Desain dan Metode Penelitian

Bab 5 Desain dan Metode Penelitian

Etnografi Komunikasi Kompetensi dan Pengantar Setelah mempelajari bab ini dengan baik, pembelajar diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut:  Memahami prosedur penelitian etnografi komunikasi terutama yang terkait dengan pola komunikasi;  Dapat merumuskan permasalahan penelitian paradigma penelitin etnografi komunikasi;  Memahami dan mampu menyusun landasan teori yang relevan dengan kajian etnografi komunikasi;  Memahami konsep metode penelitian etnografi komunikasi dan mampu mendesain metode penelitan terkait pola komunikasi;  Memahami prosedur penelitian dan langkah-langkah penelitian etnografi komunikasi;  Memahami tahapan-tahapan dalam penelitian etnografi komunikasi;  Memahami teknik pengumpulan data dalam penelitian etnografi komunikasi;  Memahami analisis data komponen tutur;  Memahami dan Mampu menyajikan hasil analisis data dalam bentuk laporan penelitian;  Memahami cara penyajian hasil penelitian etnografi komunikasi. Bab ini akan memaparkan bagaimana mendesain paradigma metode penelitian kualitatif khsusnya fokus kajian etnografi komunikasi yang disertai dengan contoh topik penelitian pola komunikasi warga NU etnik Madura yang merupakan bagian hasil penelitian disertasi penulis. Namun demikian, desain dan metode penelitian ini juga bisa diadopsi untuk penelitian-penelitian paradigama kualitatif lainnya pada ilmu yang sejenis dan berdekatan dalam skim keilmuan sosial humaniora. Mendesain Latar Belakang Masalah Bagian Latar belakang memuat alur pemikiran tentang pemilihan topik dan area penelitian yang mencakup latar belakang masalah, ruang lingkup, dan batas-batas penelitian. Dalam bagian ini dikemukakan data dan fakta yang mendorong timbulnya masalah dan pentingnya masalah 56 yang akan digali dan dibahas melalui penelitian. Di samping itu, dikemukakan pula bahwa masalah itu merupakan gagasan asli, yang berbeda dengan penelitian atau tulisan sebelumnya. Temuan penelitian terdahulu dari berbagai sumber informasi dan beberapa asumsi dapat dimuat dalam latar belakang atau bisa pada tinjauan pustaka. Dalam paparan tersebut hendaknya ditunjukkan bahwa penelitian yang sudah dilakukan belum sempurna atau topik dan aspeknya berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang sudah dilakukan berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan jika perlu uraikan perbedaan tersebut. Contoh Latar Belakang Masalah Berkaitan Pola Komunikasi Bahasa merupakan suatu produk sosial dan budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial dan budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Sudah barang tentu, bahasa sebagai hasil budaya megandung nilai-nilai masyarakat penuturnya Sumarsono, 2002: 20-21. Masalah utama dalam pemakaian bahasa suatu etnik adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan- perbedaan budaya yang mempengaruhi proses pemahaman terhadap bentuk-bentuk pemakaian bahasa yang dilakukan orang lain. Pemberian makna suatu pesan sangat dipengaruhi oleh budaya pengirim maupun penerima pesan. Kesalahan-kesalahan fatal dalam memahami makna dapat menyebabkan persepsi yang salah terhadap maksud dan tujuan pemakaian bahasa. Warga NU yang jumlahnya cukup besar memilki tradisi dan budaya yang sangat unik, khususnya yang berlatar belakang etnik Madura. Menurut pendapat Sutarto 2005 NU dikenal sebagai kekuatan Islam yang sangat menghormati tradisi dan budaya lokal, bahkan ada yang menyebut NU sebagai kelompok Islam tradisional, Islam kultural, kelompok sarungan, kolot dan entah apa lagi. Mereka warga NU hidup di tengah perpaduan antara tradisi dan syari’at Islam. Pola-pola komunikasi yang digunakan warga NU etnik Madura tidak terlepas dari kategori dan fungsi bahasa yang tercermin dalam komponen tutur, bahasa dan pilihan bahasa yang digunakan, alih giliran tutur, tingkat tutur ondhâghân bhâsa speech level, serta simbol-simbol yang ditampakkan melalui gerakan-gerakan tubuh body language, dan intonasi tone sebagai aspek pendukung pemahaman terhadap tindak tutur dalam bahasa verbal. 57 Pola-pola tersebut tercermin ketika orang muda berbahasa kepada yang lebih tua dan sebaliknya; orang yang status sosialnya lebih rendah kepada orang yang status sosialnya lebih tinggi dan sebaliknya; orang yang tidak mempunyai peran kepada orang yang mempunyai peran dalam masyarakat dan sebaliknya; orang yang tidak mempunyai jabatan kepada orang yang mempunyai jabatan baik dalam instansi ataupun dalam masyarakat dan sebaliknya; bawahan kepada atasannya dan sebaliknya; dan GuruKiai kepada muridsantri dan sebaliknya, serta bagaimana warga NU etnik Madura berkomunikasi dengan kelomopok sosial yang lain. Kesalahan dalam penggunaan pola-pola komunikasi tersebut dalam konteks warga NU etnik Madura merupakan masalah yang dapat menyebabkan interpretasi yang negatif terhadap pemakainnya. Mereka telah dianggap melanggar konvensi dalam pemakaian bahasa yang berlaku di lingkungan masyarakat tersebut sehingga dapat menyebabkan seseorang terisolir dari pergaulan dan bahkan akan menuai cercaan dan cacian di masyarakat. Makna ilmiah penelitian ini adalah memberikan perspektif baru terhadap kajian linguistik yang berhubungan dengan konteks sosial dan budaya komunitas tertentu etnografi komunikasi, khususnya komunitas warga NU etnik Madura. Rekomendasi penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam mencari solusi pemecahan terjadinya masalah konflik dan kesenjangan hubungan yang terjadi akibat kegagalan komunikasi baik antarakomunitas warga NU etnik Madura, maupun dengan komunitas lain di luar NU. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah Penelitian Munculnya masalah atau permasalahan itu, karena adanya kesenjangan gap das Sollen dan das Sein – ada perbedaan antara apa yang seharusnya ada dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan, dan lain sebagainya yang sejenis dengan itu. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu. Identifikasi Masalah Penelitian Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya: 1 Melalui bacaan – terutama bacaan yang berisi hasil laporan hasil penelitian tentang kajian etnografi komunikasi; 2 Melalui even-even yang mendiskusikan tentang poblematika yang terjadi di masyarakat tutur, seperti: seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah; 58 3 Pernyataan pemegang otoritas atau pengambil kebijakan tentang permasalahan-permaslahan yang terjadi di masyarakat tutur; 4 Pengamatan sepintas observasi awal, observasi awal dilakukan setelah kita membaca, melihat, atau merasakan fenomena-fenomana yang tidak selazimnya terjadi di masyarakat tutur suatu etnik; 5 Pengalaman pribadi, identifikasi masalah dapat bersumber pada pengalaman pribadi yang kurang menyenagkan dalam peristiwa komunikasi; 6 Perasaan intuitif terkait pola komunikasi masyarakat tutur suatu etnik. Pemilihan Masalah Penelitian Agar dalam pelaksanaan penelitian etnografi komunikasi yang pada umumnya penelitian lapang berjalan sesuai yang dinginkan, dalam memilih masalah penelitian, peneliti perlu mempertimbangkan aspek terkait dengan kegunaan capaian hasil penelitian dan aspek penunjang pelaksanaan penelitian. Aspek-aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Pertimbangan dari Sisi Arah Masalahnya a Dalam rangka pengembangan teori dalam bidang ilmu etnografi komunikasi dengan dasar teoritis penelitiannya, dan b Pemecahan masalah-masalah praktis berkaitan kajian etnografi komunikasi. 2 Pertimbangan Dari Arah Calon Peneliti Mengingat penelitian etnografi komunikasi memiliki ciri observasi partisipasi di lapangan yang memerlukan cukup waktu, maka perlu dipertimbangkan hal-hal berikut. a Biaya yang tersedia untuk pelaksanaan penelitian, b waktu yang tersedia, c alat-alat dan perlengkapan yang tersedia, d bekal kemampuan teoretis, dan e Penguasaan metode yang diperlukan. Merumuskan Masalah Penelitian Kecermatan dalam merumuskan masalah penelitian amat penting dalam mendisain penelitian etnografi komunikasi karena rumusan masalah akan mengarahkan peneliti untuk memilih data yang tepat sebagai jawaban terhadap fenomena-fenomana yang terjadi di masyarakat tutur. Oleh karena itu, dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 59 1 Rumusan masalah berisi uraian tentang masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian pendekatan etnografi komunikasi; 2 Perumusan masalah merupakan pernyataan akumulatif dari berbagai hal yang ada dalam latar belakang masalah yang terjadi di masyarakat tutur; 3 Agar pemecahan masalah yang diajukan dapat dituntaskan dan tidak salah arah, ruang lingkup masalah bisa dibatasi dan dinyatakan atau dirumuskan dengan jelas; 4 Perumusan masalah yang dinyatakan dalam kalimat tanya akan lebih jelas daripada jika dinyatakan dalam kalimat berita; 5 Perumusan masalah dapat dirangkum dalam satu permasalahan pokok dan dapat pula dirinci menjadi lebih dari satu permasalahan. Contoh Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana pola komunikasi Warga Nahdlatul Ulama Etnik Madura WNUEM di Jember? ” Rumusan masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi antarkiai? 2. Bagaimana pola komunikasi kiai-UNUEM? 3. Bagaimana pola komunikasi UNUEM? 4. Bagaimana bentuk pola dan strategi penyampaian pesan WNUEM yang efektif untuk mencapai tujuan tutur? 5. Mengapa terjadi pola komunikasi WNUEM di Jember? Contoh Pembatasan Masalah Penelitian tentang pola komunikasi dengan objek penelitian bahasa warga NU memiliki cakupan yang sangat luas. Oleh karena itu, agar penelitian ini lebih spesifik sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, peneliti perlu melakukan pembatasan-pembatasan berkaitan dengan subaktivitas penelitian, objek penelitian, dan peristiwa tutur, sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan pola komunikasi, penelitian ini berkonsentrasi pada subaktivitas penggunaan kode tutur yang meliputi: penggunaan tingkat tutur speech level, pilihan bahasa sebagai bentuk alih kode dan campur kode, nada suara tone, bahasa tubuh body language, dan alih giliran tutur. 2. Berkaitan dengan objek penelitan yakni bahasa warga NU yang terdiri dari barbagai etnik di Jember, penelitian ini hanya berfokus bahasa yang digunakan warga NU etnik Madura WNUEM karena WNUEM 60 merupakan etnik terbesar di Jember yang memiliki kekhasan dan keunikan kultur yang tecermin dalam pola komunikasinya. Adapun bahasa yang paling dominan digunakan oleh WNUEM adalah BM. BI dan BA juga digunakan sebagai alih kode dan campur kode. 3. Berkaitan dengan peristiwa tutur, penelitian ini mencakup situasi formal dan informal. Dalam situasi formal, hanya berfokus pada setting pertemuan-pertemuan yang bersifat rutin, pengajian, acara perkawinan, dan hari-hari besar Islam. Adapun situasi informal hanya berfokus pada obrolan sehari-hari dan pertemuan yang sifatnya santai seperti di masjid, mushallalanggar NU, rumah WNUEM, dan termasuk dalam ranah keluarga. Peristiwa tutur dalam pertemuan-pertemuan formal dan informal yang bekaitan dengan politik, jual beli seperti di toko dan di pasar, tidak tercakup dalam penelitian ini karena merupakan permasalahan yang pembahasannya sangat luas dan juga membutuhkan energi yang besar sehingga perlu diteliti secara khusus pada even-even penelitian yang lain. Merumuskan Tujuan Penelitian Dalam merumuskan tujuan penelitian, peneliti seharusnya memparhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Tujuan Penelitian berisi tentang tujuan penelitian secara spesifik yang ingin dicapai dari penelitian yang hendak dilakukan. Namun demikian, tujuan penelitian bisa didesain menjadi tujuan umum dan tujuan khusus; 2 Tujuan penelitian bekaitan erat dengan permasalahan dan merupakan arahan jawaban terhadap hipotesisasumsi penelitian; 3 Tujuan penelitian memuat hasil-hasil yang hendak dicapai dan tidak boleh menyimpang dari permasalahan yang telah dikemukakan. Contoh Rumusan Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menggali dan mendeskripsikan pola komunikasi WNUEM di Jember .

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pola komunikasi antarkiai. 2. Mendeskripsikan pola komunikasi kiai-UNUEM. 3. Mendeskripsikan pola komunikasi UNUEM. 4. Mendekripsikan bentuk pola dan strategi penyampaian pesan WNUEM yang efektif untuk mencapai tujuan tutur. 61 5. Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola komunikasi WNUEM di Jember . Manfaat Penelitian Manfaat atau kontribusi penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan dicapai, baik untuk kepentingan ilmu pengembangan teori, kebijakan pemerintah, maupun menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat luas. Manfaat penelitian dapat juga dirumuskan dalam bentuk kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Contoh Rumusan Kontribusi Penelitian Penelitian ini akan memberikan dua kontribusi positif, yakni kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan teori dalam bidang sosiolinguistik khususnya dalam kajian etnografi komunikasi yang berkaitan dengan pola komunikasi yang digunakan oleh komunitas tertentu. Karena keunikan dan kekhasan penggunaan kode-kode bahasa yang merupakan refleksi dari kultur pada WNUEM telah membentuk keunikan dan kekhasan bahasa yang digunakan sehingga deskripsi ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori dalam kajian etnografi komunikasi. Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi warga NU dalam berkomunikasi. Selain itu, rekomendasi hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi pihak terkait dan organisasi Nahdlatul Ulama untuk mengidentifikasi akar masalah yang berkaitan dengan kegagalan komunikasi yang sering terjadi baik antar-WNUEM sendiri, maupun antara WNUEM dengan mitra tutur yang lain di luar warga NU yang berbeda kultur. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Jelaskan persamaan dan perbedaan dengan permasalahan yang sedang diteliti, sehingga mengarah mengapa penelitian itu dilakukan lihat Bab 2. Adapun landasan teori dijabarkan dari berbagai literatur yang gayut dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai landasan dalam memecahkan masalah dan juga untuk merumuskan hipotesis atau asumsi- asumsi dasar. 62 Landasan Teori bisa dirujuk dari konsep-konsep dan teori-teori pada bab sebelumnya dan buku-buku lain atau berkala ilmiah yang relevan dengan topik penelitian lihat Bab 2. Landasan teori dapat dilakukan dengan tahapan berikut: 1. Mengumpulkan pendapat atau teori berkaitan etnografi komunikasi yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan; 2. Membandingkan dan memilih teori etnografi komunikasi yang paling relevan dengan masalah yang dibahas; 3. Mengadakan penilaian kelemahan dan keunggulan teori-teori yang telah dikumpulkan; 4. Menentukan teori-teori yang akan digunakan sesuai permasalahan penelitian. Contoh: Landasan teori terkait dengan penelitian pola komunikasi dapat diambil dari Bab 2 dan Bab selanjutnya yang relevan atau dari literatur-litaur yang lain. Metode Penelitian Etnografi Komunikasi Metode yang dimaksud dalam penelitian adalah cara atau prosedur dan langkah-langkah serta tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Cara, tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian etnografi komunikasi bisa meliputi: 1 Pendekatan Penelitian; 2 Teknik Memasuki Lokasi Penelitian; 3 Peran peneliti; 4 Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Setting Penelitian; 5 Teknik Pengumpulan Data; 6 Transkripsi Data; 7 Teknik Analisis Data; 8 Penyajian Hasil Analisis Data. Pendekatan Penelitian Dalam setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas pendekatandesain penelitian apa yang akan diterapkan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan yang kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan. Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna dengan satu pendekatan 63 maka pendekatan lain dapat digunakan sebagai pendukung misalnya, ketika obyek dan masalah yang akan kita teliti lebih relevan untuk menggunakan pendekatan kualitatif, maka diperbolehkan sebagai data pendukung adalah data-data kuantitatif dan sebaliknya pendakatan kuantitatif juga dapat didukung dengan data-data kualitatif. Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan dikemukakan penamaan yang dipakai para ahli dalam penyebutan kedua istilah tersebut seperti terlihat dalam tabel 1 berikut ini Tabel 5.1: Quantitative and Qualitative Research : Alternative Labels Quantitative Qualitative Authors Rasionallistic Naturalistic Guba Lincoln 1982 Inquiry from the Outside Inquiry from the inside Evered Louis 1981 Functionalist Interpretative Burrel Morgan 1979 Positivist Constructivist Guba 1990 Positivist Naturalistic- ethnographic Hoshmand 1989 Sumber : Brannen Ed: 1992: 58 Pendekatan yang akan digunakan dalam suatu penelitian, peneliti dapat mengemukakannya sebagai berikut: Pendekatan yang digunakan dalam peneletian ini adalah pendekatan kualitatif dengan fokus kajian etnografi komunikasi. Studi etnografi komunikasi menurut Kuswarno 2008: 86 suatu kajian yang dapat menggambarkan, menjelaskan, dan membangun hubungan dari kategori- kategori data yang ditemukan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari etnografi komunikasi untuk menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan perilaku berbahasa dari suatu kelompok sosial. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penelitian pola komunikasi warga NU dalam perspektif etnografi komunikasi dapat memberikan gambaran dan pemahaman secara komprehensif mengenahi perilaku berbahasa warga NU dalam konteks sosial dan budaya yang unik dan sekaligus memberikan gambaran bagaimana aspek sosiokultural tersebut berpengaruh terhadap perilaku berbahasa warga NU. 64 Metode Memasuki Lokasi Penelitian Metode yang digunakan oleh peneliti dalam memasuki lokasi penelitian dapat bersifat formal dan nonformal. Metode formal digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan konteks pemakaian bahasa pada situasi formal, sedangkan metode informal digunakan untuk menggali data pada konteks obrolan sehari-hari situasi tidak formal. Digunakannya metode informal untuk menjaga kekhawatirkan warga NU akan merubah pola komunikasi dari yang sebenarnya dan mereka akan berbahasamemberikan informasi yang tidak sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keaslian data yang didapat dari para informan maupun dari pengamatan secara langsung dalam observasi partisipasi dan nonpartisipasi di lapangan. Peran peneliti Peran peneliti dalam penelitian bisa tertutup dan bisa terbuka. Di dalam situasi komunikasi yang tidak formal bisa peran peneliti tertutup, tetapi dalam setting penelitian formal peneliti bisa terbuka. Dikatakan tertutup karena peneliti merahasiakan identitas sebagai peneliti - dalam hal ini peneliti berperan sebagai inteligent. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga validitas keaslian data. Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Setting Penelitian Lokasi penelitian, sumber data, dan setting penelitian merupakan aspek yang amat penting dalam penelitian etnografi komunikasi kerena ketiganya berkaitan langsung dengan konteks penelitian yang menentukan kapan dan bagaimana bahasa itu digunakan dalam masyarakat tutur. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan tempat untuk menggali dan memperoleh data dalam pelaksanaan penelitian mutlak harus disebut dengan alasan-alasan rasional berkaitan dengan karakteristik penelitian. Alasan pemilihan lokasi penelitian tidak tepat jika yang digunakan sebagai argumentasi adalah bersifat pribadi, misalnya karena peneliti berdomisili di lokasi penelitian atau berdekatan, terbatasnnya waktu peneliti, kemudahan transportasi, dsb. Alasan pemilihan lokasi penelitian bisa seperti contoh berikut ini: “Lokasi yang dijadikan tempat untuk menggali dan memperoleh data dalam pelaksanaan penelitian ini berada dalam ruang lingkup Kabupaten Jember. Dipilihnya Kabupaten Jember sebagai lokasi penelitian karena di daerah tersebut merupakan basis WNUEM yang 65 masih memiliki keunikan dan kekhasan kultural. Hasil penelitian ini nanti akan menjadi cerminan pola komunikasi WNUEM di daerah tapal kuda lainnya Pasuruan, Lumajang, situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi yang memiliki karakter kultur daerah yang hampir sama. ” Sumber Data Data dapat diperoleh dari berbagai sumber yakni sumber data primer dan sekunder misalnya, Data akan diperoleh dari tiga sumber: sumber pertama primer digali dari pengamatan secara langsung proses komunikasi komunitas WNUEM melalui observasi partisipasi; sumber primer kedua akan digali dari para informan dari kalangan warga NU yakni kiai, pengurus NU, umat NU dari kalangan santri dan terpelajar; sedangkan sumber sekunder, akan digali dari para ilmuwan dan akademisi yang terdiri dari kalangan guru dan dosen yang menekuni kajian tentang NU dan kajian Madura. Setting Penelitian Setting penelitian bisa formal dan non formal seperti: Adapun yang dijadikan setting untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah situsi formal dan informal, ketika proses komunikasi tersebut berlangsung. Situasi formal seperti dalam rapat-rapat, pengajian, rapat-rapat pengurus NU dan sebagainya. Adapun situasi informal, yaitu komunikasi yang terjadi dalam pembicaraan obrolan santai antarwarga NU di luar situasi formal. Teknik Pengumpulan Data Penelitian etnografi komunikasi secara umum merupakan penelitian yang menyeluruh atau holistik, karena apa yang diteliti di dalamnya mencakup semua aspek, paling tidak sesuai yang disarankan Hymes ada delapan komponen tutur yang kemudian dirinci lebih detail oleh Poedjosoedarmo menjadi empat belas komponen tutur yang harus dianalis dan tentunya komponen tutur itu diperoleh melalui hasil pengumpulan data. Oleh karena itu, pengumpulan data merupakan kegiatan mutlak harus dilakukan penelitian etnografi komunikasi yang kegiatan pengumpulan datanya cenderung di lapangan feld research. Saville- Troike 2003 mengemukakan tujuh teknik yaitu, Observasi partisipasi non partisipasi, wawancara, telaah dokumen, hermeneutik, etnometodologi, etnosemantik, dan introspeksi. Namun, karena yang 66 diperlukan adalah pemahan terhadap keseluruhan konteks petuturan masyarakat tutur, peristiwa komunikasi, dan tindak tutur, maka yang paling penting dalam kajian etnografi komunikasi adalah observasi partisipasi, introspeksi, dan wawancara. Sebenarnya ketika peneliti melakukan observasi partisipasi, sudah mencakup teknik pengumpulan data yang lain, seperti wawancara, introspeksi, telaah dokumen dan sebagainya. Akan tetapi, karena sebagai penciri penelitian kualitatif, maka akan dijelaskan beberapa metode yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa bahasa verbal oral dan nonverbal body language dari hasil percakapankomunikasi dari dua orang atau lebih serta informasi dari para informan di lapangan untuk menjawab permasalahan penelitian. Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, akan digunakan metode sebagai berikut: Observasi Partisipasi Dalam penelitian etnografi komunikasi, metode pengumpulan data yang paling umum dan relevan di dalam domain kebudayaan adalah observasi partisipasi dan non partisipasi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperoleh data peristiwa komunikasi dengan cara mengamati, mencatat, dan merekam secara langsung data penelitian. Dalam observasi partisipasi, peneliti bisa berpartisipasi dengan mitra tutur berada di tengah-tengah komunitas warga NU dan sesekali juga terlibat langsung dalam proses komunikasi, yang hal itu hanya bisa dilakukan dalam setting situasi informal. Adapun obeservasi non partisipasi, peneliti hanya menyimak langsung pemakaian bahasa dalam komunikasi tanpa terlibat dalam komunikasi. Hal itu dilakukan pada setting situasi formal. Metode observasi partisipasi menggunakan teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap, rekam, dan catat, sedangkan metode observasi nonpartisipasi hanya menggunakan teknik sadap, dengan t eknik lanjutan berupa simak, rekam, dan catat―peneliti tidak terlibat dan melibatkan diri dalam komunikasi. Introspeksi Metode introspeksi biasa digunakan jika peneliti meneliti bahasa dan budayanya sendiri dan masih hidup di tengah-tengah masyarakat tutur yang sedang diteliti atau paling tidak masih eksis menggunakan bahasa dan budaya yang sedang menjadi objek penelitian. Itulah sebabnya teknik atau metode ini dsebut metode introsepksi atau 67 mengoreksimenginterpretsi bahasa dan budayanya diri sendiri. Dengan menggunakan introspeksi, peneliti mencoba mengeksplisitkan kaidah- kaidah dan nilai-nilai yang diserap secara sadar maupun tidak sadar ketika tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tutur atau bahkan sejak nenek moyang telah menggunakan bahasa dan budaya nmasyarakat tutur tersebut. Introspeksi juga berarti cara menganalisis nilai-nilai dan perilakunya sendiri dan orang-orang yang berada di masyarakatnya. Hal ini memang tidak mudah dilakukan karena orang bergerak dalam kebudayaannya sendiri secara otomatis berada di bawah level kesadaran. Selain itu, akan sangat tidak nyaman sebagai seorang peneliti mengeksplisitkan dan menginterpretasi kaidah-kaidah yang secara implisit sudah diketahui. Sebagai peneliti yang handal dan menghindari validitas data dari banyaknya pengaruh yang datang dari diri peneliti, seharusnya akan lebih baik kalau sebagai peneliti meneliti bahasa dan budaya kelompok etnik lain atau masyarakat tutur di luar masyarakat tutur peneliti. Oleh karena itu, ketika para peneliti yang mereka mengetahui dan sudah terlibat langsung dalam pola-pola penggunaan bahasa dalam masyarakat tutur mereka sendiri, penting kiranya untuk mengkonfirmasi ulang asumsi- asumsi yang diperoleh melalui hasil introspeksi dengan perspektif pihak lain. Namun demikian, metode ini tetap berguna untuk menemukan kaidah-kaidah yang selama ini tersembunyi dalam diri peneliti, yang pada akhirnya akan menjadi pisau analisis sekaligus pembanding dalam kajian etnografi komunikasi. Selama peneliti secara objektif tetap mengakumulasi pandangan dan masukan dari pihak-pihak lain yang ada dalam masyarakat tutur. Wawancara Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku komunikasitindak tutur yang dipergunakan oleh komunitas warga NU dalam setting komunikasi yang sesungguhnya sehingga diperoleh data untuk mengetahui sebab-sebab yang dapat mempengaruhi pola komunikasi. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu: 1 Wawancara terarah terstruktur, yakni wawancara yang dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan, sedangkan wawancara tidak terarah tidak terstruktur adalah wawancara yang bersifat bebas dan santai. Digunakannya wawancara tidak terarah bertujuan agar informan memberikan keterangan seluas-luasnya, yang tidak dapat terungkap dengan metode wawancara terarah. 68 Perekaman Kegiatan ini menggunakan alat rekam dan atau audio visual untuk merekam proses komunikasi dan wawancara baik dalam situasi formal maupun informal untuk mengatasi keterbatasan peneliti dalam mencatat secara langsung proses komunikasi dalam observasi partisipasi mapun wawancara. Pencatatan Selain perekaman juga dilakuklan pencatatan sekemampuan peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mencatat data-data yang diperoleh dari lapangan secara langsung, dalam artian semua data dan informasi yang didapat di lapangan dicatat secara cermat pada hari yang sama. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menghindari kemungkinan terlupakan atau tumpang tindih data dan informasi yang diperoleh, baik melalui observasi partisipasi maupun dari informan penelitian. Transkripsi Data Data yang berhasil dikumpulkan melalui observasi partisipasi dengan alat rekam, ditarnsikripsikan ke dalam data tertulis secara fonologi. Secara fonologi artinya kata-kata dalam data tersebut ditranskripsi apa adanya sesuai ucapan yang dikemukakan oleh subjek penelitian dan aturan ejaan yang diberlakukan dalam bahasa tersebut, agar ciri-ciri fonologis bahasa yang ada dalam data fonetis dapat ditampakkan dalam data tulis yang telah tertranskripsi. Metode Analisis Data Data yang diperoleh melalui observasi partisipasi dan non partisipasi dalam penelitian ini dipilah-pilah dengan menaruh pada bab dan subbab yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Selanjutnya, setelah data dikelompokkan akan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode etnografi komunikasi, analisis percakapan, dan konsep pragmatik. Metode etnografi komunikasi digunakan dengan cara mengadakan analisis komponen tutur yang digunakan warga NU dalam berkomunikasi dengan mitra tutur. Adapun komponen tutur tersebut dalam teori etnografi komunikasi yang dikemukakan Hymes 1964a: 13; Schiffrin 1994: 141- 42; periksa juga Duranti 1998: 221 yang dikenal dengan ‘SPEAKING grid’ meliputi: 1 S: SituationSetting situasi ‘tempat dan suasana’; 2 P: Partisipan peserta tutur ‘pembicara, yang dituju, pendengarpenerima’; 3 E: Ends akhir ‘hasil, tujuan tutur’; 4 A: act 69 sequence urutan bertindak ‘termasuk alih giliran tutur’; 5 K: key kunci ‘nada tutur’; 6 I: instrumentalities ‘sarana tutur’; 7 N: norms norma- norma ‘norma interaksi dan interpretasi’; 8 G: genres jenis tuturan. Dalam analisis komponen tutur tersebut juga digunakan metode analisis interaksi. Metode analisis interaksi digunakan untuk menganalisis model-model dan norma-norma interaksi yang digunakan warga NU di Jember dalam berkomunikasi. Metode analisis conversation digunakan untuk menganalisis percakapan yang digunakan warga NU misalnya, ketika seseorang bertanya: “Mengapa Anda tidak datang ke pengajian?” Kemudian dij awab, “Tetangga kedatangan besan”. Antara kalimat pertanyaan dan jawaban secara struktural tidak berhubungan. Tetapi kalimat jawaban “Tetangga kedatangan besan” dilihat dari konteks percakapan dapat saja diinferensi berbeda-beda oleh pertisipan tutur yang mengarah terhadap jawaban dari pertanyaan “Mengapa Anda tidak datang ke pengajian?” Metode analisis wacana dengan bantuan konsep pragmatik lihat Brown Yule, 1996: 1-2 dipergunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hambatan atau kegagalan komunikasi, dengan cara menganalisis secara mendalam prinsip kerjasama PK dan prinsip sopan santun PS Grice 1975: 45-6; Leech 1993: 11. Prisnsip PK meliputi empat maksim, yaitu: Kualitas Quality: tingkat kualitas kebenaran percakapan yang sedang berlangsung, Kuantitas Quantity: Buatlah sumbangan percakapan anda seinformatif mungkin sesuai yang diperlukan oleh percakapan itu. Jangan memberikan sumbangan lebih informatif dari pada yang diperlukan. Hubunganrelevansi Relation Relevance: Buatlah percakapan anda relevan dengan topik. Cara Manner: Bicaralah dengan jelas, dan khususnya: 1 hindari kekaburan; 2 hindari ketaksaan makna ganda; 4 bicaralah singkat; 5 bicaralah secara teratur. Data yang diperoleh melalui wawancara akan dianalisis dengan metode eksplanasi untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan warga NU pada situasi formal dan informal, dengan cara menganalisis secara mendalam perilaku dalam berkomunikasi dan tradisi-tradisi serta budaya yang mempengaruhi pola komunikasi. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini, yakni berupa deskripsi dan penjelasan tentang jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan. Sebagaimana telah disinggung pada penggunaan pendekatan dalam penelitian ini, bahwa pendekatan kualitatif selain memiliki karakter 70 alamiah, juga menghasilkan data deskriptif. Deskripsi dan penjelasan tersebut didasarkan pada analisis komponen tutur dibantu dengan analisis percakapan dan analisis wacana dengan konsep pragmatik. Dalam penyajian data tersebut, juga digunakan simbol-simbol, lambang-lambang kebahasaan, singkatan-singkatan, dan transliterasi Arab-Indonesia yang secara rinci cara penulisan dan pemaknaannya dijelaskan pada daftar fonetis dan ortografis, pedoman transliterasi Arab-Indonesia, daftar lambang dan singkatan, dan glosarium. Sistematika Penulisan Sistematika punulisan laporan penelitian ini disertasi, Thesis, atau skripsi disajikan dalam sembilan bab, tidak termasuk bagian awal dan bagian akhir. Bagian awal mencakup halaman judul, lembar identitas dan pengesahan, halaman pernyataan, kata pengantar, intisari, abstract, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang fonetis dan ortografis, pedoman transliterasi Arab-Indonesia, daftar lambang, singkatan, dan glosarium, serta daftar lampiran. Bab pertama, merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, dan tujuan yang dijawab pada bab-bab berikutnya. Adapaun tinjauan pustaka sebegai referensi untuk melihat perbedaan dengan penelitian sejenis sebelumnya―landasan teori yang gayut dengan topik penelitian dan langkah-langkah metodologis digunakan sebagai pisau bedah untuk menjawab permasalahan penelitian. Bab kedua, membahas tentang NU, pesantren, dan kultur paternalistik sebagai langkah awal untuk memahami konteks dan objek penelitian. Bab ketiga, membahas tentang situasi kependudukan dan kebahasaan di Jember yang meliputi situasi kependudukan dan situasi kebahasaan di Jember serta, penggunaan BM oleh warga NU di Jember. Bab keempat, menjelaskan pola komunikasi antarkiai yang diklasifikasi menjadi pola komunikasi kiai yang memiliki hubungan guru-santri, pola komunikasi kiai yang sederajat, dan pola komunikasi dalam kelurga kiai. Bab kelima, membahas pola komunikasi kiai dengan UNUEM yang meliputi pola komunikasi kiai pesantren- UNUEM dan pola komunikasi kiai langghârân-UNUEM. Bab keenam, membahas pola komunikasi UNUEM, yang meliputi pola komuniksi yang melibatkan tokoh NU, pola komunikasi yang melibatkan UNUEM terpelajar, pola komunikasi UNUEM yang dipengaruhi perbedaan umur, pola komunikasi yang dipengaruhi keeratan hubungan, dan pola komunikasi dalam keluarga umat. Bab ketujuh, menjelaskan kisah ulama sebagai pola dan strategi komunikasi. Pada bab ini dipaparkan beberapa kisah ulamakiai yang mencerminkan perilaku luhur sebagai contoh 71 penggunaan pola dan strategi komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuan tutur. Bab kedelapan, menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola komunikasi WNUEM dan impilkasi temuan terhadap pemertahanan BM. Faktor-faktor tersebut meliputi: faktor kultur paternalistik, faktor komponen tutur, dan faktor kompetensi komunikatif. Bab kesembilan, yang merupakan bab penutup berisi simpulan bab-bab sebelumnya dan rekomendasi kepada berbagai pihak berkaitan dengan temuan penelitian. Pada bab-bab analisis bab IV-VIII yang dianggap sangat rumit dan terlalu panjang untuk disarikan dalam bab simpulan, penulis mengakhiri dengan ringkasan sebagai upaya penyederhanaan untuk memudahkan para pembaca memahaminya. Bagian akhir dari laporan penelitian berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran daftar informan, daftar pertanyaan untuk menjaring data berupa informasi, riwayat hidup penulis, peta Kabupaten Jember, dan surat keterangan penelitian. Pendalaman Materi  Jelaskan secara singkat prosedur pelaksanaan penelitian etnografi komunikasi terutama yang terkait dengan pola komunikasi  Rumuskan permasalahan, tujuan, dan manfaat penelitian terkait penelitian etnografi komunikasi  Tuliskan tinjauan pustaka terkait penelitian yang akan dilakukan dari berbagai sumber yang relevan  Susunlah landasan teori yang relevean dengan permasalahan yang akan diteliti terkait kajian Etnografi komunikasi  Susunlan Metode penelitan terkait dengan permasalahan yang anda rumuskan  Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian etnografi komunikasi  Carilah contoh data sesuai dengan permasalahan yang anda rumuskan dan cobalah dianalisis dengan menggunakan teori komponen tutur;  Berilah contoh analisis data komponen tutur;  Berilah gambaran tentang penyajian hasil analaisis data dan penulisan laporan penelitian etnografi yang anda rencanakan  Dengan menggunakan media ICT, anda dapat mengenal lebih mendalam apa dan bagaimana penelitian etnogfari komunikasi. 72

Bab 6 Contoh Penyajian Analisis