b. Infark lakunar Infark lakunar disebabkan perubahan mikroangiopati di arteri kecil dengan
penyempitan yang progresif dari lumen arteri. Arterial hyperntension akan menyebabkan hialinosis di dinding pembuluh darah kecil sehingga merupakan hal
yang paling berisiko untuk terjadinya infark lakunar.
12
2.5.2. Stroke Perdarahan
Hipertensi merupakan penyebab tersering terjadinya stroke perdarahan. Proses patologi dari stroke perdarahan adalah pecahnya permbuluh darah arteri secara
tiba-tiba baik di ruang subarachnoid maupun di jaringan otak. Pada perdarahan subarachnoid perdarahan biasanya berasal dari aneurisma berry. Pada pasien
dengan umur pertengahan memiliki riwayat hipertensi, perdarahan intraserebral biasanya terdapat di kapsula interna atau di pons. Pada pasien yang lebih tua
perdarahan terjadi lebih superfisial yaitu di daerah korteks akibat cerebral amyloid angiopathy.
15
Tanda dan gejala pada perdarahan subarachnoid adalah pasien datang tiba-tiba dengan sakit kepala sangat berat, terdapat kaku kuduk, muntah, kehilangan
kesadaran, papilloedema, defisit neurologis. Sedangkan tanda dan gejala pada perdarahan intraserebral adalah pasien yang datang secara tiba-tiba, defisit
neurologik yang parah, sakit kepala, muntah, dan papilloedema.
15
Perdarahan hipertensif datang tanpa peringatan, umumnya waktu pasien terjaga. Pada 50 pasien dapat terdapat sakit kepala bahkan sakit kepala yang
berat. Setelah terjadinya perdarahan lalu diikuti oleh adanya edema disekitar perdarahan yang dapat memperburuk keadaan. Ketika defisit sudah dapat
distabilkan tetapi belum terjadi perbaikan, hal ini terjadi karena adanya perdarahan dan edema yang menekan otak. Perdarahan karena hipertensi massif
dapat menyebabkan rupturnya arteri di jaringan otak dan masuk ke dalam ventrikel sehingga terdapat darah pada pemeriksaan Cerebrospinal Fluid.
Keadaan paling parah yang mungkin terjadi pada stroke perdarahan adalah terjadinya herniasi yang disebabkan oleh massa dari hematoma dan edema otak.
15
2.6. Faktor Risiko Stroke
Faktor risiko stroke adalah suatu kondisi kesehatan atau penyakit yang ada pada seseorang sehingga dia berisiko untuk terkena stroke. Kondisi ini jika tidak
terkendali atau diobati dapat memperburuk dan menyebabkan terjadinya penyempitan atau pecah pembuluh darah di otak.
Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi antara lain adalah :
a. Tekanan darah yang tinggi Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya stroke baik iskemik atau
perdarahan. Hipertensi juga menjadi faktor terjadinya gangguan jantung dan terjadinya emboli otak. Penelitian secara epidemiologi menunjukkan bahwa
peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko tersendiri yang menyumbangkan 50 kejadian stroke iskemik.
2
Pada penelitian Jeong-yeon Kim dkk, seseorang yang hipertensi akan lebih mungkin mengalami stroke OR: 3,59;
95 CI: 1,52-8,49.
16
Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh darah serebral akan berkontriksi. Derajat kontriksi tergantung pada peningkatan tekanan
darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh
serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap dan terjadi aterosklerosis. Hal ini akan menyebabkan pembuluh serebral tidak
dapat berdilatasi atau berkontriksi untuk menyesuaikan dengan fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka
tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema dan perdarahan pada otak. Hipertensi kronis juga dapat menyebabkan
terjadinya aneurisma. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, aneurisma bisa pecah dan menyebabkan stroke hemoragik.
17
selain itu hipertensi juga mengganggu mekanisme autoregulasi pembuluh darah otak yang mengatur kestabilan cerebral
blood flow. Hipertensi yang menahun merubah rentang autoregulasi hingga tekanan perfusi menurun sehingga otak lebih mudah terkena gangguan aliran
darah atau iskemik.
7
Penurunan tensi diastolik 7,5 mmHg atau penurunan dengan kontrol dan pengobatan teratur secara konsisten dapat mempengaruhi tekanan darah secara
signifikan dan upaya ini bisa membantu menurunkan risiko stroke sampai sekitar rata-rata 42.
7
b. Kelainan lipid darah Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserid yang tinggi dan rendahnya HDL
meningkatkan risiko terkena stroke iskemik. Kadar kolesterol LDL low-density lipoprotein yang tinggi dalam darah akan meningkatkan risiko terjadinya
pengerasan pembuluh darah aterosklerosis. Kolesterol dapat menumpuk di dinding pembuluh darah membentuk plak. Apabila aterosklerosis terjadi pada
pembuluh darah di otak, maka hal ini dapat menyebabkan stroke. Pada penelitian T. Leo dkk, dari 889 subyek penelitian pasien stroke 56 diantaranya mengalami
dislipidemia. Pasien yang mempunyai atrial fibrilasi dan hiperlipidemia akan mempunyai 1,8 dan 1,7 kali lipat untuk terkena stroke iskemik.
OR = 1.88, 95 CI: 1.03–3.42, p = 0.04, dan OR = 1.78, 95 CI: 1.03–3.10, p = 0.04.
6
c. Merokok Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke iskemik menjadi dua kali lipat
dan juga meningkatkan risiko terjadinya stroke perdarahan.
2
Radikal bebas yang dihasilkan oleh merokok meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Pada
penelitian Mynt dkk, seseorang yang merokok akan lebih mungkin mengalami stroke OR: 1,70; 95 CI: 1,29-2,223.
18
d. Tidak ada kegiatan fisik atau berolahraga Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko
terkena stroke sekitar 25-30. Pada penelitian Jacob dkk, wanita yang olahraga seperti jalan atau jogging 2 jam atau lebih selama seminggu mempunyai
penurunan risiko stroke sebanyak 30 daripada wanita yang tidak olahragaRR = 0,7; 95CI: 0,52-0,94.
19
Kurang olahraga dapat meningkatkan risiko hipertensi, rendahnya kadar HDL dan diabetes. Berolahraga rutin 30-40 menit perhari dapat
mengurangi risiko tersebut.
21
e. Obesitas Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Hipertensi merupakan
faktor risiko mayor terjadinya stroke. Risiko akan meningkat bila terdapat obesitas sentral, karena obsitas sentral akan meningkatkan produksi LDL, dimana LDL
akan mudah terdeposit pada dinding pembuluh darah. Pada penelitian T. Leoo dkk, dari 889 pasien stroke 11 diantaranya mengalami obesitas.
6
f. Diet yang tidak sehat Diet berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terkena stroke. Peningkatan
konsumsi buah dan sayur dengan jumlah tertentu dapat menurunkan risiko stroke. Setiap tambahan satu porsi buah dan sayur dapat menurunkan risiko stroke sampai
6 . Pada penelitian Nurses’ Health Study dan The Health Professionals’ Follow- Up Study, konsumsi natrium dalam jumlah yang banyak dan konsumsi kalium
rendah berhubungan dengan penigkatan terkana stroke, melalui mekanismenya terhadap tekanan darah. Jarang makan buah dan sayur diperkirakan menyebabkan
sampai 11 kejadian stroke di dunia. Sering makan makanan berlemak meningkatkan risiko stroke melalui efeknya pada profil lipid dan trombosis.
20
g. Diabetes Melitus Pada diabetes Melitus, gula darah yang tinggi akan menyebabkan pembentukan
plak. Plak tersebut akan membuat pembuluh darah di otak menyempit. Penderita diabetes juga biasanya mempunyai tekanan darah yang tinggi sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah diotak dan menyebabkan stroke. Pada penelitian Jeong-yeon Kim dkk, seseorang dengan Diabetes Mellitus lima
kali akan lebih mungkin mengalami stroke OR: 5,57; 95 CI: 1,36-22,79.
16
h. Status sosioekonomi yang rendah Status sosioekonomi yang rendah secara konsisten berhubungan dengan risiko
stroke. Status sosiekonomi tentu akan mempengaruhi pola hidup dan lingkungan. Misalnya, tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan kurangnya
pengetahuan tentang menjaga kesehatan atau tingkat penghasilan yang rendah juga akan menyebabkan kurangnya perhatian tentang kesehatan.
21
i. Stress psikososial Stressor kehidupan secara kronik, isolasi secara sosial, dan kecemasan dapat
meningkatkan risiko stroke.
21
j. Minum alkohol Risiko stroke iskemik akan meningkat dengan konsumsi alkohol satu atau dua
kali perhari. Konsumsi alkohol yang sering akan menyebabkan hipertensi, hiperkoagulopati, dan mengurangi aliran darah ke otak.
20
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : a. Usia
Risiko stroke dimulai pada usia 35 tahun, setiap kenaikan sepuluh tahun risiko stroke juga semakin meningkat. Risiko terjadinya stroke mejadi dua kali lipat
pada usia setelah 55 tahun. Pada penelitian Jeong-yeon Kim dkk, seseorang yang mengalami peningkatan usia akan lebih mungkin mengalami stroke OR: 1,06;
95 CI: 1,03-1,10.
16
b. Riwayat keluarga Riwayat keluarga stroke pada orang tua meningkatkan risiko stroke sebelum 55
tahun untuk relatif yang laki-laki atau 65 tahun untuk relatif yang perempuan. Pada seseorang yang memiliki riwayat stroke berhubungan dengan kejadian stroke
yang parah. Odd rasio dari skor NIHSS lima atau lebih dua kali lipat lebih banyak pada orang yang mempunyai riwayat stroke dibandingkan dengan yang tidak
memiliki riwayat stroke
95 CI, 1.0 to 3.9.
30
c. Etnik atau ras Risiko stroke meningkat pada orang hitam, beberapa Hispanic Americans,
Chinese, dan populasi Japanese.
d. Jenis kelamin Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa laki-laki lebih berisiko terserang stroke dibandingkan wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding laki-laki
karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua.
21
2.7. Pencegahan Stroke