Analisis Sosiologis Terhadap Tokoh Utama Dalam Novel OUT Karya Natsuo Kirino

(1)

ANALISIS SOSIOLOGIS TERHADAP TOKOH UTAMA DALAM

NOVEL

OUT

KARYA NATSUO KIRINO

NATSUO KIRINO NO SAKUHIN NO AUTO NO SHOUSETSU

NO SHUJINKOU NO SHAKAIGAKUTEKI NO

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH : ASKING NIM : 080708019

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan berkat dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya ucapan syukur dan terima kasih yang bisa penulis panjatkan kepada-Nya, atas segala pengetahuan dan kebijaksanaan yang senantiasa menyertai dan membimbing penulis.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Departemen Sastra Jepang. Adapun yang menjadi judul penelitian ini adalah : “Analisis sosiologis terhadap tokoh utama dalam novel OUT karya Natsuo Kirino”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang.

3. Bapak Drs, Yuddi Adrian M., M.A, selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen Pembimbing II yang telah membantu dan memberikan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Moh. Pujiono, SS M.Hum yang telah memberikan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bang Djoko Santoso dan Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, khususnya Para Dosen dan Staf Pegawai di Program Studi Sastra Jepang yang telah membantu dalam proses belajar mengajar serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kedua orang tua penulis yakni Bapak Lo Tjin Hong dan Ibu Ng Gek Hun, yang telah memberikan kasih sayang dan cinta yang luar biasa kepada penulis serta semangat dan dukungan dalam segala hal bagi penulis hingga selesainya skripsi ini.

8. Kepada saudara penulis yakni Candra, Juwita dan Can Fandy, yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

9. Kepada teman-teman penulis Mahasiwa Sastra Jepang 2008 : Aza Rayfiza Fauzie, Ishariadi, Rudy Setiawan Makmur, Debby Lianto, Rimmeinda Yosefin Ginitng, Caecilia Nesya Yolanda Ginting, Sylvia Lumban Tobing, Gabriella Martha yang senantiasa memberikan dorongan semangat dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

Demikianlah skripsi ini saya selesaikan dengan bantuan dari pihak – pihak yang telah saya sebutkan diatas dan juga pihak – pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak lain dan kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.

Medan, September 2012

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 4

1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori ... 4

1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

1.6. Metodologi Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA 2.1. Definisi Novel ... 10

2.1.1. Unsur Intrinsik ... 11

2.1.2. Unsur Ekstrinsik ... 18

2.2. Defenisi Sosiologi Sastra ... 18


(6)

BAB III. ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL OUT KARYA NATSUO KIRINO

3.1.Sinopsis Cerita ... 28 3.2.Analisis Sosiologis Tokoh Utama dalam Novel Out Karya Natsuo Kirino 30

3.2.1. Analisis Kebebasan Hidup untuk terlepas dari Konflik

Dalam Rumah Tangga ... 30 3.2.2. Analisis Kebebasan Hidup untuk terlepas dari Kepenatan Hidup …34 3.2.3. Analisis Kebebasan Hidup untuk Tujuan Konsumerisme ... 39 3.2.4. Analisis Kebebasan Hidup untuk Tujuan Keharmonisan Keluarga ..41

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan ... 45 4.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang dalam kehidupan, apa yang telah direnungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung dan kuat, yang pada hakekatnya adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bahasa, Hardjana (2000:10).

Demikian juga Wellek dan Warren berpendapat bahwa Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya (1995 : 94).

Sastra juga mempunyai ragam dan jenis (genre). Ragam umum yang dikenal adalah puisi, prosa, dan drama. Sastra prosa mempunyai ragam cerpen, novel, dan roman. Sastra mempunyai dua sifat yaitu sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan non imajinasi (non fiksi). Novel adalah jenis karya sastra yang berupa cerita, mudah


(8)

dibaca dan dicerna, juga banyak mengandung kerahasiaan dalam alur ceritanya, yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya , Sumardjo (1997:11-12).

Novel digunakan sebagai sebuah alat dalam menyampaikan pesan-pesan dari pengarang, pemikiran dan gagasan pengarang kepada pembaca melalui tokoh-tokohnya. Novel juga banyak menceritakan tentang kehidupan sosial yakni hubungan masyarakat melalui tokoh dalam novel tersebut. Begitu pula dalam novel OUT karya Natsuo Kirino yang banyak mengungkapkan tentang realitas sosial kebebasan wanita Jepang.

Novel OUT adalah novel dengan genre kisah kriminal yang telah memenangkan Grand Prix untuk Fiksi Kriminal di Jepang, penghargaan sastra tertinggi pada tahun 1998 dan pernah dinominasikan untuk Penghargaan Edgar.

Novel OUT ini menceritakan tentang kisah hidup empat tokoh utama wanita yakni Masako Katori, Yayoi Yamamoto, Kuniko Jonouchi dan Yoshie Azuma. Masako Katori adalah wanita yang memiliki keinginan untuk bebas dari keluarga yang tidak harmonis dimana anak laki-lakinya sudah lama tidak berkomunikasi dengannya karena tuduhan terlibat dalam pesta narkoba pada saat sekolah dan suaminya yang depresi karena di-PHK oleh perusahaannya. Yayoi merupakan tipikal seorang ibu yang baik tetapi ia selalu mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Suami Yayoi sangat suka main perempuan dan menghabiskan uang tabungannya hanya untuk berjudi. Kuniko yang suka menggunakan kartu kreditnya untuk membeli barang-barang mewah merupakan wanita yang konsumeris Jepang. Akibat dari kegemarannya yang tidak terkontrol, ia menjadi terlilit hutang dengan renternir yang selalu mengejarnya untuk menagih hutangnya. Yoshie yang tinggal bersama ibu


(9)

mertuanya yang sudah tidak dapat bangkit dari ranjangnya selama 6 tahun dan anaknya yang membutuhkan biaya yang sangat besar untuk keperluan di sekolahnya sangat merasa tertekan dengan kehidupannya. Keempat wanita ini mewakili citra wanita Jepang pada umumnya yang menghadapi tekanan dalam kehidupan mereka.

Novel OUT ini menceritakan kebebasan wanita Jepang untuk terbebas dari tekanan kehidupannya yang diwakili oleh tokohnya dalam novel tersebut. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis sosiologis terhadap tokoh utama dalam novel OUT karya Natsuo Kirino”.

1.2. Perumusan Masalah

Novel merupakan sebuah penggambaran realitas dalam masyarakat yang direkam dan dicatat oleh penulis dan dituangkan dalam bentuk cerita. Dalam novel biasanya banyak dicertikan mengenai ekonomi, politik dan sosial budaya. Cerita yang diungkapkan dalam novel juga beragam seperti masalah dalam kehidupan sosial masyarakat yang mengungkapkan konflik-konflik sosial dalam masyrakat, hubungan masyarakat , kedudukan dalam masyarakat, dan lain-lain.

Begitu pula yang diungkapkan dalam Novel OUT karya Natsuo Kirino mengenai masalah yang terjadi dalam kehidupan para tokoh seperti masalah ekonomi, kekerasan dalam keluarga, komunikasi yang kacau dalam keluarga serta kepenatan dalam menjalani hidup. Keinginan untuk mendapatkan sebuah kebebasan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan mereka yakni kebebasan untuk hidup konsumtif, kebebasan untuk terhindar dari konflik dalam keluarga, terbebas dalam kepenatan hidup serta keinginan untuk membangun keluarga yang harmonis.


(10)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menangkat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimana masalah sosial yang dihadapi tokoh utama dalam Novel OUT karya Natsuo Kirino?

2. Bagaimana gambaran kebebasan hidup wanita yang diinginkan oleh para tokoh dalam Novel OUT karya Natsuo Kirino?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada, perlu adanya ruang lingkup dalam pembatasan masalah tersebut. Hal ini bertujuan agar penelitian ini tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada masalah sosial yang dihadapi para tokoh utama dalam novel ini dan kebebasan hidup wanita yang diinginkan oleh para tokoh utama dalam Novel OUT karya Natsuo Kirino.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Novel adalah cerita kisahan prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang ada disekitarnya dengan menonjolkan watak dari setiap pelaku Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990).

Tokoh cerita dalam suatu karya sastra merupakan hasil karya murni dari pengarang yang berasal dari pikirannya. Boulton dalam Aminuddin (2000 : 79) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan atau memunculkan


(11)

tokohnya itu bisa dengan berbagai macam cara. Pengarang bisa saja menggambarkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup dalam mimpi, pelaku yang hanya memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri.

Menurut Luxemburg (1992:23-24), sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu berkaitan dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Sastra pun dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat. Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.

Grebstein dalam mengungkapkan bahwa pemahaman sebuah karya sastra hanya dapat dilakukan secara lebih lengkap apabila karya itu tidak dipisahkan dari lingkungan. kebudayaan atau peradahan yang menghasilkannya. Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah hasil dari pengaruh faktor-faktor sosial dan kultural. Hal itu mengisyaratkan perlunya menghubungkan faktor sosio-budaya dalam usaha memahami karya selengkapnya. Dan hubungan ini akan tampak bahwa dalam beberapa hal, ungkapan sastra sebagal cermin masyarakat mempunyai nilai kebenaran. Apalagi jika ternyata kita tidak memperoleh bahan tertulis tentang karya itu.


(12)

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam menganalisis tokoh utama dalam cerita ini, diperlukan sebuah teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penulisan ini. Dalam penelitian terhadap novel OUT karya Natsuo Kirino ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis.

Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat sastra itu diwujudkan, Aminuddin (2000:46).

Sebuah karya sastra dilihat dari sudut sosiologis, memiliki hubungan dengan kenyataan dan sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra itu sendiri.

Menurut Rifattre dalam http://teori-sastra.blogspot.com/2010/05/sosiologi-sastra.html (1978:58), suatu karya sastra tidak diciptakan dari ruang yang kosong dan hampa. Struktur karya sastra dan struktur sosial masyarakat dalam perspektif sosiologi sastra mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung. Karya sastra selain mempunyai struktur formal juga mempunyai kandungan gagasan, amanat maupun pesan yang mewakili pandangan dunia sosial yang dimiliki oleh pengarang. Dalam pandangan sosiologi sastra, kandungan fiksi dalam sebuah karya sastra tidak sekedar bermakna struktur internal teks secara linguistik tetapi juga mewakili sebuah bentuk pemaknaan dalam struktur sosial masyarakat yang


(13)

dipresentasikan oleh karya sastra tersebut. Struktur sosial sendiri sebagai akar fundamental bagi suatu karya sastra, juga dapat menjadi informasi pola-pola struktur estetika suatu karya sastra.

Penulis menggunakan pendekatan sosiologis dalam menganalisis tokoh dalam novel ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan sosial yang terjalin oleh wanita dalam tokoh ini dalam keseharian mereka dan mengetahui bagaimana situasi kehidupan para tokoh utama dalam novel OUT ini. Dalam novel ini diceritakan mengenai hubungan pertemanan empat wanita yakni Masako Katori, Yayoi Yamamoto, Kuniko Jonouchi dan Yoshie Azuma yang bekerja pada malam hari di sebuah pabrik makanan kotak. Hubungan sosial para tokoh kian menarik sejak Yayoi Yamamoto membunuh suaminya yang selalu berjudi dan menghabiskan uang tabungannya yang dipersiapkan untuk mebiayai kehidupan anaknya yang masih kecil. Masako yang merupakan teman baik Yayoi Yamoto bersedia untuk membantu membuang jasad suami Yayoi yang telah meninggal tersebut. Selain Masako Katori, Yoshie Azuma dan Jonouchi Kuniko akhirnya ikut membantu membuang mayat suami Yayoi Yamamoto dengan iming-iming imbalan yang akan diberikan setelah melakukan pekerjaan ini. Hal ini dilihat oleh peneliti tentunya menjadi sebuah hal yang menarik dalam kehidupan sosial khususnya bagi para kaum wanita dalam mencapai sebuah kebebasan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan mereka masing-masing.

Selain menggunakan teori sosiologis, penulis juga menggunakan teori semiotik. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konveksi-konveksi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanpa


(14)

memperhatikan sistem tanda-tanda dan maknanya, dan konveksi tanda, maka struktur karya sastra ataupun karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal, Pradopo (1994:71).

Berdasarkan teori semiotik di atas, penulis akan menginterpretasikan sikap-sikap tokoh ke dalam tanda, kemudian tanda-tanda tersebut akan dipilih bagian mana yang merupakan tindakan maupun perbuatan para tokoh.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui masalah sosial yang dihadapi oleh para tokoh dalam novel

OUT karya Natsuo Kirino,

2. Untuk mengetahui kebebasan hidup wanita yang diinginkan oleh para tokoh dalam novel OUT karya Natsuo Kirino.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Dengan mengadakan penelitian terhadap novel OUT karya Natsuo Kirino,

diharapkan memberi manfaat, yakni:

1. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang masalah sosial yang dihadapi oleh para tokoh dalam novel OUT karya Natsuo Kirino, 2. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang kebebasan hidup


(15)

1.6. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis novel ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Karena penelitian ini hanya mengungkapkan tentang masalah sosial serta kebebasan yang ingin dicapai dari permasalahan hidup yang dialami oleh dalam kehidupannya.

Menurut Koentjaraningrat (1990:30), bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin tentang suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.

Penulis menggunakan metode ini karena penulis mencoba mendeskripsikan atau menganalisa mengenai kebebasan wanita Jepang dalam novel OUT karya Natsuo Kirino. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research), yaitu dengan menyelusuri sumber-sumber kepustakaan dengan buku-buku dan referensi yang berkaitan dengan tema penulisan ini. Data diperoleh dari berbagai buku, dan berbagai situs internet.


(16)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA

2.1. Defenisi Novel

Definisi karya sastra novel menurut Jakob Soemardjono dalam dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. Novel juga merupakan bentuk karya sastra drama yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi pada masyarakat yang berfungsi sebagai sarana hiburan sehingga dapat memberikan kepuasan bagi para pembacanya yang didalamnya terdapat unsur moral, sosial dan pendidikan yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan maksud kepada pembaca.

Cerita dalam sebuah novel biasanya dapat mengisahkan sebuah cerita yang didasarkan dari cerita nyata yang dialami oleh pengarang, kehidupan seseorang maupun dalam sebuah masyarakat tertentu yang biasa disebut sebagai karya non fiksi dan novel yang ceritanya didasarkan dari kemampuan pengarang dalam melukiskan cerita atau didasarkan oleh daya khayal pengarang yang ceritanya tidak ada dalam cerita nyata. Novel yang seperti ini biasa juga disebut sebagai karya satra yang besifat fiksi.

Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.


(17)

Menurut Nia Tanjung dalam memiliki ciri-ciri ditulis dengan gaya narasi yang terkadang dicampur dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana, bersifat realistis yang berarti tanggapan pengarang terhadap lingkungan sekitarnya, kata-kata dalam novel lebih dari 10.000 kata dan alur ceritanya kompleks.

2.1.1 Unsur Intrinsik

Setiap novel harus memiliki unsur pembangun dalam penyusunan karya sastra tersebut. Unsur tersebut terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sebuah karya sastra terbentuk setelah unsur pembangun luar atau unsur ekstrinsik terbentuk. Unsur intrinsik menjadi unsur penting karena setiap unsur yang ada didalamnya akan menentukan baik atau buruknya sebuah karya sastra di mata para pembacanya. Unsur intrinsik ini terdiri dari :

a. Tema

Menurut Holmon dalam (1981:443), Tema merupakan gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra.

Tema juga merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita novel yang sangat menentukan pantas atau tidaknya sebuah cerita di mata pembaca. Semakin menarik tema yang ada dalam sebuah karya sastra maka nilai karya sastra itu akan semakin baik pula.


(18)

Tema berfungsi sebagai unsur terpenting dalam sebuah cerita karena tema ini akan menjadi pegangan bagi pengarang dalam menentukan elemen unsur intrinsik lainnya seperti tokoh, setting dan alur. Tema menjadi sebuah titik awal dalam memulai sebuah cerita dalam novel ataupun karya sastra lainnya sehingga antara tokoh dan alur serta unsur intrinsik lainnya akan seperti menyatu dan mudah dimengerti oleh pembaca.

Novel OUT karya Natsuo Kirino menceritakan tentang masalah yang dihadapi oleh wanita Jepang yang ditunjukkkan dengan masalah yang dihadapi oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda-beda. Permasalahan masing-masing ini yang akan membawa tokoh utama tersebut saling berinteraksi dalam mengatasi masalah tersebut untuk mencapai kebebasan yang mereka inginkan masing-masing. Tema yang diangkat dalam Novel

OUT karya Natsuo Kirino adalah mengenai kebebasan wanita.

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita dan unsur pembangun karya sastra yang merujuk kepada tempat, waktu, dan sosial yang berlangsung pada cerita novel tersebut. Menurut Abrams dalam Zainuddin (1992:99), secara garis besar, latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Setting merupakan unsur pembangun karya sastra yang merujuk kepada tempat, waktu, dan sosial yang berlangsung pada cerita novel tersebut.


(19)

- Latar Waktu

Latar waktu merujuk kepada waktu yang berlangsung dalam novel tersebut yang meliputi tanggal, bulan, tahun dan zaman pada saat cerita tersebut berlangsung. Dalam novel OUT karya Natsuo Kirino tidak dinyatakan dengan spesifik nama hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagai latar cerita dalam novel OUT.

- Latar Tempat

Latar waktu merujuk kepada tempat yang berlangsungnya peristiwa-peristiwa dalam novel tersebut. Dalam novel OUT karya Natsuo Kirino lokasi tempat berlangsungnya cerita adalah di Negara Jepang yakni kota Tokyo. Dalam novel tersebut dinyatakan bahwa pabrik makanan kotak tempat keempat tokoh utama novel OUT bekerja terletak di tengah-tengah distrik Musashi-Murayama.

- Latar Sosial

Latar sosial merujuk kepada masalah sosial yang dihadapi oleh para tokoh dalam cerita novel. Dalam novel OUT karyaNatsuo Kirino, keempat tokoh utama ini yakni Masako Katori, Yayoi Yamamoto, Kuniko Jonouchi dan Yoshie Azuma, menghadapi masalah yang berbeda-beda antar tokoh yang satu dengan yang lainnya.

Masako Katori adalah wanita Jepang yang sudah lama menginginkan keharmonisan keluarga dimana bisa saling berinteraksi dengan baik dengan suami dan anaknya. Ia sudah lama tidak pernah lagi berkomunikasi dengan suami dan anaknya. Hal ini mengakibatkan mereka seolah-olah berada dalam jarak yang sangat jauh dan seperti buakn sebuah keluarga.


(20)

Yayoi Yamamoto selalu mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Suami Yayoi selalu berjudi dan main perempuan setelah pulang sekolah bahkan uang Yayoi yang diperolehnya dari bekerja shift malam untuk menghidupi kedua anak laki-lakinya juga diambil oleh suaminya untuk berjudi dan tidak pernah member nafkah kepada keluarganya.

Yohsi Azuma harus mengurus ibu mertuanya yang sakit dan tidak dapat bangun dari tempat tidurnya selama 6 tahun. Beban ini harus ditanggung oleh Yoshie setiap hari setelah pulang bekerja setiap hari. Ketiadaan ekonomi makin memperburuk keadaannya. Rumah yang sangat kecil dan bau, dan anaknya yang masih duduk di bangku SMA negeri yang memerlukan biaya yang besar. Hal ini tentunya menjadikan beban tersendiri bagi Yoshie dalam menjalani kehidupannya setelah suaminya meninggal dunia.

Kuniko Jonouchi adalah wanita yang matrealistis yang ingin tampil gaya dan modis di depan treman-temannya tetapi pemikirannya sangat dangkal. Keinginan untuk membeli barang bermerek tentunya sangat diiinginkan oleh Kuniko agar terlihat terhormat di depan teman-temannya. Tetapi, ketiadaan uang mengakibatkan ia sangat sulit dalam memenuhi kebutuhannya ini.


(21)

c. Sudut Pandang

Menurut Abramms dalam Nurgiyantoro (2001:248) sudut pandang (point of view) merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi.

Menurut Abramms dalam Nurgiyantoro (2001 : 293) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama. Sudut pandang ini mengisahkan apa yang terjadi dengan diri pengarang dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2. Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan. Dengan sudut pandang ini, pengarang lebih banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal. Dengan sudut pandang ini, pengarang sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

Dalam novel OUT, Natsuo Kirino menggunakan sudut pandang tokoh bawahan. Natsuo Kirino menceritakan tokoh-pertokoh dengan menggunakan sudut pandang orangg ketiga dalam novel OUT.


(22)

d. Alur / Plot

Alur / plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur merupakan unsur yang penting dalam membangun sebuah cerita dalam karya sastra khusunya novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

a. alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.

b. alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

Dalam novel OUT karya Natsuo Kirino ini termasuk alur maju. Alur dalam novel ini menceritakan kejadian atau peristiwa secara berurutan mulai dari awal, pertengahan sampai akhir cerita. Setiap peristiwa diceritakan secara mendetail mulai dari karakter tokoh utama, latar belakang tokoh sampai kepada permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama dalam cerita sehingga jalan cerita terkesan lamban. Tetapi dalam setiap ceritanya selalu terdapat kejutan-kejutan yang terjadi dalam kehidupan tokoh utamanya sehingga jalan cerita dalam novel OUT karya Natsuo Kirino ini cukup menarik untuk dibaca dengan alur ceritanya tersusun rapi. Setiap penggalan cerita akan berlanjut ke cerita berikutnya sehingga alur cerita dalam novel


(23)

e. Penokohan

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2001:165), tokoh cerita adalah orang (orang-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Tokoh dalam karya sastra bertujuan sebagai penggerak cerita. Setiap cerita akan disampaikan oleh para tokoh sehingga pembaca akan mudah memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Penggambaran tokoh diperlukan untuk melihat kepribadian tokoh itu sendiri. Tokoh dalam cerita fiksi diklasifikasikan dalam tokoh utama dan tambahan atau pendukung. Tokoh utama akan berperan sentral dalam sebuah cerita dalam novel sedangkan tokoh pembantu atau pendukung akan mendampingi tokoh utama dalam cerita sehingga cerita tersebut tidak monoton atau terpaku hanya pada tokoh utama saja.

Dalam novel OUT karya Natsuo Kirino, tokoh utama dalam novel ini adalah Masako Katori, Yayoi Yamamoto, Yoshie Azuma dan Kuniko Jonouchi. Natsuo Kirino membangun keempat tokoh ini dengan karakter yang berbeda-beda. Masako Katori merupakan wanita yang sangat dingin dengan orang yang berada di sekitanya tetapi ia memilki sifat pantang


(24)

menyerah. Yayoi Yamamoto merupakan wanita yang memiliki kasih sayang yang besar terhadap anaknya anaknya. Yoshie Azuma merupakan tokoh yang bekerja demi menghidupi anak dan ibu mertuanya yang sedang sakit dan tidak mampu berjalan lagi. Sedangkan Kuniko Jonouchi merupakan wanita yang boros dalam menggunakan uangnya untuk membeli barang yang berkualitas tinggi dengan penghasilan yang pas-pasan.

2.1.2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur pembentuk prosa yang berada di luar bangun cerita, tetapi keberadaannya menentukan terciptanya sebuah kisah atau cerita. Unsur-unsur tersebut berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang kemudian menjadi latar belakang penciptaan sebuah cerita. Sebelum menyusun cerita, penulis harus memiliki acuan terlebih dahulu. Acuan itu dapat berupa masalah-masalah sosial, ekonomi, sejarah, budaya, pendidikan, politik, moral, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Bahkan, pengalaman hidup pengarang pun dapat juga dijadikan acuan dalam menyusun sebuah cerita.

2.2. Defenisi Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos berarti bersama, bersatu, kawan, teman dan logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dan definisi tersebut keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.


(25)

Ada beberapa alasan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat. Ratna (2003: 332-333), mengemukakan sebagai berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh prngarang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.

3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Maksudnya adalah karya sastra tersebut dilihat hubungannya dengan kenyataan baik dari kenyataan yang dilihat oleh pengarang atau dari pembacanya. Pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Fenomena itu yang diangkat kembali oleh pengarang menjadi


(26)

wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.

Menurut Siti Aida Azis dalam menyajikan gambaran kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang sehingga karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah kebenaran penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Tetapi, Warren dan Wellek dalam karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu. Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa, serta pengalaman hidup yang telah dihayati dan dialami si pengarang itu sendiri dalam kehidupannya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.


(27)

Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:

1.Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasyarakatannya.

2.Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.

3.Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakangi.

4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat

5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualits interdependensi antara sastra dengan masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang dibicarakan.

Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra memiliki cakupan wilayah yang luas. Menurut Rene Wellek dan dan Austin Warren (1995: 111), cakupan karya sastra dengan pendekatan sosiologis dibagi atas 3 klasifikasi, yaitu:


(28)

1. Sosiologi pengarang,

Hal ini berkaitan dengan profesi pengarang, latar belakang sosial status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal dan berasal. Dalam hal ini, informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi pengarang.

2. Sosiologi karya sastra

Hal ini berkaitan dengan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan. yang umum dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret kenyataan sosial.

3. Sosiologi sastra

Hal ini berkaitan dengan pembaca dan dampak sosial karya sastra, mempengaruhi masyarakat. Banyak orang meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam kehidupannya.

Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt dalam Damono (1994: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut:

1. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya.


(29)

2. Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya seberapa jauh sastra dapat dianggap cermin keadaan masyarakat. Pengertian “cermin” dalam hal ini masih kabur, karena itu, banyak disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Yang harus diperhatikan dalam klasifikasi sastra sebagai cermin masyarakat adalah sastra mungkin tidak dapat dikatakan mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab banyak ciri-ciri masyarakat ditampilkan dalam karya itu sudah tidak berlaku lagi pada waktu ia ditulis, sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh mayarakat, sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat. Sebaliknya, sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat mungkin masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat tertentu. Dengan demikian, pandangan sosial pengarang diperhitungkan jika peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra, maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial seperti fungsi menghibur dan mendidik bagi pembacanya.

Jadi dalam penelitian ini, penelitin mengambil model analisis yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren. Penelitian menurut Warren dan Wallek akan melihat sejauh mana karya sastra ini menggambarkan kebenaran kehidupan sosial dilihat dalam teks –teks yang ditulis oleh pengarang dalam novelnya dan juga kaitan


(30)

antara unsur pembentuk karya sastra tersebut yakni pengarangnya sendiri yakni Natsuo Kirino dan lingkungannya.

Tujuan dari pendekatan sosiologi sasatra ini adalah untuk mendapat gambaran yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik sastrawan, karya sastra dan masyarakat. Pada penelitian ini, karya sastra digunkan sebagai cerminan kehidupan masyarakat dengan berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh para tokoh utama dalam novel OUT karya Natsuo Kirino khususnya wanita Jepang.

2.3. Biografi Pengarang

Natsuo Kirino (桐野 夏生)yang memiliki nama asli Hashioka Mariko lahir pada 7 Oktober tahun 1951 di Kanazawa (prefektur Ishikawa) merupakan seorang penulis wanita fiksi detektif yang produktif. Natsuo Kirino merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Ayah dari Natsuo Kirino adalah seorang arsitek. Natsuo Kirino dan keluarganya pernah tinggal dibeberapa kota di Jepang. Natsuo Kirino menghabiskan masa remajanya di Sendai, Sapporo, kemudian akhirnya menetap di Tokyo.

Setelah menyelesaikan studi hukumnya, Natsuo Kirino bekerja di berbagai bidang sebelum menjadi penulis novel fiksi; termasuk bekerja sebagai pembuat jadwal film yang akan tayang di bioskop, sebagai editor sekaligus penulis untuk sebuah majalah, dan lain sebagainya. Ia menikah dengan suaminya ketika berusia 24 tahun, dan mulai bekerja sebagai penulis profesional setelah melahirkan seorang putri di usianya yang sudah mencapai 30 tahun. Natsuo Kirino memulai karirnya pada tahun 1984 sebagai novelis roman, kemudian berputar haluan dan


(31)

mengukuhkan diri sebagai penulis novel misteri pada tahun 90-an, dan membuat debut nya di usia 40 tahun.

Novel Kirino Natsuo yang paling terkenal adalah OUT (Kodansha,1997).

OUT merupakan karya pertamanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa lainnya. Pada edisi bahasa Jepangnya, novel OUT terjual lebih dari 300.000

copy. OUT juga dinominasikan untuk 2004 MWA Edgar Allan Poe Award pada kategori Best Novel, yang membuat Kirino Natsuo sebagai penulis Jepang pertama yang dinominasikan dalam ajang penghargaan ini. Bahkan novel ini sudah difilmkan yang disutradarai oleh Hideyuki Hirayama dan dirilis pada tahun 2002.

Selain itu, pada tahun 1993 Natsuo Kirino juga menerima Penghargaan Edogawa Rampo untuk fiksi misteri untuk novel debutnya, Kao ni furikakeru ame (Hujan Jatuh di Wajahku). Sejauh ini, tiga dari novelnya (OUT, GROTESQUE DAN REAL WORLD) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sebuah novel keempat yang berjudul REMAINS menceritakan sebuah kisah kekerasan, pelecehan anak dan degradasi seksual, dinikmati pembaca yang cukup besar di Jepang. Kirino juga telah menulis sebuah cerita mitos Canongate (tentang mitos Izanagi dan Izanami), yang akan diterbitkan pada tahun 2009. Novel baru yang sedang dibuatnya sekarang dijadwalkan untuk diterbitkan pada tahun 2013.

Berikut ini adalah daftar judul karya Kirino Natsuo beserta penghargaan yang telah diterimanya.

Kao ni furikakeru ame (Tokyo: Kodansha, 1993)

– 39th Edogawa Ranpo Award (1993)


(32)

Auto [Out] (Tokyo: Kodansha, 1997)

51st Mystery Writers of Japan Award (1998)

Nominated for 2004 MWA Edgar Allan Poe Award in the Best Novel Category (2004)

Sabiru kokoro (Tokyo: Bungei Shunju, 1998)

Mizu no nemuri hai no yume (Tokyo: Bungei Shunju, 1998)

Faiaboro burusu [Fireball Blues] (Tokyo: Bungei Shunju, 1998)

Jiorama [Diorama] (Tokyo: Shinchosha, 1998)

Yawarakana hoho (Tokyo: Kodansha, 1999)

– 121st Naoki Award (1999)

Rozu gâden [Rose Garden] (Tokyo: Kodansha, 2000)

Gyokuran (Tokyo: Asahi Shinbunsha, 2001)

Dâku [Dark] (Tokyo: Kodansha, 2002)

Gurotesuku [Grotesque] (Tokyo: Bungei Shunju, 2003)

– 31st Izumi Kyoka Literary Award (2003)

Kogen (Tokyo: Bungei Shunju, 2003)

Riaru warudo [Real World] (Tokyo: Shuesha, 2003)

Zangyakuki (Tokyo: Shinchosha, 2004)

– 17th Shibata Renzaburo Award (2004)


(33)

– 5th Fujinkoron Literary Award (2005)

Boken no kuni (Tokyo: Shinchosha, 2005)

Metabora (Tokyo: Asahi Shinbunsha, 2007)

Tokyo-jima (Tokyo: Shinchosha, 2008)

Yasashii Otona (Tokyo: Chuokoron-Shinsha, 2010)

Sabiru kokoro (Tokyo: Bungei Shunju, 1997).

Jiorama [Diorama] (Tokyo: Shinchosha, 1998)

Rozu gâden [Rose Garden] (Tokyo: Kodansha, 2000)


(34)

BAB III

ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

OUT

KARYA NATSUO KIRINO

3.3. Sinopsis Cerita

Novel ini bercerita tentang empat orang wanita yang bekerja pada malam hari yaitu Masako Katori, Yayoi Yamamoto, Yoshie Azuma dan Kuniko Jonouchiyang bekerja shift malam di sebuah pabrik makanan kotakan. Keempat wanita ini memiliki masalah masing-masing yang sangat rumit. Masako hidup bersama suami dan seorang putra dengan materi yang bercukupan namun mereka bertiga tidak layak disebut sebagai keluarga karena masing – masing dari mereka tidak memperdulikan satu sama lainnya sehingga dalam kehidupan keluarga mereka sangat jarang terjadi komunikasi yang harmonis layaknya sebuah keluarga.Yayoi Yamamoto merupakan seorang wanita cantik yang telah memiliki 2 orang anak yang masih balita. Ia memiliki seorang suami yang suka berjudi, main perempuan dan sering memukulinya. Suatu hari, karena Yayoi tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya terhadap dirinya ia menjerat leher suaminya hingga tewas. Yoshie Azuma adalah seorang wanita paruh baya yang hidup bersama dengan putrinya yang duduk di bangku SMU dan mertuanya yang lumpuh, renta, dan sudah sakit-sakitan. Ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, suaminya sudah meninggal, putrinya suka menghambur-hamburkan uang bahkan kerap berbohong agar mendapat uang lebih. Sementara Kuniko adalah seorang wanita muda bertubuh gemuk yang bermimpi jadi orang kaya, yang hobi menghambur-hamburkan uang untuk membeli


(35)

pakaian dan barang-barang bermerek. Ia terjerat hutang dalam jumlah besar karena hobinya ini.

Menjelang kematiannya, Kenji Yamamoto terlibat perkelahian dengan seorang pemilik klub, Satake, tempat hostes pujaannya, Anna Rie, bekerja. Ia terpaksa berkelahi dengan Satake karena terus-menerus mengejar Anna dan hal itu membuat Satake marah. Tanpa disangka sehabis berkelahi, istrinya malahan menjerat lehernya sampai tewas. Yayoi yang kebingungan meminya tolong sahabat-sahabatnya di pabrik untuk menolongnya menyingkirkan mayat suaminya. Akhirnya diputuskan bahwa mayat Kenji harus dimutilasi dan dibuang di tempat terpisah. Masalah kemudian timbul ketika polisi menemukan potongan mayat Kenji di tong sampah di dalam taman ditambah lagi Satake yang dipenjara karena dituduh sebagai pembunuh Kenji oleh polisi bermaksud untuk membalas dendam terhadap Yayoi dan kawan-kawan karena akibat perbuatan mereka ia telah kehilangan segala miliknya dan masa lalunya yang kelam diketahui oleh orang-orang di sekelilingnya yakni pernah membunuh wanita dengan menghujamkan beberapa tusukan pisau ke perutmnya. Masalah menjadi semakin runyam saat Kuniko membocorkan rahasia mereka kepada rentenirnya agar terbebas dari jeratan hutang yang dipinjamnya dari renternir yang bernama Jumonji. Jumonji yang mengetahui hal ini segera menghubungi teman lamanya yang bernama Kazuo yang sekaligus sebagai anggota Yakuza. Mereka bekerja sama dimana Kazuo memberikan mayat agar dimutilasi sehingga tidak diketahui identitasnya oleh polisi kepada Jumonji. Jumonji akan mendapat imbalan dari hasil kerjanya memutilasi mayat tersebut. Jumonji kemudian menemui Masako dan mengancam akan memberitahukan pembunuhan mayat Kenji


(36)

Yamamoto kepada polisi jika ia tidak ingin menuruti kemauannya yakni membantunya memutilasi mayat untuk mendapatkan uang.

Satake yang dikeluarkan dari penjara karena tidak cukup bukti. Pada akhirnya membalas dendam dengan menyamar menjadi satpam di tempat Masako, Yayoi, Yoshie dan Kuniko bekerja sambil menyewa orang bayaran untuk mencari informasi mengenai keempat orang ini. Pembalasan dendam Satake dimulai dengan membunuh Kuniko. Kemudian Satake memeras Yayoi dengan mengambil uang asuransi suaminya yang berjumlah 50 juta yen.

Selanjutnya Satake yang berusaha membunuh Masako. Masako berusaha melawan dan sampai akhirnya Masako membunuh Satake dengan pisau.

3.4.Analisis Sosiologis Tokoh Utama dalam Novel OUT Karya Natsuo Kirino

3.2.5. Analisis Kebebasan Hidup untuk terlepas dari Konflik dalam Rumah Tangga

Analisis kebebasan hidup untuk terlepas dari konflik keluarga dalam novel

OUT Karya Natsuo Kirino diwakili oleh tokoh Yayoi Yamamoto. Yayoi Yamamoto merupakan sosok seorang ibu yang perduli akan kepentingan kedua anaknya. Ia memiliki 2 orang anak yang masih kecil dan masih membutuhkan banyak biaya. Suami Yayoi yakni Kenji yang bekerja di sebuah perusahaan swasta hidup tanpa memperdulikan mereka. Setelah Kenji pulang setelah bekerja ia selalu pergi berjudi dan main perempuan di klub malam dekat ia bekerja. Kebiasaan ini diperparah dengan gaji Yayoi yang digunakan untuk menghidupi anaknya juga di ambil oleh Kenji. Selain itu, Yayoi juga sering menerima


(37)

perlakuan kasar apabila tidak menuruti apa yang diinginkan oleh Kenji. Jadi, Yayoi berusaha untuk melindungi kedua anaknya dari Kenji.

Cuplikan cerita 1:

“ Kau dan Kenji akur-akur saja, kan?” dia bertanya dengan nada ringan.” Kalau tidak salah, kau pernah bilang dia sering mengajak anak-anak keluar.”

“Akhir-akhir ini sudah tidak pernah,”gumam Yayoi. Masako tidak mengatakan apa-apa, hanya mengamati wajah Yayoi. Kalau sudah duduk dan tidak bergerak selama beberapa menit, rasa lelah mulai menjalar ke setiap tubuh.”

“Hidup ini panjang, dan akan selalu ada saat-saat seperti ini, kadang kita senang, kadang kita susah.” Yoshie yang sudah menjanda tampaknya ingin mengakhiri pembicaraan dengan pepatah bijak ini, tapi nada Yayoi tiba-tiba menajam.

“Tapi dia menghabiskan seluruh tabungan kami,” cetusnya tiba-tiba. Yang lain terdiam, kaget mendengar pengakuan mendadak ini.” (hal 21)

Analisis cuplikan cerita 1:

Cuplikan cerita diatas menceritakan mengenai kehidupan Yayoi yang sangat sulit. Uang tabungannya diambil oleh suaminya untuk berjudi. Padahal uang tersebut semestinya digunakan untuk menghidupi kedua anaknya yang masih berusia 5 tahun dan 3 tahun. Dalam pandangan sosiologis, Hal ini menggambarkan masalah sosial dalam keluarga yang dihadapi oleh Yayoi. Konflik dalam keluarga bisa terjadi akibat berbagai macam hal seperti perbedaan pendapat, salah paham dan masalah biaya hidup. Masalah dalam keluarga Yayoi adalah mengenai masalah ekonomi yang berkaitan dengan biaya hidup.


(38)

“ Memangnya berapa tabunganmu?” Tanya Kuniko. Dia tak mampu menyembunyikan rasa penasarannya.

“ Kira-kira lima juta,” jawab Yayoi, suaranya meredup menjadi bisikan. Kuniko menelan ludah dan sesaat tampak iri.

“ Parah sekali,” gumamnya.

“ Dan tadi malam dia memukulku.” Amarah yang tadi dilihat Masako melintas di wajah Yayoi waktu dia mengangkat kausnya dan menunjukkan memar di perutnya. Yoshie dan Kuniko bertukar pandang.” (hal 21-22)

Analisis cupilkan cerita 2:

Yayoi mencertikan masalahnya kepada Masako, Yoshie dan Kuniko. Ia mengatakan Kenji yang mengambil uangnya juga memukulnya. Konflik keluarga terjadi dalam keluarga Yayoi yang diakibatkan oleh ulah Kenji yang suka berjudi dan bersikap kasar terhadap Yayoi. Dilihat dari segi sosiologisnya, Konflik keluarga terjadi akibat perbedaan pendapat dan keinginan dari anggota keluarga yang pada puncaknya dapat menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga karena tidak adanya solusi diantara pihak yang bertikai. Hal ini juga yang terjadi dalam, kehidupan keluarga Yayoi dan Kenji. Kenji mengambil tabungan istrinya untuk berjudi. Tentu saja, perbuatan Kenji ini sangat bertentangan dengan Yayoi yang menginginkan uang tabungannya tersebut untuk kebutuhan hidup keluarganya. Akibatnya, Yayoi dipukul oleh Kenji karena berusaha untuk menetang keinginan dari Kenji


(39)

Cuplikan cerita 3 :

“Kenji paling-paling baru akan pulang setelah dia berangkat kerja malam ini; dan kalaupun dia pulang, Yayoi tidak tenang meninggalkan anak-anak di bawah pengawasan orang yang begitu tidak bisa diandalkan. Anak sulungnya akhir-akhir ini sangat peka dan mudah sakit hati.” (hal 69)

Analisis cupikan cerita 3:

Dari cuplikan cerita di atas, Konflik yang terjadi secara kilmaks dalam keluarga akan berdampak pada ketidakpercayaan antar sesama anggota keluarga. Kenji sangat suka berjudi juga jarang sekali pulang sudah menjadi salah satu penilaian negative Yayoi terhadap Kenji. Hal ini tentunya membuat Yayoi merasa cemas meninggalkan anaknya yang masih kecil setiap malamnya. Ia takut terjadi apa-apa dengan anaknya.

Hal yang diinginkan oleh Yayoi adalah bebas dari suaminya dan dapat melindungi kedua anaknya dari Kenji. Cara yang dilakukan oleh Yayoi adalah dengan bekerja shift malam di pabrik untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya sebab Kenji sudah tidak lagi memberikan gajinya kepada Yayoi. Selain itu Yayoi juga menginginkan kedamaian dalam keluarganya.

Cuplikan cerita 4:

“Lalu lebih parah lagi, tiga bulam yang lalu Kenji berhenti membawa pulang gajinya, dan Yayoi terpaksa mencoba memberi makan dirinya dan anak-anaknya dengan gaji kecil yang diperoleh dari pabrik.” (hal 69)


(40)

Analisis cuplikan cerita 4:

Dalam cuplikan cerita di atas, Yayoi berusaha untuk menghidupi dan melindungi anaknya dengan cara mencari uang dengan bekerja pada malam hari di pabrik makan kotak setelah suaminya 3 bulan yang lalu tidak memberinya nafkah bagi keluarganya dan menghabiskan uangnya.

Dilihat secara sosiologis, beban hidup merupakan hal yang harus dipenuhi oleh setiap orang demi kelangsungan hidupnya. Suami Yayoi telah tidak menafkahi keluarganya lagi membuat Yayoi harus mencari uang demi dapat menghidupi anak-anaknya.

3.2.6. Analisis Kebebasan Hidup untuk terlepas dari Kepenatan Hidup

Analisis kebebasan hidup untuk terlepas dari kepenatan hidup dalam novel

OUT Karya Natsuo Kirino diwakili oleh tokoh Yoshie Azuma. Yoshie Azuma merupakan tokoh yang paling tua diantara tokoh utama dalam novel OUT ini. Dia tinggal bersama Miki, putri bungsunya, dan ibu mertuanya yang sakit-sakitan sehingga tidak bisa bangun dari tempat tidur. Rumah mereka bertempat di sebuah rumah kecil bobrok di kawasan kumuh. Kedua orang itu sangat bergantung kepada Yoshie. Memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, mencari uang, semuanya dilakukan Yoshie untuk keduanya. Yoshie memiliki keinginan untuk menyekolahkan Miki ke tingkat akademi meski hanya bergantung pada bekerja shift malam di pabrik makanan kotak.


(41)

Cuplikan cerita 1:

“ Di balik area masuk yang sempit dan berlantai tanah, terdapat ruangan yang penuh sesak diisi tiga tatami, sebuah meja rendah, setumpuk laci, televisi, dan perabot lainnya. Di ruangan kecil inilah Yoshie dan putrinya, Miki, makan dan menonton TV. Berhubung ruangan itu menghadap langsung ke pintu masuk, orang yang datang bisa langsung melihat mereka, dan pada musim dingin ruangan itu begitu dingin dan berangin sehingga mereka hampir tidak tahan berada di sana. Menurut Miki ruangan itu betul-betul bikin malu, tapi di rumah sekecil ini, tidak banyak yang bisa diperbuat Yoshie untuk memperbaiki keadaan.

Yoshie membawa pulang seragam pabriknya untuk dicuci. Sambil meletakkan kantong berisi baju kotor di sudut ruangan, dia memandang ke dalam ruangan yang berisi enam tatami melalui pintu geser yang terbuka. Tirai disana tertutup, sehingga ruangan itu remang-remang, tapi dia bisa merasakan ada sedikit gerakan di kasur yang terletak di lantai. Ibu mertuanya, yang sudah enam tahun tidak bisa meninggalkan tempat tidur, pasti sudah bangun; tapi Yoshie tidak mengatakan apa-apa, dia berdiri tak bergerak di tengah ruangan. Dia bekerja mati-matian di pabrik, dan begitu tiba di rumah, dia merasa seperti serbet yang sudah kumal. Betapa inginnya dia berbaring dan tidur, meski hanya sejam. Dia mengurut pundaknya yang kaku dan gemuk sambil memandang ke sekeliling rumah yang gelap dan kumuh itu.” (hal 34-35)

Analisis cuplikan cerita1:

Cuplikan cerita diatas mengungkapkan masalah ekonomi yang dihadapi Yoshie yang harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Yoshie harus


(42)

bekerja tiap malam di pabrik kotak makanan demi menghidupi anak dan mertuanya. Setelah pulang bekerja masih harus menjalankan fungsinya sebagi ibu yang harus mengurus rumahnya. Tekanan yang dihadapi Yoshie menjadi sebuah beban hidup yang harus dipikulnya setelah suaminya meninggal dan lebih lagi, tekanan dari ibu mertuanya yang sudah tidak dapat bangkit dan beraktivitas seperti orang biasa. Ia harus setiap hari mengganti popoknya yang bau dan kelakuan mertuanya yang selalu merepotkan Yoshie. Selain itu Yoshie juga berkeinginan untuk pindah rumah. Karena rumahnya yang tua membuat anaknya malu kepada orang lain yang datang. Keinginan Yoshie ini tidak diimbangi dengan kondisi ekonomi yang memadai. Kekurangan biaya dan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadi sebuah masalah sosial dalam sebuah masyarakat yang terlihat dalam kehidupan Azuma Yoshie.

Dalam kehidupan sosial, kehidupan yang sangat rumit merupakan sebuah hal yang sangat sulit untuk dihadapi oleh individu. Keharusan untuk menjalani kehidupan tersebut tentunya membuat individu tersebut lelah dan penat menjalaninya. Kepenatan hidup merupakan kelelahan dalam menajalani kehidupan yang dapat berasal dari keharusan mengerjakan sesuatu yang tidak diinginkan dan faktor ekonomi seperti kemiskinan. Kemiskinan merupakan sebuah realita sosial yang sulit dihadapi oleh seseorang. Kekurangan biaya dan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadi sebuah masalah dalam menjalani hidup. Kemiskinan dan keharusan menjaga mertua yang sakit-sakitan, renta dan lumpuh menjadi masalah sosial yang harus dijalani dalam kehidupan Azuma Yoshie.


(43)

Cuplikan cerita 2:

“ Aku butuh uang.” Pikiran ini telah menjadi semacam obsesi. Dia sudah menghabiskan uang asuransi jiwa dari kematian suaminya yang jumlahnya tidak seberapa untuk mengurus ibu mertuanya, dan sekarang tabungan mereka sudah hamper habis juga. Dia sendiri hanya lulusan sekolah menengah dan bertekad menyekolahkan Miki paling tidak sampai tingkat akademi, tapi dia tidak tahu apakah dia akan sanggup.” (hal 36)

Analisis cuplikan cerita 2:

Dari cuplikan cerita di atas, dapat dilihat bahwa kemiskinan yang dialami oleh Yoshie membuat ia harus hemat-hemat menggunakan uang asuransi suaminya untuk hidup. Keinginan Yoshie untuk menyekolahkan anaknya sampai akademi agar anaknya kelak bisa hidup lebih layak dan jauh dari kata kemiskinan seperti yang dialami oleh Yoshie. Tetapi ketiadaan uang merupakan sebuah realita sosial yang harus diterima oleh Yoshie.

Kebebasan yang diinginkan oleh Yoshie adalah pindah rumah, dan menyekolahkan anaknya sampai tingkat akademi. Langkah yang ditempuh oleh Yoshie adalah dengan bekerja shift malam di pabrik makanan kotak dan meminjam uang kepada Masako yang merupakan rekan kerjanya di pabrik makanan kotak.

Cuplikan cerita 3:


(44)

di pabrik merupakan pekerjaan berat, mustahil dia berhenti. Malahan dia sudah hamper memutuskan kerja pagi, tapi itu berarti dia harus mencari orang untuk mengurus wanita tua itu” (hal 36)

Analisis cuplikan cerita 3:

Dari cuplikan cerita di atas, Yoshie selalu berusaha untuk mencapai kebebasan hidupnya dengan mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyekolahkan anaknya. Itu tujuan utama Yoshie terus bekerja malam hari di pabrik dan berpikir untuk bekerja di pagi hari untuk tambahan penghasilan.

Cuplikan cerita 4:

“ Aku inign tahu apakah aku bisa meminjam uang darimu,” akhirnya Yoshie berkata.

“Berapa?”

“8300. Untuk acara wisata sekolah Miki, dan aku sama sekali tak punya uang.”

“ beres” jawab Masako. Walaupun Yoshie yakin Masako sendiri tidak gampang menyisihkan uang, dia gembira temannya begitu cepat menyanggupinya”

Analisis cerita 4:

Dari cuplikan cerita di atas, langkah lain yang dilakukan oleh Yoshie demi kehidupannya adalah meminjam uang kepada temannya yakni Masako. Yoshie selalu mendahulukan kepentingan Miki untuk bersekolah. Keinginan untuk menyekolahkan anaknya ini sangat sulit dibiayai dengan bekerja malam di pabrik. Oleh karena itu, ia berusaha meminjam uang kepada Masako.


(45)

3.2.7. Analisis Kebebasan Hidup untuk Tujuan Konsumerisme

Analisis kebebasan hidup untuk tujuan konsumerisme dalam novel Out Karya Natsuo Kirino diwakili oleh tokoh Kuniko Jonouchi. Kuniko tinggal bersama Tetsuya, suaminya, tetapi mereka juga dapat dikatakan tidak akur. Mereka berdua menghuni sebuah bangunan apartemen tua yang tinggal berdekatan. Kuniko merupakan tipe wanita konsumerisme yang selalu ingin tampil gaya dan modis di luar. Untuk menyalurkan hasratnya tersebut ia selalu berusaha untuk membeli barang-barang yang diinginkannya dengan cara berhutang maupun meminjam kepada temannya. Kebiasaan buruknya ini yang membuat ia selalu membeli barang tanpa memperdulikan apapun.

Cuplikan cerita 1:

“ Sebuah acara khusus tentang gadis-gadis SMA dimulai. Kuniko menyisihkan sumpitnya san menonton acara itu dengan penuh perhatian. Seorang gadis berambut panjang dan lurus yang dicat cokelat berbicara di layar. Wajahnya di layar TV dikaburkan dan suaranya diubah, tapi Kuniko tetap bisa melihat bahwa gadis itu cantik dan berpenampilan keren.

“Laki-laki itu dompet, tidak lebih dari dompet” kata gadis itu, “Aku? Apa yang kudapat dari mereka? Setelan jas, seharga ¥450.000.”

“Sialan!” Kuniko berseru kea rah TV. “Jalang kecil tolol.” Setelan semahal itu, kalau bukan Chanel pasti Armani. Aku ingin punya jas Cahnel, tapi kalau pelacur cilik seperti itu bisa mendapatkannya gratis, apa gunanya?”Sialan, sialam, sialan’”sia terus menggumam” (hal 29-30).


(46)

Analisis cuplikan cerita 1:

Dalam cuplikan cerita diatas terlihat bahwa Kuniko merupakan seorang wanita konsumerisme yang mewakili wanita Jepang masa kini yang menginginkan benda-benda dengan merek yang terkenal namun ketiadaan ekonomi yang cukup memadai malah memperburuk keadaan hidupnya. Ia hanya bisa iri melihat orang yang memiliki barang-barang mewah untuk dipakai. Ketiadaan uang dalam memnuhi kehidupan matrealistisnya tentunya menjadikan sebuah masalah bagi Kuniko. Dalam kehidupan sosial, keinginan menggunakan barang mewah dan bermerek itu sering kita lihat dan biasanya dengan menggunakan barang tersebut akan dianggap hebat dan memiliki kedudukan tinggi oleh masayarakat yang melihatnya.

Kebebasan yang diinginkan oleh Kuniko adalah hidup dengan penuh gaya dan modis di depan siapapun. Cara untuk mendapatkan kebebasan itu adalah mneminjam uang kepada rentenir dan melunasi bunganya dengan bekerja shift malam di pabrik makanan kotak. Selain itu, Kuniko juga mencoba mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan uang tambahan.

Cuplikan cerita 2:

“Setelah menghabiskan seluruh isi kotak makan siang itu dan menjilatinya sampai bersih, dilemparkannya kotak ke dalam tempat sampah di sebelah tempat cuci piring. Lalu dia meneliti bagian lowongan pekerjaan yang diambilnya dari Koran tadi. Dengan gajinya di pabrik saat ini, dia tak mungkin bisa membayar kembali seluruh utangnya yang berjumlah amat besar, untuk membayar bunganya saja sudah pas-pasan. Tapi gaji untuk


(47)

pekerjaan pagi hari malah lebih payah lagi dari gajinya sekarang. Dia harus bekerja delapan jam untuk mendapat bayaran sama dengan yang diperolehnya sekarang untuk lima setengah jam, jadi tidak ada gunanya berhenti dari shift

malam.

Analisis cuplikan cerita 2:

Dari cuplikan cerita di atas, Kuniko yang konsumerisme berusaha memenuhi kebutuhannya dengan meminjam uang. Selain dari itu ia juga bekerja pada mlam hari dan mencoba mencari pekerjaan baru untuk menambah penghasilannya. Dalam kehidupan sosial, kerja tambahan biasa dilakukan oleh orang yang kekurangan uang dalam kehidupannya. Kebutuhan hidup yang tinggi menuntut banyaknya biaya yang harus dikeluarkan harus seimbang dengan pemasukan yang diterima pula.

3.2.8. Analisis Kebebasan Hidup untuk Tujuan Keharmonisan Keluarga

Analisis kebebasan hidup untuk tujuan keharmonisan keluarga dalam novel

Out Karya Natsuo Kirino diwakili oleh tokoh Masako Katori. Masako mempunyai keluarga yang sangat dingin. Anak Masako yakni Nobuki mengalami masalah saat ia memasuki tahun pertamanya di SMU negeri. Ia tertangkap membawa beberapa tiket rave, pesta dansa semalam suntuk sekaligus pesta obat-obatan terlarang. Sebenarnya itu merupakan tindakan orang lain yang sengaja memasukkannya ke dalam tas Nobuki. Nobuki dituduh menjual tiket-tiket itu dan dikeluarkan dari sekolah. Sejak saat itu, ia tiba-tiba berhenti berbicara kepada siapapun, termasuk terhadap Masako dan Yoshiki (suami


(48)

Masako). Masako sangat sedih dan berusaha agar membuat Nobuki seperti dulu kembali. Selain itu, Yoshiki bekerja di perusahaan konstruksi nomor satu. Tetapi ia merasa pekerjaanya sangat sulit sehingga ia gagal dalam merintis karirnya dan membenci dunia bisnis. Hal ini mengakibatkan ia mengurung diri di sebuah kamar kecil setelah sepulang kerja, seperti pertapa gunung dan memutuskan pisah kamar dari Masako.

Cuplikan cerita1:

“ Pada tahun pertamanya di SMU negeri, Nobuki tertangkap membwa tiket ke rave yang rupanya dijejalkan orang kepadanya. Dia dituduh mencoba menjual tiket-tiket itu dan dikeluarkan dari sekolah. Hukuman berat itu jelas, bertujuan member peringatan kepada murid-murid lainnya, tapi apapun alasannya, kejutan hebat itu rupanya mengguncang Nobuki dan dia tiba-tiba berhenti bicara.” (hal 77)

Analisis cuplikan cerita1:

Dari cuplikan cerita di atas, Nobuki menghadapi masalah dalam kehidupannya dan berhenti berbicara karena dikeluarkan dari sekolah. Hal ini membuat Masako sangat cemas akan prilaku anaknya yang berubah drastis akibat kejadian tersbut. Masalah sosial dalam keluarga ini menggambarkan bagaimana seorang ibu yang tiba-tiba hilang komunikasi dengan anaknya karena guncangan hebat yang dialami oleh anaknya.

Cuplikan cerita ke 2:

“Mereka dulu berkenalan di SMU, dimana Yoshiki berada dua tingkat diatasnya, Masako tertarik pada integritas pribadi dalam diri Yoshiki, yang


(49)

membuatnya tidak terbawa arus, tapi diakuinya bahwa integritas ini jugalah, sifat Yoshiki yang anti menipu atau membesar-besarkannya, yang membuatnya amat tidak cocok bekerja di bidang usaha yang kompetitif seperti kontruksi.dan buktinyasudah melenceng jauh dari tangga kaier yang sukses. Tentunya Yoshiki punya beban sendiri yang harus dipikulnya. Beban itu miliknya sendiri; tak ada yang menyuruhnya memikul beban itu. Masako tahu ada banyak kemiripan diantara suaminya, yang membenci dunia bisnis dan menghabiskan waktu luangnya mengurung diri dalam kamar kecil ini seperti pertapa gunung, dengan putranya yang sudah memutuskan komunikasi dengan dunia sama sekali.”(hal 77-78)

Analisis cuplikan cerita 2:

Dari cuplikan cerita di atas, Suami Masako yakni Yoshiki merasa gagal dalam pekerjaanya. Sifatnya yang jujur menjadi hal yang merugikan dirinya dalam dunia bisnis yang penuh kompetisi. Sama seperti Nobuki, Yoshiki juga berdiam diri saja di kamar karena gagal dalam bekerja. Kegagalan dalam karir yang dihadapi oleh Yoshiki mengakibatkan dirinya tidak percaya diri dan malu menjalani kehidupannya. Hal ini membuat Masako hidup tanpa ada keharmonisan keluarga.

Kebebasan yang diinginkan oleh Masako adalah mengembalikan keharmonisan keluarganya seperti dulu lagi. Salah satu caranya adalah dengan berusaha untuk membangkitkan semangat Nobuki dan Yoshiki agar bisa beraktivitas seperti dulu.


(50)

Cuplikan cerita 3:

“Masako mati-matian mencari jalan untuk membuat putranya kembali membuka diri, tapi sepertinya tak ada yang bisa memberi jawaban ;dan dia merasa Nobuki sendiri pun akhirnya pasrah menerima keadaannya” (hal 77)

Analisis Cuplikan cerita 3:

Dari cuplikan cerita di atas, Masako berusaha keras untuk membangkitkan semangat Nobuki agar bisa bverinterkasi kepadanya seperti biasa. Masako menginginkan keluarga yang harmonis untuk dibangun bersama suaminya dan anaknya tersebut.

Dalam konteks sosial, keharmonisan keluarga bisa dibangun dengan adanya interaksi yang baik yang dilakukan antara anggota keluarga tersebut. Oleh karena itu, dalam berinteraksi perlu adanya jalinan komunikasi diantara pihak yang melakukan interaksi tersebut.


(51)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap novel OUT karya Natsuo Kirino, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Novel OUT merupakan novel yang didalam ceritanya terdapat masalah sosial yang dihadapi oleh para tokoh utama dengan masalah yang berbeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Hal ini mencerminkan kekreatifan si pengarang yakni Natsuo Kirino dalam menciptakan tokoh utama dengan masalah yang bervariasi yakni Masako Katori dengan masalah keharmonisan keluarga, Yayoi Yamamoto yang mempunyai konflik dalam kehidupan keluarganya, Yoshie Azuma yang mengalami kepenetan dalam menjalankan hidup dan Kuniko Jonouchi yang komsumtif meskipun keuangan tidak memadai dalam memenuhi kebutuhannya tersebut.

2. Dalam sudut pandang sosiologi, Novel OUT merupakan novel yang mencerminkan kehidupan wanita dalam keluarga. Perempuan dapat menjadi objek ataupun subjek dalam memunculkan masalah dalam kehidupannya seperti yang pada tokoh utama dalam novel OUT karya Natsuo Kirino.

3. Tokoh Masako Katori merupakan wanita yang menghadapi masalah keluarganya dimana anak dan suaminya berhenti berkomunikasi dengannya lagi. Tidak adanya komunikasi dalam keluarga Masako menyebabkan keharmonisan


(52)

keluarganya menjadi sangat kacau. Ia berusaha menghadapi masalah keluarganya ini dengan terus berusaha mengajak anak dan suaminya berkomunikasi kembali untuk mengembalikan semangat mereka.

4. Tokoh Yayoi merupakan wanita dengan sifat penyayang keluarga. Tetapi suaminya akhir-akhir ini mulai berubah dengan tidak memberi nafkah kepadanya untuk membesarkan kedua anaknya yang masih berusia 5 dan 3 tahun, main perempuan, berjudi dan menghabiskan uang tabungan Yayoi bahkan memukuli Yayoi. Hal ini menjadi masalah dalam keluarga Yayoi yang berusaha untuk bebas dari suaminya yang berlaku kasar kepadanya dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya dengan bekerja shift malam.

5. Tokoh Yoshie Azuma merupakan wanita yang memiliki masalah kepenatan hidup yang dihadapi dalam hidupnya dengan beban hidup untuk mengurus ibu mertuanya yang sudah 6 tahun tidak bisa berjalan dan menyekolahkan anaknya sampai tingkat akademi. Hal ini tentunya membuat Yoshie harus bekerja keras dengan mengandalakan bekerja shift malam dan meminjam uang kepada temannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Tokoh Kuniko Jonouchi merupakan wanita konsumerisme yang berpikir secara dangkal yang selalu ingin tampil gaya dan modis di depan teman-temannya. Tetapi keiinginannya ini tidak diimbangi dengan kemampuan ekonominya. Hal ini tentunya menjadi masalah dalam kehidupan Kuniko. Dalam mengatasi masalah ini, Kuniko meminjam uang dari rentenir, bekerja shift malam dan berusaha mencari pekerjaan tambahan.


(53)

7. Kebebasan hidup merupakan sebuah hal yang sangat paling diinginkan oleh para tokoh utama dalam novel OUT ini. Setiap tokoh utama dalam novel ini berusaha untuk merubah kondisi dalam kehidupan mereka seperti yang mereka inginkan. Dalam sudut pandang sosiologis, hal ini tentunya merupakan sebuah hal yang akan dilakukan oleh setiap orang untuk mengatasi masalah hidupnya dengan cara mereka masing-masing.

4.2. Saran

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap novel OUT karya Natsuo Kirino, saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya khususnya peneliti yang melakukan analisis novel dengan pendekatan sosiologis adalah sebagai berikut:

1. Penulis diharapkan dapat memberikan nilai positif kepada masyarakat terhadap gambaran objektif kehidupan sosiologis dalam karya sastra tersebut d

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menganalisis novel menggunakan Pendekatan sosiologis, penulis sarankan sebaiknya memiliki beberapa referensi, seperti jurnal-jurnal atau buku-buku mengenai pendekatan sosiologi sastra agar pembaca dapat memahami secara jelas tentang kajian sosiologis.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Amminudin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung : Sinar Baru.

Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pengangan Penelitian Satra Bandingan. Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Guniesti, Veryani. 2008. Analisis Peranan Wanita Sebagai Tokoh” Dalam Novel Out Karya Kirino Natsuo. Medan : Universitas Sumatera Utara

Hardjana, Andre. 2000. Evaluasi Komunikasi: Praktek dan Teori. Jakarta: PT Grassindo.

Kirino,Natsuo. 2007. OUT Bebas. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.

Koentjaraningrat, 1990.Metode-Metode Penelitian Masyarakat . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Luxemburg, Jan Van. 1992.Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Moeliono, Anton M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Nazir, Moh. 2002.Metodologi Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan .2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta : BPFE.

Pradopo. 1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra : Teori dan Penerapannya. Yogyakarta : Gajah Mada University


(55)

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 1990.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Soemardjo, Jakob, dan Saini K.M. 1997. ApresiasiKesusateraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, Rene dan Austin Warren.1995. Teori Kesusasteraaan. Jakarta : PT Gramedia.

Wiyarti, Sri. 2008. Sosiologi, Surakarta :UNS Press

Zainuddin. 1992. Materi pokok bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta .

http://teori-sastra.blogspot.com/2010/05/sosiologi-sastra.html


(56)


(57)

ABSTRAK

こ のろんぶん,論文 の

だいめい

,題名 は └

なつお

,夏生 きりの,桐野 の さくひん,作品

の しょうせつ,小説のしゅじんこう,主人公の しゃかいがくてき,社会学的の ぶんせき,分析 につ

いて である。このろんぶん,論文は しゃかいがくてき,社会学的のぶんせき,分析な をつか,使

っ た 。 こ の ろんぶん,論文 を か,書 く もくてき,目的 は しゃかいもんだい,社会問題

と なつおきりの,夏生桐野 の ア ウ ト の しょうせつ,小説 の しゅじんこう,主人公

の きぼう,希望 を し,知 る た め で あ る 。 ろんぶん,論文 の こうよう,効用

は しゃかいもんだい,社会問題 の じょうほう,情報 と ア ウ ト の しゅじんこう,主人公

のきぼう,希望 をわ,分かるようになる。この ろんぶん,論文のじょうほう,情報 と デ

ータは この けんきゅう,研究と

かんけい

,関係が ある

ほん

,本 や インタネッ


(58)

ぶんがく

,文学 は

げんご

,言語 で な ぐ さ め た り

そだ

,育 て た り し

て、 しよう,使用させる

しゃかい

,社会の

せいかつ

,生活 の

びょうしゃ

,描写 としてであ

る。ぶんがく,文学 の

ないよう

,内容 は

ひっしゃ

,筆者 の

しこう

,思考 のアイデアであ

る。ぶんがくさくひん,文学作品は

しゃかいもんだい

,社会問題か

しゃかいせいかつ

,社会生活 を 解

説することができる。でも、そのぶんがくさくひん,文学作品 の

しゃかいじけん

,社会事件

は しょうさい,詳細に

はな

,話さない。

ときどき

,時々 その

じけん

,事件は

ひっしゃ

,筆者

の いであ,イデア とか

ひっしゃ

,筆者 の

しこう

,思考だけである。

しょうせつ

,小説は ある

ぶんがく

,文学

さくひん

,作品の部分である。

しょうせつ

,小説

は せかい,世界 で

ゆうめい

,有名 な

ぶんがくさくひん

,文学作品 で あ る 。

しょうせつ

,小説

は しゃかい,社会になぐさめる ものである。

しょうせつ

,小説の

なか

,中では

どうとく

,道徳

げんりょう

,原料 、

しゃかいがくてき

,社会学的 、

きょういく

,教育 な ど が 入 っ て い

る。しょうせつ,小説の

はな

,話しの

ないよう

,内容は 二つに 分かれる。それは フィク


(59)

に 基 がない 話し であるが、ノン フィクション の 話し は は

っきり事件を 話しである。たと,例えば、

れきし

,歴史、

せんそう

,戦争の

はな

,話しで

ある。 アウトの 小説のテーマ は 日本の女性の社会問題 をそうぐう,遭遇

することを話していた。アウトの主人公は 4 人女性である。このアウトの

小 説 は 大 体 社 会 問 題 と 経 済 問 題 を 話 し て い た 。 た と え

ば かていちょうわてきもんだい,家庭調和的問題 、

かてい

,家庭 の

もんだい

,問題 、 あ り

あま

,余

るせいかつ,生活 、

つか

,疲れた

せいかつもんだい

,生活問題

社会額的な分析 は 読者 と 筆者 と関係している文学 作品の

分 析 で あ る 。

である。

しゃかいがくてき

,社会学的 な

ぶんせき

,分析 は

かいしゃ

,会社 の

せいかつ

,生活

のはいけい,背景、

しゃかい

,社会の

せいかつ

,生活、

ひっしゃ

,筆者の

しこう

,思考 などを

,分か

らなければならない。しゃかいがくてき,社会学的の

ぶんせき

,分析の

もくてき

,目的は 読者と

筆者のことである。ぶんがくさくひん,文学作品は

ひっしゃ

,筆者 が

ぶんか

,文化、

きょういく

,教育

、かくしん,確信 の

せいかつ

,生活、

ひっしゃ

,筆者の

けいけん

,経験などが


(60)

ある。しゃかいがくてき,社会額的 な

ぶんせき

,分析 は

みっ

,三 つ に 分かれる。つま

り、 ひっしゃ,筆者 の

しゃかいがく

,社会学 、

ぶんがくさくひん

,文学作品 の

しゃかいがく

,社会学

、 ぶんがく,文学 の

しゃかいがく

,社会学 で あ る 。

ひっしゃ

,筆者 の

しゃかいがく

,社会学

は ひっしゃ,筆者の

はいけい

,背景、

ひっしゃ

,筆者の

しこう

,思考、

ひっしゃ

,筆者の

けいけん

,経験

にかんけい,関係 している。

ぶんがくさくひん

,文学作品 の

しゃかいがく

,社会学 は

はな

,話 し

の ないよう,内容 と

ひっしゃ

,筆者の

もくてき

,目的 に その

はな

,話しを

,書い

た と い う かんけい,関係 で あ る 。

ぶんがく

,文学 の

しゃかいがく

,社会学 は 読 者

にしょうがい,障害 と 話しの

えいきょう

,影響に

かんけい

,関係

アウトの

している。

しょうせつ

,小説は4

にん

,人 の

じょせい

,女性の

しゅじんこう

,主人公を

はな

,話

していた。その4にん,人 の

じょせい

,女性は マサコ カトリ、ヤヨイ ヤマモ

ト 、 ジ ョ ウ ノ ウ チ ク ニ コ と ヨ シ エ ア ズ マ で あ る 。かれ,彼 ら

は とうきょう,東京 の

こうがい

,郊外 に あ る

しょくひん

,食品 の

こうじょう

,工場

で はたら,働いていた。その

しゅじんこう

,主人公 は

べつべつ

,別々 な

もんだい


(1)

ABSTRAK

こ のろんぶん,論文 の

だいめい

,題名 は └

なつお

,夏生 きりの,桐野 の さくひん,作品

の しょうせつ,小説のしゅじんこう,主人公の しゃかいがくてき,社会学的の ぶんせき,分析 につ

いて である。このろんぶん,論文は しゃかいがくてき,社会学的のぶんせき,分析な をつか,使

っ た 。 こ の ろんぶん,論文 を か,書 く もくてき,目的 は しゃかいもんだい,社会問題

と なつおきりの,夏生桐野 の ア ウ ト の しょうせつ,小説 の しゅじんこう,主人公

の きぼう,希望 を し,知 る た め で あ る 。 ろんぶん,論文 の こうよう,効用

は しゃかいもんだい,社会問題 の じょうほう,情報 と ア ウ ト の しゅじんこう,主人公

のきぼう,希望 をわ,分かるようになる。この ろんぶん,論文のじょうほう,情報 と デ

ータは この けんきゅう,研究と

かんけい

,関係が ある ほん

,本 や インタネッ


(2)

ぶんがく

,文学 は

げんご

,言語 で な ぐ さ め た り

そだ

,育 て た り し

て、 しよう,使用させる

しゃかい

,社会の

せいかつ

,生活 の

びょうしゃ

,描写 としてであ

る。ぶんがく,文学 の

ないよう

,内容 は

ひっしゃ

,筆者 の

しこう

,思考 のアイデアであ

る。ぶんがくさくひん,文学作品は

しゃかいもんだい

,社会問題か

しゃかいせいかつ

,社会生活 を 解

説することができる。でも、そのぶんがくさくひん,文学作品 の

しゃかいじけん

,社会事件

は しょうさい,詳細に

はな

,話さない。

ときどき

,時々 その

じけん

,事件は

ひっしゃ

,筆者

の いであ,イデア とか

ひっしゃ

,筆者 の

しこう

,思考だけである。

しょうせつ

,小説は ある

ぶんがく

,文学

さくひん

,作品の部分である。

しょうせつ

,小説

は せかい,世界 で

ゆうめい

,有名 な

ぶんがくさくひん

,文学作品 で あ る 。

しょうせつ

,小説

は しゃかい,社会になぐさめる ものである。

しょうせつ

,小説の

なか

,中では

どうとく

,道徳

げんりょう

,原料 、

しゃかいがくてき

,社会学的 、

きょういく

,教育 な ど が 入 っ て い

る。しょうせつ,小説の

はな

,話しの

ないよう

,内容は 二つに 分かれる。それは フィク


(3)

に 基 がない 話し であるが、ノン フィクション の 話し は は

っきり事件を 話しである。たと,例えば、

れきし

,歴史、

せんそう

,戦争の

はな

,話しで

ある。 アウトの 小説のテーマ は 日本の女性の社会問題 をそうぐう,遭遇

することを話していた。アウトの主人公は 4 人女性である。このアウトの

小 説 は 大 体 社 会 問 題 と 経 済 問 題 を 話 し て い た 。 た と え

ば かていちょうわてきもんだい,家庭調和的問題 、

かてい

,家庭 の

もんだい

,問題 、 あ り

あま

,余

るせいかつ,生活 、

つか

,疲れた

せいかつもんだい

,生活問題

社会額的な分析 は 読者 と 筆者 と関係している文学 作品の

分 析 で あ る 。

である。

しゃかいがくてき

,社会学的 な

ぶんせき

,分析 は

かいしゃ

,会社 の

せいかつ

,生活

のはいけい,背景、

しゃかい

,社会の

せいかつ

,生活、

ひっしゃ

,筆者の

しこう

,思考 などを

,分か

らなければならない。しゃかいがくてき,社会学的の

ぶんせき

,分析の

もくてき

,目的は 読者と

筆者のことである。ぶんがくさくひん,文学作品は

ひっしゃ

,筆者 が

ぶんか

,文化、

きょういく

,教育

、かくしん,確信 の

せいかつ

,生活、

ひっしゃ

,筆者の

けいけん

,経験などが


(4)

ある。しゃかいがくてき,社会額的 な

ぶんせき

,分析 は

みっ

,三 つ に 分かれる。つま

り、 ひっしゃ,筆者 の

しゃかいがく

,社会学 、

ぶんがくさくひん

,文学作品 の

しゃかいがく

,社会学

、 ぶんがく,文学 の

しゃかいがく

,社会学 で あ る 。

ひっしゃ

,筆者 の

しゃかいがく

,社会学

は ひっしゃ,筆者の

はいけい

,背景、

ひっしゃ

,筆者の

しこう

,思考、

ひっしゃ

,筆者の

けいけん

,経験

にかんけい,関係 している。

ぶんがくさくひん

,文学作品 の

しゃかいがく

,社会学 は

はな

,話 し

の ないよう,内容 と

ひっしゃ

,筆者の

もくてき

,目的 に その

はな

,話しを

,書い

た と い う かんけい,関係 で あ る 。

ぶんがく

,文学 の

しゃかいがく

,社会学 は 読 者

にしょうがい,障害 と 話しの

えいきょう

,影響に

かんけい

,関係

アウトの

している。

しょうせつ

,小説は4

にん

,人 の

じょせい

,女性の

しゅじんこう

,主人公を

はな

,話

していた。その4にん,人 の

じょせい

,女性は マサコ カトリ、ヤヨイ ヤマモ

ト 、 ジ ョ ウ ノ ウ チ ク ニ コ と ヨ シ エ ア ズ マ で あ る 。かれ,彼 ら

は とうきょう,東京 の

こうがい

,郊外 に あ る

しょくひん

,食品 の

こうじょう

,工場


(5)

が あ っ た 。 マ サ コ かとり,カトリ は

かてい

,家庭 の

ちょうわてき

,調和的

な もんだい,問題 であった。

かれ

,彼の

おっと

,夫は

しごと

,仕事からやらなって、それか

ら かれの おとこ,男

くすり

,薬 の パーデイ を

うった

,訴えて

さんか

,参加した。

そののもんだい,問題 をやった 後、

かれ

,彼は

おとこ

,男の夫とは マサコ と 連絡

は なかった。ヤヨイは 夫と 問題があった。彼の夫は いつも彼をう,打

っていて、お金を か,賭けていて、ヤヨイの貯金 を無してしまった。そし

て、ヤヨイは 彼の子供を手入れするために、食品の工場で働かなければな

らなかった。 クニコは あり余る生活とお金がたくさん ある生活を 希

望していた。ヨシエ は 彼のぎふ,義父 を手入れなければなんらなかった。

そして、彼は 疲れた生活の問題があった。.

その 4 人主人公は 彼の自由 を望むために、これらの問題を

すぐ

,優

れて動力した。マサコ はいつも 彼の男と夫のたましい,魂を

もど


(6)

ていた。そして、彼の夫と男 はマサコ と 理解したかった。ヤヨイは

食品の工場で働いて、彼の夫を変ことができるのが 希望していた。クニコ

は ほかの仕事をさが,探しったり、食品の工場で働いたり、

こうりかし

,高利貸

ア ウ ト の 小 説 は 一 人 主 人 公 と 他 の 主 人 公 が あ る

ら お金を借りていた。ヨシエ は友達 から お金を 借りたり、食品の

工場で働いていた。

ちが

,違

いしゃかいもんだい,社会問題を

そうぐう

,遭遇するについて話しであった。この事は夏生

桐 野 か ら そうぞうてき,創造的 を

,描 き

,出 し た 。 た と え ば 、 マ サ コ

は かていちょうわてきもんだい,家庭調和的問題を 遭遇して、ヤヨイは 彼の夫の問題

を 遭遇していた。クニコは あり余る生活 を 希望していて、ヨシエは