Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Bank di Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN NASABAH BANK DI KOTA MEDAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

OLEH

DUNA GUSTI AYU 100523035

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN NASABAH BANK DI KOTA MEDAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Lembaga Penjamin Simpanan merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut serta memelihara stabilitas sistem perbankan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data utama berupa penyebaran kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah bank di Kota Medan yang dilihat dari jumlah rekening dana pihak ketiga pada bank umum baik bank konvensional maupun bank syariah dari Januari 2012 sampai dengan Maret 2013 yang berjumlah 48.884.635 rekening dan melalui rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 100 orang responden.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah bank di Kota Medan sebagian besar sudah paham mengenai LPS, fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan, penjaminan simpanan nasabah bank serta pembayaran klaim penjaminan. Nasabah bank di Kota Medan yang bekerja sebagai pegawai swasta lebih paham mengenai Lembaga Penjamin Simpanan bila dibandingkan dengan pegawai negeri, wiraswasta, dan mahasiswa. Nasabah bank di Kota Medan yang bekerja sebagai wiraswasta kurang paham mengenai Lembaga Penjamin Simpanan.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS THE LEVEL OF UNDERSTANDING CUSTOMER OF THE BANK IN MEDAN CITY ON INDONESIA DEPOSIT INSURANCE

CORPORATION

Indonesia Deposit Insurance Corporation (IDIC) is an independent institution with functions of insuring deposit and actively participating in maintaining banking system stability.

The purpose of this research is to determine the level of understanding of the bank’s customer in Medan City on Indonesia Deposit Insurance Corporation.

The methods of analysis used in this research is descriptive, with the main data collection techniques such as distributing questionnaries. Population in this research were all customers of the bank in the Medan City terrain seen from the number of third-party fund account at a commercial bank both conventional banks and Islamic banks from January 2012 to March 2013, which amounted to 48.884.635 accounts and through Slovin formula obtained a sample of 100 respondents.

Based on the results of the research indicate that most of customers of the bank in the Medan City was aware on IDIC, functions, duties, and authority Indonesia Deposit Insurance Corporation, guarantee bank customer deposits and payment of insurance claims. Bank customers in Medan City working as private employees more aware of Indonesia Deposit Insurance Corporation than civil servants, entrepreneurs, and students. Bank customers in Medan City working as self-employed do not understand about IDIC.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat arahan dan bimbingan di Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu pada kesempatan baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ayahanda H. Lumbantobing dan Ibunda H. Damanik, mertua O. Nadeak dan E. Tobing, suamiku Ronald Rikardo Nadeak, SH serta keluarga besar penulis yang telah mendukung dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan dan motivasi bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, P.Hd selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan masukan, petunjuk serta nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi yang telah mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi, loyalitas, dan profesionalitas.

8. Seluruh Staff dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara untuk semua jasa-jasa nya dalam memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan.

9. Kepada nasabah bank di Kota Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan wawancara dalam pengerjaan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkenan untuk membacanya dan penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga masih memiliki keterbatasan dan kekurangan, penulis dengan kerendahan hati menerima saran dan masukan yang membangun untuk perbaikan di masa depan.


(6)

Medan, Juli 2013

Penulis

Duna Gusti Ayu


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan... 7

2.2 Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan ... 9

2.3 Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan ... 10

2.4 Penjaminan Simpanan Nasabah Bank... 12

2.4.1 Kepesertaan... 12

2.4.2 Kewajiban Bank Peserta ... 13

2.4.3 Premi Penjaminan ... 14

2.4.4 Simpanan yang Dijamin... 15

2.4.5 Ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan ... 18

2.5 Pembayaran Klaim Penjaminan ... 18

2.6 Struktur Organisasi Lembaga Penjamin Simpanan... 22

2.6.1 Dewan Komisioner ... 23

2.6.2 Kepala Eksekutif ... 25

2.7 Kerangka Konseptual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.4 Metode Pengambilan Sampel... 28

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 30


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif ... 33

4.1.1 Karakteristik Responden ... 33

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 33

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 34

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama menjadi Nasabah ... 35

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rekening Simpanan yang Dimiliki.. 35

4.2 Pembahasan... 36

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

4.2.2 Analisis Deskriptif... 41

4.2.2.1 Deskripsi Jawaban Apakah LPS itu ?... 41

4.2.2.2 Deskripsi Jawaban Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan ... 45

4.2.2.3 Deskripsi Jawaban Penjaminan Simpanan Nasabah Bank ... 50

4.2.2.4 Deskripsi Jawaban Pembayaran Klaim Penjaminan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tabel Perhitungan... 21

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 33

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 34

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... ... 34

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama menjadi Nasabah ... .... 35

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rekening Simpanan yang dimiliki... 36

4.6 Item-Total Statistics. ... 37

4.7 Reliability Statistics ... 38

4.8 Item-Total Statistics ... 38

4.9 Reliability Statistics ... 39

4.10 Item-Total Statistics ... 39

4.11 Reliability Statistics ... 40

4.12 Item-Total Statistics ... 40

4.13 Reliability Statistics ... 41

4.14 Jawaban Responden Terhadap Apakah LPS itu ? ... 41

4.15 Pemahaman Nasabah Mengenai LPS ... 44

4.16 Jawaban Responden Terhadap Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan ... 45

4.17 Pemahaman Nasabah Mengenai Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan ... 49

4.18 Jawaban Responden Terhadap Penjaminan Simpanan Nasabah Bank ... 50

4.19 Pemahaman Nasabah Mengenai Penjaminan Simpanan Nasabah Bank ... 53

4.20 Jawaban Responden Terhadap Pembayaran Klaim Penjaminan ... 54

4.21 Pemahaman Nasabah Mengenai Pembayaran Klaim Penjaminan ... 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Struktur Organisasi LPS... 23 2.2 Kerangka Konseptual... 26


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... 64

2 Tabulasi Data Hasil Penelitian. ... 68

3 Validitas dan Reliabilitas... 75


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BI : Bank Indonesia

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPR : Bank Perkreditan Rakyat

LPP : Lembaga Pengawas Perbankan LPS : Lembaga Penjamin Simpanan PBI : Peraturan Bank Indonesia PUAB : Pasar Uang Antar Bank RDK : Rapat Dewan Komisioner RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham


(13)

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN NASABAH BANK DI KOTA MEDAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Lembaga Penjamin Simpanan merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut serta memelihara stabilitas sistem perbankan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data utama berupa penyebaran kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah bank di Kota Medan yang dilihat dari jumlah rekening dana pihak ketiga pada bank umum baik bank konvensional maupun bank syariah dari Januari 2012 sampai dengan Maret 2013 yang berjumlah 48.884.635 rekening dan melalui rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 100 orang responden.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah bank di Kota Medan sebagian besar sudah paham mengenai LPS, fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan, penjaminan simpanan nasabah bank serta pembayaran klaim penjaminan. Nasabah bank di Kota Medan yang bekerja sebagai pegawai swasta lebih paham mengenai Lembaga Penjamin Simpanan bila dibandingkan dengan pegawai negeri, wiraswasta, dan mahasiswa. Nasabah bank di Kota Medan yang bekerja sebagai wiraswasta kurang paham mengenai Lembaga Penjamin Simpanan.


(14)

ABSTRACT

ANALYSIS THE LEVEL OF UNDERSTANDING CUSTOMER OF THE BANK IN MEDAN CITY ON INDONESIA DEPOSIT INSURANCE

CORPORATION

Indonesia Deposit Insurance Corporation (IDIC) is an independent institution with functions of insuring deposit and actively participating in maintaining banking system stability.

The purpose of this research is to determine the level of understanding of the bank’s customer in Medan City on Indonesia Deposit Insurance Corporation.

The methods of analysis used in this research is descriptive, with the main data collection techniques such as distributing questionnaries. Population in this research were all customers of the bank in the Medan City terrain seen from the number of third-party fund account at a commercial bank both conventional banks and Islamic banks from January 2012 to March 2013, which amounted to 48.884.635 accounts and through Slovin formula obtained a sample of 100 respondents.

Based on the results of the research indicate that most of customers of the bank in the Medan City was aware on IDIC, functions, duties, and authority Indonesia Deposit Insurance Corporation, guarantee bank customer deposits and payment of insurance claims. Bank customers in Medan City working as private employees more aware of Indonesia Deposit Insurance Corporation than civil servants, entrepreneurs, and students. Bank customers in Medan City working as self-employed do not understand about IDIC.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997 membawa imbas serius terhadap kondisi sektor finansial, terutama dunia perbankan. Ketika itu, bank-bank umum nasional mengalami kesulitan likuiditas atau solvabilitas akibat terganggunya Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Sejumlah langkah penyelamatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tak mempan menahan terjadinya kekeringan likuiditas di industri strategis tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan pun jatuh pada titik terendah. Pasca kerusuhan massal pada Mei 1998, para nasabah hampir di seluruh wilayah tanah air menarik dananya secara besar-besaran dari bank (rush). Akibatnya, kondisi bank di tanah air pun semakin terpuruk. Kondisi pelik ini berlanjut sampai akhir tahun 1998 dengan 16 bank terpaksa ditutup oleh pemerintah (Rudjito, 2011).

Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (penjaminan dalam bentuk blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee


(16)

perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun dari masyarakat. Salusra Satria (dalam 5 Tahun LPS Menjamin Simpanan Nasabah dan Menjaga Stabilitas Sistem Perbankan, 2011 : 154) menyatakan bahwa

kebijakan darurat yang diambil dalam masa krisis itu adalah pelajaran berharga yang tidak boleh diulang kembali. Pertama, penjaminan menyeluruh memberatkan anggaran negara dan menjadi kebijakan yang mahal. BPPN yang dibentuk waktu itu sifatnya hanya ad hoc, tidak dirancang sejak awal dan dipenuhi ketentuan yang serba mendadak. Kedua, penjaminan menyeluruh dapat menimbulkan moral hazard bagi pemilik bank dan pelaku industri perbankan. Hal tersebut bisa membuat para bankir bertindak dengan mengabaikan prnsip kehati-hatian, tidak terpuji serta penuh resiko karena merasa telah ada penjaminan dana nasabah sepenuhnya oleh pemerintah.

Upaya untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, maka program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut (blanket guarantee) perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas (limited guarantee). Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat. Tujuan dari dibentuknya lembaga tersebut menurut konsultan LPS, Paul Sachtleben dalam endorsement LPS yang Terbuka, Energik dan Teorganisir (2011 : 149) adalah memberi jaminan pada para deposan yang jumlahnya banyak sekali agar bisa ikut menjaga kestabilan sistem perbankan di suatu negara” (Rudjito, 2011).

Pada tanggal 22 September 2004, Presiden Republik Indonesia mengesahkan UU No. 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan


(17)

Undang-Undang tersebut, LPS merupakan suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya (www1.lps.go.id/in/web/guest/sejarah).

Dr. Zulkarnaen Sitompul, SH, LL.M. (dalam Pentingnya Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan dalam Sistem Perbankan, 2007 : 2) menyatakan bahwa

alasan dasar (rationale) bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah kepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pada sistem perbankan yang diawasi secara baik dapat meminimalkan terjadinya kebangkrutan bank, dan kebangkrutan itu sendiri dapat diprediksi dan merupakan kejadian yang dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial juga merupakan pertimbangan. Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak bertanggungjawab merupakan suatu pendekatan yang adil dan tepat.

Indonesia perlu memiliki sebuah lembaga penjamin untuk menopang stabilitas sektor keuangan, khususnya industri perbankan. Kehadiran LPS yang UU-nya disahkan pada 22 September 2004 semestinya sejak sebelum itu. Pasalnya, sejumlah negara sudah memilikinya sejak lama, seperti Amerika Serikat pada tahun 1933 dan Filipina tahun 1963. Pada masa mendatang, LPS perlu lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya dalam hal peran saja, tetapi juga dalam tugas, dan fungsinya. Hal ini menjadi penting karena banyak nasabah yang tidak tahu bahwa dirinya masuk kategori pihak yang diuntungkan secara tidak wajar dan/atau pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat.


(18)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Krisna Wijaya (2011 : 136) bahwa “Masih terbayang bahwa LPS ini hanya kepanjangan dari BPPN dan BI sebagai pay box system”. Oleh sebab itu, LPS harus dipahami tidak hanya sebagai pay box (lembaga pembayaran jika ada klaim dari deposan) saja, namun harus full deposit insurance.

Karakter penjaminan yang dilakukan LPS di dalam negeri dengan yang ada di luar negeri berbeda dalam hal struktur simpanannya, karena di luar negeri simpanan dalam bentuk giro dan tabungan paling banyak, sedangkan di dalam negeri karakternya hampir mayoritas nasabah bank atau kurang lebih 99 persen dari jumlah nasabah adalah penabung kecil di bawah Rp. 100 juta, dimana total dana yang terhimpun hanya mencakup 21 persen dari keseluruhan dana pihak ketiga (DPK) di bank-bank.

Terkait citra LPS di mata publik, memang hal yang relatif menantang karena Indonesia merupakan negara besar dengan penduduk yang tersebar di berbagai pulau. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Paul Sachtleben (2011 : 151), bahwa “Untuk sekitar Jakarta dan kota besar tentu lebih paham fungsi dan peran LPS. Tapi baik juga kalau menyebarkan pengetahuan ke komunitas yang lebih luas”.

Sosialisasi dan publikasi mengenai apa sosok, peran, fungsi, dan kebijakan LPS ke berbagai lapisan masyarakat telah gencar dilakukan oleh LPS. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Pontas (2011 : 144), bahwa “Strategi menyapa publik terutama kalangan perbankan, pemangku kepentingan, perguruan tinggi, dan nasabah harus dipilih yang paling efektif, misalnya melalui news letters


(19)

sebagai media komunikasi”. Begitu juga diperkuat dengan pernyataan dari Kepala Eksekutif LPS, Mirza Adityaswara, Beliau mengatakan bahwa, “Setiap bank peserta penjaminan wajib menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank yang dapat diketahui dengan mudah oleh nasabah penyimpan mengenai tingkat bunga yang dianggap wajar yang ditetapkan LPS dan maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS”.

Dari permasalahan-permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah karya tulis berbentuk skripsi dengan judul : “Analisis Tingkat Pemahaman Nasabah Bank di Kota Medan Terhadap Lembaga Penjamin Simpanan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin melihat bagaimana tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.


(20)

2. Menambah wawasan dan informasi bagi penulis dan pembaca tentang Lembaga Penjamin Simpanan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

LPS dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS) dan mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal 22 September 2005. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2004, LPS adalah lembaga independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya (Pasal 2 Ayat 3). LPS merupakan penyempurnaan dari program penjaminan pemerintah terhadap seluruh kewajiban bank (blanket guarantee) menjadi penjaminan secara terbatas (limited guarantee), sehingga penjaminan simpanan nasabah bank yang diharapkan dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau risiko yang menimbulkan moral hazard (www1.lps.go.id).

Lahirnya UU No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menandai babak baru sistem perbankan nasional. Keberadaan LPS ini tidak bisa dilepaskan dari upaya peningkatan stabilitas sektor keuangan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan yang lain dalam rangka menciptakan jaring pengamanan sistem keuangan yang terpadu. Namun, eksistensi dari LPS yang utama adalah menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi perbankan.


(22)

Sampai dengan saat ini terdapat 72 negara yang telah mendirikan lembaga penjamin simpanan. Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Swedia bahkan telah mendirikan lembaga penjaminan jauh sebelum krisis perbankan melanda Asia Pasifik. Negara di Asia yang telah mendirikan antara lain Filipina pada tahun 1963, kemudian Korea pada tahun 1996.

LPS memperoleh modal awal dari pemerintah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi dalam saham sebesar Rp.4 triliun (Pasal 81 Ayat 1). LPS bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengadministrasian semua kekayaannya. Laporan keuangan LPS setiap tahun diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Selain dari modal awal, sumber dana LPS berasal dari hasil investasi serta kontribusi awal dan pembayaran premi kepesertaan oleh bank peserta. Kekayaan LPS dalam bentuk investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atau Bank Indonesia. LPS tidak dapat menempatkan investasi dalam bentuk Penyertaan Modal Sementara dalam rangka penyelamatan bank gagal (Pasal 82 Ayat 3).

Pemerintah mempunyai komitmen yang tinggi untuk menjaga keberlangsungan LPS termasuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap LPS apabila lembaga tersebut mengalami kesulitan keuangan. UU LPS mengatur bahwa dalam hal modal LPS menjadi kurang dari modal awal, Pemerintah dengan persetujuan DPR akan menutup kekurangan tersebut. Namun, apabila LPS mengalami kesulitan likuiditas dalam pembayaran klaim penjaminan, LPS dapat memperoleh pinjaman dari Pemerintah.


(23)

2.2 Fungsi Lembaga Penjamin Simpanan

Berdasarkan UU No.24 Tahun 2004, LPS memiliki dua peran utama yakni menjamin simpanan nasabah dalam jumlah tertentu dan turut serta menjaga stabilitas keuangan, dengan menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik. Hal ini tak lepas dari fungsi LPS sendiri, yaitu menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya (Pasal 4). Fungsi skema penjaminan simpanan yang memadai oleh LPS sebagai salah satu elemen kunci dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Pelaksanaan skim penjaminan simpanan oleh LPS diterapkan kepada seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), baik bank konvensional maupun bank syariah.

Dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. LPS memiliki tugas untuk menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik. Dalam proses pengambilan keputusan penyelamatan bank gagal yang berdampak sistemik, LPS tidak memiliki pilihan lain kecuali menyelamatkan bank gagal tersebut. Keputusan penyelamatan bank gagal yang berdampak sistemik diambil oleh Komite Koordinasi yang beranggotakan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, LPS, dan Lembaga Pengawas Perbankan. Selanjutnya, Komite Koordinasi menyerahkan penyelamatan bank gagal yang berdampak sistemik tersebut kepada LPS.

Sedangkan dalam proses pengambilan keputusan penyelamatan bank gagal yang tidak berdampak sistemik, LPS memiliki pilihan untuk menyelamatkan atau


(24)

perkiraan biaya penyelamatan dan perkiraan biaya tidak melakukan penyelamatan bank gagal dimaksud.

2.3 Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

Dalam menjalankan fungsinya untuk menjamin simpanan nasabah penyimpan, LPS diberi tugas sebagai berikut (Pasal 5 Ayat 1):

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan; dan

b. melaksanakan penjaminan simpanan.

Dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional, LPS bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan. Tugas yang dapat dilakukan oleh LPS sehubungan dengan menjalankan fungsinya untuk turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya adalah sebagai berikut (Pasal 5 Ayat 2):

a. merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut memelihara stabilitas sistem perbankan;

b. merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik; dan

c. melaksanakan penanganan bank gagal yang berdampak sistemik. Untuk menjalankan tugasnya, LPS mempunyai wewenang sebagai berikut (Pasal 6 Ayat 1):

a. menetapkan dan memungut premi penjaminan;

b. menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta;


(25)

c. melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS;

d. mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank;

e. melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data tersebut pada huruf d;

f. menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim;

g. menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu;

h. melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan;

i. menjatuhkan sanksi administratif.

LPS dapat melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal dengan kewenangan sebagai berikut (Pasal 6 Ayat 2):

a. mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS;

b. menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal yang diselamatkan;

c. meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank; dan


(26)

d. menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

2.4 Penjaminan Simpanan Nasabah Bank 2.4.1 Kepesertaan

Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan (Pasal 8 Ayat 1) yang meliputi seluruh Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional maupun syariah. Kewajiban untuk mengikuti penjaminan berlaku pula bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah Republik Indonesia.

Secara teoritis, kepesertaan dalam program penjaminan dapat bersifat wajib (mandatory) atau sukarela (voluntary). Kepesertaan yang bersifat wajib dimaksudkan agar dapat menghindari adanya kecenderungan bank yang sehat enggan atau tidak mau menjadi peserta penjaminan, dan sebaliknya hanya bank yang memiliki risiko kegagalan yang tinggi saja yang bersedia menjadi peserta penjaminan. Sedangkan dalam sistem kepesertaan yang bersifat sukarela, setiap bank diwajibkan untuk menghitung biaya dan manfaat menjadi peserta penjaminan.

Dari 72 lembaga penjamin simpanan yang ada di dunia, mayoritasnya mempunyai keanggotaan yang bersifat wajib. Meski bersifat wajib, di beberapa negara seperti Filipina, Kanada, dan Amerika Serikat, penjamin simpanan mendapat wewenang untuk menghentikan (termination) atau membatalkan (cancelation) kepesertaan suatu bank dari program penjaminan. Penjamin


(27)

simpanan akan mengambil langkah itu, apabila bank peserta tidak memenuhi syarat dan kondisi tertentu.

2.4.2 Kewajiban Bank Peserta

Sebagai peserta Penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia mempunyai kewajiban untuk :

a. menyerahkan dokumen sebagai berikut:

1) salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank; 2) salinan dokumen perizinan bank;

3) surat keterangan tingkat kesehatan bank; dan

4) surat pernyataan dari direksi, komisaris, pengendali, kamtor pusat dari cabang bank asing, dan pemegang saham bank

b. membayar kontribusi kepesertaan;

c. membayar premi penjaminan dan menyampaikan copy bukti pembayaran premi (transfer advance);

d. menyampaikan perhitungan premi dalam format yang ditentukan; e. menyampaikan laporan secara berkala, yaitu:

1) Laporan Posisi Simpanan; 2) Laporan Keuangan Bulanan;

3) Laporan Tahunan yang telah diaudit, atau laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada LPP bagi BPR yang tidak diwajibkan oleh LPP untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit; dan


(28)

4) Laporan Susunan Pemegang Saham, Pengendali bagi bank yang berbadan hukum koperasi, direksi, dan komisaris bank setiap kali ada perubahan.

f. menyampaikan laporan perubahan alamat;

g. menempatkan bukti kepesertaan di dalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat. h. menempatkan pengumuman pada seluruh kantor bank yang dapat

diketahui dengan mudah oleh nasabah mengenai:

1) Maksimum tingkat bunga yang dianggap wajar yang ditetapkan oleh LPS; dan

2) Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS; 2.4.3 Premi Penjaminan

Bentuk kontribusi dari pendanaan secara ex ante (dilakukan sebelum muncul bankyang dicabut izin usahanya) dari bank dalam penjaminan simpanan biasanya berupa premi. Premi memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk membiayai operasional penjaminan simpanan, diakumulasikan dalam cadangan penjaminan, dan digunakan sebagai insentif untuk pengelolaan risiko yang lebih hati-hati.

Bank peserta wajib membayar premi penjaminan sebesar 0,1% dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi tersebut dibayarkan sebanyak dua kali dalam setahun, dengan periode sebagai berikut :

1. Periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni, dibayarkan paling lambat 31 Januari; dan


(29)

2. Periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember, dibayarkan paling lambat 31 Juli.

Bank melakukan penghitungan premi sendiri (self assesment) dalam menentukan jumlah premi yang harus dibayar dan LPS melakukan verifikasi atas perhitungan premi dimaksud.

2.4.4 Simpanan Yang Dijamin

Simpanan yang dijamin oleh LPS meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu (Pasal 10). LPS juga menjamin simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang berbentuk:

a. Giro dan tabungan berdasarkan Prinsip wadiah;

b. Tabungan dan deposito berdasarkan Prinsip mudharabah muthlaqah atau Prinsip mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank; dan

c. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.

Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS untuk setiap nasabah pada setiap bank ditetapkan dengan pentahapan sebagai berikut :

1. Sejak 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006, nilai simpanan yang dijamin paling banyak sebesar Rp 5 milyar.

2. Sejak 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007, nilai simpanan yang dijamin paling banyak sebesar Rp 1 milyar.


(30)

3. Sejak 22 Maret 2007 sampai dengan 12 Oktober 2008, nilai simpanan yang dijamin paling banyak sebesar Rp 100 juta.

4. Sejak tanggal 13 Oktober 2008, nilai simpanan yang dijamin bank paling banyak sebesar Rp 2 milyar. Sedangkan jumlah simpanan di atas Rp 2 milyar akan diselesaikan oleh Tim Likuidasi berdasarkan hasil likuidasi kekayaan bank.

Perubahan nilai penjaminan simpanan tersebut untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global pada akhir tahun 2008 pada perbankan Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan tanggal 13 Oktober 2008, nilai simpanan yang dijamin dapat diubah apabila :

1. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan;

2. Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun;

3. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank;

4. Terjadi ancaman krisis yang berpotensi mengakibatkan merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan membahayakan stabilitas sistem keuangan.

Nilai penjaminan simpanan tersebut dapat disesuaikan kembali dikemudian hari apabila diperlukan. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha bank.


(31)

Saldo yang dimaksud berupa:

1. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan pada bank konvensional.

2. Pokok ditambah bagi hasil yang menjadi hak nasabah, untuk simpanan berdasarkan prinsip syariah.

3. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk simpanan yang memiliki komponen diskonto.

Bagi hasil yang diterapkan pada perbankan syariah di Indonesia adalah bagi pendapatan (revenue sharing). Dengan demikian, bank syariah tidak akan membagi kerugian atau biaya operasional atas pengelolaan dana simpanan kepada nasabah. Berkenaan dengan hal tersebut, apabila bank syariah dicabut izin usahanya LPS akan membayar kepada nasabah paling kurang sebesar pokok simpanannya. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening simpanan nasabah pada bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan dengan nasabah lain (joint account).

LPS menjamin simpanan pada seluruh bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia, baik Bank Umum (Bank Asing, Bank Campuran, Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah dan Bank milik Pemerintah) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Nasabah tidak dibebani biaya apapun agar simpanannya dijamin oleh LPS, melainkan bank


(32)

2.4.5 Ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan

Penetapan maksimum tingkat bunga penjaminan oleh LPS mempunyai beberapa latar belakang antara lain:

a. Membatasi exposure yang menjadi beban LPS mengingat penjaminan meliputi pokok dan bunga;

b. Mencegah moral hazard pengelola bank untuk menggunakan bunga yang tinggi sebagai insentif pengerahan dana masyarakat; dan

c. Mendorong masyarakat bersikap hati-hati dalam penempatan dananya. Ketentuan maksimum tingkat bunga penjaminan hanya diberlakukan untuk simpanan yang mempunyai komponan bunga, dan tidak diberlakukan untuk simpanan di bank syariah yang tidak mempunyai komponen bunga. LPS tidak menetapkan maksimum bagi hasil yang diterima nasabah penyimpan di bank syariah, mengingat besarnya bagi hasil tidak tentu, bersifat fluktuatif dan tidak diperjanjikan di muka. Oleh karena itu, meskipun realisasi bagi hasil simpanan di bank syariah apabila diekuivalenkan dengan tingkat bunga (equivalent return) melebihi maksimum tingkat bunga penjaminan, simpanan di bank syariah tersebut tetap dijamin oleh LPS.

Apabila nasabah memperoleh bunga simpanan melebihi suku bunga wajar yang ditetapkan oleh LPS, maka simpanan tersebut tidak dijamin oleh LPS secara keseluruhan, baik pokok maupun bunga.

2.5 Pembayaran Klaim Penjaminan

Dalam rangka pelaksanaan penjaminan simpanan, LPS melakukan pembayaran klaim penjaminan atas simpanan layak bayar nasabah penyimpan


(33)

setelah dilakukan verifikasi dan rekonsiliasi, serta melakukan proses likuidasi bank yang dicabut izin usahanya. Selama proses rekonsiliasi dan verifikasi simpanan berlangsung, hak nasabah atas bunga simpanan terhenti pada saat bank dicabut izin usahanya. LPS wajib melakukan verifikasi untuk menentukan simpanan yang layak bayar dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 90 hari kerja terhitung sejak bank dicabut izin usahanya. LPS mulai membayar klaim yang layak dibayar selambat-lambatnya 5 hari kerja terhitung sejak proses verifikasi dimulai. Proses pembayaran klaim tersebut dirancang secara cepat dengan tujuan untuk memberikan kepastian kepada nasabah bank mengenai status simpanannya, sehingga diharapkan akan memberikan rasa tenang dan kepastian bagi nasabah bank yang dicabut izin usahanya.

Dalam rangka pembayaran klaim penjaminan, LPS wajib mengumumkan tanggal dimulainya pengajuan klaim sekurang-kurangnya pada 2 surat kabar berperedaran luas. Jangka waktu pengajuan klaim oleh nasabah kepada LPS adalah 5 tahun sejak izin usaha dicabut. Sesuai dengan UU LPS, klaim penjaminan simpanan dinyatakan tidak layak bayar apabila:

1. Data simpanan nasabah tidak tercatat pada bank;

2. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar, misalnya nasabah yang memperoleh tingkat bunga jauh diatas tingkat bunga yang ditetapkan oleh LPS; dan/atau

3. Nasabah penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat, misalnya penerima kredit yang kreditnya


(34)

Apabila nasabah mempunyai rekening gabungan (joint account) bersama nasabah lain, maka untuk menghitung simpanan yang dijamin, saldo pada rekening gabungan dibagi sama besar diantara para pemilik rekening tersebut. Apabila seorang nasabah mempunyai beberapa rekening simpanan pada satu bank, maka untuk menghitung simpanan yang dijamin dengan cara saldo seluruh rekening tersebut dijaminkan. Apabila nasabah penyimpan juga mempunyai kewajiban kepada bank, maka pembayaran klaim penjaminan terhadap nasabah tersebut akan terlebih dahulu diperhitungkan kewajibannya (set off).

Apabila nasabah penyimpan merasa dirugikan dalam hal simpanannya dinyatakan tidak layak bayar, maka nasabah tersebut dapat mengajukan keberatan kepada LPS yang didukung dengan bukti nyata dan jelas, dan melakukan upaya hukum melalui pengadilan.

Contoh perhitungan simpanan yang dijamin sebagai berikut : Asep, Badu & Cita masing-masing mempunyai tabungan atas nama pribadi di Bank ABC dengan saldo masing-masing sebesar Rp 1,20 milyar, Rp 1,40 milyar & Rp 1,80 milyar. Selain itu, Asep, Badu & Cita juga mempunyai rekening gabungan (joint account) dalam bentuk giro di Bank ABC dengan saldo sebesar Rp 3 milyar. Asep juga memiliki 1 rekening tabungan untuk kepentingan anaknya yang masih kecil bernama Dona (beneficiary) dengan saldo sebesar Rp80 juta. Apabila Bank ABC dicabut ijin usahanya dan jumlah yang dijamin adalah Rp 2 milyar, maka perhitungan nilai simpanan yang dijamin untuk masing-masing nasabah tersebut adalah sebagai berikut:


(35)

Tabel 2.1 Tabel Perhitungan

(jutaan)

Nama rekening

Saldo per tanggal pencabutan

izin

Pembagian Hak Simpanan Asep Badu Cita Asep QQ

Dona

Asep 1.200 1.200 - -

-Badu 1.400 - 1.400 -

-Cita 1.800 - - 1.800

-Asep, Badu, & Cita (joint

account) 3.000 1.000 1.000 1.000

-Asep QQ Dona 80 - - - 80

Jumlah simpanan 2.200 2.400 2.800 80

Jumlah simpanan yang

dijamin 2.000 2.000 2.000 80

Jumlah simpanan yang dibayarkan dari hasil likuidasi bank

200 400 800 0

Sumber : http://www.lps.go.id

LPS akan membayar klaim penjaminan atas simpanan yang dijamin sebesar:

a. Rp 2 milyar kepada Asep; b. Rp 2 milyar kepada Badu; c. Rp 2 milyar kepada Cita; dan

d. Rp 80 juta kepada Asep untuk kepentingan Dona.

Untuk nasabah penyimpan yang sebagian saldo rekeningnya tidak dibayarkan oleh LPS karena saldo simpanannya telah melebihi jumlah maksimum simpanan yang dijamin, LPS akan menerbitkan Surat Keterangan mengenai saldo rekening yang tidak dibayarkan tersebut, yaitu:


(36)

c. Cita, saldo yang tidak dibayar sebesar Rp 800 juta

Penyelesaian atas saldo rekening yang tidak dibayar tersebut, dilakukan dengan mekanisme likuidasi akan diselesaikan melalui proses likuidasi Bank ABC.

2.6 Struktur Organisasi Lembaga Penjamin Simpanan

Dalam menjalankan tugasnya, struktur organisasi LPS menggunakan model one tier system dengan pimpinan LPS adalah Dewan Komisioner. One tier system lebih tepat digunakan dalam rangka menjaga independesi dan fleksibilitas Dewan Komisioner dalam menjalankan tugasnya. Dalam rangka akuntabilitas dan transparansi, penerapan one tier system di LPS dilakukan dengan pemisahan fungsi penetapan kebijakan dan pengawasan dengan pelaksanaan operasional. Hal ini diatur secara jelas dalam Pasal 62 UU LPS dimana organ LPS terdiri atas Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif.

Dewan Komisioner bertugas merumuskan dan menetapkan kebijakan serta melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang LPS sebagaimana diatur dalam UU LPS, sedangkan Kepala Eksekutif melaksanakan kegiatan operasional LPS. Untuk menghindari terpusatnya kekuasaan kepada salah satu orang anggota Dewan Komisioner, anggota Dewan Komisioner yang ditetapkan sebagai Kepala Eksekutif adalah bukan Ketua Dewan Komisioner sebagaimana diatur dalam Pasal 66 Ayat 2 UU LPS.


(37)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi LPS 2.6.1 Dewan Komisioner

Anggota Dewan Komisioner yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden berjumlah 6 orang yang bertugas secara kolektif. Mereka terdiri dari 3 orang Ex-Officio yang mewakili Departemen Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Pengawas Perbankan (LPP), dan 3 orang yang independen yang berasal dari masyarakat. Salah satu anggota Dewan Komisioner yang bukan Ex-Officio diangkat sebagai Ketua Dewan Komisioner dan satu anggota Dewan Komisioner yang bukan Ex-Officio ditetapkan sebagai Kepala Eksekutif. Mengingat pengawasan perbankan masih dilaksanakan oleh Bank Indonesia, sesuai UU LPS, Anggota Ex-Officio yang berasal dari LPP dijabat oleh Anggota bukan Ex-Officio.


(38)

Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisioner wajib melakukan rapat secara berkala (Rapat Dewan Komisioner/RDK) sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan untuk membahas hal-hal sebagai berikut :

a. menetapkan kebijakan penjaminan simpanan nasabah;

b. menetapkan kebijakan LPS dalam mendukung stabilitas sistem perbankan;

c. mengevaluasi pelaksanaan penjaminan simpanan nasabah dan pelaksanaan peran LPS dalam mendukung stabilitas sistem perbankan; d. menerima dan mengevaluasi hal-hal lain yang dilaporkan oleh Kepala

Eksekutif; dan/atau

e. hal-hal lain yang berhubungan dengan tugas LPS.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisioner, saat ini Dewan Komisioner memliki satuan kerja yang bertanggung jawab kepada Dewan Komisioner, yaitu Kantor Dewan Komisioner, Komite Audit, Komite Informasi, Komite Remunerasi, dan Komite Nominasi. Satuan kerja tersebut dibentuk dalam rangka membantu tugas Dewan Komisioner dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan dan melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang LPS. Susunan anggota Dewan Komisioner LPS pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Ketua Dewan Komisioner : C. Heru Budiarjo Anggota/Kepala Eksekutif: Mirza Adityaswara

Anggota : a. Siswanto

b. Rizal Bambang Prasetijo c. Dr. Ahmad Fuad Rahmany


(39)

2.6.2 Kepala Eksekutif

Pelaksanaan kegiatan operasional LPS dilakukan oleh Kepala Eksekutif. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Eksekutif dibantu oleh 5 orang Direktur yang menjalankan fungsi penjaminan dan manajemen risiko, klaim dan resolusi bank, hukum dan peraturan, akuntansi dan keuangan, serta administrasi dan sistem informasi. Susunan Kepala Eksekutif dan Direktur pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Kepala Eksekutif : C. Heru Budiarjo

Direktur : a. Noor Cahyo (Direktur Klaim dan Resolusi Bank) b. Mirza Mochtar (Direktur Keuangan)

c. R. Budi Santoso (Direktur Administrasi dan Sistem Informasi)

d. Salusra Satria (Direktur Penjaminan dan Manajemen Risiko)

e. Robertus Bilitea (Direktur Hukum dan Peraturan) 2.7 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual yang menjadi penelitian tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan ialah :


(40)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilihat berdasarkan jumlah rekening dana pihak ketiga bank umum wilayah Kota Medan dari Januari 2012 sampai dengan Maret 2013.

Tingkat Pemahaman Apakah LPS

itu ?

Fungsi, tugas, dan wewenang LPS

Penjaminan Simpanan

Pembayaran klaim penjaminan


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan prosedur dan langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi dan pengolahan data guna memecahkan permasalahan.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah menganalisa tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dengan kurun waktu penelitian selama 3 bulan yang berlangsung dari bulan April sampai dengan Juni 2013. 3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2006 : 25). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah bank di Kota Medan yang dilihat dari jumlah rekening dana pihak ketiga pada bank umum baik bank konvensional maupun bank syariah dari Januari 2012 sampai dengan Maret 2013. Jumlah rekening dana pihak ketiga pada bank umum di Kota Medan adalah 48.884.635 rekening.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel dalam sebuah penelitian harus dipertimbangkan atau


(42)

Maksudnya agar kesimpulan dari data yang diperoleh dapat memberikan gambaran tentang keadaan yang sesungguhnya. Pada keadaan ini dibutuhkan sebagian dari populasi yang mewakili keseluruhan objek penelitian tanpa mengurangi mutu penelitian yaitu penelitian sampel (Dewi, 2002 : 48). Jumlah nasabah yang akan dijadikan sampel penelitian sebanyak 100 orang. Hal ini berdasarkan perhitungan yang digunakan untuk menentukan besarnya jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2000), sebagai berikut :

n= N (1+N× e2) Dimana : n = jumlah sampel

N = jumlah rekening dana pihak ketiga bank umum di Kota Medan

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir (10%) Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah :

n= 48.884.635

(1+48.884.635× 0,12)=99,99~100

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah nasabah yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 99,99 orang, kemudian dibulatkan menjadi 100 orang.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel adalah nasabah bank yang berusia minimal 19 tahun dan telah menjadi nasabah minimal selama 2 tahun.


(43)

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka jenis data yang digunakan adalah :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian, yaitu para nasabah bank (responden) melalui wawancara langsung dan juga pengisian kuisioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari berbagai tulisan melalui bahan-bahan publikasi resmi, buku, jurnal, literatur, dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Kuisioner

Kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis yang akan diisi oleh responden, dalam hal ini adalah masyarakat yang menjadi nasabah bank di Kota Medan.

Keterangan :

SP = Sangat Paham Skor = 5

P = Paham Skor = 4

CP = Cukup Paham Skor = 3

KP = Kurang Paham Skor = 2


(44)

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat. Teknik wawancara dilakukan pada para nasabah bank di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai Lembaga Penjamin Simpanan.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari berbagai informasi dan data-data yang diperoleh melalui buku, jurnal, situs internet, literatur, artikel dan tulisan-tulisan ilmiah yang dijadikan sebagai referensi bagi peneliti. 3.6 Metode Analisis Data

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002 : 144). Validitas berhubungan dengan keakuratan sebuah kuesioner. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan nilai r hasil Corrected Item Total Correlation. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Software SPSS (Statistic Package for The Social Science) 18.0 for Windows dengan kriteria sebagai berikut :


(45)

1. Jika rhitung > rtabel, maka pernyataan dinyatakan valid. 2. Jika rhitung < rtabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid. b. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002 : 154). Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen dan hasil pengujian tersebut merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Reliabillitas berhubungan dengan konsistensi jawaban kuesioner. Dalam penelitian ini reliabilitas diukur menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS versi 18.0. Nilai alpha yang diperoleh akan dibandingkan dengan rtabel, maka instrumen tersebut dapat disebut reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Gurlford dengan taraf kepercayaan 95%, dengan kriteria rhitung > rtabel adalah sebagai berikut :

1. 0,00 < rhitung < 0,20 : Reabilitas sangat rendah 2. 0,20 < rhitung < 0,40 : Reabilitas rendah 3. 0,40 < rhitung < 0,60 : Reabilitas sedang/cukup 4. 0,60 < rhitung < 0,80 : Reabilitas tinggi


(46)

c. Analisis Deskriptif

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis dengan cara mengumpulkan data, menganalisis serta menginterpretasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan. Analisis data disajikan dalam bentuk tabulasi.

3.7 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer SPSS 18 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.8 Definisi Operasional

1. Lembaga Penjaman Simpanan merupakan lembaga yang menjamin simpanan nasabah.

2. Pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan yaitu nasabah bank di Kota Medan tahu benar dan mengerti benar mengenai Lembaga Penjamin Simpanan.

3. Nasabah bank di Kota Medan adalah nasabah penyimpan di bank di Kota Medan.


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, status pekerjaan, usia, lama menjadi nasabah, dan rekening yang dimiliki. Karakteristik responden tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dijelaskan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

Pria 62 62,0

Wanita 38 38,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sampel didominasi oleh responden pria dengan jumlah 62 orang (62%), sedangkan responden wanita sebanyak 38 orang (38%).

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Informasi mengenai status pekerjaan responden sangat dibutuhkan di dalam penelitian ini, sebab jenis pekerjaan mempengaruhi pemahaman setiap responden. Melalui tabel di bawah ini dijelaskan karakteristik responden


(48)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Pekerjaan Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

Pegawai Swasta 23 23,0

Pegawai Negeri 20 20,0

Wiraswasta 39 39,0 Mahasiswa 18 18,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan responden ialah wiraswasta yaitu sebanyak 39 orang (39%). Sedangkan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 23 orang (23%), pegawai negeri sebanyak 20 orang (20%), dan mahasiswa sebanyak 18 orang (18%).

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Salah satu syarat menjadi responden di dalam penelitian ini ialah berada pada usia dewasa, yaitu penduduk berada di usia 19 tahun. Di bawah ini disajikan tabel karakteristik responden berdasarkan usia:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

19-26 38 38,0

27-34 22 22,0

35-42 27 27,0

>42 13 13,0

Total 100 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada golongan usia 19-26 tahun, yaitu sebanyak 38 orang (38%).


(49)

Sedangkan responden pada golongan usia 35-42 tahun sebanyak 27 orang (27%), usia 27-34 tahun sebanyak 22 orang (22%), dan usia >42 tahun sebanyak 13 orang (13%).

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama menjadi Nasabah

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan lama menjadi nasabah dijelaskan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama menjadi Nasabah Lama Menjadi Nasabah

(Tahun) Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

2-10 56 56,0

11-20 31,0 31,0

21-30 12,0 12,0

>30 1 1,0

Total 100 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas lamanya responden menjadi nasabah berada pada golongan 2-10 tahun sebanyak 56 orang (56%). Sedangkan responden pada golongan 11-20 tahun sebanyak 31 orang (31%), 21-30 tahun sebanyak 12 orang (12%), dan >30 tahun sebanyak 1 orang (1%).

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rekening Simpanan yang dimiliki

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan jenis rekening simpanan yang dimiliki dijelaskan melalui tabel dibawah ini:


(50)

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rekening Simpanan yang dimiliki

Jenis Rekening Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

Tabungan 90 90,0

Tabungan dan Deposito 6 6,0

Tabungan dan Giro 4 4,0

Total 100 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis rekening simpanan yang dimiliki responden ialah tabungan yaitu sebanyak 90 orang (90%). Sedangkan responden yang memiliki tabungan dan deposito sebanyak 6 orang (6%), dan responden yang memiliki tabungan dan giro sebanyak 4 orang (4%).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada pengujian validitas dan reliabilitas ini, penulis membagikan kuisioner kepada nasabah bank di Kota Medan sebanyak 100 orang responden, dimana kuisioner berisi 32 butir pertanyaan yang menyangkut tingkat pemahaman nasabah bank di Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan.

Pengukuran valid atau tidaknya sebuah pernyataan yang terdapat pada kuisioner, dilakukan dengan cara membandingkan rhitung dengan rtabel. Adapun kriteria pengujian validitas sebagai berikut:

a. Jika rhitung bernilai positif dan rhitung > rtabel, maka pernyataan dinyatakan valid.

b. Jika rhitung bernilai negatif dan rhitung < rtabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.


(51)

c. Nilai rhitung dapat dilihat pada tabel Item-Total Statistic di kolom Corrected Item-Total Correction.

d. Nilai rtabel dapat dilihat pada tabel r (pada signifikasi 0,05 dan 2 sisi) dengan menggunakan df = n (jumlah responden)-2 = 100-2 = 98, maka dapat diketahui rtabel = 0,1966.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan ralpha di kolom Cronbach’s Alpha pada tabel Reliability Statistics dengan rtabel. Jika ralpha bernilai positif dan ralpha > rtabel, maka reliabel. Sedangkan jika ralpha bernilai negatif dan ralpha < rtabel, maka tidak reliabel.

a. Apakah LPS itu ?

Sebelum dilakukan pengolahan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.6 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 16.76 27.821 .829 .915

P2 16.81 29.630 .796 .918

P3 16.66 29.217 .778 .920

P4 17.22 30.295 .755 .922

P5 17.16 29.247 .762 .921

P6 17.09 29.113 .790 .919

P7 17.46 29.625 .738 .924

Kolom Corrected Item-Total Correlation pada tabel 4.6 di atas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk


(52)

diperoleh rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan adalah valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.7 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.930 7

Dari tabel 4.7 diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,930) > rtabel (0,1966), dengan demikian data adalah reliabel.

b. Fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

Sebelum dilakukan pengolahan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.8 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P8 24.43 54.773 .667 .933

P9 24.68 55.129 .681 .932

P10 24.91 55.295 .707 .931

P11 25.21 53.683 .770 .928

P12 25.38 52.379 .785 .927

P13 25.47 52.353 .780 .927

P14 25.25 51.058 .877 .922

P15 25.52 52.515 .755 .929

P16 25.11 52.018 .751 .929


(53)

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan adalah valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.9 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.936 10

Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,936) > rtabel (0,1966), dengan demikian data adalah reliabel.

c. Penjaminan simpanan nasabah bank

Sebelum dilakukan pengolahan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.10 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P18 11.42 14.125 .677 .904

P19 11.60 14.020 .730 .893

P20 11.86 13.172 .828 .871

P21 11.88 13.400 .824 .873

P22 12.08 13.913 .767 .885

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan adalah valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:


(54)

Tabel 4.11 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.906 5

Dari tabel 4.11 diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,906) > rtabel (0,1966), dengan demikian data adalah reliabel.

d. Pembayaran klaim penjaminan

Sebelum dilakukan pengolahan data, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.12 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P23 24.02 70.747 .771 .954

P24 24.20 70.141 .850 .951

P25 24.27 70.987 .866 .951

P26 24.25 69.907 .878 .950

P27 23.92 72.175 .761 .954

P28 23.98 69.474 .827 .952

P29 24.14 70.465 .804 .953

P30 24.02 69.575 .803 .953

P31 24.26 69.346 .798 .953

P32 24.41 68.770 .779 .954

Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh rhitung positif dan rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan adalah valid. Selanjutnya perlu dilakukan uji reliabilitas sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.13 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.957 10

Dari tabel 4.13 diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,957) > rtabel (0,1966), dengan demikian data adalah reliabel.

4.2.2 Analisis Deskriptif

4.2.2.1 Deskripsi Jawaban Apakah LPS itu ?

Deskripsi jawaban responden mengenai apakah LPS itu dijelaskan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.14

Jawaban Responden Terhadap Apakah LPS itu ?

No Pernyataan

SP P CP KP TP Total

% % % % % %

1.

LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia

15,0 21,0 30,0 27,0 7,0 100,0

2.

Sebagai lembaga independen yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, LPS tidak bisa dicampurtangani oleh pihak manapun termasuk oleh pemerintah

7,0 28,0 32,0 29,0 4,0 100,0

3.

Eksistensi dari LPS yang utama adalah menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi perbankan

12,0 28,0 33,0 22,0 5,0 100,0

4.

LPS memperoleh modal awal dari pemerintah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi dalam saham sebesar Rp 4 triliun

5,0 15,0 25,0 49,0 6,0 100,0

5.

Kekayaan LPS berasal dari modal awal pemerintah, kontribusi kepesertaan, pembayaran premi oleh bank peserta, dan hasil investasi

7,0 17,0 25,0 41,0 10,0 100,0

6.

Kekayaan LPS dalam bentuk investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang


(56)

7.

LPS tidak dapat menempatkan investasi pada bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk Penyertaan Modal Sementara (PMS) dalam rangka penyelamatan bank gagal

4,0 13,0 22,0 41,0 20,0 100,0 Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa 15% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia, 21% menyatakan paham, 30% menyatakan cukup paham, 27% menyatakan kurang paham, dan 7% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia.

Sebagai lembaga independen yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, LPS tidak bisa dicampurtangani oleh institusi pihak manapun termasuk oleh pemerintah, sebanyak 7% responden menyatakan sangat paham, 28% menyatakan paham, 32% menyatakan cukup paham, 29% menyatakan kurang paham, dan 4% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa sebagai lembaga independen yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, LPS tidak bisa dicampurtangani oleh institusi pihak manapun termasuk oleh pemerintah.

Sebanyak 12% responden menyatakan sangat paham bahwa eksistensi dari LPS yang utama adalah menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi perbankan, 28% menyatakan paham, 33% menyatakan cukup paham, 22% menyatakan kurang paham, dan 5% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa


(57)

eksistensi dari LPS yang utama adalah menciptakan kepercayaan masyarakat kepada institusi perbankan.

Sebanyak 5% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS memperoleh modal awal dari pemerintah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak berbagi dalam saham sebesar Rp 4 triliun, 15% menyatakan paham, 25% menyatakan cukup paham, 49% menyatakan kurang paham, dan 6% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS memperoleh modal awal dari pemerintah yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak berbagi dalam saham sebesar Rp 4 triliun.

Sebanyak 7% responden menyatakan sangat paham bahwa kekayaan LPS berasal dari modal awal pemerintah, kontribusi kepesertaan, pembayaran premi oleh bank peserta, dan hasil investasi, 17% menyatakan paham, 25% menyatakan cukup paham, 41% menyatakan kurang paham, dan 10% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa kekayaan LPS berasal dari modal awal pemerintah, kontribusi kepesertaan, pembayaran premi oleh bank peserta, dan hasil investasi.

Sebanyak 6% responden menyatakan sangat paham bahwa kekayaan LPS dalam bentuk investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia, 23% menyatakan paham, 20% menyatakan cukup paham, 44% menyatakan kurang paham, dan 7%


(58)

sebagian besar responden belum paham bahwa kekayaan LPS dalam bentuk investasi hanya dapat ditempatkan pada surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

Sebanyak 4% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS tidak dapat menempatkan investasi pada bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk Penyertaan Modal Sementara (PMS) dalam rangka penyelamatan bank gagal, 13% menyatakan paham, 22% menyatakan cukup paham, 41% menyatakan kurang paham, dan 20% menyatakan tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS tidak dapat menempatkan investasi pada bank atau perusahaan lainnya, kecuali dalam bentuk Penyertaan Modal Sementara (PMS) dalam rangka penyelamatan bank gagal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden rata-rata sudah paham mengenai LPS. Hal ini ditunjukkan rata-rata sebanyak 8% responden menyatakan sangat paham mengenai LPS, 21% menyatakan paham, 27% menyatakan cukup paham, 36% menyatakan kurang paham, dan 8% menyatakan tidak paham.

Tabel 4.15

Pemahaman Nasabah Mengenai LPS

Pekerjaan SP P CP KP TP Total

% % % % % %

Pegawai Swasta 14,0 29,0 34,0 21,0 2,0 100,0 Pegawai Negeri 4,3 19,3 30,7 41,4 4,3 100,0 Wiraswasta 5,0 14,0 20,0 48,0 13,0 100,0 Mahasiswa 10,0 26,0 28,0 25,0 11,0 100,0 Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)


(59)

Dari tabel 4.15 diketahui bahwa untuk responden yang pekerjaannya pegawai swasta, 77,0% menyatakan paham mengenai apa itu LPS dan 23,0% tidak paham. Untuk responden mahasiswa, 64,0% menyatakan paham dan 36,0% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya pegawai negeri, 54,3% menyatakan paham dan 45,7% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya wiraswasta, 39,0% menyatakan paham dan 61,0% tidak paham.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki pekerjaan pegawai swasta, mahasiswa dan pegawai negeri memiliki tingkat pemahaman yang paling banyak, sedangkan nasabah yang berwiraswasta banyak yang belum paham atas LPS.

4.2.2.2 Deskripsi Jawaban Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

Deskripsi jawaban responden mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan dijelaskan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.16

Jawaban Responden Terhadap Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

No Pernyataan

SP P CP KP TP Total

% % % % % %

1.

LPS berperan sebagai lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank dan menjaga stabilitas sistem perbankan

13,0 41,0 29,0 15,0 2,0 100,0

2.

Pelaksanaan skim penjaminan simpanan oleh LPS diterapkan kepada seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, bank Bank Umum maupun BPR

8,0 30,0 41,0 19,0 2,0 100,0

3.

Melakukan pembayaran klaim penjaminan simpanan layak bayar nasabah penyimpan dari bank yang dicabut izin usahanya merupakan salah satu pelaksanaan


(60)

5. LPS memiliki tugas untuk menyelamatkan

bank gagal yang berdampak sistemik 6,0 11,0 25,0 46,0 12,0 100,0 6.

LPS memiliki pilihan untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank gagal yang tidak berdampak sistemik yang didasarkan pada perkiraan biaya

5,0 9,0 29,0 39,0 18,0 100,0

7.

Dalam upaya memelihara stabilitas sistem perbankan, LPS bekerja sama dengan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan

5,0 17,0 28,0 39,0 11,0 100,0

8. LPS memungut premi dari bank-bank

peserta penjaminan 4,0 12,0 23,0 41,0 20,0 100,0

9. LPS menetapkan tingkat bunga penjaminan 9,0 18,0 25,0 40,0 8,0 100,0 10. LPS melakukan pengelolaan kekayaan dan

kewajiban LPS 7,0 17,0 24,0 41,0 11,0 100,0

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Pada tabel 4.16 dapat diketahui 13% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS berperan sebagai lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank dan menjaga stabilitas sistem perbankan, 41% menyatakan paham, 29% menyatakan cukup paham, 15% menyatakan kurang paham, dan 2% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS berperan sebagai lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank dan menjaga stabilitas sistem perbankan.

Sebanyak 8% responden menyatakan sangat paham bahwa pelaksanaan skim penjaminan simpanan oleh LPS diterapkan kepada seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, bank Umum maupun BPR, 30% menyatakan paham, 41% menyatakan cukup paham, 19% menyatakan kurang paham, dan 2% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa pelaksanaan skim penjaminan simpanan oleh LPS diterapkan kepada seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, bank Umum maupun BPR.


(61)

Sebanyak 6% responden menyatakan sangat paham bahwa melakukan pembayaran klaim penjaminan simpanan layak bayar nasabah penyimpan dari bank yang dicabut izin usahanya merupakan salah satu pelaksanaan penjaminan simpanan, 19% menyatakan paham, 45% menyatakan cukup paham, 29% menyatakan kurang paham, dan 10% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa melakukan pembayaran klaim penjaminan simpanan layak bayar nasabah penyimpan dari bank yang dicabut izin usahanya merupakan salah satu pelaksanaan penjaminan simpanan.

Sebanyak 5% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS melakukan proses likuidasi likuidasi terhadap bank yang dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia, 13% menyatakan paham, 35% menyatakan cukup paham, 41% menyatakan kurang paham, dan 6% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS melakukan proses likuidasi likuidasi terhadap bank yang dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia.

Sebanyak 6% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS memiliki tugas untuk menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik, 11% menyatakan paham, 25% menyatakan cukup paham, 46% menyatakan kurang paham, dan 12% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS memiliki tugas untuk menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik.


(62)

Sebanyak 5% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS memiliki pilihan untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik yang didasarkan pada perkiraan biaya, 9% menyatakan paham, 29% menyatakan cukup paham, 39% menyatakan kurang paham, dan 18% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS memiliki pilihan untuk menyelamatkan atau tidak menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik yang didasarkan pada perkiraan biaya.

Sebanyak 5% responden menyatakan sangat paham bahwa dalam upaya memelihara stabilitas sistem perbankan, LPS bekerja sama dengan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan, 17% menyatakan paham, 28% menyatakan cukup paham, 39% menyatakan kurang paham, dan 11% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian responden sudah paham dan sebagian belum paham bahwa dalam upaya memelihara stabilitas sistem perbankan, LPS bekerja sama dengan Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan.

Sebanyak 4% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS memungut premi dari bank-bank peserta penjaminan, 12% menyatakan paham, 23% menyatakan cukup paham, 41% menyatakan kurang paham, dan 20% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS memungut premi dari bank-bank peserta penjaminan.


(63)

Sebanyak 9% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS menetapkan tingkat bunga penjaminan, 18% menyatakan paham, 25% menyatakan cukup paham, 40% menyatakan kurang paham, dan 8% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS menetapkan tingkat bunga penjaminan.

Sebanyak 7% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS, 17% menyatakan paham, 24% menyatakan cukup paham, 41% menyatakan kurang paham, dan 11% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa LPS melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden rata-rata sudah paham mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan. Hal ini ditunjukkan rata-rata sebanyak 6,8% responden menyatakan sangat paham mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan, 18,7% menyatakan paham, 30,5% menyatakan cukup paham, 34,9% menyatakan kurang paham, dan 9,1% menyatakan tidak paham.

Tabel 4.17

Pemahaman Nasabah Mengenai Fungsi, Tugas, dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan

Pekerjaan SP P CP KP TP Total

% % % % % %

Pegawai Swasta 8,0 19,0 35,0 34,0 4,0 100,0 Pegawai Negeri 7,5 20,5 37,0 33,0 2,0 100,0


(64)

Dari tabel 4.17 diketahui bahwa untuk responden yang pekerjaannya pegawai negeri, 65,0% menyatakan paham mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan dan 35,0% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya pegawai swasta, 62,0% menyatakan paham dan 38,0% tidak paham. Untuk responden mahasiswa, 59,4% menyatakan paham dan 40,6% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya wiraswasta, 46,4% menyatakan paham dan 53,6% tidak paham.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki pekerjaan pegawai negeri, pegawai swasta, dan mahasiswa memiliki tingkat pemahaman yang paling banyak mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Lembaga Penjamin Simpanan, sedangkan nasabah yang berwiraswasta banyak yang belum paham.

4.2.2.3 Deskripsi Jawaban Penjaminan Simpanan Nasabah Bank

Deskripsi jawaban responden mengenai penjaminan simpanan nasabah bank dijelaskan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.18

Jawaban Responden Terhadap Penjaminan Simpanan Nasabah Bank No Pernyataan

SP P CP KP TP Total

% % % % % %

1. LPS menjamin simpanan dalam bentuk

tabungan, giro, dan deposito 13,0 35,0 25,0 22,0 5,0 100,0

2.

LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah dalam bentuk giro dan tabungan Wadiah, serta tabungan dan deposito Mudharabah

11,0 25,0 32,0 28,0 4,0 100,0

3.

Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS maksimum sebesar Rp 2 milyar per nasabah per bank sejak tanggal 13 Oktober 2008


(65)

4.

Jika nasabah mempunyai simpanan pada satu bank melebihi Rp 2 milyar, LPS akan menjamin pembayaran simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 milyar dan sisanya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank

8,0 18,0 30,0 37,0 7,0 100,0

5.

Nilai simpanan yang dijamin tersebut meliputi pokok ditambah bunga untuk bank konvensional, atau pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah untuk bank syariah.

7,0 11,0 30,0 42,0 10,0 100,0

Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Pada tabel 4.18 dapat diketahui 13% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS menjamin simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito, 35% menyatakan paham, 25% menyatakan cukup paham, 22% menyatakan kurang paham, dan 5% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS menjamin simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito.

Sebanyak 11% responden menyatakan sangat paham bahwa LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah dalam bentuk giro dan tabungan Wadiah, serta tabungan dan deposito Mudharabah, 25% menyatakan paham, 32% menyatakan cukup paham, 28% menyatakan kurang paham, dan 4% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa LPS juga menjamin simpanan nasabah bank syariah dalam bentuk giro dan tabungan Wadiah, serta tabungan dan deposito Mudharabah.

Sebanyak 8% responden menyatakan sangat paham bahwa nilai simpanan yang dijamin oleh LPS maksimum sebesar Rp 2 milyar per nasabah per bank sejak tanggal 13 Oktober 2008, 22% menyatakan paham, 24% menyatakan cukup paham, 39% menyatakan kurang paham, dan 7% tidak paham. Dengan demikian,


(66)

nilai simpanan yang dijamin oleh LPS maksimum sebesar Rp 2 milyar per nasabah per bank sejak tanggal 13 Oktober 2008.

Sebanyak 8% responden menyatakan sangat paham bahwa jika nasabah mempunyai simpanan pada satu bank melebihi Rp 2 milyar, LPS akan menjamin pembayaran simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 milyar dan sisanya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank, 18% menyatakan paham, 30% menyatakan cukup paham, 37% menyatakan kurang paham, dan 7% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden sudah paham bahwa jika nasabah mempunyai simpanan pada satu bank melebihi Rp 2 milyar, LPS akan menjamin pembayaran simpanan nasabah sampai dengan Rp 2 milyar dan sisanya akan dibayarkan dari hasil likuidasi bank.

Sebanyak 7% responden menyatakan sangat paham bahwa nilai simpanan yang dijamin tersebut meliputi pokok ditambah bunga untuk bank konvensional, atau pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah untuk bank syariah, 11% menyatakan paham, 30% menyatakan cukup paham, 42% menyatakan kurang paham, dan 10% tidak paham. Dengan demikian, hasil wawancara menunjukkan sebagian besar responden belum paham bahwa nilai simpanan yang dijamin tersebut meliputi pokok ditambah bunga untuk bank konvensional, atau pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah untuk bank syariah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden rata-rata sudah paham mengenai penjaminan simpanan nasabah bank. Hal ini ditunjukkan rata-rata sebanyak 9,4% responden menyatakan sangat paham


(67)

mengenai penjaminan simpanan nasabah bank, 22,2% menyatakan paham, 28,2% menyatakan cukup paham, 33,6% menyatakan kurang paham, dan 6,6% menyatakan tidak paham.

Tabel 4.19

Pemahaman Nasabah Mengenai Penjaminan Simpanan Nasabah Bank

Pekerjaan SP P CP KP TP Total % % % % % % Pegawai Swasta 10,4 34,8 27,0 23,5 4,3 100,0 Pegawai Negeri 11,0 17,0 28,0 43,0 1,0 100,0 Wiraswasta 5,64 19,49 28,72 33,85 12,31 100,0 Mahasiswa 14,4 17,8 28,9 35,6 3,3 100,0 Sumber : Data Primer setelah diolah (2013)

Dari tabel 4.19 diketahui bahwa untuk responden yang pekerjaannya pegawai swasta, 72,2% menyatakan paham mengenai penjaminan simpanan nasabah bank dan 27,8% tidak paham. Untuk responden mahasiswa, 61,1% menyatakan paham dan 38,9% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya pegawai negeri, 56,0% menyatakan paham dan 44,0% tidak paham. Untuk responden yang pekerjaannya wiraswasta, 53,85% menyatakan paham dan 46,16% tidak paham.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah yang memiliki pekerjaan pegawai swasta, mahasiswa, dan pegawai negeri memiliki tingkat pemahaman yang paling banyak mengenai penjaminan simpanan nasabah bank, sedangkan nasabah yang berwiraswasta banyak yang belum paham.


(1)

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 20 20.0 20.0 20.0

2 41 41.0 41.0 61.0

3 23 23.0 23.0 84.0

4 12 12.0 12.0 96.0

5 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 8 8.0 8.0 8.0

2 40 40.0 40.0 48.0

3 25 25.0 25.0 73.0

4 18 18.0 18.0 91.0

5 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 41 41.0 41.0 52.0

3 24 24.0 24.0 76.0

4 17 17.0 17.0 93.0

5 7 7.0 7.0 100.0


(2)

3.

Penjaminan Simpanan Nasabah Bank

P18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 5.0 5.0 5.0

2 22 22.0 22.0 27.0

3 25 25.0 25.0 52.0

4 35 35.0 35.0 87.0

5 13 13.0 13.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 4 4.0 4.0 4.0

2 28 28.0 28.0 32.0

3 32 32.0 32.0 64.0

4 25 25.0 25.0 89.0

5 11 11.0 11.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 7.0 7.0 7.0

2 39 39.0 39.0 46.0

3 24 24.0 24.0 70.0

4 22 22.0 22.0 92.0

5 8 8.0 8.0 100.0


(3)

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 7.0 7.0 7.0

2 37 37.0 37.0 44.0

3 30 30.0 30.0 74.0

4 18 18.0 18.0 92.0

5 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 10 10.0 10.0 10.0

2 42 42.0 42.0 52.0

3 30 30.0 30.0 82.0

4 11 11.0 11.0 93.0

5 7 7.0 7.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

4.

Pembayaran Klaim Penjaminan

P23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 37 37.0 37.0 46.0

3 25 25.0 25.0 71.0

4 22 22.0 22.0 93.0

5 7 7.0 7.0 100.0


(4)

P24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 41 41.0 41.0 52.0

3 28 28.0 28.0 80.0

4 14 14.0 14.0 94.0

5 6 6.0 6.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 10 10.0 10.0 10.0

2 46 46.0 46.0 56.0

3 25 25.0 25.0 81.0

4 16 16.0 16.0 97.0

5 3 3.0 3.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 44 44.0 44.0 55.0

3 27 27.0 27.0 82.0

4 12 12.0 12.0 94.0

5 6 6.0 6.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 6.0 6.0 6.0

2 30 30.0 30.0 36.0

3 38 38.0 38.0 74.0

4 19 19.0 19.0 93.0

5 7 7.0 7.0 100.0


(5)

P28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 34 34.0 34.0 43.0

3 30 30.0 30.0 73.0

4 17 17.0 17.0 90.0

5 10 10.0 10.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 11.0 11.0 11.0

2 37 37.0 37.0 48.0

3 32 32.0 32.0 80.0

4 12 12.0 12.0 92.0

5 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 9 9.0 9.0 9.0

2 37 37.0 37.0 46.0

3 30 30.0 30.0 76.0

4 12 12.0 12.0 88.0

5 12 12.0 12.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P31

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 19 19.0 19.0 19.0

2 33 33.0 33.0 52.0

3 28 28.0 28.0 80.0

4 12 12.0 12.0 92.0

5 8 8.0 8.0 100.0


(6)

P32

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 28 28.0 28.0 28.0

2 29 29.0 29.0 57.0

3 24 24.0 24.0 81.0

4 11 11.0 11.0 92.0

5 8 8.0 8.0 100.0