Kebijaksanaan Program Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan ANC a. Konseling dalam Kehamilan

2.1.3. Pentingnya ANC

Tingginya AKI dan AKB di dunia, menyebabkan diperkenalkan program asuhan antenatal pada akhir abad ke-20 di Amerika Serikat, asuhan antenatal telah menjadi salah satu layanan kesehatan yang paling sering digunakan di Amerika Serikat. Pada tahun 1998, terdapat lebih dari 41 juta kunjungan antenatal. Dampak asuhan antenatal pada kesehatan ibu, yaitu fokus utama asuhan antenatal saat pertama kali program ini pertama kali dicanangkan pada tahun-tahun pertama abad ke-20, sangat nyata. Di Amerika Serikat, proses pengakuan bahwa angka kematian terlalu tinggi berlangsung lambat sampai sekitar tahun 1920 Loudon, 1992. Angka kematian ibu telah turun dari 690 per 100.000 kelahiran pada tahun 1920 menjadi 50 per 100.000 kelahiran pada tahun 1955, dan hal ini dikaitkan dengan banyak perkembangan dalam perawatan kesehatan bagi ibu dan bayi – asuhan antenatal adalah salah satu komponennya. Dengan demikian, asuhan antenatal bukanlah suatu akhir melainkan suatu gerbang sistematik bagi perawatan intrapartum dan pascapartum dan bahkan sampai masa kehidupan selanjutnya dari wanita bersangkutan Gary F Cunning ham,et al.2005. Studi-studi di Amerika serikat juga menggambarkan bahwa dengan adanya perawatan antenatal dapat meningkatkan berat lahir, mencegah persalinan prematur, mencegah penganiayaan dan penelantaran anak, juga mengurangi prilaku antisosial pada kehidupan selanjutnya Gary F Cunning ham,et al.2005. Perawatan antenatal sangat penting dalam menurunkan AKI dan AKB yang sesuai dalam target indonesia sehat 2010 serta mengontrol dan mendeteksi kehamilan risiko tinggi lebih dini.

2.1.4. Kebijaksanaan Program

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu ; satu kali pada trimester I sebelum 14 minggu, satu kali pada trimester II antara minggu ke 14-28 minggu, dan dua kali pada trimester III antara minggu ke 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan segera setelah ibu merasa dirinya hamil. Pemeriksaan ini akan membantu persiapan dan cara merawat diri sendiri selama kehamilan. pemeriksaan ini juga untuk memastikan bahwa semua masalah kesehatan yang timbul akan segera dirawat secara dini. Waktu yang paling tepat untuk bertemu dengan tenaga kesehatan untuk memastikan kehamilan ibu adalah 14 hari setelah tidak menstruasi atau antara 12 sampai 21 hari Saifuddin, 2002. Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Dinkes 1998, standar minimal pelayanan ANC adalah “14 T” yaitu: 1. Timbang berat badan 2. Tekkanan darah 3. Tinggi fundus uteri 4. Tetanus toxoid lengkap 5. Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Tes penyakit menular seksual PMS 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 8. Terapi kebugaran 9. Tes VDRL Venereal Disease Research Laboratory tes untuk syphilis 10. Tes reduksi urine 11. Tes protein urine 12. Tes Hb Haemoglobin 13. Terapi iodium 14. Terapi malaria, Saifuddin, 2002.

2.1.5. Cakupan Asuhan Kehamilan

Dalam rangka program pelayanan ANC dalam penilaian untuk menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil K1, cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat K4, cakupan imunisasi TT2 dan cakupan pemberian 90 tablet Fe pada ibu hamil. a. Kunjungan baru ibu hamil K1. Kunjungan baru ibu hamil adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. K1 dipakai sebagai indicator aksesabilitas jangkauan pelayanan. Angka cakupan K1 yang diperoleh dari jumlah K1 dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil diwilayah tersebut Jalilah, 2008. b. Kunjungan antenatal keempat K4. Kunjungan ibu hamil keempat K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk menndapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut: minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada trimester II, dan minimal 2 kali pada trimester III atau tidak ada kunjungan pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah K4 dalam satu tahun. Dalam pengolahan program KIA disepakati bahwa cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat K4, yang dipakai sebagai indicator tingkat perlindungan ibu hamil Jalilah, 2008. c. Pemberian suntikan TT2 Salah satu standar minimal pelayanan antenatal adalah pemberian imunisasi TT sebanyak dua kali selama kehamilan. Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari Tetanus Neonaturum. Pemberian baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal empat minggu, kecuali bila sebelumnya telah pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja TT ulang. Angka cakupan TT2 diperoleh dari jumlah ibu hamil yang TT2 dalam satu tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil diwilayah kerjanya Jalilah, 2008. Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Tetanus pada Ibu Hamil Antigen Interval Selang waktu minimal Lama perlindungan perlindungan TT1 Pada kunjungan antenatal pertama - - TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahunseumur hidup 99 Sumber : Saifuddin, 2002 Keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus Neonatorum TN d. Pemberian tablet besi pada ibu hamil Tujuan pemberian tablet besi adalah unutk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhannya meningkat. Ibu yang menderita anemia cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR. Angka cakupan Fe 90 tablet diperoleh dari jumlah ibu hamil yang memperoleh Fe 90 tablet dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil di wilayah kerja tersebut Jalilah, 2008.

2.1.5.1. Pemeriksaan Pertama Kehamilan

Sungguh amat ideal bila setiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Keuntungannya adalah bahwa kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut. Bila seorang wanita datang dengan haid terlambat dan diduga ada kehamilan, maka dapat ditentukan tanggal perkiraan partus, jika hari pertama haid terakhir diketahui dan siklus ± 28 hari. Rumus yang dipakai ialah rumus Naegele. Perkiraan partus menurut rumus ini : hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1. Misalnya hari pertama haid terakhir tanggal 1 Mei 1990. Perkiraan partus menurut rumus ini jatuh pada tanggal 8 Febuari 1991. Bila hari pertama haid terakhir tanggal 25 Januari 1991, maka perkiraan partus pada 25 + 713 - 3 – 1991 = 3210 – 1991 = 1 – 11 – 1991 Wiknjosastro, 2006. Bila hari pertama haid terakhir tidak diingat lagi, maka sebagai pegangan dapat dipakai antara lain gerakan-gerakan janin. Umumnya pada primigravida gerakan janin janin dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu. Dapat pula sebagai pegangan dipakai perasaan nausea yang biasanya hilang pada kehamilan 12 – 14 minggu. Hal-hal yang kiranya mempunyai hubungan dengan kehamilan yang sedang dikandung hendaknya ditanyakan secara hati-haati. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang sudah-sudah perlu pula ditantakan beserta beratnya bayi waktu dilahirkan. Riwayat penyakit-penyakit yang diderita seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes mellitus, tuberkulosis paru dan sebagainya Wiknjosastro, 2006. Pada pemeriksaan seluruh tubuh wanita harus diperiksa dengan teliti. Keadaan umum harus baik. Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan harus diperiksa dan dicatat. Jantung, paru-paru, mammae dan seluruh abdomen diperiksa dengan teliti dan dicatat. Mammae harus terpelihara baik, papilla mammae sebaiknya dibersihkan secara teratur dan diberi minyak supaya kulitnya tetap lemas. Sekali- sekali jangan memakai obat yang membuaat kulit kaku, sehingga mudah retak atau pecah bila mulai menyusui bayinya. Bila ada puting yang tertarik ke dalam retracted nipple, jika dapat, diadakan koreksi. Bila ringan, dapat diadakan tarikan-tarikan, sehingga puting tersebut akhirnya lebih menonjol. Bila terlalu berat harus diatasi dengan pembedahan Wiknjosastro, 2006. Jika kehamilan masih muda maka pemeriksaan ginekologi diperlukan : vulva, vagina dan porsio diperisa dan dilihat in spekulo. Pada uterus diperhatikan, letak, besar, bentuk dan konsistensinya. Adneksia juga diraba dengan seksama. Pemeriksaan panggul untuk mengadakan evaluasi akomodasinya hendaknya ditunda oleh karena menimbulkan perasaan sakit. Hal ini disebabkan oleh bagian- bagian lunak jalan lahir yang masih kaku. Jika perlu, dapat diadakan pemeriksaan sitologi vaginal Wiknjosastro, 2006. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan ialah golongan darah A, B, O, faktor Rhesus, reaksi Wasserman, Kahn, dan serologik lainnya. Kadar hemoglobin, air kencing untuk albumin, gula, berat jenisnya dan bila perlu untuk bakteriuria, dan sebagainya Wiknjosastro, 2006. Petunjuk hendaknya diberikan mengeni cara hidup, istirahat, diet dalam kehamilan. Penting pula memberi suami pengertian tentang keadaan istrinya yang hamil, fisik dan mentalnya. Segala sesuatu hendaknya diarahkan; sehingga diperoleh kepercayaan sepenuhnya dari penderita. Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan tiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu. Sesudah ini, pemeriksaan diadakan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu tiap minggu. Pada tiap pemeriksaan harus diperhatikan ibu dan janinnya. Ditanyakan apakah ada keluhan, apakah telah dapat makan enak kembali, dapat tidur baik Wiknjosastro, 2006. Pada tiap pemeriksaan selalu diperhatikan keadaan umum, dan bila perlu, pemeriksan umum diulang, disamping pemeriksaan obstetrik. Pertama-tama berat badan ditimbang dan dilihat berapa naiknya. Jika berat badan naik lebih dari 0,5 dalam seminggu, maka ibu sebaiknya diberi petunjuk. Tekanan darah diperiksa setiap kali dan dicatat. Bila lebih tinggi dari pada sebelumnya, perlu diteliti dan diberitahukan apa yang harus dikerjakan oleh penderita. Tekanan darah lebih dari 140 mmHg sistolik dan 100 mmHg diastolik adalah patologik. Perhatikan edema di mata, kaki, dan tangan. Tidak jarang diberitahukan secara spontan oleh penderita, bahwa cincin kawinnya tidak dapat dipakai lagi. Kadar hemoglobinnya diperiksa lagi pada kehamilan 28 minggu lebih-lebih bila penderita tampak pucat Wiknjosastro, 2006.

2.1.5.2. Pemeriksaan Obstetrik

Wanita hamil yang diperiksa disuruh berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi memakai bantal, dan pemeriksa berada di sebelah kanan yang diperiksa. Dikenal beberapa cara palapasi, antara lain menurut Leopold, Ahfels, Budin, Knebel. Yang lazim dipakai ialah cara palpasi menurut Leopold, karena telah hampir mencakupi semuanya Wiknjosastro, 2006. Setelah wanita hamil yang akan diperiksa terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu dulu. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk ini tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan wanita tersebut, dengan maksud supaya dinding perut wanita tersebut tidak tiba-tiba menjadi kontraksi. Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan menurut Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap ke arah muka wanita yang diperiksa. Pada pemeriksaan menurut Leopold IV pemeriksa menghadap ke arah kaki wanita tersebut Wiknjosastro, 2006. Maksud pemeriksaan Leopold I ialah untuk menentukan tinggi fundus uteri. Dengan demikian, tua kehamilan dapaat diketahui. Tua kehamilan ini disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Bila tidak sesuai, difikirkan ke arah keadaan patologik. Selain itu , dapat pula ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala, akan teraba benda bulat dan keras. Sedangkan bokong tidak bulat dan lunak. Pada Leopold II dapat ditentukan batas samping uterus dan dapat ditentukan pula letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala. Pada letak lintangdapat ditentukan kepala janin. Pada Leopold III dapat ditentukan bagian apa yang terletak di sebelah bawah. Sedangkan Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas panggul. Bila belum masuk, teraba balotemen kepala. Dari letak janin ini dapat didengarkan bunyi jantung janin di tempat tertentu, disesuaikan dengan sikap janin. Pada sikap defleksi bunyi jantung janin terletak pada tempat bagian-bagian kecil janin berada. Dengan pemeriksaan singkat di atas dapat diketahui : 1 Tinggi fundus uteri, 2 Letak janin, 3 Apakah bagian terbawah janin sudah masuk kedalam pintu atas panggul, 4 Letak punggung janin, 5 Bunyi jantung janin. Pada pemeriksaan tersebut diatas mungkin terdapat keganjilan, misalnya terdapat penonjolan kepala diatas simfisis. Mungkin pula terdapat kepala janin lain pada gemelli. Tonjolan tersebut diatas dapat diperiksa dengan meletakkan tangan sejajar dengan simfisis. Pemakaian USG dalam hal tersebut diatas dapat dipikirkan dan dapat dipercaya bila dalam tangan seorang yang telah berpengalaman. Pemeriksaan obstetrik selanjutnya meliputi besarnya uterus dan perhatikan apakah sesuai dengan tuanya kehamilan Wiknjosastro, 2006. Gambar 2.1. Palpasi abdomen pada perawatan antenatal Sumber : Gary F Cunning ham, 2005 Tabel 2.2 Memantau Tumbuh Kembang Janin Nilai Normal Tinggi Fundus Usia kehamilan Dalam cm Menggunakan petunjuk-petunjuk badan 12 minggu - Teraba di atas simfisis pubis 16 minggu - Di tengah, antara simfisis pubis dan umbilikus 20 minggu 20 cm ± 2 cm Pada umbilikus 22-27minggu Usia kehamilan dalam minggu = cm ± 2 cm - 28 minggu 28 cm ± 2 cm Ditengah, antara umbilikus dan prosesus sifoideus 29-35 minggu 36 cm ± 2 cm - 36 miggu Pada prosesus sifoideus Sumber : Saifuddin, 2002

2.1.6. Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan ANC a.

Pelaksana Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan bidan puskesmas, bidan desa, dan bidan praktek swasta, dan perawat yang sudah dilatih pemeriksaan kehamilan Jalilah, 2008. b. Tempat pelaksanaan ANC 1. Pos pelayanan terpadu Posyandu 2. Pondok Bersalin Desa Polindes 3. Puskesmas pembantu 4. Puskesmas 5. Rumah sakit pemerintah atau swasta 6. Dokter atau Bidan praktek swasta 7. Rumah bersalin 8. Rumah penduduk pada kunjungan rumah kegiatan puskesmas Jalilah, 2008.

2.1.7. Konseling dalam Kehamilan

Dalam memberikan pelayanan ANC, hendaknya pemberi pelayanan benar- benar bekerja sesuai standart yang telah ditetapkan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan setelah memberikan pelayanan ANC adalah pendidikan prenatal dan konseling kepada ibu hamil, suami dan keluarga. Salah satu hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan standart pemeriksaan dan pemantauan antenatal oleh bidan adalah ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat mengetahui tanda bahaya dalam kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Konseling pada ibu hamil harus terintegrasi dalam pelayanan ANC. Konseling diberikan untuk memberikan penjelasan tentang cara menjaga kehamilan agar tetap sehat. Informasi yang diberikan pada saat konseling adalah tentang fisiologi kehamilan dan persalinan, pentingnya perawatan diri selama hamil, keuntungan pemberian ASI pada bayinya kelak, persiapan untuk persalinan, persiapan untuk bayi baru lahir, pengaturan untuk transportasi bila terjadi keadaan darurat pada ibu dan bayi, dan cara KB sesudah melahirkan. Informasi yang diberikan saat konseling harus disampaikan secara bertahap setiap kali datang dan ditambah hal-hal baru. Ini dimaksudkan agar pemberian konseling lebih efektif, sehingga ibu hamil dapat mengerti dan memahami informasi dengan benar dan melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan dalam pemberian konseling hendaknya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan juga harus diinformasikan, seperti perdarahan, nyeri kepala hebat atau berulang, gangguan penglihatan, bengkak pada tangan dan wajah, nyeri hebat pada uluh hati, demam, dan janin tidak bergerak seperti biasa. Ini penting agar ibu hamil dan suami dapat mengidentifikasi tanda dan gejala tersebut, sehingga dapat sesegera mungkin mendapat pertolongan kepada tenaga kesehatan yang berkompeten Jalilah, 2008. 1. Masalah Umum Selama hamil, istri sebagian besar diantar suami dalam memeriksakan kehamilannya. Dengan demikian suami istri akan mendapatkan pengertian yang sama dan diharapkan timbulnya gejala klinis yang berat dapat dikurangi bahkan sama sekali tidak terjadi. Pada kehamilan yang tidak diterima dengan berbagai alasan dapat menimbulkan berbagai masalah klinik yang memberatkan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus menanamkan pengaruh yang positif dalam kehamilan dan pendekatan yang lebih Manuaba, 1999. 2. Nutrisi, Diet dan Pengawasan Berat Badan Selama Kehamilan Hal ini penting dalam pengawasan ibu hamil perawatan antenatal. Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematuris, inersia uteri, hemoragia postpartum, sepsis puerparalis, dan sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan karena wanita tersebut salah bahwa ia makan untuk ”dua orang” dapat pula mengakibatkan komplikasi antara lain pre-eklamsia, bayi terlalu besar, dan sebagainya. Anjurkanlah wanita tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlu mahal, akan tetapi cukup mengandung protein baik hewani ataupun nabati. Seperti diketahui, diketahui, kebutuhan akan gizi selama kehamilan meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk antara lain pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah, mamma yang membesar, dan metabolisme basal yang meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai kenaikan berat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur-mayur dan buah-buahan. Bila berat badan tetap saja atau menurun semua makanan dianjurkan, terutama yang mengandung protein dan besi. Bila terdapat edema pada kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai dengan kehamilan, maka anjurkan untuk tidak memakan makanan yang mengandung garam atau makanan yang kaya akan ion natrium dan klorida Wiknjosastro, 2006. 3. Kebersihan selama kehamilan Kebersihan umum meliputi pakaian yang sudah disesuaikan dengan perubahan postur tubuh dan alas kaki yang aman. . Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Jika telah sering hamil, maka pemakaian stagen untuk menunjang otot-otot perut baik dinasihatkan. Sepatu atau alas kaku lain dengan tumit yang tinggi sebaiknya jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita hamil berubah sehingga mudah tergelincir atau jatuh. Mandi untuk merangsang sirkulasi, menyegarkan, menghilangkan kotoran tubuh serta pemeliharaan gigi harus diperhatikan karena karies dan gingivitis dapat mengakibatkan komplikasi seperti sepsis, septicemia, dan lain-lain Wiknjosastro, 2006. 4. Eliminasi Sering berkemih merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan terakhir masa kehamilan, karena rongga perut dipenuhi oleh uterus dan peningkatan sensitifitas kongesti darah. Konstipasi juga sering terjadi karena aksi hormonal yang mengurangi peristaltik usus dan pembesaran uterus yang menahannya Jalilah, 2008. 5. Perawatan payudara Payudara harus dipersiapkan untuk fungsinya dalam menghasilkan Air Susu Ibu ASI bagi bayi segera setelah lahir Jalilah, 2008. 6. Hubungan seksual. Frekuensi, intensitas, posisi untuk kegiatan seksual memerlukan penyesuaian bagi wanita hamil karena perubahan kontur tubuh. Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepa sudah masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan Wiknjosastro, 2006. 7. Perawatan Gigi geligi Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami mual dan muntah morning sickness. Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis dan sebagainya. Bila kerusakan gigi ini tidak diperhatikan dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan komplikasi, seperti nefritis, septikemia, sepsis puerperalis, oleh karena infeksi di rongga mulut, misalnya pulpitis yang telah menahun, dapt menjadi sarang infeksi yang menyebar kemana-mana Wiknjosastro, 2006. 8. Aktifitas dan istirahat Wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat. Lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum bersalin dan satu setengah bulan setelah bersalin. Hendaknya menasihatkan pada wanita hamil agar segera ke dokter atau ke rumah sakit bila terjadi perdarahan per vaginam. Demikian pula bila ada rasa sakit perut, bila suhu badannya naik tinggi, berkeringat banyak, penglihatan berkurang atau mata berkunang-kunang, kencing sedikit, keluar cairan dari vagina dan sebagainya. Hendaknya keluhan-keluhan ini ditanggapi dengan baik oleh pengawas kehamilan Wiknjosastro, 2006. 9. Bahan Berbahaya lainnya Tembakau dan alkohol harus dihindari, karena dapat berakibat tidak baik untuk ibu dan janin. Wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya wanita hamil dilarang merokok Jalilah, 2008. 10. Dukungan sosial Dalam hal ini dukungan dari suami, keluarga, dan masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan asuhan kehamilan Jalilah, 2008.

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Keterangan gambar : = Gambaran variabel independent terhadap variabel dependent