C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Seorang pengusaha akan selalu berpikir bagaimana untuk mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efisien untuk menekan biaya
yang dikeluarkan. Analisis biaya dimanfaatkan oleh pengusaha dalam mengambil suatu keputusan. Berdasarkan sifatnya biaya dapat dibedakan
menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing prawai dasar
bottom long line
terdiri dari biaya SIUP dan surat pas, biaya penyusutan alat, dan biaya perawatan peralatan. Biaya variabel dalam usaha penangkapan ikan
dengan alat tangkap pancing prawai dasar
bottom long line
antara lain: biaya operational meliputi : bensin, oli, solar, perbekalan makan ABK, biaya
retribusi, biaya tenaga kerja. Biaya total merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya variabel.
Dalam analisis usaha penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar
bottom long line
di Kabupaten Batang lebih tepat menggunakan analisis biaya kesempatan karena pengusaha tidak bersedia
memanfaatkan adanya pinjaman dari bank. Analisis biaya kesempatan menggunakan pendekatan sistem bagi hasil seperti sistem bagi hasil dari bank
syariah. Biaya kesempatan ini digunakan untuk mengetahui potensi yang akan hilang apabila salah satu alternatif telah dipilih dari sejumlah alternatif yang
tersedia. Dengan demikian biaya kesempatan dapat di jadikan pedoman dalam pengambilan keputusan apakah akan tetap menjalankan usahanya atau
menjalankan alternatif usaha yang lainnya.
Penerimaan usaha penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar
bottom long line
oleh nelayan dari Kabupaten Batang diperoleh dari hasil lelang. Hasil lelang diperoleh dari perkalian antara total jumlah
tangkapan ikan yang diperoleh dengan harga nominal yang berlaku. Satu hal yang seharusnya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha selain
berusaha mencapai keuntungan yang besar. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan RC Rasio, yaitu dengan membandingkan antara
besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. Apabila nilai RC rasio 1, berarti usaha sudah efisien, RC rasio = 1, berarti
usaha belum efisien atau usaha dalam keadaan impas tidak untung tidak rugi dan bila RC rasio 1 berarti usaha tidak efisien.
Sedangkan analisis keuntungan usaha diperoleh dari hasil lelang bersih yaitu dengan menghitung selisih antara hasil lelang dan biaya total TFC dan
TVC. Setiap pengusaha akan menghadapi risiko dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan
menggunakan ukuran keragaman
variance
atau simpangan baku
standart deviation
. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung produsen dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh
sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung oleh produsen semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan L menunjukkan nilai normal yang terendah yang
mungkin diterima oleh produsen. Hubungan antara koefisien variasi CV
dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV
0,5 dan nilai L
0 produsen akan selalu untung atau impas. Sebaliknya apabila nilai CV 0,5 dan nilai L 0 produsen akan mengalami kerugian.
Usaha penangkapan ikan laut menggunakan suatu sistem pembagian keuntungannya antara nelayan juragan dan nelayan pandega ABK, Motoris
dan Nahkoda. Keuntungan nelayan pandega disamping ditentukan oleh hasil ikan yang ditangkap juga ditentukan oleh pembagian hasil dengan nelayan
juragan. Mengenai bagi hasil disesuaikan dengan tugas masing-masing. Biasanya Model pembagiannya adalah 50 untuk juragan dan 50 untuk
nelayan pandega.
Setiap pengusaha akan menghadapi risiko dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan. Nelayan usaha penangkapan ikan laut juragan
dan pandega menghadapi risiko sendiri-sendiri dalam usaha penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar
bottom long line
di Kabupaten Batang. Risiko para pelaku kegiatan usaha penangkapan ikan laut
dapat dihitung setelah diketahui masing-masing keuntungan yang di peroleh dari sistem bagi hasil yang berlaku di daerah setempat.
Gambar 1. Kerangka Berfikir Analisis Usaha Penangkapan Ikan Laut dengan Alat Tangkap Pancing Prawai Dasar
Bottom Long Line
oleh Nelayan dari Kabupaten Batang
D. Pembatasan Masalah