penangkapan ikan oleh kapal-kapal penangkap ikan adalah di perairan ZEEI Selat Malaka yang dibatasi oleh garis 4°LU-95°BT dan di luar 12 mil dari pantai.
Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa daerah penangkapan ikan oleh kapal penangkap ikan di perairan Selat Malaka untuk wilayah kewenangan Kabupaten
Serdang Bedagai kurang dari 4 mil, terutama pada kedalaman perairan antara 50- 100 m. Hal ini sesuai dengan keberadaan ikan-ikan pelagis kecil, khususnya ikan
tembang yang terkonsentrasi pada kedalaman tersebut. Seringkali pelanggaran terhadap peraturan penggunaan alat tangkap dan
daerah penangkapan ikan tidak ditindak sesuai aturan yang ada, sehingga nelayan tersebut tidak jera. Pelarangan alat tangkap ini sangat tergantung dengan
penerapan aturan yang berlaku dan harus konsisten. Dalam pelaksanaan pengelolaan perikanan dengan pendekatan pelarangan alat tangkap juga perlu
adanya keterlibatan secara aktif dari nelayan dan masyarakat pesisir sebagai pengawas. Pengawasan yang dilakukan oleh nelayan dan masyarakat pesisir dapat
membantu aparat dalam menindak oknum yang melakukan penangkapan dengan alat yang membahayakan dan merusak ekosistem sumberdaya perikanan.
e. Kuota Penangkapan
Kuota penangkapan dapat diartikan sebagai upaya pembatasan jumlah ikan yang boleh ditangkap untuk suatu perairan. Tangkapan yang diperbolehkan
terhadap sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai adalah 4.058,12 tontahun dengan potensi lestarinya 5.072,65 tontahun.
Sesuai dengan Code of Conduct for Responsible Fisheries dari FAO 1997, menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan harus didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah terbaik the best scientific evidence Bukti-bukti ilmiah tersebut
Universitas Sumatera Utara
diarahkan dalam rangka penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan. Informasi tangkapan yang diperbolehkan serta potensi lestari
sumberdaya ikan tembang ini, harus disampaikan terhadap semua nelayan atau pengusaha penangkapan ikan di Kabupaten Serdang Bedagai agar aktifitas
penangkapan terhadap jenis ikan tembang dapat dioptimalkan sesuai keputusan bersama. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan effort
sebesar 39.067 dari tahun 2012 tanpa melampaui effort optimumnya yaitu sebesar 41.796 trip, sehingga tangkapan yang diperbolehkan tidak terlampaui. Sistem
kuota penangkapan dapat direalisasikan dengan melakukan komunikasi dan koordinasi dari pemerintah daerah khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Serdang Bedagai terhadap masyarakat nelayan Kabupaten Serdang Bedagai tersebut.
f. Pengendalian Upaya Penangkapan
Pengendalian upaya penangkapan untuk sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai tidak perlu dilakukan, hal ini
didasarkan pada hasil analisa potensi lestari ikan tembang, rata-rata produksi per tahun 2.269,159 ton masih di bawah potensi lestarinya 5.072,65 ton. Sesuai
dengan Sutono 2003 diacu dalam Nabunome 2007, pengelolaan sumberdaya perikanan dengan pendekatan pengendalian upaya penangkapan didasarkan pada
hasil tangkapan maksimum agar dapat menjamin kelestarian sumberdaya ikan.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Model produksi surplus yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi
potensi sumberdaya ikan tembang Sardinella sp. adalah model Schaefer. 2.
Berdasarkan hasil estimasi dengan model Schaefer, maka diperoleh hasil tangkapan maksimum lestari MSY ikan tembang di perairan Selat Malaka,
Kabupaten Serdang Bedagai 5.072.650,023 kgtahun dan effort optimum 41.796 triptahun.
3. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tembang model Schaefer rata-rata
44,7328 dengan rata-rata tingkat pengupayaan sebesar 41,533, yang artinya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tembang masih dalam kondisi
lestari yaitu masih dibawah kondisi overfishing. 4.
Tangkapan yang diperbolehkan untuk sumberdaya ikan tembang adalah 80 dari potensi lestarinya yaitu 4.058,12 tontahun.
5. Status keberlanjutan ikan tembang dimensi ekologi, teknologi dan
kelembagaan termasuk kedalam kategori tidak berkelanjutan. Sementara dimensi ekonomi dan sosial termasuk kedalam kategori cukup berkelanjutan.
6. Upaya pengelolaan untuk sumberdaya ikan tembang dapat dilakukan dengan
pengaturan musim penangkapan, selektivitas alat tangkap, pelarangan alat tangkap dan kuota penangkapan.
Universitas Sumatera Utara
Saran
1. Upaya penangkapan untuk sumberdaya ikan tembang dilakukan pada
bulan Juni sampai September musim timur dan bulan Desember sampai Maret musim barat untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
ikan tembang. 2.
Penggunaan ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tembang untuk alat tangkap pukat cincin
≥1, payang mesh size ≥ 2 inci, jaring insang hanyut mesh size 1,5 inci dan rawai dasar set longlines,
jumlah pancing 800 mata pancing nomor 6. 3.
Perlu implementasi pemerintah khususnya tingkat Kabupaten Serdang Bedagai, dalam pelarangan penggunaan alat tangkap pukat harimau
trawl. 4.
Sistem kuota penangkapan dapat direalisasikan dengan melakukan komunikasi dan koordinasi dari pemerintah daerah khususnya Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serdang Bedagai terhadap masyarakat nelayan Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa tangkapan yang
diperbolehkan terhadap sumberdaya ikan tembang di perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai adalah 4.058,12 tontahun dengan
potensi lestarinya 5.072,65 tontahun. Dan effort optimumnya yaitu sebesar 41.796 trip.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Sumberdaya Ikan
Sumberdaya ikan bersifat common property resources atau sumberdaya milik bersama dan bersifat open access atau terbuka. Karakteristik tersebut dapat
menimbulkan suatu anggapan “siapa cepat dia dapat” atau kompetisi dalam proses penangkapan ikan. Umumnya, kondisi open access akan menimbukan tangkap
lebih overfishing. Sebagai dampaknya, beberapa perairan Indonesia seperti pantai Timur Sumatera, Utara Jawa dan Bali, telah melampaui batas maksimum
penangkapan ikan sehingga mengancam kapasitas keberlanjutan usaha perikanan Nikijuluw, 2002.
Potensi sumberdaya perikanan menurut Naamin et al. 1991 diacu dalam Yurson 2005, merupakan segala kemampuan yang dimiliki oleh sumberdaya
perikanan yang dapat digali, dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan keinginan. Sumberdaya perikanan dikenal sebagai renewable, yang dapat pulih
secara alami, dan apabila tidak dimanfaatkan secara optimal akan dapat menimbulkan kerugian. Namun pada dasarnya pemanfaatan yang optimal harus
diikuti dengan adanya suatu keberlanjutan pemanfaatan yang secara terus- menerus Yurson, 2005.
Potensi sumberdaya alam yang mendukung pengembangan perikanan dalam DKP Serdang Bedagai 2008, terdiri atas :
1.
Perikanan laut, meliputi sektor penangkapan dan budidaya ikan, dengan kewenangan di wilayah laut sejauh 4 mil sesuai dengan pelaksanaan UU
No. 22 Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
2.
Perikanan darat, terdiri atas : -
Budidaya ikan air payau udang dan ikan -
Budidaya air tawar antara lain : kolam air tenang, kolam pekarangan, budidaya dan pemasaran ikan hias serta kolam-kolam pemancingan
- Perairan umum meliputi : waduk, sungai dan rawa.
Klasifikasi dan Ciri Morfologis Ikan Tembang Sardinella sp.
Ikan tembang tergolong ikan pelagis ukuran kecil. Secara horizontal, daerah ikan-ikan pelagis dikelompokkan menjadi dua, yaitu neritic yang artinya
daerah sepanjang “continental shelf” paparan mencapai kedalaman maksimum 200 m dan oceanic laut bebas sering juga disebut “off shore”, yakni daerah di
luar paparan tersebut. Daerah pantai dengan kedalaman ±20 m masih bisa ditembus sinar matahari yang sangat kaya dengan berbagai spesies biota air
termasuk di dalamnya pelagis kecil sampai pelagis besar Nuitja, 2010. Menurut Saanin 1984, ikan tembang memiliki rangka terdiri atas tulang
benar, bertutup insang. Kepala simetris, badan tidak seperti ular, tidak seluruh sisik terbungkus dalam kelopak tebal. Bagian ekor tidak bercincin-cincin. Hidung
tidak memanjang ke depan dan tidak membentuk rostrum. Pipi atau kepala tidak berkelopak keras dan tidak berduri. Sirip punggung terdiri atas jari-jari lemah
yang berbuku-buku atau berbelah. Bersisik, tidak bersungut dan tidak berjari-jari keras pada punggung. Tidak bersirip punggung tambahan yang seperti kulit, tidak
berbercak-bercak yang bercahaya, bertulang dahi belakang, sirip dada senantiasa sempurna. Perut sangat pipih. Perut bersisik tebal yang bersiku. Sirip perut
sempurna, rahang sama panjang, daun insang satu sama lain tidak melekat, bentuk
Universitas Sumatera Utara
mulut terminal posisi mulut terletak di bagian depan ujung hidung, tajam serta bergerigi. Gigi lengkap pada langit-langit, sambungan tulang rahang dan lidah.
Bentuk badan fusiform, pipih dengan sisik berduri di bagian bawah badan, awal sirip punggung sebelum pertengahan badan dan berjari-jari lemah 17-20, dasar
sirip dubur pendek dan jauh di belakang dasar sirip dorsal serta berjari-jari lemah 16-19, tapisan insang halus, berjumlah 60-80 pada busur insang pertama bagian
bawah, pemakan plankton dan membentuk gerombolan besar dengan panjang berkisar antara 12-25 cm, seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ikan tembang Sardinella sp. Sistematika ikan tembang menurut Fischer dan Whitehead 1974 :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata Kelas
: Pisces Sub kelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Clupeidae
Sub famili : Clupeinae Genus
: Sardinella Spesies
: Sardinella sp. Ikan tembang dapat ditangkap dengan macam-macam alat tangkap seperti
payang, purse seine, jala tembang, pukat tepi soma dampar, soma gosau, redi,
Universitas Sumatera Utara
soma giob, gae, bokeami, bagan, jarig insang. Ikan tembang berwarna biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah, sirip-siripya pucat kehijauan,
tembus cahaya. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus pindang, dengan harga yang sedang Direktorat Jenderal Perikanan, 1979.
Distribusi Ikan Tembang Sardinella sp.
Ikan tembang adalah ikan permukaan dan hidup di perairan pantai serta suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap bersama ikan
lemuru sampai pada kedalaman sekitar 200 m. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ikan membentuk kelompok antara lain ; sebagai perlindungan dari
pemangsa, mencari dan menangkap mangsa, untuk tujuan pemijahan, bertahan pada musim dingin, untuk melakukan ruaya, pergerakan dan terdapatnya suatu
pengaruh dari faktor-faktor yang ada sekelilingnya Syakila, 2009. Menurut Peristiwady 2006, ikan tembang termasuk ikan pelagis kecil
yang hidup di lautan terbuka, lepas dari dasar perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran suatu jenis ikan di perairan diantaranya adalah
kompetisi antar spesies dan intra spesies, heterogenitas lingkungan fisik, reproduksi, ketersediaan makanan, arus air dan angin. Pergerakan vertikal terjadi
karena perubahan siang dan malam, dimana pada malam hari gerombolan ikan cenderung berenang ke permukaan dan berada pada permukaan sampai matahari
sudah akan terbit dan pada waktu malam terang bulan gerombolan ikan tersebut agak berpencar atau berada tetap di bawah permukaan air. Pada saat akan
memijah Sardinella fimbriata beruaya dari perairan pesisir ke perairan lepas pantai. Ikan ini penyebarannya meliputi perairan Indonesia menyebar ke utara
Universitas Sumatera Utara
sampai Taiwan, ke selatan sampai ujung utara Australia dan ke barat sampai Laut Merah. Daerah penyebaran di Indonesia terutama berkumpul di daerah perairan
Kalimantan Selatan, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Selat Malaka dan Laut Arafura. Ikan tembang seperti ikan clupeidae lainnya memanfaatkan plankton sebagai
makanannya. Pada umumnya makanan ikan ini memangsa crustacea ukuran kecil seperti copepoda, amphipoda dan udang stadia mysis serta larva-larva ikan.
Selanjutnya diduga ada kemungkinan bahwa komposisi makanan akan berubah sesuai dengan musim serta jenis dan ketersediaan makanan di perairan. Dari jenis
makanannya, ikan tembang tergolong omnivora cenderung ke herbivora.
Alat Tangkap Ikan Tembang Sardinella sp.
Ikan tembang termasuk ke dalam jenis ikan pelagis kecil yang ditangkap dengan berbagai macam alat tangkap seperti pancing, payang, pukat cincin, bagan
dan jaring insang hanyut. Menururt Nurhakim et al. 1995, purse seine, payang, bagan dan gillnet merupakan alat tangkap yang sejak lama digunakan untuk
mengeksploitasi sumberdaya ikan pelagis di Laut Jawa.
a. Pancing Rawai