Dilihat dari segi etik yang mendasari gagasan koperasi, banyak terdapat segi-segi yang mendukung persamaan dan dapat diberi rujukan dari
ajaran Islam. Persamaan etik itu ditemukan dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong menolong ta’awun, persaudaraan ukhuwah dan
pandangan hidup demokrasi musyawarah seperti dalam al-Qur’an menyuruh manusia agar bekerja sama dan tolong menolong itu hanyalah dilakukan
dalam kebaikan dan mencerminkan ketaqwaan kepada tuhan. Hal ini seperti dikatakan dalam al-Qur’an:
......... َو
اْﻮُﻧَوﺎَﻌَﺗ ﻰَﻠَﻋ
ﱢﺮِﺒﻟا َو
ىَﻮْﻘﱠﺘﻟا ﺎَﻟَو
اْﻮُﻧَوﺎَﻌَﺗ ﻰَﻠَﻋ
ِﻢْﺛِﻹا ِناَوْﺪُﻌﻟاَو
َﷲااﻮُﻘﱠﺗاَو ﱠنِإ
َﷲا ُﺪْﯾِﺪَﺷ
ِبﺎَﻘِﻌﻟا .
“....dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah Swt, sesungguhnya Allah amat berat siksanya”. Q.S. al-Maidah: 2
Menurut Mahmud Syaltut guru besar hukum islam mesir, koperasi
Syirkah Ta’awuniyah adalah suatu syirkah baru yang belum dikenal oleh para fuqoha lampau, tapi baru diperkenalkan oleh para ahli ekonomi.
9
Yakni, kerjasama antara dua orang atau lebih untuk berserikat modal dan keuntungan
atas perjanjian profit dan loss sharing keuntungan dan kerugian dibagi antara para anggota.
9
Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, Bandung: Angkasa, 2013 cet. Ke-1, h.100
3. Rukun Syirkah Dalam menjalankan koperasi syariah atau syirkahi harus memenuhi
rukun. Rukun syirkah tersebut adalah:
10
a. Shighat ucapan: ijab dan qabul penawaran dan penerimaan b. Pihak yang berkontrak shahibul maal dan pelaksanaan Musyarik
c. Obyek kesepakatan: modal dan kerja
4. Syarat Syirkah
11
a. Ucapan. Dan juga bisa berbentuk tulisan serta ikatan dan disaksikan bila mengadakan kontrak syirkah.
b. Pihak yang berkontrak;. c. Objek Kontrak; Dana dan Kerja
1 Dana; modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang bernilai sama.
2 Kerja; partisipasi para mitra kerja dalam pekerjaan syirkahi adalah ketentuan dasar. Tidak dibenarkan jika salah seorang diantara mereka
mengatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan dalam kerja sama itu.
10
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta: Djambatan, 2003, h.181
11
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,......... , h.181
C. Loyalitas Pelanggan
1. Pengertian Loyalitas Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang
terhadap suatu objek. Mowen dan Minor 1998 mendefinisikan loyalitas sebagai kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap suatu
merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskannya dimasa mendatang. Loyalitas menunjukkan kecendrungan
pelanggan untuk menggunakan suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi. Ini berarti loyalitas selalu berkaitan dengan preferensi
pelanggan dari pembelian aktual.
12
Menurut sheth dan Mittal dalam Tjiptono loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan
sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
13
2. Konsep dan Model Loyalitas Pelanggan Secara garis besar, literatur loyalitas merek dan loyalitas pelanggan
didominasi dua aliran utama, yaitu aliran stokastik behavioral dan aliran deterministik sikap.
14
12
Ahmad Mardalis, Meraih Loyalitas Pelanggan, BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 9 No.2 Desember 2005 Hal.111-112
13
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia Publishing, 2004h.387
14
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, ........, h.389
Berdasarkan perspektif behavioral, loyalitas merek diartikan sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan. Setiap kali
seorang konsumen membeli ulang sebuah produk atau bila ia membeli merek produk yang sama maka ia dikatakan pelanggan yang setia pada merek
tersebut dalam kategori produk bersangkutan. Sedangkan dalam aliran deterministik, loyalitas dipandang sebagai
sikap. Asumsi utamanya adalah bahwa terdapat sejumlah kecil faktor eksplanatoris yang mempengaruhi loyalitas.
Dikutip dari Tjiptono Uncles, et al. 2003 mengidentifikasikan tiga model populer dalam konseptualisasi loyalitas pelanggan yang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
15
15
Ibid, ........, h. 402
Sikap dan Keyakinan Positif Terhadap merek
Loyalitas Sikap Terhadap Merek Biasanya Berupa Loyalitas
Merek Tunggal Menunggal Pengaruh Orang Lain,
Keanggotaan Komunitas dan Identitas yang Signifikan
Gambar 2.1 Tiga Model Loyalitas Pelanggan
Model 1
Model 2
Model 3
Model 1 satu memandang loyalitas sebagai sikap yang kadang- kadang mengarah pada terjadinya relasi dengan merek. Model ini berargumen
bahwa harus ada komitmen sikap terhadap suatu merek, baru bisa terbentuk loyalitas sejati. Sikap ini tercermin dalam serangkaian keyakinan positif yang
konsisten terhadap merek yang dibeli. Model 2 dua mendasarkan loyalitas lebih pada pola pembelian masa
lalu dibandingkan motivasi atau komitmen konsumen terhadap merek. Model
Habitual Revealed Behavior
Pengalaman Memuaskan dan Komitmen Lemah Terhadap Merek
Situasi Pembelian, Situasi Pemakaian dan Pencarian Variasi
Co-determinan Pembelian Merek Terutama Dipandang Sebagai
Loyalitas Lemah atau Tidak Loyal
Kondisi dan Karakteristik Individu Loyalitas Behavioral Terhadap
Merek Terutama Berupa SplitDivided Loyalty Terhadap
Beberapa Merek – Poligami
ini mengandalkan data longituidinal tentang pola pembelian diberbagai kategori produk dan dibanyak negara. Riset-riset berdasarkan perspektif ini
menemukan bahwa hanya sedikit konsumen yang tergolong loyal monogami 100 loyal atau “promiscuous” tidak loyal terhadap merek apapun. Yang
paling banyak justru loyal poligami, yakni loyal terhadap portofolio merek tertentu dalam suatu kategori produk.
Model 3 tiga merupakan ancangan kontingensi yang beranggapan bahwa konseptualisasi untuk loyalitas adalah bahwa hubungan antara sikap
dan perilaku dimoderasi oleh variabel-variabel kontingensi, seperti kondisi individu saat ini, karakteristik individu danatau situasi pembelian yang
dihadapi konsumen. Dengan demikian, sikap positif terhadap sebuah merek mungkin hanya memberikan prediksi yang lemah mengenai merek tersebut.
3. Klasifikasi Loyalitas Pelanggan Dick dan Basu 1994 mengemukakan empat situasi kemungkinan