Persepsi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Menengah Atas Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS

(1)

(2)

(3)

(4)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Persepsi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat

Menengah Atas Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)”

adalah benar hasil dari karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan badan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari masyarakat Kota Medan atau saya kutip hasil karya orang lain telah mendapat izin dan atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2015

Fahmi Wahyuda NIM: 110523033


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan izin-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah memberi inspirasi kepada kita umatnya untuk selalu mencari ilmu dan mengamalkannya dengan baik. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, yang telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasihat akademi dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE, M.Si. selaku dosen pembaca penilai

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang pasti akan bermanfaat bagi saya.


(6)

8. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

9. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 program Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Mei 2014


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Persepsi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Menengah Atas Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat menengah Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta untuk mengetahui daerah (Kecamatan) mana saja di Kota medan yang lebih paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat menengah atas Kota Medan paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). untuk tingkat kecamatan, masyarakat menengah atas di Kecamatan Medan Polonia, Medan Johor dan Medan Baru lebih paham Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibandingkan masyarakat pada Kecamatan Medan Petisah dan Medan area.


(8)

ABSTRACT

The title of this research is the perception and comprehensive level of upper middle society in medan on indonesia deposit insurance corporation (IDIC). The purpose of this research are to understand the comprehensive level of upper middle society in medan on indonesia deposit insurance corporation (IDIC), and to know which area (sub-district) in medan that have better understanding on indonesia deposit insurance corporation (IDIC).

Method used for this research is descriptive analysis method. The collection of the data is using questionnaire that has been distributed to 5 sub-district from total 21 sub-sub-district in medan with total sample 100 people and analyzed using computer program SPSS version 17.0.

The research outcome showing that mostly the upper middle society in medan are understand about indonesia deposit insurance corporation (IDIC). In terms of the sub-district, the upper middle society in sub-district medan polonia, medan johor, and medan baru have better understanding about indonesia deposit insurance corporation (IDIC) than the upper middle society in medan petisah and medan area.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PERCETAKAN

PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8

2.1 Pengertian Persepsi ... 8

2.1.1 Jenis-Jenis Persepsi... 9

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

2.2 Ruang Lingkup Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) .... 16

2.2.1 Bentuk dan Status Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)... 16

2.2.2 Fungsi, Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)... 16

2.2.3 Visi, Misi, dan Nilai-nilai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)... 18

2.2.4 Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)... 20

2.2.5 Pengajuan Klaim... 21

2.2.6 Klaim Penjaminan Yang Tidak Layak Dibayar.... 22

2.3 Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian... 25

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 25

3.4 Defenisi Operasional ... 26

3.5 Populasi Dan Sampel ... 26

3.5.1 Penentuan Populasi Dan Sampel ... 26


(10)

3.7 Jenis Data ... 28

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.9 Teknik Analisa Data... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Statistik Deskriptif... 33

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 33

4.1.1.1 Secara Geografis ... 33

4.1.1.1 Secara Demografis ... 34

4.1.2 Sejarah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)... 36

4.1.3 Analisis Karateristik Responden ... 37

4.1.3.1 Jenis Kelamin ... 37

4.1.3.2 Umur Responden... 38

4.1.3.3 Pendidikan Terakhir ... 39

4.1.3.4 Pekerjaan ... 41

4.1.3.5 Pendapatan Per Bulan ... 42

4.1.3.6 Jumlah Rekening Yang Dimiliki... 43

4.1.3.7 Lamanya Menjadi Nasabah... 45

4.2. Hasil Pembahasan... 46

4.2.1 Uji Validitas Dan Uji Reabilitas ... 46

4.2.1.1 Uji Validitas ... 46

4.2.1.2 Uji Reabilitas... 49

4.2.2 Analisis Deskptif ... 47

4.2.2.1 Deskripsi Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 51

4.2.2.1 Deskripsi Pemahaman Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 55

4.2.3 Analisis Crosstab... 61

4.2.3.1 Hubungan antaraGender/Jenis Kelamin dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat 62 4.2.3.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan... 66

5.2. Saran ... 67


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Sampel Penelitian... 27

4.1 Penduduk Kota Medan Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin... 35

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 38

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir . 39 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per -Bulan ... 42

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rekening Yang Dimiliki oleh Responden... 44

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Responden Menjadi Nasabah ... 45

4.9 Item-Total Statistics... 47

4.10 Item-Total Statistics... 48

4.11 Reliability Statistics... 50

4.12 Reliability Statistics... 50

4.13 Jawaban Masyarakat Tentang Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 52

4.14 Pemahaman Masyarakat Tentang Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per Kecamatan... 53

4.15 Jawaban Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 56

4.16 Pemahaman Masyarakat Tentang Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per -Kecamatan... 59

4.17 Jenis Kelamin * Tingkat PemahamanCrosstabulation... 62

4.18 Chi-Square Tests... 63

4.19 Pendidikan * Tingkat PemahamanCrosstabulation... 64


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir . 40 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 42 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per

-Bulan ... 43 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Rekening

Yang Dimiliki oleh Responden... 44 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Responden

Menjadi Nasabah ... 46 4.7 Pemahaman Masyarakat Tentang Gambaran Umum Tentang

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per Kecamatan... 54 4.8 Pemahaman Masyarakat Tentang Tentang Fungsi Dan

Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Persepsi dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Menengah Atas Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat menengah Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta untuk mengetahui daerah (Kecamatan) mana saja di Kota medan yang lebih paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang dan dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat menengah atas Kota Medan paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). untuk tingkat kecamatan, masyarakat menengah atas di Kecamatan Medan Polonia, Medan Johor dan Medan Baru lebih paham Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibandingkan masyarakat pada Kecamatan Medan Petisah dan Medan area.


(14)

ABSTRACT

The title of this research is the perception and comprehensive level of upper middle society in medan on indonesia deposit insurance corporation (IDIC). The purpose of this research are to understand the comprehensive level of upper middle society in medan on indonesia deposit insurance corporation (IDIC), and to know which area (sub-district) in medan that have better understanding on indonesia deposit insurance corporation (IDIC).

Method used for this research is descriptive analysis method. The collection of the data is using questionnaire that has been distributed to 5 sub-district from total 21 sub-sub-district in medan with total sample 100 people and analyzed using computer program SPSS version 17.0.

The research outcome showing that mostly the upper middle society in medan are understand about indonesia deposit insurance corporation (IDIC). In terms of the sub-district, the upper middle society in sub-district medan polonia, medan johor, and medan baru have better understanding about indonesia deposit insurance corporation (IDIC) than the upper middle society in medan petisah and medan area.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan dan pembayaran lainnya. Dengan demikian terdapat dua peranan penting yang dimiliki oleh bank yaitu sebagai lembaga penyimpanan dana masyarakat dan sebagai lembaga penyedia dana bagi masyarakat dan atau dunia usaha. Dengan demikian perbankan mempunyai fungsi yang penting dalam perekonomian negara.

Pebankan mempunyai fungsi utama sebagai intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada sektor-sektor riil untuk menggerakkan pembangunan dan menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Dalam hal ini, bank menghimpun dana masyarakat berdasarkan asas kepercayaan dari masyarakat. Apabila masyarakat merasa aman untuk menyimpan uang atau dananya di bank, maka bank menanggung resiko reputasi yang besar. Bank harus selalu dapat menjaga tingkat keercayaan dari masyarakat (nasabah) agar tetap mau menyimpan dananya di bank maupun menggunakan jasa-jasa perbankan lainnya sehingga nantinya bank dapat menyalurkan dana tersebut untuk menggerakkan perekonomian bangsa.

Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam


(16)

kegiatan perbankan seperti menyimpan atau menginvestasikan uangnya, mendepositokan dan meminjam uang untuk memulai atau memperluas usaha. Peran dan partisipasi dari kalangan masyarakat ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan masyarakat umum yang pada akhirnya akan berdampak pada pembangunan.

Membangun sebuah kepercayaan merupakan suatu hal yang tidak mudah. Kepercayaan dari masyarakat dapat diperoleh apabila bank bisa membuktikan dirinya sebagai bank yang sehat melalui kemampuan ganda yang dimilikinya, yaitu sebagai penyedia likuiditas dan penyandang dana bagi penyediaan aset jangka panjang. Sebagai penyedia likuiditas, bank harus mampu menyediakan dana bagi nasabah penyimpan setiap saat, dengan catatan penarikan dana tidak dilakukan oleh nasabah penyimpan secara bersama-sama. Apabila nasabah secara bersama-sama menarik dananya, maka bank terpaksa mencairkan aset tidak likuid mereka yang biasanya dengan harga di bawah pasar sehingga menyebabkan kebangkrutas bank yang mana nantinya akan semakin menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan yang ada.

Adanya kemungkinan terjadinya penarikan secara bersama-sama oleh nasabah secara teoritis dapat dijelaskan karena sulitnya melakukan aksi bersama diantara para nasabah penyimpan dana. Sulitnya memperoleh kesepakatan bersama disebabkan karena sukarnya mengakses informasi tentang kesehatan bank. Kesulitan ini mengakibatkan ada sebagian nasabah yang memiliki informasi yang lebih lengkap dari pada nasabah lain mengenai keadaan suatu bank. Sebaliknya, apabila nasabah mampu melakukan kesepakatan tentuya mereka akan


(17)

mendapatkan keuntungan bersama dengan sepakat untuk tudak melakukan penrikan dana. Akan tetapi dalam situasi dimana terdapat ketidakpastian yang mendorong untuk menarik dan amakan dalam situasi panik koordinasi untuk melakukan tindakan bersama menjadi sangat sulit sehingga rush merupakan keputusan yang paling rasional bagi nasabah penyimpan hal ini jelas akan mengakibatkan kebangkrutan bank sekaligus menimbulkan kerugian besar bagi keseluruhan sistem perbankan dan perekonomian.

Menurut Zulkarnain dalam skripsi Michel (2009) berjudul Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Salah Satu Sarana Untuk Meningkatkan Public

Confidence Dalam Menggunakan Jasa Perbankan, ada beberapa foktor yang dapat mengakibatkan melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan di Indonesia sebelum adanya Lembaga Penjamin Simpanan antara lain yaitu adanya jaminan terselubung atas kelangsungan hidup suatu bank, lemahnya sistem pengawasan, dan liberalisasi yang dilakukan secara tidak hati-hati. Di samping itu, karateristik bank yang berbeda-beda dengan perusahaan lainnya juga dapat mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Hhilangnya kepercayaan masyarakat membawa dampak yang sangat serius bagi kelangsungan usaha bank dan dapt mengakibatkan krisis ekonomi yang parah.

Pada tahun 1998, krisis finansial di wilayah Asia Tenggara telah diikuti dengan krisis ekonomi dan politik di Indonesia. Saat itu kondisi perekonomian Indonesia sangat memkhawatirkan yang diantaranya dilikuidasinya 16 bank umum, sehingga menimbulkan keresahan. Keresahan ini memicu krisis kepercayaan yang besar ditengah masyarakat atas stabilitas dunia perbankan.


(18)

Ketidakpercayaan tersebut kemudian mendorong masyarakat untuk menarik simpanannya secara besar-besaran dari sistem perbankan (bank run / bank rush). Dana yang ditarik nasabah tersebut sebagian dilarikan ke luar negeri dan menyebabkan capital flight, sebagian dibelikan valuta asing, serta sebagian dibelanjakan untuk keperluan konsumtif yang mengakibatkan tingkat inflasi melonjak drastis. Hal itulah yang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 16.000 per USD.

Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, blanket guaranteememang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas. Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat.


(19)

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS, suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya, dibentuk. Undang-undang ini berlaku efektif sejak tanggal 22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.

Adapun fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Fungsi penjaminan diejawantahkan dengan melakukan pembayaran klaim penjaminan atas simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan menunjuk tim likuidasi untuk membereskan aset dan kewajiban bank tersebut, sedangkan fungsi turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan diwujudkan dalam bentuk upaya menyelamatkan atau penyehatan terhadap bank gagal yang tidak berdampak sistemik maupun bank gagal yang terdampak sistemik (bank resolution).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Menengah


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang diambil sebagai dasar pelenitian ini adalah bagaimana tingkat pemahaman masyarakat menengah atas di kota medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat menengah atas di kota medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

2. Untuk membuka wawasan masyarakat menengah atas di kota medan terhadap fungsi dan peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan informasi dan masukan tentang pemahaman masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) khususnya bagi masyarakat menengah atas di Kota Medan dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

2. Sebagai sarana belajar dan masukan bagi peenulis dalam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari di perkuliahan.


(21)

3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakkukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Persepsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan, penerimaan langsung dari suatu serapan, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan hal yang mempengaruhi sikap, dan sikap ini akan menentukan perilaku. Dengan kata lain persepsi akan mempengaruhi perilaku seseorang atau perilaku merupakan cermin persepsi yang dimilikinya.

Feming dan Levie dalam skripsi Mahmudah (2009) yang berjudul

Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Karakteristik, Users, Akuntabilitas,

Aktivitas Bisnis Perbankan Syariah menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi bersifat:

1. Relatif, tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya.

2. Selektif, tergantung pada pengalaman, minat, kebutuhan, dan kemampuan untuk mengadakan persepsi, dan

3. Teratur, sesuatu yang tidak teratur akan sukar untuk dipersepsikan

Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Gibson et al. Dalam skripsi Mahmudah (2006) yang berjudul


(23)

Aktivitas Bisnis Perbankan Syariah, persepsi merupakan proses mental dan kognitif yang memungkinkan individu Menafsirkan dan memahami informasi tentang lingkungan, baik untuk penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Menurut Pearson dalam skripsi Sutyastuti (2003) berjudul Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Teknologi Informasi yang

harus dikuasai, perbedaan persepsi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Faktor fisiologis yang mencakup gender, panca indera dan lain sebagainya. 2. Pengalaman dan peranan, yaitu apa yang dialami pada masa lalu dan

peranan individu yang diajak diskusi.

3. Budaya yang merupakan sistem kepercayaan, nilai, kebiasaan, dan perilaku yang digunakan dalam masyarakat tertentu.

4. Perasaan dan keadaan misalnya sugesti tertentu dalam suatu hal.

2.1.1. Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.

1. Persepsi Visual

Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan


(24)

indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

2. Persepsi Auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak. 3. Persepsi Perabaan

Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka


(25)

terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.

4. Persepsi Penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair.Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor.

5. Persepsi Pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap rasa.


(26)

Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan pahit. Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam lemak.Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.

2.1.2. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990:41). Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.

Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang.

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku.


(27)

Sedangkan menurut Walgito (2002:70), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :

1. Objek yang dipersiapkan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.


(28)

1. Faktor Internal

Faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dalam diri individu (Niven N, 2002). Diantara faktor internal tersebut adalah:

a. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. b. Motif

Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto, 2002: 71).

c. Minat

Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyad ari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.


(29)

d. Harapan

Harapan adalah dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang dilihat, didengar dan diraba saat itu.

e. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat

f. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu yang meliputi:

a. Kondisi Stimulus b. Lingkungan


(30)

2.2. Ruang Lingkup Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

2.2.1. Bentuk dan Status Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Bentuk dan Status Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut:

1. LPS dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

2. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

3. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden.

5. LPS berkedudukan di Jakarta dan dapat mempunyai kantor perwakilan di wilayah negara Republik Indonesia.

2.2.2. Fungsi, Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

1. Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut: a. Menjamin simpanan nasabah penyimpan.

b. Turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannnya.

2. Tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.


(31)

c. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan.

d. Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.

e. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik. 3. Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.

c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.

e. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada angka 4.

f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.

g. Menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

h. Melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.


(32)

2.2.3. Visi, Misi, dan Nilai-nilai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Visi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah menjadi lembaga penjamin simpanan yang dipercaya dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional.

Adapun misi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan program penjaminan simpanan yang efektif.

2. Berperan aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional. Selain visi dan misi nilai-nilai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut:

1. Profesional. 2. Integritas. 3. Layanan Prima. 4. Proaktif.

5. Sinergi.

2.2.4. Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Adapun simpanan yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah sebagai berikut:

1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dijamin meliputi:


(33)

a. Giro berdasarkan PrinsipWadiah; b. Giro berdasarkan PrinsipMudharabah; c. Tabungan berdasarkan PrinsipWadiah;

d. Tabungan berdsasrkan Prinsip mudharabah muthiawah atau Prinsip

Mudharabah muqayyadahyang resikonya ditanggung oleh bank; e. Deposito berdsasrkan Prinsip mudharabah muthiawah atau Prinsip

Mudharabah muqayyadah yang resikonya ditanggung oleh bank; dan/atau

f. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.

3. Simpanan yang dijamin mencakup pula simpanan yang berasal dari bank lain.

4. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha bank.

5. Saldo tersebut berupa:

a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsipSyariah.

b. Pokok ditambah bungan yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang memiliki komponen bunga;

c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet,untuk simpanan yang memiliki kompnen diskonto.


(34)

6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada suatu bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account).

7. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut dibagi prorate dengan jumlah pemilik rekening.

8. Dalam hal nasabah yang memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal.

9. Dalam hal nasabah yang memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan sebagi saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan..

10. Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp. 2 Milyar.

2.2.5. Pengajuan Klaim

Nasabah dapat mengajukan klaim atas simpanannya kepada LPS dengan tata cara sebagai berikut:

1. LPS mengumumkan tanggal pengajuan klaim atas ssimpanan yang layak dibayar pada sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas.


(35)

2. Pengumuman tanggal pengajuan klaim dilakukan secara bertahap berdasarkan hasil rekonsiliasi dan verifikasi yang telah diselesaikan dengan ketentuan:

a. Pengumuman tahap pertama dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah rekonsiliasi dan verifikasi dimulai.

b. Pengumuman tahap akhir dilakukan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak izin usaha bank dicabut.

3. Pengumuman tersebut juga memuat syarat dan tata cara pengajuan klaim atas simpanan yang layak bayar.

4. Klaim atas simpanan yang dijamin diajukan oleh nasabah penyimpan kepada LPS sesuai pengumuman.

5. Pengajuan klaim pinjaman wajib dilakukan nasabah penyimpan paling lambat 5 (lima) tahun sejak izin usaha bank dicabut.

6. Dalam hal nasabah penyimpan tidak mengajukan klaim penjaminan atas simpanannya, maka hak nasabah penyimpan untuk memperoleh pembayaran klaim dari LPS menjadi hilang.

7. Nasabah penyimpan yang hilang haknya untuk memperoleh pembayaran klaim penjaminan dari LPS diperlakukan sama dengan nasabah penyimpan yang simpanannya tidak dijamin, dan siselesaikan berdasarkan mekanisme likuidasi.


(36)

2.2.6. Klaim Penjaminan Yang Tidak Layak Dibayar

1. Klaim penjaminan dinyatakan tidak layak dibayar berdasrkan hasil rekonsiliasi dan/atau verifikasia adalah:

a. Data simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat pada bank.

b. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar, dan/atau

c. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat.

2. Simpanan dnyatakan tercatat pada bank apabila dalam pembukuan bank tercatat data mengenai simpanan tersebut, antara lain nomor:

a. Rekening/bilyet, nama nasabah penyimpan, saldo rekening, dan informasi lainnya yang lazim berlaku untuk rekening sejenis, dan/atau b. Terdapat bukti aliran dana yang menunjukkan keberadaan simpanan

tersebut.

3. Nasabah penyimpan dinyatakan sebagai pihak yang diuntungkan secara tidak wajar, apabila nasabah tersebut memperoleh tingkat bunga melebihi tingkat bunga penjaminan yang ditetapkan oleh LPS.

4. LPS mengumumkan maksimum tingkat bunga penjaminan setiap bulan dengan ketentuan:

a. Tingkat bunga tersebut berlaku selama 1 (satu) bulan, dan

b. Pengumuman dilakukan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum diberlakukan.


(37)

5. Suatu pihak dinyatakan termasuk sebagai pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat sebagaiman dimaksud dalam Pasal 36 huruf c, apabila pihak yang bersangkutan memiliki kewajiban kepada bank yang dapat dikelompokkan dalam kredit macet berdasarkan peraturan perundang-undangan dan saldo kewajiban simpanannya lebih besar dari saldo simpanannya.

6. Dalam hal nasabah penyimpan yang simpanannya tidak layak dibayar merasa dirugikan, maka nasabah yg dimaksud dapat:

a. Mengajukan keberatan kepada LPS yang didukung dengan bukti nyata dan jelas, atau

b. Melakukan upaya hukum melalui pengadilan.

7. Apabila LPS menerima keberatan nasabah penyimpan atau pengadilan mengabulkan upaya hukum nasabah penyimpan, LPS mengubah status simpanan nasabah tersebut (reklasifikasi) di simpanan yang tidak layak dibayar menjadi simpanan yang layak sibayar.

8. LPS hanya membayar simpanan nasabah sesuai dengan penjaminan berikut bunga yang wajar sejak simpanan nasabah tersebut ditetapkan tidak layak dibayar sampai dengan simpanan nasabah dimaksud dibayarkan oleh LPS.

9. Bunga yang wajar tersebut dihitung menggunakan maksimum tingkat bunga penjaminan.


(38)

2.3. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugyono (2012) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Berdasarkan penjelasan dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah:

:Masyarakat Menengah Atas di Kota Medan memahami tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

:Masyarakat Menengah Atas di Kota Medan tidak memahami tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu tanpa membuat prediksi atau mencari pemecahan atas masalah yang ada dalam objek tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kota Medan pada 5 Kecamatan yaitu Medan Polonia, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Area. Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2014.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat kalangan menengah atas Kota Medan memahami akan fungsi dan peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Selain itu penelitian ini juga akan meneliti sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)


(40)

3.4 Defenisi Operasional

1. Persepsi adalah Tingkat pemahaman masyarakat terhadap suatu hal tertentu.

2. Masyarakat adalah Warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di Kota Medan.

3. Lembaga penjamin simpanan (LPS) adalah menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan Bank-Gagal

3.5 Populasi dan Sampel

3.6.1 Penentuan Populasi Dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah penduduk kota Medan. Jumlah penduduk kota Medan saat berdasarkan data BPS pada 2012 adalah sebanyak 2.122.804 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.047.875 jiwa dan perempuan 1.074.929 jiwa. Jumlah penduduk yang akan dijadikan sample penelitian adalah sebanyak 100 jiwa. Hal ini berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin, sebagai berikut :

=

1 + ×

= 2.122.804

1 + (2.122.804) × (0,1) = 99,99 100

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi


(41)

3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan kriteria dan sistematika tertentu. Adapun kriteria dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Kota Medan telah menjadi nasabah bank tertentu.

2. Masyarakat yang memiliki penghasilan rata-rata Rp. 2.500.000 (Dua Setengah Juta Rupiah) per bulan atau lebih.

Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan

cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling digunakan disebabkan karena objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, penulis mengambil 5 kecamatan sebagai sampel dan dipilih secara acak, dan masing-masing kecamatan diambil 20 sampel secara acak.

Tabel 3.1. Sampel Penelitian

NO Kecamatan Sampel

1 Medan Polonia 20

2 Medan Johor 20

3 Medan Petisah 20

4 Medan Baru 20

5 Medan Area 20


(42)

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang di peroleh dari wawancara secara langsung kepada masyarakat kota Medan

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti: buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui: 1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dan tersusun rapi yang akan diberikan kepada responden terpilih.

Keterangan :

SP = Sangat Paham Skor = 5

P = Paham Skor = 4

CP = Cukup Paham Skor = 3 KP = Kurang Paham Skor = 2 TP = Tidak Paham Skor = 1


(43)

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data dan keterangan yang lebih lengkap dan akurat.

3. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung tanpa mengajukan pertanyaan terhadap objek yang diteliti.

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari berbagai informasi dan data-data yang diperoleh melalui buku, jurnal, situs internet, literatur, artikel dan tulisan-tulisan ilmiah yang dijadikan referensi bagi peneliti.

3.9 Teknik Analisa Data

Untuk menganalisa data hasil penelitian mengenai pemahaman masyarakat menengah atas Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini, selain itu penulis juga menggunakan beberapa metode analisis yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(44)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi didalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan

software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for

windowsdengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung> rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung< rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut


(45)

merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung< rtabeladalah sebagai berikut :

0,00≤ rhitung˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah 0,20˂ rhitung˂ 0,40 : Reliabilitas rendah 0,40˂ rhitung˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup 0,60˂ rhitung˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi

0,80˂ rhitung˂ 1,00 : Reliabilitas sangat tinggi 3. Analisis Deskriptif

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menganalisis serta menginterprestasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan. Penyajian analisis deskriptif dalam penelitian ini berupa tabel, frekuensi dan persentase, tabulasi data,crosstabs, gambar serta grafik.

4. AnalisisCrosstab

Analisis crosstab merupakan salah satu fasilitas yang ada pada program SPSS yang bisa menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, atu sampai dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris (sebuah variabel) dengan sebuah kolom (sebuah variabel lainnya). Ciri penggunaan


(46)

crosstab adalah data input yang berskala nominal atau ordinal, seperti tabulasi antara gender seseorang dengan tingkat pendidikan oaring tersebut, pekerjaan seseorang dengan sikap orang tersebtdengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Pembuatan crosstab dapat juga disertai dengan alat penghitungan tingkat keeratan hubungan (asosiasi) antar isi

crosstab. Alat statistic yang digunakan untuk mengukur asosiasi pada sebuah crosstab adalah chi-square. Alat ini biasanya diterapkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

A. Secara Geografis

Kota Medan didirikan oleh guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1863 mulai membuka kebun Tembakau yang sempat menjadi primadona taanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan.


(48)

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada (3° 30' – 3° 43' Lintang Utara) dan (98° 35' - 98° 44' Bujur Timur). Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5– 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

B. Secara Demografis

Berdasarkan data kependudukan Tahun 2013 penduduk Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.135.516 jiwa, dengan jumlah penduduk wanita lebih besar dari pria. Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Adapun berbagai etnis mayoritas yang berada di kota Medan adalah :

• Suku Jawa • Suku Tapanuli • Suku Tionghoa • Suku Mandailing • Suku Minangkabau • Suku Karo dan • Suku Aceh


(49)

Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya, di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian

Dari sisi ketenagakerjaan, terdapat 159 pencari kerja pada tahun 2013 menyampaikan permohonan izin untuk menjadi tenaga kerja asing. Lapangan usaha jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan merupakan yang paling diminati. Jumlah pencari kerja secara keseluruhan sebesar 8.273 orang dengan status sudah dipenuhi sebesar 605 orang. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh para pencari kerja si Kota medan paling banyak adalah sarjana.

Tabel 4.1

Penduduk Kota Medan Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin

No Pendidikan tinggi yang

ditamatkan Laki-laki Perempuan jumlah

1 Tidak/BelumPernahSekolah/Tidak/

Belum Tamat SD/SD 74.298 61.041 135.339

2 SMP 93.208 44.401 137.609

3 SMA 219.028 102.549 321.577


(50)

5 Diploma I/II/III 9.808 13.996 23.804 6 Akademi/Universitas 86.160 61.879 148.309

Jumlah 572.335 331.996 904.331

Sumber : BPS-Medan Dalam Angka Tahun 2014

4.1.2 Sejarah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, blanket guaranteememang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas. Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun


(51)

1998 tentang Perbankan mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat.

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, LPS, suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya, dibentuk. Undang-undang ini berlaku efektif sejak tanggal 22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi.

4.1.3 Analisis Karateristik Responden

Adapun karateristik responden yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Dari hasil kuesioner yang diperoleh, data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 63 63

Perempuan 37 37

Jumlah 100 100


(52)

Karak

Dari ta adalah berjeni sisanya 37 ora disebabkan ka banyak laki-la

2. Umur Respon

Data ka sebagai berikut

K

Umur

20 - 30 Ta 31 - 40 Ta 41 - 50 Ta 51 - 60 Ta

Gambar 4.1

arakteristik Responden Berdasarkan Jenis Ke

tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa mayor enis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 63 orang orang atau 37% adalah berjenis kelamin pere

karena responden yang dijumpai pada saat -laki daripada perempuan.

onden

karakteristik responden berdasarkan umur re ikut:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Um

ur Frekuensi Perse

30 Tahun 28

40 Tahun 36

50 Tahun 19

60 Tahun 11

Laki-laki 63% Perempuan

37%

s Kelamin

yoritas responden ang atau 63% dan perempuan. Hal ini at penelitian lebih

responden adalah mur ersentase (%) 28 36 19 11 Laki-laki 63%


(53)

> 60 Tahun 6 6

Jumlah 100 100

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok umur 20 - 30 Tahun yang menjadi responden sebanyak 28 orang (28%), kelompok umur 31 -40 Tahun yang menjadi responden sebanyak 36 orang (36%), kelompok umur 41 - 50 Tahun sebanyak 19 orang (19%), kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 24 orang (24%), kelompok umur 51 - 60 Tahun sebanyak 11 orang (11%), dan kelompok umur lebih dari 60 Tahun sebanyak 6 orang (6%).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sampel paling banyak adalah masyarakat yang umurnya 31 - 40 Tahun dan 20 - 30 Tahun. Hal ini dikarenakan para responden tersebut lebih mudah dijumpai dan diminta waktunya untuk diajak menjadi responden dalam penelitian ini dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.

3. Pendidikan Terakhir

Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

Tidak Sekolah 0 0

SD/MI 1 1

SMP/MTs Sederajat 3 3

SMU/MA/SMK Sederajat 24 24


(54)

Sarjana (S1/S2/

Jum

Sumber : Data Dari ta yang menjadi SMP/MTs Sede SMU/MA/SMK Diploma I/III se (S1/S2/S3) seba

Karakter

Berdasa menjadi sam masyarakat ya I/III). Hal ini 0

1/S2/S3) 40

Jumlah 100

ata diolah

i tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kelompok pendi di responden sebanyak 1 orang (1%), kelom Sederajat sebanyak 3 orang (3%), kelompok MK Sederajat sebanyak 24 orang (24%), kelom

I sebanyak 32 orang (32%), dan kelompok pendi sebanyak 40 orang (40%).

Gambar 4.2

teristik Responden Berdasarkan Pendidikan

asarkan penjelasan diatas dapat disimpulka mpel untuk dijadikan responden paling yang berpendidikan terakhir Sarjana (S1/S2/S

ini disebabkan karena responden yang dijum

0 1 3

24 32 40 Persentase (%) 40 100

endidikan SD/MI ompok pendidikan ompok pendidikan ompok pendidikan pendidikan Sarjana

an Terakhir

pulkan bahwa yang banyak adalah 2/S3) dan Diploma dijumpai pada saat


(55)

penelitian lebih banyak yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana (S1/S2/S3) dan Diploma I/III).

4. Pekerjaan

Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS/TNI/Polisi 36 36

Karyawan BUMN/Swasta 32 32

Wiraswata 17 17

Pensiunan 6 6

Lainnya 9 9

Jumlah 100 100

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelompok pekerjaan PNS/TNI/Polisi yang menjadi responden sebanyak 36 orang (36%), kelompok pekerjaan Karyawan BUMN/Swasta yang menjadi responden sebanyak 32 orang (32%), kelompok pekerjaan Wiraswata sebanyak 17 orang (17%), kelompok pekerjaan Pensiunan sebanyak 6 orang (6%), dan kelompok Lainnya sebanyak 9 orang (9%).


(56)

Pendapatan Per Bulan Frekuensi Persentase (%)

Rp 2.500.000 s.d Rp 3.000.000 24 24

Rp 3.000.001 s.d Rp 5.000.000 46 46

Rp 5.000.001 s.d Rp 10.000.000 25 25

Lebih dari Rp 10.000.000 5 5

Jumlah 100 100

PNS/TNI/Polis i 36%

Karyawan BUMN/Swast

a 32% Wiraswata

17% Pensiunan

6%

Lainnya 9%


(57)

24

46

25

5 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Rp 2.500.000 s.d Rp 3.000.000

Rp 3.000.001 s.d Rp 5.000.000

Rp 5.000.001 s.d Rp 10.000.000

Lebih dari Rp 10.000.000


(58)

Karakteri Jum 1 (sa 2 (dua 3 (t Lebih d Sumber : Data

Dari ta (satu) rekening (dua) rekening (tiga) rekening lebih dari 3 (ti

Karakteri

Dari responden cende

1 (satu) rekening

17

Tabel 4.7

eristik Responden Berdasarkan Jumlah Reke Dimiliki oleh Responden

Jumlah Rekening Frekuensi P

1 (satu) rekening 17

2 (dua) rekening 42

3 (tiga) rekening 32

bih dari 3 rekening 9

Jumlah 100

ata diolah

i tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden ya ning sebanyak 17 orang (17%), responden ya ning sebanyak 42 orang (42%), responden ya ning sebanyak 32 orang (32%), dan responden 3 (tiga) rekening sebanyak 9 orang (9%).

Gambar 4.5

eristik Responden Berdasarkan Jumlah Reke Dimiliki oleh Responden

i penjelasan diatas dapat diketahui bahw cenderung memiliki 2-3 rekening bank unt 1 (satu) rekening 2 (dua) rekening 3 (tiga) rekening

Lebih dari 3 rekening 17 42 32 9 Persentase (%) ekening Yang Persentase (%) 17 42 32 9 100

n yang memiliki 1 n yang memiliki 2 n yang memiliki 3 sponden yang memiliki

ekening Yang

hwa kebanyakan untuk menyimpan Lebih dari 3


(59)

uangnya. Ini disebabkan karena para responden tergiur dengan promosi produk pebankan yang ditawarkan oleh pihak perbankan. Selain itu ada juga yang beralasan karena agar lebih mudah membagi pendapatan yang akan digunakan kedepannya seperti untuk tabungan biasa, tabungan haji, dll.

7. Lamanya menjadi nasabah

Data karakteristik responden berdasarkan lama menjadi nasabah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Responden Menjadi Nasabah

Lama Menjadi Nasabah Frekuensi Persentase (%)

0 - 1 Tahun 1 1

1 - 2 Tahun 10 10

3 - 4 Tahun 14 14

4 - 5 Tahun 22 22

> 5 Tahun 53 53

Jumlah 100 100

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang telah menjadi nasabah selama 0 - 1 Tahun sebanyak 1 orang (1%), responden yang telah menjadi nasabah selama 1 - 2 Tahun sebanyak 10 orang (10%), responden yang menjadi nasabah selama 3 - 4 Tahun sebanyak 14 orang (14%), responden yang menjadi nasabah selama 4 - 5 Tahun sebanyak 22 orang (22%) dan responden yang telah menjadi nasabah diatas 5 tahun sebanyak 53orang (53%).


(60)

1

10 14

22

53

0 10 20 30 40 50 60

0 - 1 Tahun 1 - 2 Tahun 3 - 4 Tahun 4 - 5 Tahun > 5 Tahun


(61)

dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh dengan instrument, yakni instrument itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan

software SPSS 17.0 (Statistic Package for The Social Science 17.0) for windows

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung> rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung< rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

a. Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Sebelum dilakukan pengolahan data, harus terlebih dahulu di uji validitas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.9

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 5.74 3.568 .878 .790 .728

P2 6.07 3.722 .763 .714 .831

P3 6.07 4.046 .667 .510 .915

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.9 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan


(62)

digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini rtabel ditetapkan sebesar 0,1966 dan diperoleh dari setiap pertanyaan bahwa rhitung bernilai positif dan rhitung > rtabel, maka pertanyaan dikatakan valid.

b. Pemahaman Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS)

Sebelum dilakukan pengolahan data, harus terlebih dahulu di uji validitas, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.10 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 36.55 105.220 .715 .715 .962

P2 36.65 105.543 .797 .784 .959

P3 36.55 103.624 .842 .793 .958

P4 36.70 102.879 .880 .832 .957

P5 36.62 104.905 .758 .783 .960

P6 36.55 105.321 .799 .765 .959

P7 36.70 105.141 .801 .833 .959

P8 36.72 104.406 .855 .862 .958

P9 37.00 105.212 .843 .782 .958

P10 36.98 107.353 .762 .656 .960

P11 37.12 108.814 .673 .653 .962

P12 36.58 106.731 .827 .920 .959

P13 36.64 105.202 .839 .929 .958

Kolom Corrected Item Total Correlation pada tabel 4.10 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini rtabel ditetapkan sebesar 0,1966 dan dari setiap pertanyaan diperoleh bahwa rhitung bernilai positif dan rhitung > rtabel, maka pertanyaan dikatakan valid.


(63)

4.2.1.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen yang merujuk pada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan atau digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau berlainan. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel. Apabila nilai alpha lebih besar daripada rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95% dengan kriteria rhitung< rtabeladalah sebagai berikut :

0,00≤ rhitung˂ 0,20 : Reliabilitas sangat rendah 0,20˂ rhitung˂ 0,40 : Reliabilitas rendah 0,40˂ rhitung˂ 0,60 : Reliabilitas sedang/cukup 0,60˂ rhitung˂ 0,80 : Reliabilitas tinggi


(64)

a. Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.11 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.879 .880 3

Dari tabel diatas, diperoleh nilai cronbach’s alpha0.880 (temasuk memiliki tingkat reabilitas sangat tinggi), dengan demikian data reliebel dan kuisioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.

b. Pemahaman Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS)

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.12 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.962 .963 13

Dari tabel diatas, diperoleh nilai cronbach’s alpha0.963 (temasuk memiliki tingkat reabilitas sangat tinggi), dengan demikian data reliebel dan kuisioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian.


(65)

4.2.2 Analisis Deskptif

Metode deskriptif merupakan metode dengan cara mengumpulkan data, menganalisis serta menginterprestasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan. Penyajian analisis deskriptif dapat berupa tabel, frekuensi dan persentase, tabulasi data, gambar ataupun grafik. Berikut akan disampaikan hasil pengumpulan dan analisis hasil penelitian.

4.2.2.1 Deskripsi Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS)

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan suatu lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Undang-undang ini berlaku efektif sejak tanggal 22 September 2005, dan sejak tanggal tersebut LPS resmi beroperasi. LPS diperlukan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industry perbankan dan dapat memniimumkan resiko yang membebani anggaran Negara atao resiko yang menimbulkanmoral hazard.

Hal diatas merupakan gambaran umum yang akan memberikan deskripsi pemahaman masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang pemahaman masyarakat terhadap gambaran umum mengenai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) maka penulis menginterprestasikannya dalam satu aspek seperti pada tabel dibawah ini:


(66)

Tabel 4.13

Jawaban Masyarakat Tentang Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

NO PERTANYAAN SP P CP KP TP Total

% % % % % %

1 LPS adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS).

8 35 31 21 5 100

2 LPS mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal 22 September 2005.

2 34 24 29 11 100

3 LPS diperlukan karena untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan

moral hazard.

4 29 26 32 9 100

4.67 32.67 27.00 27.33 8.33 100

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas, dapat dilihat 32,67% masyarakat Kota Medan yang diwakili 100 responden menyatakan paham mengenai gambaran umum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), 27,33% menyatakan kurang paham, 27% menyatakan cukup paham, 8,33% menyatakan kurang paham dan hanya 4.67% menyatakan sangat paham Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dapat disimpulkan bahwa sebanyak 64,34% masyarakat Kota Medan sudah paham mengenai gambaran umum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sedangkan sebanyak 35,66% masyarakat Kota Medan masih belum paham mengenai gambaran umum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).


(67)

Selain itu jika dilihat dari setiap pertanyaan, maka terlihat pada pertanyaan pertama masyarakat yang tergolong paham sebanyak 74%, sedangkan yang tergolong tidak paham sebanyak 26%. Untuk pertanyaan kedua masyarakat yang tergolong paham sebanyak 60%, sedangkan yang tergolong tidak paham sebanyak 40%. Dan untuk pertanyaan ketiga masyarakat yang tergolong paham sebanyak 59%, sedangkan yang tergolong tidak paham sebanyak 41%.

Tabel 4.14

Pemahaman Masyarakat Tentang Gambaran Umum Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Per Kecamatan

KECAMATAN SP P CP KP TP TOTAL

% % % % % %

MEDAN POLONIA 10 40 31.67 16.67 1.66 100

MEDAN JOHOR 6.67 38.33 16.67 20 18.33 100

MEDAN PETISAH 6.67 31.67 18.33 33.33 10 100

MEDAN BARU 0 26.67 35 30 8.33 100

MEDAN AREA 0 26.67 33.33 36.67 3.33 100

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk kecamatan Medan Polonia jumlah masyarakat yang sangat paham sebanyak 10%, paham 40%, cukup paham 31% sedangkan kurang paham sebanyak 16,67% dan tidak paham 1,66%. Dari tabel tersebut dapat juga diketahui bahwa 81,67% masyarakat paham tentang gambaran umun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sedangkan 18,33% masyarakat yang tergolong tidak paham.


(68)

Pemahaman Masyar Pen

Kecamatan Me sebanyak 6,67%, paha 20% dan tidak paham bahwa 61,67% masya Simpanan (LPS) seda

Kecamatan Me sebanyak 6,67%, pah paham sebanyak 33,33 sebanyak 56,67% terg Simpanan (LPS) seda gambaran umun Lemb Kecamatan Me dan cukup paham 35%

0 10 20 30 40 50 60 % SP Gambar 4.7

asyarakat Tentang Gambaran Umum Tentan enjamin Simpanan (LPS) Per Kecamatan

Medan Johor, jumlah masyarakat menyatakan aham 38,33%, cukup paham 16,67%, kurang pa ham sebanyak 18,33%. Dari tabel tersebut dapa

syarakat paham tentang gambaran umun Lem dangkan 38,33% masyarakat yang tergolong tida

Medan Petisah, jumlah masyarakat menyataka paham 31,67%, dan cukup paham 18,33% sed

33,33% dan tidak paham 10%. Maka dap tergolong paham tentang gambaran umun Lem sedangkan sebanyak 43,33% masyarakat tidak

mbaga Penjamin Simpanan (LPS).

Medan Baru, jumlah masyarakat menyatakan 35% sedangkan kurang paham sebanyak 30% da

% % % %

P CP KP TP

MEDAN POLONIA MEDAN JOHOR MEDAN PETISAH MEDAN BARU MEDAN AREA tang Lembaga

kan sangat paham g paham sebanyak pat juga diketahui embaga Penjamin tidak paham.

kan sangat paham sedangkan kurang dapat disimpulkan embaga Penjamin dak paham tentang

kan paham 26,67%, dan tidak paham

MEDAN POLONIA MEDAN JOHOR MEDAN PETISAH MEDAN BARU MEDAN AREA


(69)

8,33%. Sehinga dapat disimpulkan sebanyak 61.67% masyarakat paham tentang gambaran umun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sedangkan sisanya sebanyak 38,33% tidak paham.

Dan terakhir Kecamatan Medan Area, jumlah masyarakat menyataka paham 26,67%, dan cukup paham 33,33% sedangkan kurang paham sebanyak 36,67% dan tidak paham 3,33%. Sehinga dapat disimpulkan sebanyak 60% masyarakat paham tentang gambaran umun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sedangkan sisanya sebanyak 40% tidak paham.

4.2.2.2 Deskripsi Pemahaman Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini penulis mencoba mengumpulkan informasi mengenai pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan bentuk penjaminan yang diberikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terhadap nasabah penyimpan. Untuk memudahkan analisis data tentang fungsi dan bentuk penjaminan yang diberikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) maka penulis menginterpretasikan data tersebut kedalam satu tabel dibawah ini:


(70)

Tabel 4.15

Jawaban Masyarakat Tentang Fungsi Dan Penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

NO PERTANYAAN SP P CP KP TP Total

% % % % % %

1 LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.

12 36 22 23 7 100

2 LPS menjamin simpanan pada seluruh bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia, baik Bank Umum (Bank Asing, Bank Campuran, Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah dan Bank milik Pemerintah) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

5 35 37 14 9 100

3 LPS menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

10 33 36 12 9 100

4 LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah yang berbentuk giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah.

8 29 35 19 9 100

5 Jumlah simpanan yang dijamin oleh LPS paling tinggi sebesar Rp 2 milyar per nasabah per bank.

13 23 39 17 8 100

6 Kriteria simpanan yang dijamin oleh LPS:

1. Simpanan tercatat dalam pembukuan bank

2. Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan


(1)

Setelah itu dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Dalam hal ini dapat dibuat hipotesisnya, yaitu sebagi berikut:

: Tidak ada Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat.

: Ada Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat.

Dasar pengambilan Keputusan berdasarkan Probabilitas (signifikansi):

• Jika probabilitas > 0,05, maka diterima

• Jika probabilitas < 0,05, maka ditolak

Tabel 4.20

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.524a 8 .481

Likelihood Ratio 6.082 8 .638

N of Valid Cases 100

a. 9 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .06.

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig (probabilitas) adalah 0,481, atau nilai probabilitas di bawah 0,05 (0,481 > 0,05). Maka diterima. Artinya Tidak ada Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Secara umum, dari 100 orang masyarakat golongan menengah atas Kota Medan yang menjadi responden pada penelitian ini diketahui bahwa 35,94% masyarakat cukup paham, 29,19% paham, dan hanya 6,31% masyarakat yang sangat paham terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sedangkan 19,81% masyarakat kurang paham, serta masih ada sebanyak 8,75% masyarakat yang masih tidak tahu tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dapat juga disimpulkan bahwa 71,44% masyarakat sudah paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), hanya 28,56% masyarakat yang belum paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

2. Masyarakat kalangan menengah atas di Kecamatan Polonia, Medan Johor, dan Medan Baru lebih paham tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibandingkan dengan masyarakat yang berada di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Area. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Alasan lain yang mungkin mempengaruhi pemahaman masyarakat adalah ketidak peduliannya terhadap simpanannya di bank, mungkin mereka


(3)

beranggapan bahwa nilai simpanan mereka tidak sampai 2 miliyar rupiah atau lebih, sehingga mereka tidak memikirkan pentingnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

3. Dari hasil crosstab yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Tidak ada Hubungan antara Gender/Jenis Kelamin dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Serta Tidak ada Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Pemahaman Masyarakat tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

5.1. Saran

Melihat analisis pembahasan dan kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya, penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk masyarakat kalangan menengah atas Kota Medan terutama yang berada di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Area, untuk meningkatkan pemahamannya tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) khususnya mengenai fungsi dan penjaminan yang diberikan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dapat berupa bertanya kepada bank tempat anda menyimpan uang anda, mencari artikelnya di internet ataupun mengunjungi website Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

2. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sendiri harus bisa memberikan pemahaman atau memberikan sosialisasi terhadap masyarakat kota medan


(4)

tidak hanya kepada masyarakat menengah keatas tetapi juga kepada seluruh lapisan msyarakat tentang pentingnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini, agar bisa memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam menyimpan uang mereka di bank.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan sehingga penulis menyarankan untuk menyempurnakan penelitian ini kedepannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Anisah, Mahmudah. 2006. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Karakteristik, Users, Akuntabilitas, Aktivitas Bisnis Perbankan Syariah”, Skripsi S-1, Universitas MuhammadiyahSurakarta.

Azwar, S. 2000.Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran, Yogyakarta : Liberty. BPS. 2014,”medan dalam angka tahun 2014”,BPS Kota medan

Darby, Muhammad. 2012.”Studi Pemahaman Masyarakat Tentang Bagi Hasil

Menurut Prinsip Ekonomi Syariah Di Kota Medan”, Skripsi – S1,

Universitas Sumatera Utara.

Erlina, 2011.Metodologi Penelitian, Medan: USU Press.

Ghozali, Imam. 2001.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Universitas Diponegoro.

Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mahmud, Dimyanti. 1990.Pengantar Psikologi, Yogyakarta: BPFE IKIP. Niven N. 2002.Psikologi Kesehatan, Jakarta: EGC.

Prasetijo, Ristiyanti dan John Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pratama, Yoga Hardy. 2014.”Analisis Persepsi Masyarakat Kota Medan Tentang BMT (Baitul Maal Wattamwil) Di Kota Medan”, Skripsi S-1, universitas Sumatera Utara.

Priscilla, Angelita Christa Mary. 2009.”Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Take Over Bank Gagal”, Skripsi S-1, Universitas Sumatera Utara.

Purwanto, Ngalim. 2002.Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Silaban, Michel P.R. 2009.”Lembaga Penjamin Simpanan Sebagai Salah Satu

Sarana Untuk Meningkatkan Public Confidence Dalam Menggunakan Jasa Perbankan”. Skripsi S-1, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.


(6)

Sitopmpul, Zulkarnain. 2007.”Pentingnya Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Sistem Perbankan”, makalah Seminar Nasional “Sistem Dan Mekanisme Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Serta Peran Pentingnya Dalam Menunjang Industri Perbankan”, Jakarta: Inti Sarana Informatika.

Sudarsono, Joko. 2003. Tentang sistem pendidikan nasion, 2003. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, 2005.Metoda statistika, Bandung: Tarsito Bandung.

Sunyoto, Danang, 2011. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi, Edisi I, Caps, Yogyakarta.

Sutyastuti. 2003. “Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Teknologi Informasi yang harus dikuasai”, Skripsi S-1, Universitas Sebelas Maret.

Walgito, Bimo. 2002.Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset.

Website

www.lpg.go.iddiakses September 2014