Analisis Pengaruh Program Undian Untung Beliung Britama Terhadap Tingkat Tabungan Britama Di BRI Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PROGRAM UNDIAN

UNTUNG BELIUNG BRITAMA TERHADAP

TINGKAT TABUNGAN BRITAMA

DI BRI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan oleh :

FUJI PRIHAMDANI PUTRI 050523035

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

M e d a n 2 0 1 0


(2)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

ABSTRAK………….……….………i

DAFTAR ISI………...…….……….ii

I. PENDAHULUAN………..1

1.1. Pendahuluan………….………..……….1

1.2. Perumusan Masalah……… ……… ………..5

1.3. Hipotesis……….………...……….5

1.4. Tujuan Penelitian………..……..5

1.5. Manfaat Penelitian………..………6

II. TINJAUAN PUSTAKA……….…………..…………7

2.1. Defenisi Bank………...…………..…7

2.2. Jenis Bank……….………....…10

2.3. Permodalan Bank……….……….….….…..16

2.4. Produk dan Jasa Perbankan……….….17

2.5. Pengertian Nasabah………..………21

2.6. Teori Pelayanan………..………..……21

2.7. Fktor yang Mendukung Masyarakat Menabung di Bank……….22

III. METODE PENELITIAN………..………26

3.1. Ruang Lingkup Penelitian………..……….…….26

3.2. Jemisdan sumber data…..……….……..……….…….26

3.3. Teknik Pengumpulan Data………...…..…..27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….30

4.1. Deskripsi Objek Penelitian………...…..………..30

4.2. Perkebangan Bank Rakyat Indonesia……….……… ……...……..39

4.3. Analisis Data………..………43

V. KESIMPULAN DAN SARAN……… ….48

5.1. Kesimpulan……….….……….48

5.2. Saran……….49 DAFTAR PUSTAKA


(3)

ABSTRAK

Perbankan merupakan bagian integral dari sistem perekonomian modern yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi. Banyaknya jumlah bank yang menawarkan jenis-jenis tabungan baru dengan serangkaian atribut yang melekat itu menyebabkan persaingan antar bank untuk menarik nasabah semakin meningkat, oleh karena itu pengakuan akan pentingnya marketing perbankan semakin meningkat apalagi sejak dikeluarkannya beberapa paket kebijakan deregulasi perbankan oleh pemerintah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat Tabungan Britama, menganalisis tingkatan undian manakah yang paling banyak diikuti oleh nasabah Tabungan Britama dan factor apa yang menjadi motif utama nasabah menabung di BRI Medan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 30 orang responden yaitu masyarakat yang menjadi nasabah bank, dan metode analisis yang digunakan metode regresi dummy variabel (variable boneka).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program undian Untung Beliung tidak signifikan mempengaruhi tabungan Britama, deposito dan giro di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada satupun variabel simpanan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Program Undian Untung Beliung bukan variabel yang mempengaruhi jumlah tabungan, deposito dan giro di BRI Medan. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa Program Undian Untung Beliung juga tidak mempengaruhi jumlah orang untuk menabung di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan tidak signifikannya variabel dummy pada pertumbuhan jumlah nasabah. Dengan demikian ada variabel lain yang mempengaruhi motif nasabah menabung di BRI Medan.


(4)

ABSTRAK

Perbankan merupakan bagian integral dari sistem perekonomian modern yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi. Banyaknya jumlah bank yang menawarkan jenis-jenis tabungan baru dengan serangkaian atribut yang melekat itu menyebabkan persaingan antar bank untuk menarik nasabah semakin meningkat, oleh karena itu pengakuan akan pentingnya marketing perbankan semakin meningkat apalagi sejak dikeluarkannya beberapa paket kebijakan deregulasi perbankan oleh pemerintah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat Tabungan Britama, menganalisis tingkatan undian manakah yang paling banyak diikuti oleh nasabah Tabungan Britama dan factor apa yang menjadi motif utama nasabah menabung di BRI Medan. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 30 orang responden yaitu masyarakat yang menjadi nasabah bank, dan metode analisis yang digunakan metode regresi dummy variabel (variable boneka).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program undian Untung Beliung tidak signifikan mempengaruhi tabungan Britama, deposito dan giro di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada satupun variabel simpanan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Program Undian Untung Beliung bukan variabel yang mempengaruhi jumlah tabungan, deposito dan giro di BRI Medan. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa Program Undian Untung Beliung juga tidak mempengaruhi jumlah orang untuk menabung di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan tidak signifikannya variabel dummy pada pertumbuhan jumlah nasabah. Dengan demikian ada variabel lain yang mempengaruhi motif nasabah menabung di BRI Medan.


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Perbankan merupakan bagian integral dari sistem perekonoian modern yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya serta penunjang sistem pembayaran. Sektor perbankan dapat dikatakan sebagai motor penggerak perekonomian yaitu sebagai lembaga penyuntik dana dalam mendukung dan menopang aktivitas-aktivitas ekonomi rakyat. Pengakuan akan pentingnya marketing perbankan semakin meningkat apalagi sejak dikeluarkannya beberapa paket kebijakan deregulasi perbankan oleh pemerintah. Ditambah pula semenjak suku bunga simpanan tidak dapat lagi menjadi “senjata” satu-satunya untuk menarik dana dari masyarakat sehingga sektor perbankan dituntut untuk berbuat seperti halnya bank-bank di luar negeri, yaitu memberikan kepada nasabah berbagai peningkatan kualitas pelayanan, perluasan berbagai jenis jasa bank dan menciptakan serta menggunakan berbagai instrumen baru yang memungkinkan bank menggali dana dari masyarakat. Konsep pemasaran yang berorientasi kepada kepentingan serta kepuasan nasabah/konsumen tanpa melupakan tujuan bank untuk mendapatkan laba dalam jangka panjang. Hal ini harus didukung pula oleh sistem administrasi dan pola manajemen yang dinamis.

Definisi bank tertera pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pada pasal 1 yaitu : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


(6)

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank yang ingin maju dan berkembang harus merancang dan menerapkan strategi pemasaran untuk setiap pasar jasa yang dipilih. Mengembangkan strategi pemasaran berarti membuat suatu program yang sistematis dengan harapan akan tercapainya suatu maksud atau tujuan. Strategi pemasaran yang kompetitif merupakan kunci keberhasilan suatu bank. Adalah seleksi atas pasar sasaran, penentuan posisi bersaing dan pengembangan suatu marketing mix yang efektif untuk mencapai dan melayani nasabah yang telah dipilih.

Dalam rangka meningkatkan peranan perbankan untuk menunjang usaha pembangunan, pemerintah mengeluarkan paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988, yaitu kebijaksanaan deregulasi di bidang perbankan yang merupakan langkah lanjutan dan penyempurnaan deregulasi 1 Juni 1983. Kemudian pada tanggal 20 Desember 1988 pemerintah mengeluarkan paket kebijaksanaan baru yang dikenal dengan Pakdes 20 yang merupakan kelanjutkan dari kemudahan-kemudahan di bidang perbankan yang diberikan dalam paket 27 Oktober 1988. Dampak kebijaksanaan 27 Oktober 1988 dan paket kebijaksanaan 20 Desember 1988 tersebut adalah munculnya bank-bank baru di Indonesia, karena persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah bank semakin ringan. Namun ketika Indonesia mulai mengalami krisis moneter dan krisis ekonomi pada tahun 1998, tidak sedikit bank yang harus dilikuidasi karena tidak sehat. Tetapi ada beberapa bank yang kondisinya tidak sehat melakukan merger menjadi bank baru. Meskipun demikian saat ini masih banyak yang masih beroperasi di Indonesia.


(7)

Banyaknya bank tersebut mengakibatkan persaingan antar bank dalam menghimpun dana masyarakat sebanyak-banyaknya ditempuh melalui bermacam-macam cara, antara lain dengan mengeluarkan jenis-jenis tabungan baru yang dilengkapi dengan sejumlah atribut yang dapat merangsang minat masyarakat untuk menabung. Misalnya tabungan dengan bunga dihitung berdasar saldo harian yang diakumulasikan setiap akhir tahun (tabungan bunga harian), tabungan yang memberikan hadiah dengan undian setiap beberapa bulan sekali (tabungan berhadiah) dan lain-lain.

Banyaknya jumlah bank yang menawarkan jenis-jenis tabungan baru dengan serangkaian atribut yang melekat itu menyebabkan persaingan antar bank untuk menarik nasabah semakin meningkat dan upaya yang ditempuh bank-bank itupun bermacam-macam, karena itu nasabah bank saat ini dihadapkan pada berbagai pilihan bank yang menawarkan bermacam-macam atribut yang memikat. Keputusan menabung sangat tergantung pada nasabah itu sendiri dan alasan seseorang memilih suatu bank dan bukan bank lain banyak ditentukan oleh pandangan dan tingkat kepercayaannya terhadap bank itu.

Promosi yang dilakukan perbankan sudah umum diterapkan untuk menarik jumlah nasabah. Salah satu cara yang dilakukan adalah melaksanakan undian tabungan berhadiah. Banyaknya hadiah yang ditawarkan oleh bank pertama kali dibuat oleh Bank Dagang Bali dengan produknya yang bernama Tabungan Berhadiah pada tahun 1971. Jenis tabungan ini memberikan hadiah yang menarik seperti barang-barang kebutuhan rumah tangga, elektronik, sepeda motor, mobil sampai dengan rumah. Cara ini kemudian ditempuh oleh bank-bank lain untuk menjadi strategi dalam usaha menjaring nasabah baru. Bahkan beberapa


(8)

bank-bank besar secara rutin melakukan acara penarikan undian secara rutin dan berlangsung secara terus menerus (Arafat, 2006).

Trend dalam upaya meningkatkan penjualan telah dilakukan oleh perusahaan melalui strategi marketing mix. Dalam strategi ini, salah satu upaya untuk meningkatkan penjualan adalah dengan meningkatkan belanja iklan dan promosi penjualan. Kotler (2000) mengatakan bahwa saat ini biaya promosi perusahaan mengalami peningkatan. Pada satu dekade yang lalu, perbandingan belanja iklan dengan promosi adalah sebesar 60%:40%, namun saat ini perbandingan tersebut telah mencapai 65%:75%. Biaya promosi menjadi strategi utama yang ditempuh perusahaan agar penjualannya meningkat.

Salah satu bank yang melakukan upaya-upaya meningkatkan jumlah nasabah dan penghimpunan dana adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank ini melakukan undian dengan berbagai hadiah yang menarik, yaitu :

1. Hadiah Grand Prize Range Rover, diundi akhir masa undian dengan ketentuan saldo minimal Rp. 50 juta pada saat pengundian yang diadakan akhir masa undian akan berakhir, dan kelipatan Rp. 25 jt setelah itu nasabah akan mendapatkan tambahan 1 poin.

2. Nissan X-Trail diundi tiap akhir minggu, dengan ketentuan poin saldo minimal Rp 5 juta pada saat periode penarikan tiap akhir minggu. Setiap kelipatan Rp 2 juta setelah itu nasabah akan mendapat tambahan 1 poin. 3. Uang Tunai Rp 20 juta diundi tiap akhir minggu, dengan ketentuan poin

saldo minimal Rp 1 juta pada saat periode penarikan tiap akhir minggu, dimana setiap kelipatan Rp 1 juta setelah itu nasabah akan mendapat tambahan 1 poin.


(9)

Hadiah ini akan diundi dalam tiap Kantor Wilayah BRI., dan akan diundi secara nasional. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul : “ANALISIS PENGARUH PROGRAM UNDIAN UNTUNG

BELIUNG BRITAMA TERHADAP TINGKAT TABUNGAN BRITAMA DI BRI MEDAN”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh program undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat tabungan Britama dan jumlah nasabah di BRI Medan?

2. Apakah yang menjadi motif utama nasabah untuk menabung di BRI Medan?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentang kebenaran yang dirumuskan untuk pengertian sementara. Maka berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka hipotesis yang dilakukan adalah :

1. Program undian berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah tabungan.

2. Program undian berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah nasabah.


(10)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka secara umum tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh program undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat Tabungan Britama di BRI Medan.

2. Menganalisis tingkatan undian manakah yang paling banyak diikuti oileh nasabah Tabungan Britama di BRI Medan.

3. Menganalisis yang menjadi motif utama nasabah menabung di BRI Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang kepuasan nasabah terhadap pelayanan ini diharapkan mempunyai manfaat :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak bank dalam menentukan dan menggunakan program undian dalam menarik nasabah.

2. Sebagai informasi untuk mengetahui motif nasabah menabung di BRI Medan. 3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana.


(11)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Defenisi Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar untuk simpanan deposan.

Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Agar pengertian bank menjadi jelas, penulis mengutip beberapa defenisi atau rumusan yang dikemukakan sebagai berikut :


(12)

1. Prof.G.M. Verryn Stuart

Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, eventhought they should supply the new money. Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam. Jadi bank dalam hal ini telah melakukan operasi pasif dan aktif, yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus spending unit-SSU) dan menyalurkan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (defisit spending unit-DSU) (Hasibuan, 2002).

2. Drs.H.Malayu S.P. Hasibuan

Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, stabilisator moneter, serta dinamisator pertumbuhan perekonomian (Hasibuan, 2002).

3. A. Abdurracman

Dalam Suyatno menjelaskan bahwa, “bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam usaha, serta memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain“ (Suyatno, et al, 1999).

Defenisi bank di atas memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tetapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup


(13)

masyarakat. Defenisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.

Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan dalam Undang-Undang Perbankan 1967. Pada pasal 1 Undang-Undang Perbankan 1967, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha-usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Berdasarkan pengertian tersebut, bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun (funding) dan menyalurkan dana masyarakat (lending) serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Ketiga fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja. Dengan sendirinya Bank Indonesia tidak termasuk dalam pengertian bank yang sebenarnya, hal ini disebabkan Bank Indonesia bukanlah sebuah badan usaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersial pula.

Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan yang telah diperbaharui yaitu Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak selanjutnya pada Pasal 4 dinyatakan bahwa perbankan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pemerataan,


(14)

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya, bank dalam menyalurkan dana yang diperolehnya harus menggunakan pertimbangan yang matang agar dana yang disalurkan mampu menciptakan pendapatan maksimal bagi bank khususnya dan masyarakat pada umumnya (Tangkilisan, 2003).

Menurut (Rachmadi, 2001) tugas utama bank adalah mengumpulkan dana dari masyarakat (baik dari perorangan maupun dari organisasi). Dengan dana yang terkumpul tadi, bank dapat membantu nasabah yang membutuhkan kredit guna membiayai keperluan bisnis atau tujuan konsumtif. Sebagai balas jasa kepada para penabung dan deposan, bank memberikan bunga sedangkan untuk pemberian kredit kepada perusahaan dan orang perorangan, bank akan menarik bunga. Selisih antara bunga yang diberikan kepada penabung dan deposan dengan bunga yang ditarik debitur merupakan salah satu sumber pendapatan utama bank. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini nampak dari kegiatan pokok yang menerima simpanan dari masyarakat yang kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka.

2.2. Jenis-jenis Bank

2.2.1. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

a. Bank Sentral

Menurut UU No.3 Tahun 2004, Bank Sentral adalah lembaga mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu


(15)

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi resort. Bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia.Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

Tujuan Bank Indonesia

Menurut UU RI No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, dijelaskan tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum

b. Bank Umum

Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 5 disebutkan bahwa menurut jenisnya, bank terdiri dari dua yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat.

Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan


(16)

seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama antara lain:

a) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan;

b) memberikan kredit;

c) menerbitkan surat pengakuan utang; d) memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk

kepentingan bank itu sendiri;

e) menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga;

f) menyediakan tempat untuk menyimpan dan

g) melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

BPR dalam melakukan kegiatannya tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh bank konvensional (bank umum). Ada kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, yaitu:


(17)

a. menerima simpanan berupa giro; b. mengikuti kliring;

c. melakukan kegiatan valuta asing; d. melakukan kegiatan perasuransian.

Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR meliputi hal-hal berikut ini:

a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito;

b. Memberikan pinjaman kepada

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

2.2.2. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing.

a. Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh Bank Sumut, Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya.


(18)

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta pula. Contohnya Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.

c. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

2.2.3. Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

a. Bank Konvensional

Pengertian kata “konvensional” menurut Nasabahs Umu Sementara itu, menurut Nasabahs Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “berdasarkan kesepakatan umum” seperti adat, kebiasaan, kelaziman. Berdasarkan pengertian itu, bank konvensional adalah bank yang dalam

operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.

Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan,


(19)

simpanan deposito, simpanan giro; menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.

Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi. Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut, kemudian dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR. Kedua jenis bank tersebut telah kalian pelajari pada subbab sebelumnya.

b. Bank Syariah

Sekarang ini banyak berkembang bank syariah., Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah


(20)

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.

Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.

2.3. Permodalan Bank

Penggunan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Modal merupkan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan setiap bank. Ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum disebut juga capital adequancy ratio (CAR) berdasarkan PBI 19/12/2010 ditetapkan sebesar 14% dari Angka Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sejalan dengan itu, agar perbankan Indonesia dapat berkembang secara sehat dan memiliki kemampuan bersaing dengan bank-bank internasional, permodalan minimum harus disesuaikan mengikuti standar yang berlaku secara internasional.

Hasil penelitian yang dilakukan Bank Indonesia (2010) mendapati bahwa rata-rata modal inti perbankan nasional tergolong terendah di kawasan ASEAN.


(21)

Ini menyebabkan kontribusi perbankan nasional terhadap perekonomian relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Dibutuhkan revitalisasi industri perbankan agar bank nasional bisa setara dengan bank lain di kawasan.

Berdasarkan data Bank Indonesia akhir 2009, rata-rata modal inti perbankan nasional Rp 2,02 triliun. Dari 121 bank yang beroperasi di Indonesia, hanya 23 bank yang modalnya di atas Rp 2,02 triliun, sementara 98 bank di bawah

rata-rata nasional. Walaupun rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan nasional

tinggi, yakni 17 persen, apabila dibandingkan dengan negara lain, rata-rata modal inti perbankan Indonesia merupakan yang paling rendah.

Rata-rata modal inti perbankan Singapura, misalnya, setara dengan Rp 42,9 triliun, Thailand Rp 10,07 triliun, Malaysia Rp 7,39 triliun, dan Filipina Rp 2,17 triliun. Untuk seluruh kawasan ASEAN, rata-rata modal inti bank setara dengan Rp 12,86 triliun.

Minimnya modal akan membuat kontribusi perbankan nasional terhadap perekonomian relatif kecil. Porsi aset perbankan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekitar 40 persen. Sementara Singapura memiliki rasio sebesar 127 persen, Malaysia sebesar 103 persen, Thailand sebesar 82 persen, dan Filipina sebesar 49 persen.

2.4. Produk-produk dan jasa Perbankan

Produk dan jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.


(22)

Produk perbankan tersebut antara lain : • Tabungan

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Tabungan adalah semua tabungan pihak ketiga kepada bank yang administrasi dilakukan dalam bentuk tabungan, menabung dan penarikan tabungan dilakukan dengan slip tabungan dan slip penarikan yang telah disediakan oleh bank (Hasibuan, 2002). Untuk menghindari kesalahan penafsiran, ada baiknya kita membedakan pengertian tabungan dengan simpanan (deposit). Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk Giro, Deposito Berjangka, Tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipesamakan dengan itu. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa tabungan tidak sama dengan simpanan karena tabungan adalah salah satu bentuk dari simpanan.

Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Pengertian tabungan adalah simpanan dana masyarakat yang penarikannya dapat diambil sewaktu-waktu. Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dimana ada 2 jenis tabungan yang tersedia di Bank Rakyat Indonesia, yaitu BRITAMA dan SIMPEDES, Perbedaan :

a. BRITAMA :


(23)

2. Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Harian Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian. Bunga tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil perhitungan bunga setiap harinya. 3. Biaya administrasi sebesar Rp. 10.000,-

b. SIMPEDES :

1.. Pilihan kartu ATM hanya classic saja. 2. Metode Saldo Terendah Besarnya bunga tabungan dihitung dari jumlah

saldo terendah pada bulan laporan dikalikan dengan suku bunga per tahun kemudian dikalikan dengan jumlah hari pada bulan laporan dan dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun. Misalnya untuk menghitung bunga pada bulan Mei, maka besarnya bunga dihitung : Bunga tabungan = .... % * 31/365 * saldo terendah pada bulan Mei.

Cara penarikan tabungan : 1. Buku Tabungan 2. Slip penarikan

3. ATM (Anjungan Tunai Mandiri) • Deposito

Deposito adalah tabungan pihak ketiga dalam mata uang rupiah dan mata uang asing (dollar), dimana penarikannya memiliki jangkka waktu, 1,3,6,8,12


(24)

bulan. Jika penarikan tidak pas tanggal yang sudah ditetapkan maka nasabah dikenakan penalty sesuai ketentuan ata bunga yang sudah dinikmatinya

• Giro

Giro adalah tabungan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu waktu dan dimanapun, dengan menggunakan biliyet giro atau cek, biasanya digunakan untuk pembayaran bisnis.

• Jasa Perbankan Lainnya

Jasa perbankan lainnya antara lain sebagai berikut :

1. Jasa setoran seperti setoran listrik, telepon, air, atau uang kuliah

2. Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pensiun, atau hadiah

3. Jasa pengiriman uang ( transfer )

4. Jasa penagihan (

5.

6. Penjualan mata uang asing

7. Penyimpanan dokumen

8. Jasa cek wisata

9. Kartu kredit

10. Jasa – jasa yang ada di pasar modal seperti pinjaman pedagang efek.

11. Jasa Letter of Credit ( L/C)

12. Bank garansi dan referensi bank


(25)

2.5. Pengertian Nasabah

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain, ada lima kebutuhan utama nasabah segmen ritel dalam memilih bank, yaitu :

a. Kebutuhan akan pelayanan yang memuaskan1 b. Kebutuhan akan citra (reputasi) bank yang positif c. Kebutuhan akan lokasi bank yang strategis

d. Kebutuhan akan fasilitas perbankan yang lengkap dan modern e. Kebutuhan akan fiture produk yang lengkap.

2.6. Teori Pelayanan

Situasi persaingan antar perbankan yang ketat telah menyebabkan sulit untuk meningkatkan jumlah nasabah. Di pasar yang sudah ada, terlalu banyak produk dengan berbagai keunggulan serta nilai lebih yang ditawarkan oleh para pesaing, sehingga sulit bagi perusahaan untuk merebut pangsa pasar pesaing. Oleh karena itu, alternatif yang lebih baik adalah dengan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan pasar yang sudah ada melalui usaha meningkatkan kepuasan pelanggan.

Dunia perbankan Indonesia saat ini diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Perjuangan untuk menciptakan bisnis yang berulang dengan nasabah yang sudah ada di tangan menempati titik sentral dalam upaya bank untuk tetap unggul dalam persaingan jangka panjang. Memang kini pelayanan yang diterima nasabah sudah dijadikan standar dalam hal menilai kinerja sebuah bank.


(26)

Program pelayanan nasabah (Customer Service) di suatu bank bagi para nasabahnya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian nasabah atas pelayanan yang diterima seperti : penampilan dan kerapihan karyawan (bukti langsung), kemampuan karyawan dalam menanggapi masalah yang dihadapi nasabah (keandalan), kesungguhan karyawan dalam membantu nasabah (daya tanggap), profesionalisme karyawan dalam bekerja (jaminan), keramahan dan kesopanan karyawan dalam menghadapi nasabah (empati). Pada dasarnya pelayananlah yang menjadi faktor terpenting dalam menentukan kepuasan nasabah. Dengan pelayanan yang prima, nasabah akan merasa keanggotaanya memang dibutuhkan dan diperhatikan, sedangkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan itu akan menumbuhkan dan meningkatkan loyalitas nasabah. Loyalitas nasabah memang sangat dibutuhkan oleh bank karena pertumbuhan suatu bank itu sendiri sangat tergantung dari pertumbuhan dana yang berasal dari simpanan nasabah, karena kualitas pelayanan dirasakan memiliki hubungan dan dapat mempengaruhi kepuasan nasabah.

2.7. Faktor yang Mendorong Masyarakat Menabung di Bank

Dalam teori makroekonomi, ada beberapa motif seseorang dalam memegang uang atau yang dikenal dengan motif permintaan uang. Adapun motif permintaan uang antara lain:

a. Motif transaksi (Transaction Motive), yaitu motif dengan menahan uang dengan maksud untuk berjaga-jaga sehingga bilamana terjadi pembayaran sewaktu-waktu pada masa yang akan datang tidak mengalami kesulitan.


(27)

b. Motif untuk menghadapi kemungkinan yang tidak terduga sebelumnya (Precautionary Motive).

c. Motif spekulasi (Speculative Motive), yaitu menggunakan tabungan berupa harta lancar (liquid asset) yang digunakan untuk tujuan spekulatif. Motif ini merupakan motif untuk menahan kekayaan dengan tujuan spekulasi atau mencari untung.

Dalam teori permintaan uang, faktor yang mempengaruhi permintaan uang adalah pendapatan dan suku bunga. Variabel pendapatan memiliki hubungan positip dengan permintaan uang. Jika pendapatan naik, maka permintaan uang akan naik atau masyarakat akan lebih banyak memegang uang dan jika pendapatan turun, maka permintaan uang akan turun.

Selanjutnya, suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap permintaan uang. Jika suku bunga naik, maka masyarakat akan memegang uang lebih sedikit atau dengan kata lain, masyarakat akan lebih memilih untuk menabung, dan jika suku bunga turun, maka masyarakat akan memegang uang. Dengan menurunnya suku bunga, maka masyarakat merasa lebih baik untuk membelanjakan uangnya atau bertransaksi sehingga meningkatkan utility atau kepuasannya.

Alasan/motif seseorang dalam menabung secara umum, misalnya karena : 1. Orang menabung untuk persiapan hari tuanya dan akan menggunakannya

kembali selama masa pensiun, di samping itu juga untuk mewariskan kekayaannya pada turunannya.

2. Orang menabung karena ada kelebihan pendapatan setelah digunakan untuk belanja barang dan jasa.


(28)

3. Motif spekulasi dengan jaminan untuk memperoleh keuntungan karena adanya perubahan tingkat suku bunga di masa mendatang.

4. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai rupiah sehingga orang tidak lagi menanamkan uangnya dalam bentuk dollar di luar negeri.

5. Ternyata dengan munculnya jenis-jenis tabungan baru itu, motif/tujuan orang menabung tidak hanya alasan-alasan seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi juga karena untuk mendapatkan hadiah, karena mengikuti mode dan lain-lain. Meskipun hal ini menunjukkan respon yang positif dari masyarakat.

Faktor-faktor yang menentukan keputusan seseorang dalam memilih bank sebagai tempat menabung sangat tergantung pada atribut-atribut yang melekat pada bank itu, seperti pelayanan karyawan, lokasi, suku bunga, iklan yang menarik, hadiah yang diberikan, frekuensi penyaringan hadiah, bonafiditas bank, kepercayaan masyarakat dan lain-lain. Atribut dari bank itu sebenarnya meliputi 4 bidang, yang dalam masyarakat pemasaran dikenal sebagai marketing mix atau bagian pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat dan promosi.

Menurut Keynes (1936) ada 8 motif yang berbeda dalam menabung yaitu :

(1) Precaution (tindakan pencegahan), berimplikasi pada menambah cadangan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga;

(2) Foresight (tinjauan masa depan), untuk mengantisipasi perbedaan antara pendapatan dengan pengeluaran belanja di masa depan (the life-cycle motive); (3) Calculation (perhitungan), ingin memperoleh keuntungan (bunga uang);

(4) Improvement (perbaikan), meningkatkan standar hidup untuk waktu yang lama;


(29)

(5) Independence (kebebasan), menunjukkan adanya kebutuhan akan kebebasan dan memiliki kekuasaan untuk melakukan sesuatu;

(6) Enterprise (usaha), adanya kebebasan untuk menanamkan uang ketika ia memungkinkan (mendukung);

(7) Pride (kebanggaan), lebih tertuju pada menempatkan uang untuk ahli waris (the bequest motive); dan


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh program Undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat Tabungan Britama di BRI Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Cabang Utama Putri Hijau Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yakni September hingga Nopember 2010.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 30 orang responden yang menabung di PT. BRI Medan.

Jenis data lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, bukan diusahakan sendiri pengumpulannya (Supranto, 2002:67) atau data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku,


(31)

majalah, serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian dan sumber-sumber lainnya seperti jurnal dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati secara langsung, dalam hal ini adalah nasabah.

2. Studi Kepustakaan

Teknik studi kepustakaan ini adalah mengumpulkan data dan informasi melalui telahan berbagai literatur yang relevan atau berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, koran, brosur, internet dan lain-lain.

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode analisis yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti adanya (Irawan, 2004). Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan informasi tentang motif utama yang mempengaruhi nasabah BRI untuk membuka tabungan


(32)

dan menabung di BRI. Data yang diolah dengan analisis deskriptif ini kemudian akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh program undian Untung Beliung Britama terhadap tingkat Tabungan Britama di BRI Medan digunakan metode regresi dummy variabel (variable boneka). Variabel ini dibentuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah tabungan ketika BRI melakukan undian dan ketika BRI tidak mengadakan undian.

Model yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:

Yt = a0 + a1Dt + Et

Dimana

Yt = jumlah tabungan yang dihimpun oleh BRI Medan

Dt = variabel boneka untuk undian. Angka 0 untuk periode tidak diadakan undian dan angka 1 untuk periode diadakannya undian. Et = variabel pengganggu.

Hasil analisis akan memberikan informasi apakah program undian berpengaruh signifikan terhadap jumlah tabungan yang berhasil dihimpun oleh bank BRI Medan atau tidak. Berpengaruh atau tidaknya jumlah tabungan akibat adanya program udian akan ditunjukkan oleh signifikansi variabel boneka.


(33)

3.5. Defenisi Operasional Variabel

1. Program Undian adalah program yang dilakukan oleh pihak bank dalam menarik minat nasabah untuk menjadi atau bertahan di bank tersebut.

2. Pendapatan Tabungan adalah nilai jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu bank dalam suatu tahun tertentu yang dinyatakan dalam rupiah.

3. Pertumbuhan nasabah adalah jumlah pertambahan nasabah dalam suatu bank dilihat dari jumlah peningkatan dalam mengkonsumsi produk bank tersebut yang dinyatakan dalam persentase.

4. Variabel boneka adalah variabel yang dibentuk dari angka 0 dan angka 1. Angka 0 diberikan untuk periode (tahun) tidak dilaksanakannya program undian dan angka 1 diberikan untuk periode (tahun) dilaksanakannya undian.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Kondisi Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.


(35)

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini. b. Kondisi Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2008 berkisar antara 22.9º C – 23.8º C dan suhu maksimum berkisar antara 30.5º C – 32.8º C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23.1º C – 24.3º C dan suhu maksimum berkisar antara 29.8ºC – 32.3ºC. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 82 - 84 %. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,38 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 107,98 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2008 per bulan 16 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 203.5 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 176.08 mm.

c. Kondisi Demografi

Kondisi penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsure agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Dengan melihat sisi demografi, Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi ini menunjukkan suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat


(36)

kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran seperti perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai mempengaruhi tingkat kematian.

Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007. Selanjutnya 2.102.105 jiwa pada tahun 2008 menjadi 2.121.053 jiwa pada tahun 2009. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada suatu tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya. Indikator pertumbuhan penduduk digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya prediksi jumlah penduduk di masa datang, maka dapat diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, baik dibidang sosial, ekonomi maupun politik.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan berkisar 1,53 persen pada tahun 2006, 0,77 persen pada tahun 2007, 0,91 persen pada tahun 2008, dan 0,90 pada tahun 2009. Laju pertumbuhan cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2009. Faktor alami yang dapat mempengaruhi perubahan laju pertambahan penduduk

seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) perlu terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran.


(37)

Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006-2009 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan semakin meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti

konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya.

Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung suatu wilayah. Indikator untuk melihat kepadatan penduduk adalah rasio kepadatan penduduk yang merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah pada tahun tertentu. Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Kota Medan, maka rasio kepedatan penduduk juga semakin meningkat karena luas wilayahnya tetap. Dari tabel 1, terlihat bahwa terjadi peningkatan kepadatan penduduk dari 7.798 jiwa/km2 pada tahun 2006 dan 7.858 jiwa/km2 pada tahun 2007 menjadi 7.929 jiwa/km2 pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 menjadi 8001 jiwa/km2. Tingkat


(38)

kepadatan tersebut termasuk relatif tinggi, sehingga menjadi salah satu permasalahan yang harus diantisipasi.

Apalagi dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Kombinasi antara kepadatan, commuters (penglaju), para pencari kerja dan peran Pemerintah Kota Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan akan pelayanan dasar menjadi meningkat. adanya fenomena penglaju di Kota Medan, menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak yaitu sekitar 2,3 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari yang diperkirakan sebanyak 2,1 juta jiwa. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan karena adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi, (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota, (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah ) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya

dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan.

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah Berdirinya PT. BRI Persero

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.


(39)

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan


(40)

Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah.

PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.


(41)

4.1.3. Budaya Kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero

Objek penelitian ini adalah faslitas kredit yang disalurkan oleh kantor BRI unit Parapat yaitu KUPEDES. Kantor BRI menyalurkan kredit untuk beberapa sektor seperti: sektor pertanian, peternakan, usaha mikro dan kecil yang layak.

Untuk lebih menigkatkan pelayanan serta memberikan pelayanan yang terbaik, sejak tanggal 16 desember 1990 Direktur Utama BRI mencanangkan satu budaya kerja yang baru yang berlaku di lingkungan wilayah kerja BRI di seluruh Indonesia. Dalam budaya kerja ini terkandung nilai-nilai, bukti-bukti dan pedoman yang semuanya merupakan ciri khas BRI dalam melayani nasabahnya. Disamping itu BRI mempunyai motto “melayani seluruh lapisan masyarakat”, juga dikenal adanya budaya “trampil” yang berarti :

T : Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur dan ikhlas.

R : Ramah serta cekatan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah dengan senyum serta penampilan dan budi bahasa yang baik.

A : Andal dalam berbisnis berorientasi yang tinggi dengan sikap sadar bersemangat, daya bersaing yang tinggi dan bekerja dengan efisien.

M : Mandiri dalam bertugas penuh percaya diri, aktif, kreatif serta disipin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya.

P : Piawai dalam bekerja dan menguasai bidang pekerjaannya serta selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

I : Idealis dalam berkreasi dibidang sistem kerja dan produk dengan rasa memiliki perusahaan, bekerja terencana dan menghargai waktu serta memiliki semangat kerja yang tinggi.


(42)

L : Luas dalam wawasan dan tanggap terhadap permasalahan dan situasi yang terjadi.

4.1.4. Visi dan Misi BRI

Visi BRI

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI

• Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

• Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

• Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak - pihak yang berkepentingan.

4.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi BRI adalah berbentuk garis, dimana setiap bawahan hanya bertanggung jawab langsung kepada seorang atasan saja. Tiap-tiap bagian terpisah antara satu dengan lainnya berdasarkan fungsi dan tugasnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(43)

STRUKTUR ORGANISASI

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO)

Gambar 4.1: Struktur Organisasi Perusahaan PT. BRI PERSERO

4.2. Perkembangan Bank Rakyat Indonesia Medan

4.2.1. Perkembangan Jumlah Penabung dan Tabungan Britama

Jumlah penabung BRITAMA yang ada di BANK BRI Medan meningkat dari tahun ke tahun, dapat dilihat dari tahun 2005 berjumlah sebesar 251.100, penabung pada tahun 2006 adalah 270.710, penabung pada tahun 2007 adalah 295.090, penabung tahun 2008 adalah 332.500, penabung 2009 adalah 376.230.

Tabel 4.2

Perkembangan Jumlah Penabung BRITAMA Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Penabung Pertumbuhan (%)

2005 251.100

2006 270.710 7,81

2007 295.090 9,01

2008 332.500 12,68

2009 376.230 13,15

Sumber: BRI Medan

CS TELLER AO


(44)

Jumlah penabung di BRI Medan mengalami trend yang terus meningkat. Pada tahun 2006, pertumbuhan jumlah menabung meningkat 7,81%. Pada tahun 2007, jumlah penabung kembali tumbuh sebesar 9,01%. Trend yang terus meningkat diperoleh pada tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2008, pertumbuhan jumlah penabung meningkat 12,68% dan pada tahun 2009, pertumbuhan jumlah penabung mencapai puncaknya yakni tumbuh sebesar 13,15%.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Tabungan Britama Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Tabungan

(000 Rp)

Pertumbuhan (%)

2005 1.525.820.000

2006 1.744.400.000 14,33

2007 2.174.260.000 24,64

2008 2.211.280.000 1,70

2009 2.711.313.000 22,61

Sumber: BRI Medan

Jumlah tabungan pada BRI Medan juga mengalami peningkatan yang sangat besar selama 5 tahun terakhir, yakni mencapai 77,7% atau tumbuh rata-rata sebesar 15,5% per tahunnya. Pertumbuhan jumlah tabungan tertinggi terjadi pada tahun 2007, dimana pertumbuhan jumlah tabungan meningkat sebesar 24,64%. Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada tahun 2009, yakni mencapai 22,61%. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2008, hanya sebesar 1,70%.


(45)

4.2.2. Perkembangan Jumlah Penabung Giro dan Jumlah Tabungan Giro

Untuk mendukung kegiatan bisnis nasabahnya, Bank BRI Medan juga menawarkan tabungan giro. Pelayanan ini diberikan agar mempermudah nasabah BRI Medan dalam melakukan transaksi bisnis dalam nominal besar. Di samping itu, transaksi giro juga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pada nasabah BRI Medan.

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Penabung Giro Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Nasabah

(orang) Pertumbuhan (%)

2005 8.001

2006 9.350 16,86

2007 9.880 5,67

2008 11.070 12,04

2009 13.170 18,97

Sumber: BRI Medan

Pertumbuhan Jumlah penabung giro di PT. Bank BRI Cabang Medan mengalami fluktuasi yang cukup bervariasi. Namun trend pertumbuhannya cenderung meningkat. Pada tahun 2006, pertumbuhan jumlah nasabah mencapai 16,86%. Akan tetapi, pertumbuhannya mengalami penurunan hingga mencapai 5,67% saja pada tahun 2007. Trend pertumbuhan jumlah nasabah penabung giro kembali meningkat pada tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2009, pertumbuhan nasabah penabung giro di BRI Cabang Medan mencapai 18,97%.


(46)

Tabel 4.5

Perkembangan Jumlah Tabungan Giro Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Tabungan

(000 Rp) Pertumbuhan (%)

2005 395.347.000

2006 401.267.000 1,50

2007 435.928.000 8,64

2008 572.635.000 31,36

2009 836.237.000 46,03

Sumber: BRI Medan

Jumlah tabungan giro di BRI Medan juga mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Selama lima tahun terakhir, awalnya pertumbuhan tabungan hanya bertambah cukup kecil yakni di bawah 10,0%. Pada tahun 2008, pertumbuhannya mengalami peningkatan yang sangat besar yakni mencapai 31,3%. Pertumbuhan jumlah tabungan terus berlanjut hingga tahun 2009 yang mencapai jumlah terbesar yakni mencapai 46,03%.

4.2.3. Perkembangan Jumlah Tabungan Deposito

Selain tabungan dan giro, BRI Medan juga menerima simpanan nasabah dalam bentuk tabungan deposito, walaupun jumlahnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tabungan Britama dan Giro. Akan tetapi, jumlah tabungan deposito terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.


(47)

Tabel 4.6

Perkembangan Jumlah Tabungan Deposito Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah Tabungan Deposito

(000 Rp) Pertumbuhan (%)

2005 163.170.000

2006 399.556.000 144,87

2007 464.614.000 (16,28)

2008 410.352.000 (11,68)

2009 1.842.572.000 349,02

Sumber: BRI Medan

Selama lima tahun terakhir, jumlah tabungan deposito mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada tahun 2006, jumlah tabungan deposito tumbuh hingga 144,87%, namun pertumbuhannya mengalami penurunan hingga 16,28% pada tahun 2007. Namun pada tahun 2008, jumlah tabungan depostito mengalami penurunan hingga 11,68%. Pada tahun 2009, pertumbuhan tabungan deposito mengalami pertumbuhan kembali, dan naik hingga 349,02%.

4.3. Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil regresi antar variabel independen (Program Untung

Beliung Britama, jumlah giro dan deposito) dan variabel dependen (jumlah tabungan BRITAMA), maka digunakan data sekunder yang berasal dari Bank Rakyat Indonesia yang dicatat mulai dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 (5 tahun) dengan menggunakan metode Dummy.

Pada umumnya cara yang dipakai untuk menyelesaikan adalah memberikan nilai 1 (satu) kalau kategori yang dimaksud ada, dan nilai 0 (nol)


(48)

kalau kategori yang dimaksud tidak ada, (bisa juga sebaliknya tergantung tujuannya). Dalam kasus ini bila kategori ada maka diberi nilai 1 dan jika kategori tidak ada diberi nilai 0. Variabel yang mengambil nilai 1 dan 0 disebut variabel dummy dan nilai yang diberikan dapat digunakan seperti variabel kuantitatif lainnya.

Variabel bebas (x) dalam regresi logistik yang bertipe kualitatif maka diguinakan variabel dummy (dummy variable).

Dengan rumus :

Yi = α0 + αi Di

Dimana :

Yi = Variabel tidak bebas (dependent variabel) D1 = Variabel Dummy (Dummy variabel)

Dengan mengasumsi bahwa unsur gangguan (disturbance) memenuhi asumsi yang biasa dari model regresi linier klasik :

E (Yi Di = 0) = α Dan


(49)

Tabel 4.7

Perkembangan Jumlah Tabungan Britama dan Giro Tahun 2005-2009

tahun Britama Giro Deposito D

2005 Rp. 1.525.820.000 Rp. 395.347.000 163.170.000 0 2006 Rp. 1.744.400.000 Rp. 401.267.000 399.556.000 1 2007 Rp. 2.174.260.000 Rp. 435.928.000 464.614.000 0 2008 Rp. 2.211.280.000 Rp. 572.635.000 410.352.000 1 2009 Rp. 2.711.313.000 Rp. 836.237.000 1.842.572.000 0

Dari data di atas, selanjutnya dilakukan estimasi dilakukannya undian Untung Beliung terhadap pertumbuhan Tabungan Britama, Deposito dan Giro di BRI Medan. Hasil analisis akan dapat digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh program undian terhadap perubahan simpanan nasabah di BRI Medan.

Tabel 4.8. Hasil Estimasi Regresi

Variabel Tabungan (Y1) Deposito (Y2) Giro (Y3)

Konstanta 14,55 13,70 13,16

Dummy -0,057 -0,089 -0,248

t-stat -0,245 -0,270 -0,273

R2 0,019 0,023 0,024

Sumber: Hasil analisis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program undian Untung Beliung tidak signifikan mempengaruhi tabungan Britama, deposito dan giro di BRI


(50)

Medan. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada satupun variabel simpanan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Program Undian Untung Beliung bukan variabel yang mempengaruhi jumlah tabungan, deposito dan giro di BRI Medan.

Selanjutnya dilakukan analisis Program Undian Britama terhadap jumlah penabung di BRI Medan. Hasil estimasi adalah sebagai berikut:

Y = 12.622 - 0,01Dummy (-0,06) R2 = 0,02

Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa Program Undian Untung Beliung juga tidak mempengaruhi jumlah orang untuk menabung di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan tidak signifikannya variabel dummy pada pertumbuhan jumlah nasabah. Dengan demikian ada variabel lain yang mempengaruhi motif nasabah menabung di BRI Medan.

Selanjutnya dilakukan analisis motif nasabah menabung di BRI Medan. Hasil wawancara terhadap 30 responden di BRI Medan diperoleh motif nasabah menabung. Adapun motif menabung adalah sebagai berikut:

1. Pelimpahan gaji pensiun (8 responden) 2. Pelimpahan gaji PNS ( 7 responden)

3. Karena biaya administrasi cukup murah dibandingkan bank lain ( 2 responden) 4. Bank yang banyak tersebar dimana-mana

5. Sebagai penunjang bisnis usaha, karena rekan bisnis banyak menabung di BRI (7 responden)


(51)

7. Rasa kepercayaan karena BRI adalah bank yang besar ( 3 responden) 8. Hanya ada BRI didaerah tempat tinggal saya (3 responden)

9. Karena ada undiannya

Menurut hasil wawancara diatas, dapat dilihat tujuan nasabah menabung di bank BRI yang paling banyak adalah untuk menampung uang gaji pension setiap bulannya sebanyak 8 responden atau sekitar 27 %, kemudian untuk pelimpahan gaji PNS setiap bulannya sebanyak 7 responden atau sekitar 23 % sama banyaknya dengan tujuan nasabah menabung untuk menunjang bisnis mereka, dimana rekanan bisnis juga menggunakan BRI, sehingga transaksi akan lebih lancar jika mereka menggunakan bank BRI juga. Sedangkan tujuan nasabah menabung karena rasa kepercayaan BRI sebagai bank besar dank arena bank dekat dengan tempat tinggal nasabah hanya sebanyak masing masing 3 responden atau sekitar 10%.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan. Hasil regresi menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut :

1. Dapat dilihat perbandingan antara jumlah penabung Britama terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 7,81%, tahun 2007-2008 adalah 9,01%, tahun 2008-2009 adalah 12,68%, tahun 2008-2009 adalah 13,5%, hal tersebut berbanding searah dengan jumlah tabungan Britama, dimana pada tahun 2006-2007 adalah 14,33%, tahun 2007-2008 adalah 24,64%, tetapi jumlah tabungan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2008-2009 sebesar 1,70% sedangkan pada tahun tersebut jumlah penabung terus meningkat 12,68%, lalu tahun 2008-2009 pengalami kenaikan kembali 22,61%.

Sedangkan perbandingan antara jumlah penabung Giro mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 16,86%, sedangkan tahun 2007-2008 jumlah penabung mengalami penurunan sebesar 5,67%, tahun 2008-2009 adalah 12,04%, tahun 2008-2009 adalah 18,97%, hal tersebut berbanding searah dengan jumlah tabungan giro yang terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006-2007 adalah 1,50%, tahun 2007-2008 adalah naik menjadi 8,64%, hal ini berbanding terbalik karena pada tahun ini


(53)

jumlah penabung turun menjadi 5,67%, tahun 2008-2009 naik kembali sebesar 31,36%, lalu tahun 2008-2009 pengalami kenaikan kembali 46,03%.

Sedangkan jumblah penabung deposito terus mengalami pasang surut dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 144,87%, tahun 2007-2008 pertumbuhan deposito mengalami penurunan sangat drastis menjadi 16,28%, tahun 2008-2009 pertumbuhan deposito mengalami penurunan kembali 11,68%, tapi pada tahun 2008-2009 tingkat deposito mengalami kenaikan sangat drastis menjadi 349,02%,

2. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa program undian Untung Beliung tidak signifikan mempengaruhi tabungan Britama, deposito dan giro di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada satupun variabel simpanan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Program Undian Untung Beliung bukan variabel yang mempengaruhi jumlah tabungan, deposito dan giro di BRI Medan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tersebut di atas, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan sikap, terutama yang berhubungan dengan peningkatan motif masyarakat menabung di BRI.

1. Mengingat usaha pokok perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat, sebaiknya perbankan meningkatkan mutu kualitas dari layanan, teknologi agar bisa menarik minat masyarakat untuk mempercayai uangnya disimpan di bank.


(54)

2. Pihak bank sebaiknya mengadakan program undaian yang lebih sering diadakan dan tingkat hadiah yang lebih terjangkau sehingga nasabah bank yang kebanyakan masyarakat menengah kebawah dapat ikut serta dalam pengundian hadiah.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Wilson, 2006. Manajemen Perbankan Indonesia: Teori dan Implementasi, Jakarta: LP3ES

Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian, Jakarta: UI Press.

Darmawan, Indra, SE. 1992. Pengantar Uang Dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dea, Marsuki, 2005. Analisis Sektor Perbankan, Moneter, dan Keuangan Indonesia Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Erawan, Nyoman,1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi, Denpasar: Upada Sastra.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Penerbit Erlangga

Kasmir, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke enam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2002. Manajemen Perbankan, Edisi Satu, Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keynes, John Maynard, 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money.

Kotler, Philip, 2000. Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall.

Mahmoeddin, H, 1995. 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Manullang, M, DRS, 1993. Ekonomi Moneter, Medan : Bala Aksara

Manurung, Mandala, 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter, Jakarta: UI Press.


(56)

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta. Nopirin.1992. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Pendit. S. Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan eviews dalam Ekonometrik, Medan: USU Press.

Soekirno, Sadono, 2001. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Spillane, James, 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjoekam, H. Mohammad, 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Jakarta: PT. Gramedia.


(1)

7. Rasa kepercayaan karena BRI adalah bank yang besar ( 3 responden) 8. Hanya ada BRI didaerah tempat tinggal saya (3 responden)

9. Karena ada undiannya

Menurut hasil wawancara diatas, dapat dilihat tujuan nasabah menabung di bank BRI yang paling banyak adalah untuk menampung uang gaji pension setiap bulannya sebanyak 8 responden atau sekitar 27 %, kemudian untuk pelimpahan gaji PNS setiap bulannya sebanyak 7 responden atau sekitar 23 % sama banyaknya dengan tujuan nasabah menabung untuk menunjang bisnis mereka, dimana rekanan bisnis juga menggunakan BRI, sehingga transaksi akan lebih lancar jika mereka menggunakan bank BRI juga. Sedangkan tujuan nasabah menabung karena rasa kepercayaan BRI sebagai bank besar dank arena bank dekat dengan tempat tinggal nasabah hanya sebanyak masing masing 3 responden atau sekitar 10%.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan. Hasil regresi menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut :

1. Dapat dilihat perbandingan antara jumlah penabung Britama terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 7,81%, tahun 2007-2008 adalah 9,01%, tahun 2008-2009 adalah 12,68%, tahun 2008-2009 adalah 13,5%, hal tersebut berbanding searah dengan jumlah tabungan Britama, dimana pada tahun 2006-2007 adalah 14,33%, tahun 2007-2008 adalah 24,64%, tetapi jumlah tabungan mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2008-2009 sebesar 1,70% sedangkan pada tahun tersebut jumlah penabung terus meningkat 12,68%, lalu tahun 2008-2009 pengalami kenaikan kembali 22,61%.

Sedangkan perbandingan antara jumlah penabung Giro mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 16,86%, sedangkan tahun 2007-2008 jumlah penabung mengalami penurunan sebesar 5,67%, tahun 2008-2009 adalah 12,04%, tahun 2008-2009 adalah 18,97%, hal tersebut berbanding searah dengan jumlah tabungan giro yang terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006-2007 adalah 1,50%, tahun 2007-2008 adalah naik menjadi 8,64%, hal ini berbanding terbalik karena pada tahun ini


(3)

jumlah penabung turun menjadi 5,67%, tahun 2008-2009 naik kembali sebesar 31,36%, lalu tahun 2008-2009 pengalami kenaikan kembali 46,03%.

Sedangkan jumblah penabung deposito terus mengalami pasang surut dari tahun ke tahun dimana pertumbuhan 2006 -2007 adalah 144,87%, tahun 2007-2008 pertumbuhan deposito mengalami penurunan sangat drastis menjadi 16,28%, tahun 2008-2009 pertumbuhan deposito mengalami penurunan kembali 11,68%, tapi pada tahun 2008-2009 tingkat deposito mengalami kenaikan sangat drastis menjadi 349,02%,

2. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa program undian Untung Beliung tidak signifikan mempengaruhi tabungan Britama, deposito dan giro di BRI Medan. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada satupun variabel simpanan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Program Undian Untung Beliung bukan variabel yang mempengaruhi jumlah tabungan, deposito dan giro di BRI Medan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian tersebut di atas, maka penulis mencoba memberikan saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan sikap, terutama yang berhubungan dengan peningkatan motif masyarakat menabung di BRI.

1. Mengingat usaha pokok perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat, sebaiknya perbankan meningkatkan mutu kualitas dari layanan, teknologi agar bisa menarik minat masyarakat untuk mempercayai uangnya disimpan di bank.


(4)

2. Pihak bank sebaiknya mengadakan program undaian yang lebih sering diadakan dan tingkat hadiah yang lebih terjangkau sehingga nasabah bank yang kebanyakan masyarakat menengah kebawah dapat ikut serta dalam pengundian hadiah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Wilson, 2006. Manajemen Perbankan Indonesia: Teori dan Implementasi, Jakarta: LP3ES

Arief, Sritua, 1993. Metodologi Penelitian, Jakarta: UI Press.

Darmawan, Indra, SE. 1992. Pengantar Uang Dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dea, Marsuki, 2005. Analisis Sektor Perbankan, Moneter, dan Keuangan Indonesia Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Erawan, Nyoman,1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi, Denpasar: Upada Sastra.

Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Penerbit Erlangga

Kasmir, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke enam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2002. Manajemen Perbankan, Edisi Satu, Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keynes, John Maynard, 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money.

Kotler, Philip, 2000. Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall.

Mahmoeddin, H, 1995. 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Manullang, M, DRS, 1993. Ekonomi Moneter, Medan : Bala Aksara

Manurung, Mandala, 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter, Jakarta: UI Press.


(6)

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta. Nopirin.1992. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Pendit. S. Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan eviews dalam Ekonometrik, Medan: USU Press.

Soekirno, Sadono, 2001. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Spillane, James, 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Tjoekam, H. Mohammad, 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, Jakarta: PT. Gramedia.