Rafika Anggraeni : Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi pada dasarnya adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri, mulai dari tingkat atas sampai pada tingkat bawah. Konsep
kinerja pemerintah daerah sendiri muncul ketika institusi pemerintahan mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik menjadi good governance.
Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang memiliki visi dan misi yang jelas serta terukur. Artinya bahwa visi dan misi tidak akan bermakna ketika tidak
teraktualisasikan dalam kinerja organisasi dalam kerangka menciptakan good governance. Oleh karena itu, kinerja merupakan the ultimate goals dalam setiap
organisasi publik. Visi dan Misi itu sendiri mencerminkan komitmen organisasi secara teori dan diharapkan mampu diwujudkan dengan kinerja organisasi yang baik. Menurut
Kumorotomo 2005:103, kinerja organisasi publik adalah hasil akhir output organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien,
sesuai dengan kehendak pengguna jasa informasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Penggunaan anggaran merupakan konsep yang sering dipergunakan untuk melihat kinerja organisasi publik. Anggaran yang disusun harus dengan pendekatan kinerja.
Penerapan anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diterapkan
Rafika Anggraeni : Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, 2010.
secara bertahap mulai tahun anggaran 2005. Namun demikian, hingga saat ini masih sulit untuk melihat tolak ukur memadai yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja
pemerintah daerah secara komprehensif. Padahal tolak ukur ini sangat diperlukan untuk menjadi pedoman, baik bagi pemerintah sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan
dalam menilai kinerja pemerintah daerah. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa selama lebih dari tiga dekade, pada waktu
orde baru berkuasa, proses penyusunan anggaran masih jauh dari kata aspiratif. Bukan hanya tidak aspiratif, selama periode orde baru berkuasa anggaran kita yang menganut
sistem anggaran rutin dan anggaran pembangunan, juga dibelit berbagai persoalan kronis seperti masalah pemborosan, kebocoran, penyimpangan, dan penyelewengan. Beberapa
tahun yang lalu, gagasan untuk memperbaiki sistem penganggaran menjadi demokratis, transparan, dan akuntabel merupakan usulan yang tepat. Keberhasilan gerakan reformasi
di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim orde baru membuka peluang bagi upaya untuk memperbaiki sistem anggaran yang membelit negara kita. Hal ini karena
reformasi telah berhasil mengembalikan supremasi rakyat dan pemulihan kembali peran lembaga perwakilan rakyat. Pemerintah juga mengimplementasikan kebijakan otonomi
dan desentralisasi dengan diundangkannya UU No. 221999 tentang otonomi daerah dan UU No. 251999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang kemudian
direvisi menjadi UU No. 322004 dan UU No. 342004. Dengan diimplementasikannya peraturan tersebut berarti daerah memiliki kewenangan yang makin besar untuk
mengurus rumah tangga sendiri-sendiri, termasuk di dalamnya kewenangan yang lebih besar dalam hal pembuatan anggaran. Meningkatnya kewenangan tersebut tentu akan
membawa berbagai implikasi bagi daerah. Peningkatan wewenang penyusunan anggaran
Rafika Anggraeni : Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, 2010.
yang lebih besar bagi daerah akan memungkinkan daerah untuk membuat berbagai program yang lebih aspiratif bagi masyarakat daerah. Wujud dari penyelenggaraan
otonomi daerah adalah pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil, dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik.
Partisipasi merupakan konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya Robbins, 2002:179. Partisipasi
anggaran adalah salah satu cara untuk menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapai tujuan institusi yang terkait. Partisipasi aparat
pemerintah daerah dalam proses penganggaran pemerintah daerah mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran
daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. Aparat perangkat daerah pada pemerintahan daerah yang terlibat dalam proses penganggaran pemerintah daerah
diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan melalui perencanaan anggaran. Hal ini sangat penting karena aparat SKPD pemerintah daerah
akan merasa lebih produktif dan puas terhadap pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian
Sinambela 2003 menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja pegawai. Sementara penelitian Sumarno
2005 mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan negatif yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja pegawai. Bambang dan Osmad 2007 meneliti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan
dukungan yang kuat terhadap nilai dan tujuan goal yang ingin dicapai organisasi
Rafika Anggraeni : Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, 2010.
Mowday et al, 1979 dalam Darma, 2004. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan
organisasi menjadi lebih baik. Komitmen juga berarti bahwa pegawai mematuhi peraturan dan berupaya melaksanakan tugas dengan baik untuk mendukung tercapainya
visi dan misi. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat individu lebih berpihak pada kepentingan pribadinya. Sumber daya manusia merupakan aset vital pada hampir
semua jenis organisasi. Oleh karena itu, upaya memperbaiki kinerja organisasi tidak mungkin dapat berhasil jika komitmen pegawai yang tercermin dari perilakunya tidak
diarahkan dengan baik. Informasi hasil pengukuran kinerja dapat dijadikan feedback umpan balik untuk mengarahkan perilaku pegawai menuju perbaikan kinerja
selanjutnya. Menurut Luthans 2006: 250, terdapat hubungan positif antara komitmen
organisasi, gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi, gaji, terhadap kinerja, tingkat pergantian karyawan yang rendah, dan tingkat ketidakhadiran yang rendah, serta terdapat
bukti bahwa komitmen karyawan berhubungan dengan persepsi iklim, organisasi yang hangat dan mendukung, dan menjadi anggota tim yang baik dan siap membantu.
Penelitian Sumarno 2005 menemukan pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja pegawai adalah positif dan signifikan.
Bambang dan Osmad 2007 menemukan pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat
pemda. Peneliti memilih Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu sebagai objek penelitian karena telah diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja di pemerintahan ini. Sistem
yang semakin baik ini hendaknya sejalan dengan peningkatan kinerja pemerintahan.
Rafika Anggraeni : Pengaruh Partisipasi Anggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu, 2010.
Anggaran yang disusun sangat erat kaitannya dengan publik. Pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengelola keuangannya dengan efisien, efektif, dan ekonomis. Namun,
bagaimana pengaruh partisipasi ini terhadap kinerja pemerintah itu sendiri. Hal ini penting untuk dievaluasi mengingat banyaknya peraturan tertulis yang sudah dibuat oleh
pemerintah pusat sampai pada kebijakan pemerintah daerah itu sendiri. Jangan sampai hanya menjadi sebatas peraturan dan teori, karena dalam membuat peraturan itu sendiri,
negara mungkin telah menghabiskan sekian banyak dana. Realisasi dari komitmen yang secara jelas dipaparkan dalam visi dan misi yang mengatasnamakan berbasis kinerja dan
pelayanan publik diharapkan mampu menghapus pandangan negatif masyarakat tentang kinerja pemerintah daerah. Uraian tersebut menjadi alasan peneliti untuk menemukan
bukti empiris tentang “pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu”.
B. Perumusan Masalah