5.2.2. Pembahasan Analisis Bivariat
Hasil analisis Fisher exact test dengan nilai p 0,007 0,005 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku anak dengan angka kejadian
skabies di Panti Asuhan Bait Allah Kecamatan Medan Sunggal, Medan, dimana 70,0 anak yang menderita skabies memiliki perilaku yang buruk, dan 30,0
anak yang menderita skabies yang diteliti memiliki nilai perilaku yang baik. Hasil ini berkesinambungan dengan penelitian yang dilakukan pada santri di Pesantren
Albadraih Sundak di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2010 lalu yang menyatakan bahwa 51,9 angka kejadian skabies yang disebabkan oleh perilaku yang
buruk.
23
Dari hasil uji analisis diatas dapat dilihat bahwa semakin baik perilaku seseorang maka semakin kecil kemungkinan seseorang tersebut untuk menderita
skabies, sementara semakin buruk perilaku seseorang maka semakin besar kemungkinan untuk menderita skabies.
Hasil analisis cross-tabs pada tabel 5.8 menunjukkan distribusi kejadian skabies pada Panti Asuhan Bait Allah terbanyak ada pada kategori usia kanak-
kanak 5-10 tahun berjumlah 60,0, kategori usia balita 0-5 tahun bejumlah 30,0, dan kategori usia remaja awal 11-16 tahun berjumlah 10,0. Hal ini
sejalan dengan penlitian di Samoa Amerika yang menyatakan anak usia 5-9 tahun 2,2 kali lebih rentan untuk menderita skabies dibandingkan dengan anak usia 14
tahun.
6
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitia yang dilakukan di RS Al-Islam Bandung yang menyatakan bahwa prevalensi kejadian skabies
terbanyak ada pada rentang usia 11-20 tahun dengan angka 39,69 sedangkan prevalensi skabies pada rentang usia 10 tahun berkisar 29,4.
7
Penelitian lainnya di Timor Leste meyebutkan dari 17,5 skabies yang telah diteliti,
sejumlah 39,1 dari total penderita skabies berusia dibawah 10 tahun.
24
Pada penelitian lain diungkapkan juga bahwa penderita terbanyak skabies adalah
anakremaja usia 5-14 tahun, bila dibandingkan dengan anak dibawah usia 5 tahun, dan remaja dewasa usia 15-29 tahun.
15
Hasil penelitian lain yag dilakukan di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, pada tahun 2013 mencatat bahwa angka
kejadian skabies terbanyak pada usia 13 tahun, yang pada penelitian ini peneliti masukkan kedalam kategori usia remaja awal.
25
Penelitian-penelitian tersebut
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwa ada perbedaan antara rentang usia skabies pada anak, namun tetap menyatakan bahwa usia anak hingga remaja merupakan usia yang paling
rentan untuk menderita skabies. Hal ini dijelaskan menurut peneliti sebelumnya bahwa pengalaman terhadap penyakit ini sudah pernah dirasakan, atau diketahui
oleh mereka yang memiliki usia tinggi, bila dibandingkan dengan anak-anak yang masih sangat muda.
25
Pada hasil analisis cross-tab mengenai perbandingan jumlah angka kejadian skabies antara penghuni panti asuhan laki-laki dan perempuan didapatkan
perbandingan yang sangat signifikan dimana angka kejadian skabies pada penghuni panti asuhan laki-laki mencapai angka 90,0 yaitu 9 anak dari total 10
angka kejadian skabies yang terjadi di panti asuhan tersebut, sementara sisa 1 anak yang menderita skabies adalah perempuan 10,0. Hasil penelitian ini
sebanding dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah
Padang pada tahun 2013 yang menyebutkan bahwa angka kejadian skabies pada responden laki-laki lebih banyak dibanding dengan perempuan.
25
Namun, hasil ini juga dipengaruhi oleh karakteristik responden yang mencatat bahwa sebanyak 42
anak 84,0 di Panti Asuhan Bait Allah memiliki jenis kelamin laki-laki, sedangkan jenis kelamin perempuan hanya berjumlah 8 anak 16, hasil lainnya
yang didapatkan pada penelitian ini adalah angka kejadian tidak skabies terbanyak juga terdapat pada responden laki-laki yaitu 33 anak 82,50 bila dibandingkan
dengan responden perempuan dengan angka kejadian tidak skabies sebanyak 7 anak 17,5, hal ini dapat dijelaskan lagi dengan ketidakseimbangan antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang terdapat dalam karakteristik responden pada penelitian ini. Meskipun demikian, perbandingan hasil ini, dimana angka
kejadian skabies pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak bila dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan dinilai oleh peneliti sebelumnya terjadi akibat
perilaku responden perempuan yang lebih menjaga penampilan dan merawat dirinya bila dibandingkan dengan responden laki-laki.
25
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian skabies di
Panti Asuhan Bait Allah dengan nilai p 0,007 0,05 2.
Diantara responden yang mengikuti penelitian, lebih banyak yang tidak terkena skabies berjumlah 40 responden 80.
3. Berdasarkan kategori usia dan kejadian skabies, responden dengan kejadian
skabies terbanyak adalah pada masa kanak-kanak 5-10 tahun 60,0. Responden yang tidak terdapat kejadian skabies terbanyak adalah pada masa
remaja awal 11-16 tahun 57,5. 4.
Berdasarkan pengetahuan, responden paling banyak memiliki pengetahuan yang baik 36.
5. Berdasarkan sikap, responden paling banyak memiliki sikap yang baik
56. 6.
Berdasarkan tindakan, responden paling banyak memiliki tindakan yang cukup 58.
7. Diantara responden yang mengikuti penelitian, lebih banyak yang tidak
terkena skabies berjumlah 40 responden 80. 8.
Berdasarkan jenis kelamin dan kejadian skabies, responden dengan kejadian skabies terbanyak adalah pada jenis kelamin laki-laki 90,0. Responden
yang tidak terdapat kejadian skabies terbanyak juga terdapat pada jenis kelamin laki-laki 87,5.
9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori usia paling banyak
dijumpai adalah masa remaja awal 12-16 tahun 48.
Universitas Sumatera Utara