splenomegali dan anemia. Diagnosis malaria merupakan hasil pertimbangan klinis dan tidak selalu disertai hasil laboratorium karena
beberapa kendala pada pemeriksaan laboratorium.
1
Anak dengan keluhan demam atau gejala sistemik yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
riwayat perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dalam setahun terakhir dapat didiagnosis menderita malaria sampai terbukti.
2
2.6.1. Manifestasi klinis malaria falsiparum tanpa komplikasi
Manifestasi klinis malaria tergantung status imunitas pejamu dan spesies malaria yang menginfeksi. Secara umum, infeksi
P.falciparum lebih berat
dan lebih jelas gejala klinisnya dibandingkan infeksi spesies Plasmodium lainnya.
16
Pada anak dan dewasa seringkali gejala bersifat asimtomatik selama fase awal, yaitu pada masa inkubasi infeksi malaria. Masa
inkubasi P.falsiparum
berlangsung dalam 9-14 hari, dimana masa ini dapat lebih lama pada pasien dengan imunitas parsial. Gejala prodromal
berlangsung selama 2-3 hari sebelum parasit dijumpai dalam darah. Gejala prodromal berupa sakit kepala, mudah lelah, anoreksia, myalgia,
demam, nyeri dada, nyeri sendi dan sakit perut.
2
Gambaran klinis malaria berupa demam yang paroksismal yang merupakan gejala khas dari malaria. Demam paroksismal bersamaan
dengan pecahnya skizon dan lepasnya merozoit dari eritrosit yang
berlangsung setiap 48 jam pada malaria vivax dan falsifarum.
13,16
Gejala
Universitas Sumatera Utara
paroksismal ini ditandai dengan adanya periode menggigil hebat, diikuti dengan demam tinggi yang dapat mencetuskan kejang demam; lalu
berkeringat banyak yang diikuti dengan turunnya suhu tubuh.
16
Pada pemeriksaan fisik biasanya dijumpai hepatosplenomegali dan pucat.
Dapat pula dijumpai takikardia. Ikterik berhubungan dengan hiperparasitemia.
13
Pada anak usia 2 bulan gejala malaria sangat bervariasi dari mulai demam yang tidak terlalu tinggi sampai demam
40°C disertai sakit kepala, mengantuk, anoreksia, mual, muntah, diare, pucat, sianosis, splenomegali, hepatomegali, anemia, trombositopeni,
leukosit yang menurun atau normal.
2,13,16
2.6.2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan baku emas dalam menegakkan diagnosis malaria yaitu pemeriksaan apusan darah,
13
baik apusan darah tebal maupun tipis dengan pewarnaan Giemsa.
16
Pemeriksaan ini untuk menentukan : ada tidaknya parasit malaria positif atau negatif; spesies dan stadium
Plasmodium; dan kepadatan parasit.
15
Plasmodium falciparum menyerang semua bentuk eritrosit mulai
dari retikulosit sampai eritrosit yang matang. Pada pemeriksaan darah tepi baik apusan maupun tetes tebal terutama dijumpai parasit muda
berbentuk cincin ring form
. Juga dijumpai gametosit dan pada kasus berat yang biasanya disertai komplikasi, dapat dijumpai bentuk skizon.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk seksualgametosit muncul dalam waktu 1 minggu dan dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah sembuh. Tanda-tanda parasit
malaria yang khas pada sediaan tipis, gametositnya berbentuk pisang dan terdapat bintik Maurer pada sel darah merah. Pada sediaan darah tebal
dapat dijumpai gametosit bentuk pisang, banyak sekali bentuk cincin tanpa bentuk lain yang dewasa
star in the sky , terdapat balon merah di
sisi luar gametosit.
1
Tes serologis yang digunakan untuk diagnosis malaria adalah Indirect Fluorescent Antibody test
IFA, Indirect Hemaglutination test
IHA dan Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay
ELISA. Kegunaan tes serologis untuk diagnosis malaria akut sangat terbatas, karena baru akan
positif beberapa hari setelah parasit malaria ditemukan dalam darah. Jadi sampai saat ini tes serologi merupakan cara terbaik untuk studi
epidemiologi.
1
Teknik diagnostik lainnya adalah pemeriksaan Quantitative Buffy
Coat QBC, dengan menggunakan tabung kapiler dan pulasan jingga
akridin kemudian diperiksa di bawah mikroskop fluoresens. Teknik mutakhir lainnya dengan menggunakan pelacak
DNA probe untuk
mendeteksi antigen. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu Malaquick test dan Parasight F.
1
Anemia pada malaria dapat terjadi akut maupun kronis. Anemia ini disebabkan kerusakan eritrosit oleh parasit, penekanan eritropoesis dan
Universitas Sumatera Utara
terjadinya hemolisis oleh proses imunologis. Pada darah tepi dapat dijumpai poikilositosis, anisositosis, polikromatosis dan bintik-bintik
basofilik yang menyerupai anemia pernisiosa. Terjadi ikterus ringan dengan peningkatan bilirubin indirek dan tes fungsi hati yang abnormal
seperti meningkatnya enzim transaminase, kadar glukosa dan alkali fosfatase menurun.
1,16
2.7. Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi