35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1.6 LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
1.7 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Ampas Tebu 2. Akuades
3. Ragi Roti Saccharomyces cereviceae 4.
Urea
3.2.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Oven
2. Blender 3. Tangki hidrolisis termal
4. Rotary Vacuum Pump 5. Labu distilasi
6. Erlenmeyer 7. Beaker gelas
8. Termometer 9.
Toples untuk tempat fermentasi
Adapun peralatan analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Neraca Elektrik
2. Erlemeyer
36 3. Gelas ukur
4. Piknometer
5. pH meter
3.3 PROSEDUR 3.3.1 Prosedur Penelitian
3.3.1.1 Persiapan Bahan Baku Pretreatment
1. Ampas tebu disortasi, dipilih yang bagus kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari.
2. Setelah kering, ampas tebu tersebut dihancurkan dengan menggunakan blender menjadi berbentuk powder
3. Tepung ampas tebu lalu disimpan dalam wadah plastik yang kedap udara agar bahan baku tidak terkontaminasi.
3.3.1.2 Pembuatan Bioetanol dengan Proses Hidrolisis Termal 1. Sampel ampas tebu yang sudah dipretreatment dicampur dengan akuades
dengan konsentrasi Tepung Ampas Tebu masing-masing sebesar 2,94, 3,85 dan 4,76 massa total 4000 gram.
2. Kemudian dihidrolisis dengan menggunakan tangki hidrolisis yang sudah didesain khusus masing-masing pada suhu 135, 150 dan 165 °C selama 1, 1,5
dan 2 jam hingga menjadi berbentuk slurry.
3. Setelah proses hidrolisis selesai, tangki diangkat dan didinginkan mendadak untuk menghentikan proses hidrolisis. Pendinginan mendadak dilakukan
dengan cara memasukkan tangki ke dalam ember yang berisi air keran hingga suhunya menjadi sama dengan suhu ruangan.
4. Hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam tempat fermentasi dan ditambahkan ragi sebanyak 5 dari massa substrat dan urea sebanyak 0,05 dari massa
yang akan difermentasi.
5. Dilakukan fermentasi pada suhu ruangan selama 12 jam dalam keadaan anaerob.
6. Hasil fermentasi tersebut lalu dimurnikan melalui proses distilasi pada suhu 75°C dengan menggunakan rotary vacuum pump.
37 7. Sisa hasil distilasi disaring dan diambil padatannya vinasse. Sedangkan
distilat ditampung lalu diukur volume distilat, dan kadar bioetanol yang
diperoleh. 8. Vinasse tersebut dihidrolisis kembali yang kemudian menghasilkan etanol.
3.3.2 Prosedur Analisa 3.3.2.1 Prosedur Analisa Lignin dan Selulosa dengan Metode Chesson [49]
1. Sebanyak 1 g a sampel kering ditambahkan 150 mL akuades lalu direfluks pada suhu 100
o
C dengan water bath selama 1 jam. 2. Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas 300 mL.
3. Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai konstan kemudian
ditimbang b. 4. Residu ditambahkan 150 mL H
2
SO
4
1 N kemudian direfluks dengan water bath selama 1 jam pada suhu 100
o
C. 5. Hasilnya disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral 300 mL lalu
dikeringkan c. 6. Residu kering ditambahkan 10 mL H
2
SO
4
72 dan direndam pada suhu kamar selama 4 jam.
7. Ditambahkan 150 mL H
2
SO
4
1 N dan direfluks pada water bath selama 1 jam pada pendingin balik.
8. Residu disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral 400 mL. 9. Kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C dan hasilnya ditimbang sampai bobot tetap d, selanjutnya residu diabukan dan ditimbang e.
Perhitungan kadar selulosa dan kadar lignin sebagai berikut: Kadar selulosa =
x 100 ………..............................3.1
Kadar lignin = x 100 ………...................................3.2
3.3.2.2 Analisa Kadar Glukosa dengan Metode Luff Schoorl [50] 1. Ditimbang 2 gr sampel berbentuk cairan dan dimasukkan ke dalam labu ukur
250 ml lalu ditambahkan air dan dikocok. 2. Ditambahkan 5 ml Pb
-
asetat setengah basa dan digoyang.
38 3. Diteteskan 1 tetes larutan NH
4 2
HPO
4
10 bila timbul endapan putih maka penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup.
4. Ditambahkan 15 ml larutan NH
4 2
HPO
4
10. Untuk menguji apakah Pb asetat setengah basa sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 1-2 tetes
NH
4 2
HPO
4
10. Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan NH
4 2
HPO
4
10 sudah cukup. 5. Labu ukur digoyang dan ditepatkan isinya sampai tanda garis dengan air
suling, dikocok 12 kali, dibiarkan dan disaring. 6. Hasil saringan dipipet 50 ml pada penetapan gula pereduksi ke dalam labu
ukur 100 ml. 7. Ditambahkan 25 ml HCl 25, termometer dipasang dan dilakukan hidrolisis
di atas penangas air. Apabila suhu mencapai 68-70 °C, suhu dipertahankan 10 menit tepat.
8. Termometer diangkat dan dibilas dengan air lalu didinginkan. 9. Ditambahkan NaOH 30 sampai netral berwarna merah jambu dengan
indikator fenolftalin. Ditepatkan sampai tanda tera dengan air suling, dikocok 12 kali.
10. Larutan dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml. 11. Ditambahkan15 ml air suling dan 25 ml larutan Luff dengan pipet serta
beberapa butir batu didih. 12. Dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan di atas pemanas listrik.
Diusahakan dalam waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih. Dipanaskan terus sampai 10 menit pakai stopwatch. Diangkat dan segera didinginkan
dalam bak berisi es jangan digoyang. Setelah dingin ditambahkan 10 ml larutan KI 20 dan 25 ml H
2
SO
4
25 hati-hati terbentuk gas CO
2
. 13. Dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N V
1
ml dengan memakai larutan kanji 0,5 sebagai indikator.
14. Dilakukan juga penetapan blangko dengan 25 ml larutan Luff. Dikerjakan seperti diatas V
2
ml.
39 Perhitungan :
V
2
– V
1
ml larutan Na
2
S
2
O
3
yang dibutuhkan oleh contoh dijadikan ml larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N kemudian dalam daftar Lampiran L.3.2 dicari berapa mg glukosa yang tertera untuk ml larutan Na
2
S
2
O
3
yang dipergunakan misalnya x mg. gula sesudah inversi =
V
2
x fp W
x 100 ..............................................3.3 Dimana :
V
1
,V
2
= volume larutan Na
2
S
2
O
3
yang dihasilkan dari daftar, ml fp = faktor pengenceran
W = bobot cuplikan, mg
gula total = 0,95 x gula sesudah inversi sebagai sakarosa sakarosa = 0,95 x gula sesudah-sebelum inversi
Tabel 3.1 Data Penetapan Gula Menurut Luff Schoorl [50] Na
2
S
2
O
3
, 0,1 N ml
Glukosa, Fruktosa, Gula Inversi mg
Laktosa mg
Maltosa mg
1 2,4
3,6 3,9
2 4,8
7,3 7,8
3 7,2
11,0 11,7
4 9,7
14,7 15,6
5 12,2
18,4 19,6
6 14,7
22,1 23,5
7 17,2
25,8 27,5
8 19,8
29,5 31,5
9 22,4
33,2 35,5
10 25,0
37,0 39,5
11 27,6
40,8 43,5
12 30,3
44,6 47,5
13 33,0
48,6 51,6
14 35,7
52,2 55,7
15 38,5
56,0 59,8
16 41,3
59,9 63,9
17 44,2
63,8 68,0
18 47,1
67,7 72,2
19 50,0
71,1 76,5
20 53,0
75,1 80,9
21 56,0
79,8 85,4
22 59,1
83,9 90,0
23 62,2
88,0 94,6
40 3.3.2.3 Analisa Densitas
Densitas ditentukan dengan cara, mula-mula botol piknometer 25 ml yang kosong ditimbang. Setelah itu ke dalam piknometer tersebut dituangkan sampel
sampai penuh dan ditimbang kembali. Densitas dihitung dengan persamaan:
= ................................................................................3.4 Dimana:
ρ
1
= densitas air grcm
3
m
1
= massa piknometer berisi air – piknometer kosong ρ
2
= densitas distilat grcm
3
m
2
= massa piknometer berisi distilat – piknometer kosong 3.3.2.4 Analisa Kadar Etanol dengan Metode Berat Jenis
Nilai densitas yang telah diperoleh dicocokkan dengan data yang ada pada Tabel 3.1. Kadar etanol kemudian dihitung dengan menginterpolasi data densitas dan
kadar etanol pada tabel.
41 Tabel 3.2 Konversi Berat Jenis-Kadar Etanol [51]
Kadar Larutan
Etanol Berat Jenis Larutan
Etanol pada suhu 30°C
Kadar Larutan Etanol
Berat Jenis Larutan Etanol pada suhu
30°C 0,99568
25 0,95607
1 0,99379
26 0,95442
2 0,99194
27 0,95272
3 0,99014
28 0,95098
4 0,98839
29 0,94922
5 0,98670
30 0,94741
6 0,98507
31 0,94557
7 0,98347
32 0,94370
8 0,98189
33 0,94180
9 0,98031
34 0,93986
10 0,97875
35 0,93790
11 0,97723
36 0,93591
12 0,97573
37 0,93390
13 0,97424
38 0,93186
14 0,97278
39 0,92979
15 0,97133
40 0,92770
16 0,96990
41 0,92558
17 0,96844
42 0,92344
18 0,96697
43 0,92128
19 0,96547
44 0,91910
20 0,96395
45 0,91692
21 0,96242
46 0,91472
22 0,96087
47 0,91250
23 0,95929
48 0,91028
24 0,95769
49 0,90805
42
3.4 FLOWCHART PENELITIAN
3.4.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku Pretreatment
Gambar 3.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku Mulai
Tepung ampas tebu lalu disimpan dalam wadah plastik yang kedap udara agar bahan baku tidak
terkontaminasi
Selesai Setelah kering, ampas tebu tersebut dihancurkan dengan
menggunakan blender menjadi berbentuk powder Ampas tebu disortasi, dipilih yang bagus kemudian
dikeringkan dibawah sinar matahari
43
3.4.2 Flowchart Pembuatan Bioetanol dengan Proses Hidrolisis Termal
Mulai
Dihidrolisis pada suhu135, 150 dan 165 °C selama 1, 1,5 dan 2 jam
Tepung ampas tebu yang telah melalui tahap pretreatment dimasukkan ke dalam tangki hidrolisis
Setelah waktu hidrolisis, maka dihentikan proses hidrolisis dengan cara tangki diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam ember yang berisi
air keran.
Hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam tempat fermentasi
Ditambahkan ragi roti sebanyak 5 dari massa substrat
Ditambahkan urea sebanyak 0,05 dari massa yang akan difermentasi
Difermentasi dalam keadaan anaerob pada suhu 30 °C dan pH 4 selama 12 jam
A B
Tepung ampas tebu yang sudah dipretreatment dicampur dengan akuades dengan konsentrasi Tepung Ampas Tebu masing-masing
sebesar 2,94, 3,85 dan 4,76 massa total 4000 gram.
44 Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Bioetanol dengan Proses Hidrolisis Termal
Ya Apakah sudah
terbentuk etanol dengan kadar 99,5?
Selesai Didistilasi
Apakah ada ampas tebu yang tersisa?
B
Tidak Ya
Tidak
A
distilat ditampung lalu diukur volume distilat, dan
kadar bioetanol yang diperoleh.
45
3.4.3 Flowchart Analisa Lignin dan Selulosa dengan Metode Chesson
Sebanyak 1 gr a sampel kering ditambahkan 150 mL akuades, direfluks pada suhu 100
o
C dengan water bath selama 1 jam
Residu ditambahkan 150 mL H
2
SO
4
1N kemudian direfluks dengan water bath selama 1 jam pada suhu 100
o
C. Mulai
Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai konstan kemudian ditimbang b
Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas 300 ml
Hasilnya disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral 300 ml lalu dikeringkan c
Residu kering ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
72 dan direndam pada suhu kamar selama 4 jam
Ditambahkan 150 ml H
2
SO
4
1 N dan direfluks pada water bath selama 1 jam pada pendingin balik
A
46 Gambar 3.3 Flowchart Analisa Lignin dan Selulosa dengan Metode Chesson [49]
Selesai Residu disaring dan dicuci dengan akuades sampai netral 400 ml
kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C dan hasilnya ditimbang sampai bobot tetap d
Residu diabukan dan ditimbang e A
47
3.4.4 Flowchart Analisa Kadar Gula Metode Luff Schoorl
Mulai
Hasil saringan dipipet 50 ml pada penetapan gula pereduksi ke dalam labu ukur 100 ml.
Ditambahkan 5 ml Pb asetat setengah basa dan
digoyang
Labu ukur digoyang dan ditepatkan isinya sampai tanda garis dengan air suling, dikocok 12 kali, dibiarkan dan disaring
Diteteskan 1 tetes larutan NH
4 2
HPO
4
Termometer diangkat dan dibilas dengan air lalu didinginkan
2 gr sampel berbentuk cairan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml lalu ditambahkan air dan dikocok.
Ditambahkan 15 ml larutan NH
4 2
HPO
4
A Ditambahkan 25 ml HCl 25, termometer dipasang dan
dilakukan hidrolisis di atas penangas air selama 10 menit
48 A
Ditambahkan NaOH 30 sampai netral berwarna merah jambu dengan indikator fenolftalin Ditepatkan sampai tanda
tera dengan air suling, dikocok 12 kali.
Diangkat dan segera didinginkan dalam bak berisi es jangan digoyang
Larutan dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
Ditambahkan15 ml air suling dan 25 ml larutan Luff dengan pipet serta beberapa butir batu didih
Dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan di atas pemanas listrik
Setelah dingin ditambahkan 10 ml larutan KI 20 dan 25 ml H
2
SO
4
25 hati-hati terbentuk gas CO
2
Dititrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0,1 N V
1
ml dengan memakai larutan kanji 0,5 sebagai indikator
A
49 Gambar 3.4 Flowchart Analisa Kadar Gula dengan Metode Luff Schoorl [50]
Selesai A
Dilakukan juga penetapan balngko dengan 25 ml larutan Luff. Dikerjakan seperti diatas V
2
ml
Dihitung kadar glukosa berdasarkan daftar pada lampiran 3.2
50
3.4.5 Flowchart Analisa Densitas Bioetanol
Gambar 3.5 Flowchart Analisa Densitas Larutan Bioetanol
Dikeringkan piknometer di dalam oven pada suhu 100 C selama 10 menit dan kemudian
didinginkan sampai suhu kamar. Mulai
Ditimbang piknometer kosong dan dicatat beratnya
Diisi piknometer dengan aquades, ditimbang, dan dicatat beratnya. Dicatat suhu aquades pada saat pengukuran dan dilihat densitas air pada suhu tersebut pada App A.2-3 Geankoplis.
Dikeringkan kembali piknometer di dalam oven pada suhu 100 C selama 10 menit dan
kemudian didinginkan sampai suhu kamar.
Dimasukkan sampel distilat sampai tidak ada gelembung udara.
Ditimbang piknometer yang berisi sampel dan dicatat beratnya
Dihitung densitas distilat
Selesai
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG AMPAS TEBU TERHADAP YIELD GLUKOSA
Gambar 4.1 memperlihatkan pengaruh konsentrasi bahan baku terhadap yield
glukosa pada waktu hidrolisis 1, 1,5 dan 2 jam pada pembuatan bioetanol dari tepung ampas tebu.
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Tepung Ampas Tebu terhadap Yield Glukosa
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa yield glukosa yang diperoleh pada suhu hidrolisis 135, 150 dan 165 °C dengan waktu hidrolisis 1, 1,5 dan 2 jam secara
umum berfluktuasi. Dimana yield glukosa cenderung turun pada konsentrasi tepung ampas tebu 3,85 dan kemudian meningkat pada konsentrasi 4,76.
Penurunan yield glukosa juga terlihat pada konsentrasi tepung ampas tebu 4,76 waktu hidrolisis 1,5 jam. Fluktuasi dan penurunan yield glukosa ini juga terdapat
pada hasil penelitian oleh Mandagi, dkk. [9] yang meneliti tentang hidrolisis termal dengan bahan baku eceng gondok serta Sutjiadi, dkk. [6] yang meneliti tentang
hidrolisis termal dengan bahan baku kertas bekas. Hal ini dapat disebabkan oleh 5
10 15
20 25
2 3
4 5
yi el
d G
lu kos
a
Konsentrasi Tepung Ampas Tebu
1 jam 1,5 jam
2 jam Waktu Hidrolisis
52 ketidakstabilan kondisi operasi dimana suhu tangki hidrolisis yang selalu berubah
sehingga sulit dicapai suhu konstan yang diinginkan setiap menitnya.
4.2 PENGARUH SUHU HIDROLISIS TERHADAP YIELD GLUKOSA
Gambar 4.2 memperlihatkan pengaruh suhu hidrolisis terhadap yield glukosa pada pembuatan bioetanol dari tepung ampas tebu
.
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Suhu Hidrolisis terhadap Yield Glukosa Dari gambar 4.2 terlihat bahwa yield glukosa yang diperoleh pada
konsentrasi tepung ampas tebu 2,94; 3,85 dan 4,76 dengan waktu hidrolisis 1, 1,5 dan 2 jam semakin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hidrolisis. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Sutjiadi, dkk. [6] yang meneliti tentang hidrolisis termal dari kertas bekas, Mandagi, dkk. [9] dan Pratiwi, dkk. [52] yang meneliti tentang
hidrolisis termal dari eceng gondok. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya monomer-monomer gula yang terlepas dari ikatannya seiring meningkatnya suhu
maka perolehan yield glukosa pun semakin tinggi.
4.3 PENGUJIAN KADAR GLUKOSA, LIGNIN DAN SELULOSA DENGAN VARIASI SUHU HIDROLISIS