commit to user
menurun daya tariknya. Alinea-alinea berikutnya yang memuat rincian berita disebut tubuh berita dan kalimat pembuka yang memuat ringkasan berita disebut
teras berita atau lead
56
.
Lead
yang lengkap biasanya didalamnya terdapat semu unsure dari 5 W + 1H.
Berita juga memiliki unsur penting yang lain. Unsur penting yang lain tersebut menurut Passante adalah nutgraf, transisi, kutipan, dan
ending
pengakhiran. Nutgraf ditempatkan setelah
lead
. Nutgraf atau paragraph inti dipakai untuk menempatka informasi penting yang mulai masuk ke beritanya. Sedang kutipan
adalah cara yang bagus untuk mendukung data atau menambah warna berita tanpa ada rekayasa. Kutipan merupakan penggalan dari kalimat yang didapat secara
langsung dari narasumber biasanya saat berbicara dalam rangka memberikan informasi. Berbeda denga transisi yang merupakan kalimat penghubung saat fakta
baru poin berita baru akan disampaikan. Transisi memudahkan pembaca berpindah dari satu poin ke poin lainnya, tanpa perubahan mendadak dalam isi
informasi atau pemikiran. Kemudian
ending
atau pengakhiran yang biasanya berita diakhiri dengan satu poin penting
57
.
3. Organisasi Media dan Penyajian Isi Media
Penyajian isi media terutama isi suratkabar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah format suratkabar dan pengaruh kebijakan redaksi
56
Kusumaningrat dan Kusumaningrat Op Cit. hlm. 126
57
Christopher K. Passante. The Complete Ideal’s Guides: Journalism. diterjemahkan: Tri Wibowo B.S. Jakarta: Prenanda Media Group. 2008 hlm. 37-40
commit to user
atau pun organisasi dari suratkabar tersebut. Format suratkabar saat ini mengalami perkembangan. Diantaranya adalah format
popular press
dan
quality press
, yaitu suratkabar popular dan surak kabar berkualitas. Menurut Jacob Oetama ciri dari koran popular atau ‘koran kuning’adalah isinya dalam
bentuk sensasional dalam melaporkan kejadian-kejadian seputar kekerasan, seks, dan kejahatan kriminal. Pers popular menurut De Fleur termasuk dalam
surat kabat selera rendah.
58
Perkembangan suratkabar popular seiring dengan fungsi media secara ekonomi. Suratkabar semacam ini lebih mementingkan segi ekonomi sehingga
berusaha menyajikan suatu berita ataupun sajian keseluruhan suratkabar tersebut semenarik mungkin. Bahkan memiliki kecenderungan untuk
menyajikan judul-judul berita yang sensasional pada halam pertama. Suratkabar semacam ini menjadikan halaman pertama seperti warung masakan
padang, untuk menarik pembaca mengenai berita apa saja yang disajikan. Dengan demikian suratkabar berselera rendah sangat mementingkan segi
komersil dan menjadikan isi sebagai tumpuan antara suratkabar dan pembacanya. Bahkan berita yang berkaitan dengan seksual dan kekerasan
menjadi tulang punggung dari hubungan niaga antara suratkabar dan pembacanya
59
. Dengan demikian jelas berbeda penyajian isi dalam suratkabar popular dan suratkabar berkualitas.
58
Oetama, Op Cit. hlm 26
59
Ibid. hlm 27
commit to user
Koran Merapi Pembaruan dan Koran Meteor merupakan koran dengan format
popular press.
Kedua koran ini memiliki perhatian yang luas mengenai peristiwa yang berkaitan dengan hukum dan kriminal. Kedua koran ini
memiliki cira yang sama diantarany dalam pemilihan judul maupun menyajikan isi berita dengan bahasa yang sensasional dalam melaporkan
peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan, seks, dan kejahatan kriminal. Namun demikian Kedua koran memiliki perbedaan dalam hal rubrik yang
disajikan. Jika Koran Merapi banyak menyuguhkan
feture
yang berkaitan dengan dunia mistis dan misteri. Selain itu, di dalamnya juga disajikan
mengenai karikatur, komik dan cerita legenda bersambung. Berbeda dengan Koran Meteor yang minim tema mistis dan misteri dalam perwajahan
medianya. Koran Meteor lebih memilih cerita-cerita bertemakan percintaan bahkan cerita yang mengarah pada hubungan seksual.
Selain itu, yang juga mempengaruhi isi dari media terutama berkaitan dengan munculnya berita menurut Reese dan Schoemaker dalam buku “
Mediating The Message”, diantaranya adalah: a.
Individual Level
: Pada level ini yang memiliki peran dalam menentukan agenda berita adalah para jurnalis. Penentuan berita
yang akan disiarkan atau diedit dipengaruhi oleh latar pendidikan, pengalaman, penalaran, dan pada batas tertentu berdasarkan
persepsi subyektifnya. b.
Media Routine level
: Media rutin yang dijadikan dasar dalam rekonstruksi yang dilakukan oleh para jurnalis dan editor. Media
commit to user
rutin merupakan praktek-praktek media dimana keputusan dan persepsi mengenai event yang dibawa jurnalis ke ruang
pemberitaan dipengaruhi oleh cara para professional media tersebut mengorganisasi system kerja mereka.
c. Organization level:
Proses rekonstruksi event atau peristiwa yang terjadi
ditentukan oleh
organisasi sebagai
perangkat strukturindustri media.
d. External media level:
Terdapat 5 faktor di luar organisasi media yang dapat mempengaruhi isi media yaitu: 1 sumber berita 2
iklan dan pelanggan 3 kontrol pemerintah 4 pasar 5 teknologi.
e. Ideological level:
level ideologi umumnya berkaitan dengan struktur kekuasaan dalam arti sejauh mana kekuasaan, melalui
berbagai aturan yang ditetapkan mampu mempengaruhi proses pengambilan keutuhan rekonstruksi berita peristiwa dalam ruang
berita. Jika perwajahan media dipengaruhi oleh format koran yang dipilih serta
berkaitan dengan kebijakan organisasi media. Seperti yang diungkapkan oleh Siregar, dkk bahwa kecenderungan pemberitaan terutama dalam berita kekerasan
terhadap perempuan yang termasuk pula kekerasan sensual, selain akibat dari pengaruh kebijakan redaksional masing-masing media, sekaligus juga menjadi
commit to user
cermin dari kesadaran gender yang masih kurang dari kalangan wartawan sendiri.
60
Hal ini tentu saja berlaku sama pada Koran Merapi Pembaruan dan Koran Meteor. Individual level, yaitu singkatnya jurnalis merupakan penentu agenda
berita. Dimana jurnalis perempuan pada Koran Merapi Pembaruan terdiri dari 6 orang atau 0,21 dari 28 jurnalis mulai dari pemimpin redaksi hingga reporter.
Berbeda dengan koran Meteor yang hanya terdapat 3 jurnalis perempuan atau hanya 0,13 dari 22 orang yang menjabat mulai dari pimpinan redaksi, reporter
dan wartawan
61
. Maka koran Merapi Pembaruan memiliki jurnalis perempuan lebih banyak dibandingkan dengan Koran Meteor sehingga memungkinkan ketika
penulisan berita mengenai perkosaan lebih objektif, tidak menjadikan korban perkosaan kembali menjadi korban karena pemberitaannya.
4. Penelitian Terdahulu