b. Konflik bersenjata antara suatu bangsa people
32
Dengan demikian Konflik bersenjata internasional telah mengalami perluasan ruang lingku dan pengertian sehingga sekarang ini konflik
bersenjata internasional tidak hanya sebatas perang antar Negara. melawan
colonial domination, alien occupation, racist regimes CAR Conflicts.
2. Konflik Bersenjata Non- Internasional
Keadaan kerusuhan dan ketegangan internal dapat meluas sampai kepada titik bahwa pemerintah memutuskan melibatkan angkatan
bersenjata dalam operasi untuk memulihkan ketertiban di wilayahnya. Apabila hal ini terjadi, maka konfrontasi antara para anggota angkatan
bersenjata atau kelompok bersenjata terorganisir dapat dikatakan
merupakan keadaan “sengketa bersenjata non-internasional” atau “perang saudara”.
33
1. Setiap keadaan di dalam suatu Negara, dimana terjadi pecah
permusuhan yang jelas dan tidak dapat diragukan, antara angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata terorganisir
Dalam Sengketa Bersenjata non-internasional ini, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
32
Berdasarkan keputusan majelis umum PBB dan keputusan konferensi diplomatic yang pertama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa people yang dimaksudkan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol 1
adalah people yang mendapatkan pengakuan dari organisasi antar pemerintah yang ada di wilayah tersebut.
33
C. de Rover, To serve and to protect Acuan Universal Penegakan Ham. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000, halaman 235.
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Dalam tipe ini, jika terjadi di wilayah salah satu Negara peserta Konvensi Jenewa tahun 1949, maka para pihak
bersengketa tersebut terikat untuk menerapkan ketentuan- ketentuan dalam pasal 3 ketentuan yang bersamaan pada
konvensi-konvensi jenewa tersebut. Pasal 3 ketentuan yang bersamaan common article tersebut berusaha memberikan
perlindungan kepada: a.
Orang yang aktif dalam permusuhan b.
Para anggota angkatan bersenjata yang meletakkan senjata mereka; dan merekq yang termasuk dalam
kategori hors de combat
34
2. Setiap hal pembangkang angkatan bersenjata dan kelompok-
kelompok bersenjata terorganisir di bawah kepemimpinan atau komando yang bertanggung jawab, dan melaksanakan
pengawasan sedemikian rupa atas sebagian wilayah yang memungkinkan mereka melakukan operasi militer secara
berkesinambungan dan berkelanjutan dan melaksanakan protokol. Dalam hal yang kedua ini, dan dalam hal tidak
adanya pengetahuan mengenai keadaan perang yang menyangkut pelaksanaan seluruh hukum perang, ketentuan
pasal 3 yang bersamaan yang ditetapkan diatas tetap berlaku. karena sakit, luka atau sebab
lain.
34
C. de Rover menyatakan hors de combat dengan sebutan uzur tempur.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tambahan, peraturan protocol tambahan pada konvensi jenewa tahun 1949, dan berkaitan dengan perlindungan korban
sengketa bersenjata non-internasional protocol II tahun 1977 harus dipatuhi.
Sengketa bersenjata internal dapat mengarah kepada keadaan “ketidakpatuhan umum” secara luas, dalam hal ini
penghormatan kepada aturan hukum dalam bahaya besar. Ketidakpatuhan umum dapat berkembang ke dalam budaya
pembebasan orang-orang yang bersalah. Dalam keadaan demikian badan-badan penegak hukum perlu melanjutkan
pekerjaannya dan mengatur untuk menyusun kegiatan mereka untuk mencegah dan menyelidiki kejahatan. Para pelanggar
tindak pidana harus diajukan ke pengadilan dan peraturan hukum yang berlaku
35
H. Akibat Hukum Pecahnya Perang dan Konflik Bersenjata