ikan. Beliau mengaku bahwa dia merupakan salah satu tokoh masyarakat di Desa Sei Berombang.

3.6.4.7 Nama : Tutur Sunardi Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SMP Untuk menuju ke rumah Tutur, peneliti harus masuk ke Desa Bagan Asahan, tepatnya di daerah yang disebut Dane oleh masyarakat desa ini. Menyusuri jalan yang Universitas Sumatera Utara 54 masih dibangun dengan papan-papan yang disusun sedemikian rupa khas wilayah pesisir. Ketika peneliti datang ke rumahnya, Beliau sedang menikmati tidur siangnya karena kelelahan setelah pulang dari melaut. Walaupun dalam kondisi lelah, Saudara Tutur tetap ramah menerima kedatangan peneliti. Saudara Tutur merupakan orang asli Desa Bagan Asahan. Setelah tamat dari bangku SMP, beliau lebih memilih mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang nelayan. Itu dikarenakan masih banyak lagi adiknya yang mesti ditanggung oleh orang tuanya. Saudara Tutur merupakan anak ke delapan dari dua belas bersaudara. Tapi kini setelah menikah, Beliau telah memiliki rumah sendiri walaupun rumah tersebut belum sepenuhnya selesai pembangunannya. Masih terlihat batu bata di beberapa sisi dinding bagian luar rumah Beliau yang belum di plester dengan semen. Beliau kini sudah dikarunia dua orang anak berjenis kelamin perempuan yang masih berusia balita. Tidak terasa sudah delapan tahun beliau bekerja sebagai seorang nelayan. Saudara Tutur dengan tidak keberatan menunjukkan telapak tangannya yang tebal dikarenakan pekerjaannya ini. Beliau hanya pergi berdua melaut dengan adiknya yang juga sudah berkeluarga dengan menggunakan jaring kotam kepiting.

3.6.4.8 Nama : Agus Umur : 38 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SMP Rumah Bapak Agus terletak di Desa Bagan Asahan, kira-kira berjarak 300 meter dari TPI Tempat Pelelangan Ikan di desa itu. Bapak Agus merupakan nelayan yang sudah melaut sejak remaja. Beliau memiliki tiga orang anak perempuan dimana satu diantaranya baru saja menikah. Beliau pergi ke laut bersama 4 orang temannya Universitas Sumatera Utara 55 dan menggunakan jaring ikan. Beliau merupakan warga perantauan yang berasal dari salah satu desa di Kab. Batubara. Pada saat berusia remaja kedua orangtua Bapak Agus meninggalkan tanah kelahirannya dan memilih menetap di Desa Bagan Asahan. Bapak Agus dengan ramah mempersilakan peneliti untuk memakan hidangan makanan yang disediakan oleh istri Beliau yang bernama Bu Dawo. Beliau tinggal di rumah papan yang sederhana, namun di balik kesederhanaan itu beliau mengaku selalu bahagia dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT karena segala sesuatunya telah mencukupi bagi Beliau. Setelah pulang dari laut, Beliau juga sering ngumpul bareng di kedai kopi bersama nelayan lainnya berbagi semua cerita sambil memainkan catur yang disediakan oleh pemilik kedai.

3.6.4.9 Nama : Andi Sinaga Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : SMA Rumah Bapak Andi terletak di desa Bagan Asahan, tepatnya di daerah yang disebut gang kolam. Beliau merupakan anak asli Bagan Asahan dan berprofesi sebagai nelayan sambilan. Selain melaut, Bapak Andi bersama ayahnya mempunyai usaha sampingan, yaitu membuat alat tangkap kepitng yang disebut tangkul bubu. Beliau mengerjakan tangkul tersebut jika ada orderan dari nelayan setempat. Ayah Bapak Andi yang bernama Bapak Mail saat ini bekerja di Malaysia sebagai agen bagi TKI yang mau pulang ke Tanah Air tanpa menggunakan paspor atau dengan kata lain menggunakan jalur gelap illegal. Ayah Beliau hanya mencari penumpang yang hendak pulang dan kemudian mengarahkannya kepada pemilik kapal tongkang yang berlabuh di pelabuhan gelap di sekitar Port Klang Malaysia. Dengan begitu, maka Universitas Sumatera Utara 56 setiap satu hingga dua minggu ayah Bapak Andi akan pulang ke desa ini. Saudara Andi setelah menamatkan pendidikan SMA, beliau sempat pergi merantau ke beberapa tempat seperti ke Jakarta dan Medan namun beliau tidak betah dan memilih kembali ke kampong halamannya. Beliau mengaku tertarik dengan cerita konflik nelayan pukat ini dan mengikuti berita dan isu yang terus berkembang. Beliau juga bercerita mengenai oknum-oknum serakah yang memanfaatkan peluang dalam program yang diberikan pemerintah dalam rangka menyejahterakan nelayan.

3.6.4.10 Nama : Ahyar Panjaitan Umur : 38 tahun

Pekerjaan : Sekretaris Desa Bagan Asahan Baru Pendidikan : SMA Saat bertemu dengan Bapak Ahyar di Pelabuhan Panton yang terletak di desa Bagan Asahan, ternyata Beliau sedang bersama tiga orang temannya yang merupakan tokoh masyarakat di desa ini. Dua diantaranya merupakan anggota POKMASWAS Kelompok Pengawas Masyarakat. POKMASWAS ini merupakan lembaga yang dibawahi PSDKP Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan PSDKP sendiri dibawahi oleh KKP Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pertemuan ini sekaligus menjadikan wawancara ini menarik dan menjadi lebih hidup dengan beberapa narasumber. Bapak Ahyar mengaku sebagai pribadi yang senang bergaul dengan siapa saja karena itu sudah menjadi pekerjaannya sebagai sekretaris desa yang mengemban tanggung jawab kebutuhan masyarakat desa.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

7 92 169

PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN DALAM MENGATASI KONFLIK ANTAR NELAYAN (Studi Kasus Nelayan Di Kec. Paciran Kab. Lamongan)

0 15 2

KONFLIK NELAYAN TRADISIONAL DAN NELAYAN MODERN DI SIBOLGA.

0 2 37

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 14

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 1

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 30

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 24

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 3

Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Di Tanjung Balai (Studi Etnografi Mengenai Kesehatan Masyarakat Nelayan Kelurahan Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso, Tanjung Balai)

0 0 19

Konflik Nelayan Di Jawa Timur

0 0 12