BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gadai
2.1.1 Gadai Menurut Konvensional
Menurut pendapat  Susilo 1999, pengertian pegadaian adalah suatu hak  yang  diperoleh  seseorang  yang  mempunyai  piutang  atas  suatu  barang
bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang  yang  mempunyai  utang  atau  oleh  orang  lain  atas  nama  orang  yang
mempunyai  utang.  Seseorang  yang  berutang  tersebut  memberikan  kekuasaan kepada  orang  yang  berpiutang  untuk  menggunakan  barang  bergerak  yang  telah
diserahkan  untuk  melunasi  utang  apabila  pihak  yang  berutang  tidak  dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang  yang berpiutang atas suatu benda bergerak  yang diberikan oleh orang
yang berpiutang sebagai suatu jaminan dan barang tersebut bisa dijual jika orang yang  berpiutang  tidak  mampu  melunasi  utangnya  pada  saat  jatuh
tempo.Sedangkan  pengertian  Perusahaan  Umum  Pegadaian  adalah  suatu  ban usaha  di  Indonesia  yang  secara  resmi  mempunyai  izin  untuk  melaksanakan
kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalambentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.
2.1.2 Pengertian Gadai Syariah
Gadai  Syariah  sering  diidentikkan  dengan  Rahn  yang  secara  bahasa diartikan  al-tsubut  wa  al-dawam  tetap  dan  kekal  sebagian  Ulama  Luhgat
memberi  arti  al-habtertahan.  Sedangkan  definisi  al-rahn  menurut  istilah  yaitu
menjadikan  suatu  benda  yang  mempunyai  nilai  harta  dalam  pandangan  syar‟a untuk kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau
sebagaian utang dari benda itu. Istilah  rahn  menurut  Imam  Ibnu  Mandur  diartikan  apa-apa  yang
diberikan  sebagai  jaminan  atas  suatu  manfaat  barang  yang  diagunkan.  Dari kalangan  Ulama  Mazhab  Maliki  mendefinisikan  rahn
sebagai  “harta  yang dijadikan  pemiliknya  sebagai  jaminan  hutang  yang  bersifat  mengikat“,  ulama
Mazhab  Hanafi  mendefinisikannya  dengan  “menjadikan  suatu  barang  sebagai jaminan  terhadap  hak  piutang  yang  mungkin  dijadikan  sebagai  pembayar  hak
ter sebut, baik seluruhnya maupun sebagiannya“. Ulama Syafii dan Hambali dalam
mengartikan  rahn  dalam  arti  akad  yakni  menjadikan  materi  barang  sebagai jaminan  utang,  yang  dapat  dijadikan  pembayar  utang  apabila  orang  yang
berhutang tidak bisa membayar hutangnya. Dalam  bukunya:  Pegadaian  Syariah,  Muhammad  Sholikul  Hadi
2003 mengutip pendapat Imam Abu Zakariya al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahhab  yang  mendefenisikan  rahn  sebagai:  “menjadikan  benda  bersifat  harta
sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapat dibayarkan dari harga benda itu  bilautang  tidak  dibayar.”  Sedangkan  menurut  Ahmad  Baraja,  rahn  adalah
jaminan  bukan  produk  dan  semata  untuk  kepentingan  sosial,  bukan  kepentingan bisnis, jual beli mitra.
Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam kitab Al-Mughni  adalah  sesuatu  benda  yang  dijadikan  kepercayaan  dari  suatu  hutang
untuk  dipenuhi  dari  harganya,  apabila  yang  berhutang  tidak  sanggup membayarnya  dari  yang  berpiutang.  Dari  ketiga  defenisi  tersebut  dapat
disimpulkan bahwa rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang  yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara‟ sebagai jaminan,
hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang.
2.1.3 Aplikasi Gadai Dalam Bank Syariah