digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap, karena kalau penyuntikkannya melalui lubang suntik, dikwatirkan akan terjadi peruraian senyawa
tersebut karena suhu yang tinggi Rohman, 2009.
2.5.1.3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahaan karena didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada kromatografi gas
Rohman, 2009.
2.5.1.4. Fase Diam
Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu nonpolar, semi polar dan polar. Berdasarkan minyak atsiri yang nonpolar sampai sedikit polar, maka untuk keperluan
analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang bersifat nonpolar Agusta, 2000.
2.5.1.5. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa. Umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan
suhu injektor dan kolom Agusta, 2000.
2.5.1.6. Detektor
Detektor pada kromatografi gas adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal
elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam
dan fase gerak Rohman, 2009.
2.5.2. Analisis Spektroskopi Massa
Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas yang terdiri
dari sistem analisis dan sistem ionisasi dan sistem molekul. Prinsip spektrometri massa MS ialah senyawa organik sampel ditembak dengan berkas elektron dan
menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energi yang tinggi karena
lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion positif yang lebih kecil ion fragmen. Spektrum massa merupakan grafik antara limpahan relatif lawan
perbandingan massamuatan mz. Terpisah fragmen ion positif didasarkan pada massanya. Kejadian tersederhana adalah tercampaknya satu elektron dari molekul
dalam fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan membentuk suatu kation radikal M
• +
M
•
+ e → M
• +
+ 2e
Satu proses yang disebabkan oleh tabrakan elektron pada kamar pengion spektrometer massa adalah ionisasi dari molekul yang berupa uap dengan kehilangan
satu elektron dan terbentuk ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa organik mempunyai elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron
menghasilkan ion radikal yang mengandung satu elektron tidak berpasangan. M
M
• +
Proses lain molekul yang berupa uap tersebut menangkap sebuah elektron membentuk ion radikal bermuatan negatif dengan kemudian terjadi jauh lebih kecil 10
-2
dari pada ion radikal bermuatan positif Sudjadi, 1983
Gambar 2.6 Skema alat Spektroskopi Massa Pada sistem GC-MS ini, yang berfungsi sebagai detektor adalah spektrometer massa itu
sendiri yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi, dimana Electron Impact ionization EI adalah metode ionisasi yang umum digunakan Agusta, 2000.
Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk : 1. Menentukan massa suatu molekul
2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum massa beresolusi tinggi High Resolution Mass Spectra
3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya.
2.6. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan yang paling banyak digunakan untuk menarik atau memisahkan komponen bioaktif dari suatu bahan baku. Ekstraksi dapat
diartikan sebagai suatu proses penarikan komponen yang diinginkan dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga komponen yang diinginkan dapat
larut Ansel, 1989. Menurut Winarno et al 1973, ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran dari beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah.
Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagia-bagian tertentu dari suatu bahan
yang mengandung bahan aktif.
Selama proses ekstraksi terdapat gaya yang bekerja akibat adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi di luar sel. Bahan
pelarut yang mengalir ke dalam ruang sel akan menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan yang terkandung di dalam sel akan terlarut sesuai dengan
kelarutannya Voight, 1994. Menurut Ansel 1989 dan Winarno et al 1973, ekstraksi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu : 1.
Aqueus phase yaitu dilakukan dengan menggunakan air 2.
Organic phase dilakukan dengan menggunakan pelarut organik Berdasarkan prinsipnya, proses ekstraksi dapat berlangsung bila terdapat kesamaan
dalam sifa kepolaran antara senyawa yang diekstraksi dengan senyawa pelarut. Suatu zat memiliki kemampuan terlarut yang berbeda dalam pelarut yang berbeda. Hal ini
menunjukkan adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, begitu juga sebaliknya. Sifat penting yang harus diperhatikan
dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya seperti gugus OH, COOH dan sebagainya. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan untuk mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga Harbone, 1987.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :