Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum.

BAB IV PENYAJIAN DATA Data yang akan disajikan oleh peneliti mengenai efektivitas kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP, adalah data primer dan data sekunder. Kemudian penulis akan menganalisis dan menginterpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini yaitu penyajian data hasil wawancara dari informan kunci key informan yaitu Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, informan utama yaitu seksi operasional dan penertiban, dua orang anggota seksi operasional dan penertiban dan informan tambahan yaitu pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora sebanyak 4 orang. Berikut hasil wawancara yang penulis sajikan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan- penjelasan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh responden yang bersangkutan.

A. Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Satpol Pamong Praja Satpol PP Pematangsiantar

1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum.

Untuk mengetahui sudahkah disusunprogram kegiatan dalam membina ketenraman dan ketertiban di kota Pematangsiantar, dan bagaimana pelaksanaannya. Maka pertama sekali penulis melakukan wawancara dengan Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan : 1. Apakah ada program pengamanan dan penertiban yang dilakukan oleh Kantor Satpol PP dalam menertibkan dan menjaga keamanan di kota Pematangsiantar? Jawab : “ya, tentu saja ada dan sudah disusun setiap tahun. Karena mewujudkan kota Pematangsiantar yang aman,tertib dan kondusif merupakan visi dari Kantor Satpol PP ini. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab dari kantor ini untuk menjaga ketertiban dan keamanan kota.” 2. Pada saat kapan dilakukan penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari Kantor Satpol PP ? Jawab : “kalau penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari kantor ini dilakukan satu kali dalam setahun, biasanya dilakukan antara bulan Agustus samapai Oktober. Dan program yang ada dikantor ini, disusun setahun sebelumnya. Maksudnya, program yang akan digunakan pada tahun 2015, penyusunannya dilakukan pada tahun 2014. Seluruh rerncana kerja dari Kantor Satpol PP, ditiuangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Kota Pematangsiantar Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.” 3. Dan bagaimana pelaksanaan dari kegiatan ketentraman dan ketertiban tersebut? Jawab : “pelaksanaan dari suatu kegiatan harus melalui prosedur yang sudah ditentukan. Para anggota Satpol tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan penertiban kalau belum ada surat perintah. Oleh sebab itu, semua kegiatan dari kantor satpol harus didasarkan surat perintah tugas dan tidak boleh lari dari aturan yang sudah ditetapkan.” 4. Jadi bagaimana prosedur para anggota Satpol-PP untuk terjun langsung ke lapangan ? Jawab : “yang pertama sekali, surat perintah tugas harus terlebih dahulu dikeluarkan dari bagian tata usaha TU, setelah itu surat diberikan kepada bagian seksi operasional penertiban agar menentukan anggota yang harus turun ke lapangan. Dan kalau tidak ada surat perintah dari atasan, anggota tidak dapat pergi kelapangan.” 5. Untuk langsung terjun kelapangan biasanya diperlukan berapa personil Pak ? Jawab : “tergantung jenis kegiatannya, kalau skala besar hampir seluruh anggota dibutuhkan kecuali seksi bidang TU dan sesi pengawalan dan pengamanan. Personil yang dibutuhkan untuk skala sedang, biasanya berjumlah 10-20 personil yang diturunkan kelapangan dan jumlah lelaki selalu lebih banyak dibandingkan jumlah wanita.” 6. Untuk Pasar Dwikora sendiri kapan terakhir dilakukan kegiatan ketentraman dan ketertiban ? Jawab : “Untuk Pasar Dwikora, terakhir dilakukan penertiban itu tahun lalu,yaitu tahun 2014. Walaupun seperti itu, kegiatan di pasar dwikora ini tetap diawasi setiap harinya. Dan kalau untuk penggusuran tidak pernah dilakukan lagi.” 7. Pernahkah pemerintah melakukan relokasi terhadap PKL yang ada di Pasar Dwikora ini, dan bagaimana hasilnya Pak? Jawab : “lima tahun yang lalu pernah dilakukan relokasi PKL. Mereka dipindahkan ke terminal Suka Dame yang berada didekat terminal bus. Dan relokasi ini tidak berjalan seperti yang diharapkan karena sebagian para PKL tetap balik ketempat semula yaitu di badan jalan Patuan Nagari dan Patuan Anggi.” 8. Jadi menurut Bapak sendiri apa langkah yang tepat untuk mengatasi dan menata rapi para PKL yang ada di Pasar Dwikora ini ? Jawab : “kalau menurut saya langkah awal adalah kesadaran dari masing- masing masyarakat untuk hidup secara terarah dan teratur. Memang relokasi penting. Akan tetapi cara itu akan tetap gagal karena masyarakat pembeli juga lebih memilih berdagang di badan jalan seperti biasanya. Kalau saja para pembeli juga mau bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan penertiban akan PKL ini, maka semua akan berjalan dengan baik. Selain itu harus ada kerjasama yang baik dengan dinas-dinas yang lain untuk memberikan pengarahan seperti sosialisasi Perda kepada masyarakat.” 2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah. Untuk melihat kebijakan seperti apa yang sudah dilakukan dalam pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan : 9. Apa yang dimaksud dengan melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, dan apa saja yang termasuk kedalam kebijakan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ini, Pak ? Jawab : “maksud dari melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban adalah bahwa ada saatnya atasan mengeluarkan ataupun membuat suatu kebijakan saat terjadi suatu pelanggaran dan tetap didasarkan oleh peraturan dan ketentuan yang ada. Artinya, tidak boleh menyalahi aturan yang ada. Dan untuk kebijakan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ini misalnya ada suatu pelanggaran disuatu tempat, misalnya si A berjualan di depan rumah si B, karena merasa terganggu maka si B melaporkan kepada Satpol agar si B digusur dan segera dipindahkan. Sebagai penegak di bidang ketentraman dan ketertiban, maka sudah kewajiban dari Kantor Satpol-PP untuk menertibkan pedagang-pedagang kaki lima yang berjualan di tempat yang tidak seharusnya dipakai untuk berdagang, apalagi sampai memakai jalur umum yang biasa dipakai oleh masyarakat. Dan dalam hal ini, kantor Satpol harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan Kantor Camat tempat suatu kejadian terjadi. Satpol- PP tidak dapat langsung menindak si A tanpa koordinasi dan persetujuan dari Kantor Camat yang ada.” 10. Apa kegiatan yang pemeliharaan dan penyelengaran ketentraman dan ketertiban yang sudah pernah dilakukan Kantor Satpol-PP ? Jawab : “salah satunya memindahkan pkl yang ada didepan Taman Bunga, dan Pujasera. Semua pkl kami pindahkan kebelakang taman bunga dan disana sudah dibangun pemerintah tempat yang cocok untuk berdagang. Dan sebagian dipindah lokasikan ke depan Stasiun Kereta Api. Akan tetapi masih ada saja beberapa pedagang yang keras kepala dan tetap berjualan didepan Pujasera. Dan faktor utama yang membuat para pkl bersikeras mempertahankan tempatnya karena memang masyarakat juga tetap membeli sekalipun itu dipinggir jalan. Sebagian masyrakat juga kurang sadar hukum, sudah tau itu di pinggir jalan, masih saja memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan untuk membeli barang dagangan si pkl tadi. Padahal hal ini mengakibatkan lalu lintas terganggu. Inilah yang harus kita ubah, yaitu pola pikir masyarakat dan sudah seharusnya saling membantu dalam mewujudkan penertiban ini, ada kontribusi dari pemerintah, ada dari dinas dan juga dari masyarakat. ” 11. Dan tantangan apa yang dihadapi saat melakukan kebijakan ketentraman dan ketertiban ini ? Jawab : “pelaksanaanya mengakibatkan banyak resiko dan banyak tantangan.Baik itu tantangan dari dalam,maupun tantangan dari luar. Tantangan dari dalam itu maksudnya tantangan yang berasal dari satpol sendiri. Maksudnya kurangnya perlengkapan anti huru hara. Perlengkapan anti huruhara ini meliputi; topi,baju pelindung, tongkat T, sepatu, dan Tameng. Perlengkapan yang tersedia hanya 40 set, sementara jumlah anggota Satpol-PP sebanyak 130 orang. Jadi kantor Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban dengan para pedagang kaki lima 130 orang. Jadi kantor Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban para pedagang kaki lima, terutama untuk menghindari tindak-tindakan pertikaian. Yang kedua ancaman dari luar yaitu adalah masyarakat setempat. Ancaman dari luar inilah yang biasanya mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan dari pedagang kaki lima, masyarakat.” 3. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah. Kantor Satpol-PP sebagai pelaksana dari peraturan daerah, harus menegakkan keputusan walikota, peraturan walikota, dan peraturan daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang, dengan pertanyaan : 12. Apa fungsi dari kebijakan Perda, Peraturan Walikota, dan keputusan walikota untuk kinerja dari Satpol-PP? Jawab : “Perda inilah yang menjadi acuan kinerja oleh anggota Satpol-PP ini dalam kesehariannya.ada 21 Perda yang harus ditangani oleh Kantor Satpol-PP kota Pematangsiantar.” 13. Apa saja perda yang dimaksud itu , Pak ? Jawab : “Peraturan daerah no 10 tahun 2005 tentang izin usaha industri, perda no 1 tahun 2014 tentang IMB, Perda no 9 thn 2005 tentang tanda daftar industri, perda no 8 tahun 2005 tentang tanda daftar perusahaan, perda no 7 tahun 2005 tentang tanda daftar gudang, perda no 6 tahun 2005 tentang surat izin usaha perdagangan, perda no 5 tahun 2005 tentang surat izin tempat usaha, perda no 6 tahun 2004 tentang izin usaha kepariwisataan, perda no7 tahun 2003 tentang rencana tata ruang wilayah kota Pematangsiantar, perda 12 tahun 2002 tentang retribusi pajak hotel, perda no11 tahun 2002 tentang pajak restoran, perda no 9 tahun 2002 tentang perizinan bidang kesehatan, perda no 19 tahun 1998 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, perda no11 tahun 1998 tentang retribusi parkir di tepi jalan umum, perda no 13 tahun 1998 tentang retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran racun api, perda no 9 tahun 1992 tentang wajib bersih lingkungan , keindahan dan ketertiban umum, perda no 2 tahun 2014 tentangizin undang-undang gangguan , perda no 9 tahun 2001 tentang pajak reklame, peraturan pemerintah no 6 tahun 2011 tentang pajak daerah, perda no 4 tahun 2005 tentang retribusi pelayanan persampahankebersihan, perda no 16 tahun 2005 tentang lalu lintas dan angkutan jalan di wilayah kota Pematangsiantar”.

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum.