35
mean. Rata-rata geometric dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang
ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan
yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai
tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1n. Secara sistematis dituliskan sebagai
berikut: a
ij
= z
1
. z
2
. z
3
. …. z
n 1n
dengan :
a
ij
= Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria A
i
dengan A
j
untuk n partisipan Z
i
= Nilai perbandingan antara A
1
dengan A
i
untuk partisipan i, dengan nilai i = 1, 2, 3, …, n n =
Jumlah partisipan
c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari Eigenvector dari setiap matriks Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority. Karena
matriks Pairwise Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority.
Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen- elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority
setting.
d. Logical Consistency
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model- model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.
Universitas Sumatera Utara
36
Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan
persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas
eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminumkan.
Rumus dari indeks konsistensi adalah: CI =
λ
maks
– n n – 1 Dengan :
CI = Indeks konsistensi λ
maks
= Eigenvalue maksimum n = Orde maktrik
Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue
maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan
besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100 atau inkonsistensi 0. Dalam pemakaian
sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus 2.2 di atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.
Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks
random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran
Universitas Sumatera Utara
37
1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.
Tabel 3.4. Pembangkit Random RI
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 RI
0.58 0.9
1.12 1.24
1.32 1.41
1.45 1.49
CR = CIRI CR = Rasio konsistensi
RI = Indeks random
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan
respon yang diberikan responden. Sato dalam Chow and Luk 2005 telah menyusun nilai CR Consistency Ration yang diizinkan adalah CR 0,15.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Tanjungbalai
4.1.1 Kondisi Geografis Kota Tanjungbalai
Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal
18 September 1956 No. U.P. 1523 Kota Tanjungbalai terpisah dari Kabupaten Asahan. Kota Tanjungbalai menempati area seluas 6.052 Ha yang terdiri dari 6
Kecamatan dan 31 Kelurahan Definitif. Keenam kecamatan tersebut adalah kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar Timur, Tanjungbalai Selatan,
Tanjungbalai Utara, Sei Tualang Raso, dan Teluk Nibung. Kota Tanjungbalai di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Tanjungbalai Kabupaten Asahan, di sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan, dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan.
4.1.2 Kondisi Demografis Kota Tanjungbalai
Berdasarkan hasil proyeksi dari sensus penduduk 2010, penduduk Kota Tanjungbalai tahun 2013 berjumlah 158.599 jiwa dengan kepadatan penduduk
2.621 jiwa per km
2
. Penduduk terbanyak terdapat pada kecamatan Teluk Nibung sebesar 36.765 jiwa. Sedangkan penduduk terpadat berada pada Kecamatan
Tanjungbalai Utara sebesar 19.392 km
2
.
Universitas Sumatera Utara