1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan
bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga
berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti Manuaba, 2010.
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui kb lingkaran biru dan kb
lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan metode konrasepsi efektif MKE yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap Manuaba, 2010.
Menurut WHO World Health Organisation expert commite, 1970 Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang yang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga Suratun, 2008. Program KB di indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut,
tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasioanal, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Pada tahun 50-an dan 60-an tujuan KB ialah
menjarangkan kehamilan dan pasangan mandul mendapatkan anak, masalah kependudukan tidak disinggung. Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh
LKBN melalui logo kb yaitu 4 anak; 2 wanita dan 2 laki-laki. Didalam program pembangunan nasional tahap 1 pelita 1, periode 196970-197374 KB disatukan
Universitas Sumatera Utara
dengan program kesehatan. Target demografis cukup sederhan yaitu mencakup jumlah jumlah aseptor 3 juta dalam 5 tahun. Dengan asumsi 600-700 ribu kelahiran dapat
dicegah, khususnya didaerah yang padat penduduk yaitu pulau jawa dan bali. Keberhasilan program KB pada pelita I mendorong pemerintah untuk meluaskan
program ke 10 propinsi dipualau jawa, untuk itu, pada pelita II sasaran dicanangkan menjangkau luar pulau jawa dan bali I. Pada pelita III program diperluas keseluruh
indonesia, kelompok propinsi terakhir disebut jawa bali II Suratun, 2008. Sejak pelita III dampak demografis dari program kb memperhatikan target
penurunan tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50 dari 44 ibu yang memakai alat kontrasepsi pada tahun 1971 menjadi 22 ibu yang
memakai alat kontrasepsi pada tahun 1990. Sedangkan pada pelita V program KB nasional mencanangkan gerakan KB nasional, yaitu gerakan masyarakat yang men
ghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS Suratun, 2008.
Gerakan KB nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan
ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata, sementara ini saat kegiatan berencana masih kurangnya dalam
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang MKJP. Bila dilihat dari cara pemakain alat kontarsepsi dapat dikatakan bahwa: IUD 4,32, MOW 1,12 , MOP
0,20 . KONDOM 13,75 . IMPLANT 10,54 ,SUNTIK 43,35 , dan PIL 26,76 5 BKKBN, 2010.
Pada semester 1 tahun 2011, jumlah peserta KB baru dengan menggunakan alat kontradepsi IUD yang berhasil dirangkul badan kependudukan keluarga
berencana nasional BKKBN Provinsi sumatera utara mencapai 189.488 peserta atau
Universitas Sumatera Utara
50,88 dari target kotrak kinerja propinsi KKP yang ditetapkan 372.401 peserta, MOW 13.495 peserta 57 dari target 23.674 reserta, IMPLANT 4594 peserta
53,25 dari target 124.377 peserta, PIL 67.118 peserta 5,6 dari target 120.600 peserta dan pencapaian terendah adalah peserta kb baru pada alat kontrasepsi kondom
sebesar 20.266 33,78 dari target 60000 peserta BKKBN 2011. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan, pemerintah telah melaksanakan
kebijakan program KB nasioanal yang didasarkan pada UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan keluarga sejahtera BKKBN, 2007.
Alat kontrasepsi Dalam rahim AKDR adalah suatu alat yang terbuat dari bahan yang aman plasik yang kadang dilihat oleh tembaga dan dimasukkan kedalam
rahim oleh bidan atau dokter yang terlatih. Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi jangka panjang 10 tahun dan memiliki efektifitas tinggi untuk
menjarangkan kelahiran anak. Alat kontrasepsi dalam rahim bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna,
sehingga masih terdapat efek samping setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim jenis Cut-380A yaitu perdarahan menstruasi lebih banyak dan lebih lama. Lebih dari
10 pemakainaan alat kontrasepsi dalam rahim melaporkan gangguan menstruasi. Hal ini berkaitan dengan masuknya organisme yang terinfeksi ke dalam rongga rahim
selama pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim terutama tehnik pemasangan tidak sesuai prosuder aseptik benar Glasier, 2005.
Sama hal nya dengan alat kontrasepsi IUD, KB suntik juga mempunyai efek samping yaitu gangguan haid yang paling sering terjadi dan paling mengganggu
aseptor KB tersebut. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak akan berkurang dengan jalanya
waktu sedangkan kejadian amenorea akan bertambah besar hartanto 2004.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian cakupan dan pencapaian program KB di wilayah kerja mandala medan tahun 2013 alat kontrasepsi IUD sebanyak 8 orang dan alat
kontrasepsi suntik depo provera sebanyak 70 orang. Alat kontrasepsi IUD dan suntik mempunyai permasalahan atau efek samping,
efek samping yang paling utama adalah gangguan pola haidnya. Terdapat ibu-ibu pengguna alat kontarsepsi IUD dan suntik yang mengalami beberapa permasalahan,
yaitu perubahan pada pola haidnya, lama haid menjadi panjang, jumlah haid menjadi lebih banyak dan datangnya haid SIKLUS menjadi lebih pendek. Terdapat 12 ibu
pengguna IUD yang mengeluh jumlah haidnya yang dikeluarkan saat menstruasi menjadi lebih banyak dan 8 orang ibu pengguna alat kontarsepsi suntik yang
mempunyai siklus menstruasi pendek. Karena itu penulis tertarik mengambil penelitian ini Jurnal Baurlina Ritonga, 2008.
B. Perumusan masalah