19
membacanya. Dalam etika berbahasa, pers tidak diperkenankan menggunakan kata yang vulgar, mengandung unsur pelecehan dan pornografi.
1.5.3 Bahasa Jurnalistik Radio
Berdasarkan sifat radio siaran yang auditif, mengandung gangguan dan juga akrab ditelinga pendengarnya, dalam buku Bahasa Jurnalistik yang ditulis
oleh Sumadiria, menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam siaran radio harus memenuhgi 5 syarat yaiatu kata-kata yang sederhana, susunan kalimat
yang rapi, angka-angka yang dibulatkan, kalimat-kalimat yang ringkas, susunan kalimat yang bergaya percakapan. Bila melihat dari sudut pandang pendengar
radio yang heterogen, pribadi, aktif dan juga selektif, maka penulisan dari bahasa radio harus terdiri atas: kata-kata yang umum dan lzim dipakai, kata-kata yang
tidak melanggar kesopanan, kata-kata yang mengesankan, mengulang kata-kata yang penting dan susunan kalimat yang logis. Dapat dikatakan bahwasannya,
bahasa jurnalistik radio terdiri dari 10 unsur diatas, dengan pembahasan masing- masing unsur sebagai berikut:
1. Kata-kata sederhana
Siaran harus radio harus menggunakan kata-kata yang sederhana dan sangat umum ditelinga khalayaknya. Dalam hal ini penyiar memiliki peran yang
sangat besar delam menyampaian materi siaran. Dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami arti dan maknanya akan lebih mudah sampai ditelinga
pendengar. Stasiun radio juga wajib memperhatikan karakteristik penyiarnya, hal ini dimaksudkan untuk menjadikan penyiar sesuai dengan karaker stasiun
radionya. Kata-kata sederhana menjadi salah satu bahasa Jurnalistik tidak hanya
20
dalam media radio namun hampir dalam semua media massa yang ada. Bukan hal yang aneh bila akhirnya kata-kata sedehana memiliki peran yang penting
dalam penyampaian pesan dari media massa kepada khalayaknya. Selaini tu dalam kata-kata sederhana ini lebih memfokuskan pada kata-kata yang tepat
dalam pengetikan dan harus mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Angka-angka dibulatkan
Siaran radio lebih mengandalkan telinga sebagai indra pendengaran. Indra pendengaran manusia memiliki kemampuan mendengar secara selintas.
Dalam hal penyajian angka pada siaran radio, bila menyebutkan secara terperinci, justru akan membuat khalayak tidak mendapatkan angkanya. Hal ini
bisa saja menuai protes dari pendengarnya. Maka gunakan pembulatan angka pada setiap pesan yang didalamnya terdapat angka., contoh: 678.987.998,25
rupiah sangat sulit dibaca, apalagi harus diingat oleh pendengarnya. Akan lebih efektif bila angka tersebut disingkat menjadi 678 juta rupiah.
3. Kalimat-kalimat ringkas
Pada pembahasan karakteristik radio, sudah jelas bahwa siaran radio dibatasi oleh waktu dan daya tangkap telinga yang terkadang terbatas, maka
kalimat-kalimat dalam bahasa Jurnalistik radio disajikan secara ringkas. Kalimat- kalimat yang terlalu panjang tidak perlu dimunculkan pada saat siaran. Apabila
naskah asli terdiri dari kalimat-kalimat yang panjang, maka harus melalui edit ulang rewriting untuk akhirnya di siarkan. Sudah pasti rewriting disesuaikan
dengan kaidah penulisan bahasa radio. 4.
Susunan kalimat rapi
21
Susunan kalimat dalam siaran radio yang mencerminkan bahasa jurnalistik adalah rapi. Rapi dalam hal ini berarti sistimatis, berurutan, beraturan,
tidak meloncvat-loncat dari satu bahasan ke bahasan lainnya. Rapi juga berarti gunakan kata-kata yang tepat mengenai sasaran, kata-katanya terpilih, kata-kata
yang mampu menyentuh hati khalayak pendengar. Tidak jarang penyiar terkadang memberikan improvisasi pada siaran. Perlu diperhatikan bahwa
improvisasi terkadang melebar pada bahasan yang keluar dari tema siaran. Maka sebisa mungkin improvisasi yang digunakan penyiar harus tetap pada
kaidah dan prinsip bahas jurnalistik radio. 5.
Susunan kalimat bergaya percakapan Siaran radio melarang kalimat yang kaku, terlalu formal, lurus, kering dan
monoton. Sesuai dengan karakteristiknya, radio harus akrab dengan pendengarnya. Hilangkan kesan jarak psikologis antara penyiar dan pendengar.
Penyiar harus dapat memberikan soul pada setiap kalimat yang disampaikan. Kalimta yang bergaya paparan akan terdengar membosankan dan monoton bagi
pendengarnya. Yang harus diperhatikan oleh penulis naskah radio adalah tulisan jangan kaku dan jangan terlalu formal. Untuk menyiasatinya penulisa dapat
menulis sambil berbicara, seakan-akan penulis sedang menyiarkan berita yang sedang ditulisnya. Gunakan kalimat ujaran dan bahasa lisan.
6. Kata umum dan lazim dipakai
Pendengar radio jelas tersebar diberbagai tempat, diberbagai situasi, diberbagai kondisi dan juga pada lapisan sosial yang berbeda satu sama lain.
Sifat heterogen inilah yang membuat khalayak menuntut siaran radio lebih beragam dalam hal materi. Namun keberagaman materi siaran radio tidak lantas
menggunakan kata-kata khusus disetiap program yang berbeda. Penyiar harus
22
tetap menggunakan kata-kata yang umum dan lazim dipakai. Minimalkan istilah bahasa gaul dalam siaran radio. Untuk beberapa program siaran radio mungkin
ada yang dituntut menggunakan bahasa agaul atau bahasa adding, namun tidak lantas menyamaratakan bahasa tersebut didetiap program acara yang disiarkan.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari intepretasi yang salag dari pendengar terhadap isi pesan yang disampaikan.
7. Kata tidak melanggar kesopanan
Sudah sangat jelas, bahwa siaran radio harus menggunakan bahasa jurnalistik yang terikat pada situasi dan nilai nilai kesopanan. Dalam etika
berbahasa sehari-hari bahasa yang tidak sopan sudah pasti dilarang. Terlebih lagi dalam hal siaran radio yang notabennya adalah media informasi hampir
keseluruh wilayah dalam jangkuannya. Penyiar harus dapat menempatkan bahasa-bahasa yang sopan walaupun terkadang materi yang disampaikan untuk
dewasa. Misal materi sex education, Penyiar wajib menyaring kata dan istilah yang sekiranya tidak pantas untuk didengar.
8. Kata-kata yang mengesankan
Sangat manusiawi bila pendengar lebih menyukai bahasa yang indah dan menyenangkan daripada kata-kata yang tidak mengenakkan. Kata-kata yang
enak didengar akan lebih mudah tersampaikan, mudah diingat, dapat pula menjadi motivasi. Kata-kata yang membangkitkan inspirasi sangat dianjurkan
dalam siaran. Salah satu tujuan pendengar mendengarkan radio selain untuk mendapatkan informasi juga karena adanya kebutuhan hiburan. Sudah wajar bila
hiburan didapatkan dari bahasa yang menyenangkan dan tidak dilarang bila sesekali menyisipkan sedikit gurauan dalam siaran yang cukup formal, agar tidak
terlalu monoton.
23
9. Pengulangan kata-kata yang penting
Sifat siaran radio yang selintas menjadikan pesan yang disampaikan terkadang tidak sepenuhnya tersampaikan, maka diperbolehkan bagi penyiar
untuk menguloang pesan yang sifatnya penting. Pengulangan tersebut sebagai penegas dan penekanan untuk membantu pendengar memperoleh infomasi
terpenting. Khalayak juga memiliki seleketivitas dalam hal ini, dalam hitrungan detik bisa saja pendengar nebgubah saluran radio. Bila pesan yang disampaikan
belum dimengerti oleh pendengarnya dan sudah merubah kesaluran yang lain, maka sangat disayangkan pesan tersebut tidak sampai ke pendengarnya.
10. Susunan kalimat yang logis
Apapun pesan yang disampaikan kepada pendengar baik yang bersifat formal ataupun hiburan, harus logis. Logis berarti bisa diterima oleh akal sehat
manusia. Kalimat yang logis adalah kalimat yang mengandung sebab akibat didalamnya. Tidak mungkin menginformasikan seorang mahasiswa menabrak
truk hingga truk tersebut tewas seketika. Selain itu dalam bukunya Harley Prayudha 2006 yang berjudul
Radio:Penyiar, its not just a talk juga menyebutkan terdapat 12 karakteristik bahasa Jurnalistik pada gaya penulisan berita radio, yaitu:
1. Bahasa yang baik
Struktur kalimat dan paragraf perlu mengikuti aturan tata bahasa. Jika hanya satu kata yang tepat untuk menyampaikan maknanya dan terdapat
keyakinan bahwa penggunaan kata tersebut dapat dimengerti oleh pendengar maka gunakan kata tersebut. Sebaliknya bila terdapat banyak kata yang dapat
disampaikan untuk menyampaikan makna maka piliha kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pendengar.
24
2. Kosakata Terbatas
Hindari kata-kata besar atau panjang ketika kata-kata yang lebih pendek dan umum bisa memberikan pemikiran yang sama. Selain itu hindari istilah-istilah
bias dan abstrak. Kosakata yang digunakan harus cocok dengan selera pendengar.
3. Kata-kata yang deskriptif, konotatif dan kuat
Dalam bahasa jurnalistik terkadang konotatif juga diperlukan, namun harus deskriptif dan kuat. Kata-kata yang memiliki konotatif akan mewarnai suatu
narasi. Deskritif akan membantu pendengar dalam membuat gambaran pikiran dari pesan yang disampaikan. Kuat disini berarti penggunaan kata-kata yang
selalu menjelaskan makna dari kalimat tersebut. 4.
Gunakan kalimat aktif Dalam percakapan sehari-hari kita sering menggunakan kalimat aktif,
mengingat dalam radio suara menjadi faktor utama, maka kalimat aktif juga tepat bagi sebagian besar siaran radio. Kalimat aktif lebih dinamis dan kuat sehingga
membuat iklan atau beriat menjadi lebih hidup. 5.
Singkatan-Singkatan Dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan sering menggunakan
singkatan-singkatan. Dalam radio, khususnya naskah berita singkatan-singkatan wajib dihindari, hal ini untuk mengantisipasi terjadi kesalahan membaca naskah
berita radio atau naskah siaran lainnya. 6.
Gunakan kata ganti personal secara luas Penggunaan kata ganti pertama dan kedua akan membuat naskah siaran
radio menjadi lebih personal, pribadi dan menarik daripada jika penulis menggunakan kata benda atau kata ganti orang ketiga. Pada dasarnya perhatian
25
pendengar akan lebih mudah ditangkap oleh cerita yang terlihat melibatkan pendegar. Penggunaan ‘anda’, ‘kami’ dan kata ganti orang akan menunjukkan
keterlibatan ini. 7.
Gunakan kalimat-kalimat sederhana Umumnya, kalimat-kalimat yang kita gunakan dalam percakapan akan
lebih sederhana daripada kalimat-kalimat yang kita tulis. Satu masalah bagi penulis naskah radio yakni penempatan keterangan dengan tepat. Jika
keterangan-keterangan ditempatkan dengan tidak tepat, maka pendengar akan bingung. Jangan memulai kalimat yang terlalu panjang di awal. Berikan informasi
sederhana dan menerangkan pada kalimat pertama. Semisal: “berusia 34 tahun dengan rambut emas dan badan tinggi 176cm. Menjadi
teman Rio dari kecil hingga dewasa. Mendapatkan pekerjaan yang layak hingga mendapatkan jabatan. Ira biasa mereka memanggil dan…………”
Pendengar tidak mengetahui siapa yang dibicarakan. Hal ini membuat pendengar bingung dan tidak menangkap maksud yang akan disampaikan.
Dalam siaran radio hal ini harus dihindari. 8.
Gunakan kata-kata transisi dan petunjuk suara lebih sering Walters dalam bukunya Broadcasting Writing berpendapat agar pesan
tersampaikan depat tepat kepada pendengar, maka pendengar diarahkan dengan 3 jenis petunjuk, yakni kata-kata transisi, infleksi dan jeda suara.
Terdapat beberapa jenis kata-kata transisi. Kata-kata transisi yang berhubungan dengan urutan waktu seperti sekarang, kemudian, masih, berikutnya, ketika,
besok, kemarin, dan lain-lain. Selain itu terdapat kata-kata transisi lainnya yang menunjukkan sebab akibat, seperti karena, untuk, sebab, maka, dan lain-lain.
Kata transisi lainnya membantu membuat hal yang kontras dalam berita, seperti
26
namun, sebaliknya, tetapi, akan tetapi dan lain-lain. Ada juga kata penghubung sepeti dan, juga, atau dan lain-lain.
Perubahan dalam infleksi suara juga digunakan para penyiar untuk memberikan petunjuk suara bagi pendengar.Penulis naskah radio dapat
memberikan petunjuk dalam naskahnya diman letak inflesi suara yang diinginkan dengan member garis bawah untuk menunjukkan penekanan. Yang ketiga,
naskah siaran sering kali menggunakan jeda untuk memberikan waktu bagi pendengar untuk memproses informasi sebelumnya sebelum meneruskan
informasi selanjutnya. Penulis naskah siaran radio sering menggunakan tanda baca untuk menunjukkan jeda seperti tanda koma, tanda -. Tanda-tanda seperti
ini akan lebih sering muncul dalam naskah penyiaran daripada media cetak. 9.
Pertahankan kecepatan yang tepat dalam kemampuan pendengar untuk memahaminya
Para penulis dan produser harus memberikan perhatian yang lebih untuk melihat bahwa materi bertutur dibaca dalam kecepatan yang bisa diterima oleh
pendengar. Terlalu banyak ide, terlalu panjang kalimatnya dan terlalu cepat penyajiannya akan menjadikan informasi hanya sekedar serangkaian kata-kata
membosankan bagi pendengar. 10.
Hindari susunan kalimat negatif Kalimat negatif dalam siaran radio adalah kalimat yang tidak
memeberikan informasi cukup sehingga inteprtasi dari pendengar bisa jadi tidak sama dengan maksud dari pesan yang disampaikan.
11. Hindari Homofon
27
Homofon adalah kata-kata yang bunyinya sama, namun artinya berbeda. Pendengar belum tentu mendapatkan makna yang sama dengan yang
disampaikan penyiar yang menggunakan kata homofon. 12.
Hindari redudansi, omong kosong, klise Redudansi dalam hal ini adalah penggunaan kata yang berlebihan pada
naskah, penggunaan kata berlebihan ini akan menimbulakan kalimat-kalimat yang tidak diperlukan. Pada tahap tertentu, kalimat tersebut menjadi omong
kosong dan nantinya hanya menjadi klise. Tidak ada unsur fakta yang seharusnya menjadi faktor terpenting dalam siaran berita radio.
1.5.4 Naskah Berita Radio