Untuk  memudahkan  pemahaman  atas  ketiga  macam  ahli  waris tersebut  maka  para  ahlifarã
’idh  mencobamelakukan  pengelompokan  dan penggolongan  atas  ahli  waris  tersebut.  Istilah  pengelompokan  ahli  waris
digunakan  untuk  membedakan  ahli  waris  berdasarkan  keutamaan  mewaris, sementara  istilah  penggolongan  ahli  waris  digunakan  untuk  membedakan
ahli waris berdasarkan besarnya bagian waris dan cara penerimaannya. Dalam  Al-
Qur’ãn  pembicaraan  surat  An-Nisã’  ayat  7  mengenai pembagian  kewarisan  yaitu  :  ayat  tentang  hak  kewarisan  laki-laki  dan
wanita dari orang tuanya dan kerabatnya, yang berbunyi :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:  Bagi  orang  laki-laki  ada  hak  bagian  dari  harta  peninggalan ibu-bapak  dan  kerabatnya,  dan  bagi  orang  wanita  ada  hak  bagian
pula  dari  harta  peninggalan  ibu-bapak  dan  kerabatnya,  baik  sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan.
2. Pengertian  Ahli  Waris  menurut  Kitab  Undang-undang  Hukum
Perdata
Menurut  undang-undang,  ada  dua  cara  untuk  mendapatkan  warisan, yaitu :
a sebagai ahli waris menurut ketentuan undang-undang,
b karena ditunjuk dalam surat wasiat testament
Cara yang  pertama  dinamakan  mewarisi  “  menurut  undang-undang
“atau”ab intestato.” Cara yang kedua dinamakan secara “testamentair”.
3
Pasal 830-832 KUHPerdata mendefinisikan: Pewarisan  hanya  berlangsung  karena  kematian.  Apabila  beberapa
orang  antara  mana  yang  satu  adalah  untuk  menjadi  pewaris  yang lain karena satu malapetaka yang sama, atau pada suatu hari, telah
menemui  ajalnya,  dengan  tak  dapat  diketahui  siapakah  kiranya yang  mati  terlebih  dahulu  maka  dianggaplah  mereka  telah
meninggal  dunia  pada  detik  saat  yang  sama,  dan  perpindahan warisan  dari  yang  satu  kepada  yang  lain  taklah  berlangsung
karenanya.  Menurut  Undang-undang  yang  berhak  untuk  menjadi ahli  waris  adalah,  para  keluarga  sedarah  baik  sah,  maupun  luar
kawin  dan  si  suami  atau  istri  yang  hidup  terlama,  semua  menurut peraturan tertera di  bawah ini. Dalam hal,  bilamana baik keluarga
sedarah, maupun yang hidup terlama diantara suami istri, tidak ada, maka  segala  harta  peninggalan  si  yang  meninggal,  menjadi  milik
negara,  yang  mana  berwajib  akan  melunasi  segala  utangnya, sekadar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu.
4
Dalam hukum  waris berlaku suatu  asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban  dalam  lapangan  hukum  kekayaan  harta  benda  saja
yang dapat diwariskan. Dengan kata lain hanyalah hak-hak dan kewajiban- kewajiban  yang  dapat  dinilai  dengan  uang.  Oleh  karena  itu  hak-hak  dan
kewajiban-kewajiban  dalam  lapangan  hukum  kekeluargaan  atau  pada umumnya  hak  dan  kewajiban  kepribadian,  misalnya  hak  dan  kewajiban
seorang suami atau sebagai seorang ayah tidak dapat diwariskan, begitu pula hak dan kewajiban seseorang sebagai anggota suatu perkumpulan.
Menurut  Pasal  834  B.W.  seorang  ahli  waris  berhak  untuk  menuntut segala  yang  termasuk  harta  peninggalan  si  meninggal  agar  diserahkan
padanya  berdasarkan  haknya  sebagai  ahli  waris.  Hak  penuntutan  ini
3
Ibid,.hal. 2.
4
Ibid,.hal. 15.