Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungannya Terhadap Nasabah Bank.

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP NASABAH BANK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

R.A NINA AMILIA NIM : 050200246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP NASABAH BANK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

R.A NINA AMILIA NIM : 050-200-246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN  

Dr.Hasyim Purba,SH.M.Hum NIP.196603031985081001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

 

Prof. Dr.Tan Kamello,SH,MS Puspa Melati ,SH,M.Hum

NIP.196204211988031004 NIP.196801281994032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil diperlukan penyempurnaan terhadap program penjaminan simpanan nasabah bank. Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia sudah terbentuk namun keberadaan lembaga ini belumlah dikenal dan dipahami oleh masyarakat secara luas, termasuk bentuk konstruksi hukum yang seharusnya dari lembaga ini. Untuk menganalisis hal tersebut dilakukan penelitian normatif yang menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa konstruksi hukum dari Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia tidak terlepas dari masalah penanggungan dan pertanggungan.

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya dapat melindungi dana nasabah. Dengan adanya lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, maka apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Dengan adanya pembayaran premi oleh bank kepada Lembaga Penjamin Simpanan maka telah terjadi peralihan risiko dari bank kepada Lembaga Penjamin Simpanan.


(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih, Maha Penyayang atas segala berkat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini di tulis dan di ajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “ Tinjauan Yuridis Terhadap Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Perlindungannya Terhadap Nasabah Bank ”.

Penulis telah berusaha mengarahkan segala kemampuan yang di miliki dalam menulis skripsi ini. Tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari segala kekurangan dan mungkin jauh dari segala kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak , untuk itu dengan tulus ikhlas penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara ;

3. Bapak Syafruddin Hasibuan , SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara ;

4. Bapak M. Husni , SH M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

5. Ibu Megarita ,SH, CN selaku dosen Penasehat Akademik penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara


(5)

6. Bapak Prof. Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

7. Bapak Prof. Dr.Tan Kamello, SH,MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing serta memberikan masukan yang berguna bagi penulis;

8. Ibu Puspa Melati Hsb, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus meluangkan waktu untuk membimbing , mengarahkan , dan memberi masukan serta pandangan dan nasehat yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini selesai;

9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di almamater tercinta ini;

10. Specifically for my lovely parents Papa Rivandy A.A dan Mama Suryani,tak terlupakan my grandmom Rohaya Z.Z setiap air mata yang keluar dari doanya adalah untuk kebahagiaan putri – putri nya,yang tidak putus – putusnya memberi dukungan, perhatian serta doa dan cinta setulus hati kepada penulis sejak penulis di lahirkan hingga seterusnya akan tetap seperti itu;

11. My youngers sister R.A. Chera Ayarizky dan R.A. Trivani Desyara yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

12.Love of the light, Shoni Shiba to inspire me. Menghabiskan seluruh harinya untuk penulis agar tetap bersemangat dan selalu sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Ik hou van jou

13.Sahabat ku Syafina, Dicky Risky, Alinda Twin,Bpk. Ferdinand Sitepu, Reza, kocik, Bang faat, Tepu, Bang Anto di Bag. Keuangan(thanks berat bang dari masuk kampus ampe keluar always care), Iyen, Riska poppy, Lydia, Opi, Tika, Vika, Olyn, wahyu


(6)

hidayat, januarfi izhan(PT), Sadly,amiruddin Ismi beby, Anggi dll, beserta angkatan 2005,terima kasih dukunganya kawan.

14.Semua orang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Serta dapat mrmberikan gambaran menambah wawasan tentang permasalahan yang penulis bahas serta dapat menambah referensi bagi pihak yang berkepentingan.

Medan , Februari 2011 Penulis

R.A Nina Amilia

 


(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 6

D. Keaslian Penulisan ……… 7

E. Metode Penelitian ……… 8

F. Tinjauan Kepustakaan ……… 9

G. Sistematika Penulisan ……… 14

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERBANKAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan ……… 16

B. Kelembagaan Perbankan ……… 21

C. Kegiatan Usaha Bank ……… 24

D. Perlindungan Nasabah Bank ……… 27

E. Melemahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank ……… 36

BAB III KETENTUAN PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN A. Pengaturan Penjamin Simpanan Nasabah Bank ……… 41

B. Bebarapa sistem perlindungan Nasabah Penyimpan ……… 46

C. Fungsi,Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan …… 58

D. Simpanan Nasabah yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan ….. 64

BAB IV TINJAUAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN A. Bentuk Hubungan Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan …… 74

B. Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hal Bank Tak Sanggup Bayar ………. 85


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 95

B. Saran ……….. 98


(9)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil diperlukan penyempurnaan terhadap program penjaminan simpanan nasabah bank. Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia sudah terbentuk namun keberadaan lembaga ini belumlah dikenal dan dipahami oleh masyarakat secara luas, termasuk bentuk konstruksi hukum yang seharusnya dari lembaga ini. Untuk menganalisis hal tersebut dilakukan penelitian normatif yang menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa konstruksi hukum dari Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia tidak terlepas dari masalah penanggungan dan pertanggungan.

Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya dapat melindungi dana nasabah. Dengan adanya lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, maka apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Dengan adanya pembayaran premi oleh bank kepada Lembaga Penjamin Simpanan maka telah terjadi peralihan risiko dari bank kepada Lembaga Penjamin Simpanan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 – 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya belum mantap. Lemahnya pengaturan dan pengawasan terhadap produk perbankan dan keuangan yang semakin bervariasi dan kompleks,serta mengantisipasi globalisasi perdagangan jasa dan inovasi teknologi informasi, telah meningkatkan arus transaksi keuangan masuk keluar Indonesia. Pernyataan politik hukum ini pada tataran landasan teknis operasional menghendaki adanya beberapa perubahan Undang – Undang Perbankan dimasa yang akan datang.1

Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat. Untuk itu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Keberadaan suatu sistem penjaminan simpan yang diatur secara tegas dan disusun secara lengkap dan meningkatkan kepercayaan pada akhirnya memperkuat seluruh sistem perbankan.2

Di seluruh Dunia, industri perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak diatur oleh pemerintah karena stabilitas dan sistem perbankan dan keuangan merupakan prasyarat mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas perekonomian secara keseluruhan.3

       1

Tan Kamello,Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank

Dengan nasabah,Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum,Universitas Sumatera Utara,Medan 2006

hal.3 2

Zulkarnain Sitompul,Perlindungan Dana Nasabah Bank,Fakultas Hukum Universitas Indonesia,Jakarta,2002 hal.140

3


(11)

Keinginan untuk mengatur penjaminan dana nasabah penyimpan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 37b 4 tersebut setelah adanya peristiwa krisis moneter yang berakibat kepada kepada 16 bank yang dilikuidasi.

Keadaan ini memperlihatkan bahwa hukum selalu ketinggalan dibelakang peristiwanya (het recht hinkt achter de feiten aan). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang seharusnya diatur dalam bentuk peraturan pemerintah sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 37b ayat (4), namun dalam realitas yuridisnya telah dibentuk dalam Undang-Undang No.24 Tahun 20045

Lahirnya Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan dengan Pertimbangan :

a. Bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian nasional yang stabil dan tangguh , diperlukan suatu sistem perbankan yang sehat dan stabil

b. Bahwa untuk mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil diperlukan penyempurnaan terhadap program penjamin simpanan nasabah bank

c. Bahwa dalam rangka melaksanakan program penjaminan terhadap simpanan, nasabah Bank perlu dibentuk suatu lembaga yang independen yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan program yang dimaksud.6

Maka terbentuklah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kemudian dengan adanya lembaga ini maka setiap bank yang akan menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar Premi Jaminan.

Lembaga penjamin simpanan sendiri mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu, sebagai Penjamin nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank gagal.

Oleh karena itu lembaga ini fungsinya yang sangat penting, maka harus benar – benar independen, transparan dan akuntabel dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Sehingga

       4

Undang-Undang No 10Tahun 1998 5

Tan Kamelo,op.cit hal.8 6


(12)

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja LPS, serta dapat lebih menjamin keamanan simpanan para nasabah dan dapat meningkatkan peran baik sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayanan jasa perbankan.

Masalah perlindungan nasabah dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 ini ditonjolkan dalam pasal – pasal tertentu. namun,mesti diakui semua sistem perlindungan nasabah selaku penitip dana masyarakat tetap dititik beratkan kepada pembinaan dan pengawasan bank, agar bank tetap dalam keadaan sehat.

Perlindungan kepada nasabah bank dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 ini secara rinci dalam beberapa pasalnya disebutkan : (1) untuk kepentingan nasabah, bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank, (2) memperberat hukuman pengusahaan bank tanpa izin.7

Adalah menarik bila dibahas mengapa didalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 terdapat perbedaan mengenai arti atau perumusan perbankan. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 yang dimaksud dengan ‘bank’ :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik untuk disalurkan maupun digunakan untuk tujuan lain.”

Sedangkan yang dimaksud dengan ‘simpanan’ :

“Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”

       7

RM.Subanindyo Hadiluih,SH MBA,Hukum perbankan antara pembinaan kepercayaan masyarakat dan ancaman likuidasi,Fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa,Medan 1997.hal.10-11


(13)

Dengan perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang No.10 Tahun 1998, kita dapat melihat secara lengkap hal apa saja mengenai arti dan perumusan dalam perbankan. Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan ‘bank’ :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Sedangkan yang dimaksud dengan ‘simpanan’

“Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.”

Serta hal – hal lain yang tidak terdapat didalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, tetapi dijelaskan pada Undang-Undang No.10 Tahun 1998, terlebih mengenai nasabah penyimpan dan lembaga penjamin simpanan .

Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan ‘Nasabah Penyimpan’ :

“Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.”

Yang dimaksud dengan ‘Lembaga Penjamin Simpanan’ :

“Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan Nasabah Penyimpan melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya;”

Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan eknonomi


(14)

nasional. Stabilitas industri perbankan dimaksud sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia pada tahun 1998. Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan.

Apabila bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga kelangsungan usaha bank dimaksud tidak dapat dilanjutkan, bank dimaksud menjadi Bank Gagal yang berakibat dicabut izin usahanya. Oleh sebab itu, baik pemilik dan pengelola bank maupun berbagai otoritas yang terlibat dalam pengaturan dan/atau pengawasan bank, harus bekerja sama mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

Lembaga penjamin simpanan melakukan tindakan penyelesaian atau penanganan bank yang mengalami kesulitan keuangan dalam kerangka mekanisme kerja yang terpadu, efisien dan efektif untuk menciptakan ketahanan sektor keuangan Indonesia atau disebut Indonesia Financial Safety Net (IFSN). LPS bersama dengan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Pengawas Perbankan (LPP) menjadi anggota Komite Koordinasi.8

       8


(15)

B. Perumusan Masalah

Sejalan dengan hal – hal tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk hubungan hukum antara bank dengan nasabah ?

2. Bagaimanakah peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam perlindungan terhadap nasabah bank,ditinjau dari Undang-Undang No.24 Tahun 2004 ?

3. Bagaimanakah pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan sedangkan bank tersebut telah dicabut izin usahanya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan Penulisan:

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungann hukum antara bank dengan nasabah penyimpan.

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan Lembaga Penjamin Simpanan dalam perlindungan terhadap nasabah bank, ditinjau dari Undang-Undang No.24 Tahun 2004

3. Untuk mengetahui Bagaimana pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan sedangkan bank tersebut telah dicabut izin usahanya.

Manfaat Penulisan:

Sekiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis ,khususnya tentang hal – hal yang berhubungan dengan dunia perbankan dan penjaminan nasabah bank.

Secara praktis berharap agar skripsi ini dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi para pihak yang terlibat didalam penjaminan simpanan terhadap nasabah


(16)

penyimpan.atau dalam keikutsertaan di dunia perbankan,karena perlu diketahui kepercayaan masyarakat terhadap perbankan perlu diperkuat. Untuk itu perlu diberikan jaminan atas dana yang disimpannya. Keberadaan suatu sistem penjaminan simpan yang diatur secara tegas dan disusun secara lengkap dan meningkatkan kepercayaan pada akhirnya memperkuat seluruh sistem perbankan

D. Keaslian Penulisan

Pembahasan skripsi dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP NASABAH BANK” ini sudah tak asing lagi didengar oleh masyarakat

kebanyakan,terutama pada nasabah bank atau setiap orang yang sehari – harinya berhubungan dengan dunia perbankan. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan.

Apabila bank kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga kelangsungan usaha bank dimaksud tidak dapat dilanjutkan, bank dimaksud menjadi Bank gagal yang berakibat dicabut izin usahanya. Penjaminan simpanan nasabah bank tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS sendiri memiliki dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan Bank-Gagal.

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan LPS bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar premi penjaminan.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni dari hasil pemikiran si penulis yang dikaitkan dengan teori – teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin – doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh


(17)

gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Metode Penelitian

1. Bentuk penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, penelitian digunakan metode hukum normatife, yaitu penelitian dengan hanya menggunakan data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan Lembaga Penjamin Simpanan

2. Alat pengumpul data

Untuk melengkapi dan memenuhi materi skripsi, maka penulis mencari dan mengambil materi data-data sekunder. Yaitu sebagai berikut :

A. Bahan Hukum Primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Undang Lembaga Penjamin Simpanan Undang-undang No.24 Tahun 2004 dan Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998.

B. Bahan Hukum Sekuder

Yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan baku primer , seperti : kamus, ensiklopedi, situs internet dan lain-lain.

F. Tinjauan Kepustakaan


(18)

Untuk mengetahui pengertian lembaga penjamin simpanan, dapat kita lihat pada Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dimana Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan Nasabah Penyimpan melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya.

Lembaga penjamin simpanan adalah lembaga yang independen, transparan, dan

akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta lembaga penjamin simpanan ini juga bertanggung jawab kepada Presiden.

Adapun simpanan yang dijamin oleh lembaga penjamin simpanan meliputi :

1. Simpanan yang dijamin meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2. Simpanan nasabah Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dijamin meliputi : a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah.

b. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah.

c. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank.

d. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank.

e. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.

3. Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain.

4. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank.

5. Saldo tersebut berupa :

a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah.

b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bunga.

c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto.

6. Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account);

7. Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening;

8. Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal;


(19)

diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan;

10.Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar.9

Mengingat fungsinya yang sangat penting, Lembaga penjamin simpanan harus independen, transparan, dan akuntabel dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Karena itu, status hukum, governance, pengelolaan kekayaan dan kewajiban, pelaporan dan akuntabilitas Lembaga penjamin simpanan serta hubungannya dengan organisasi lain.

B. Pengertian Perlindungan Terhadap Nasabah Bank

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional merupakan salah satu kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan sehingga krisis tersebut tidak terulang. Kepercayaan ini dapat diperoleh dengan adanya kepastian hukum dalam pengaturan dan pengawasan bank serta penjaminan simpanan nasabah bank untuk meningkatkan kelangsungan usaha bank secara sehat. Kelangsungan usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayan jasa perbankan.

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan Lembaga penjamin simpanan bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta dan membayar premi penjaminan. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin

       9


(20)

usahanya, Lembaga penjamin akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Likuidasi ini merupakan tindak lanjut dalam penyelesaian bank yang mengalami kesulitan keuangan.

Menurut Pasal 9 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 :

Sebagai peserta Penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, setiap Bank wajib: a. Menyerahkan dokumen sebagai berikut:

1) Salinan anggaran dasar dan/atau akta pendirian bank; 2) Salinan dokumen perizinan bank;

3) Surat keterangan tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan oleh LPP yang dilengkapi dengan data pendukung;

4) Surat pernyataan dari direksi, komisaris, dan pemegang saham bank, yang memuat:

 Komitmen dan kesediaan direksi, komisaris,dan pemegang saham bank untuk mematuhi seluruh ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan LPS;

 Kesediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas kelalaian dan/atau perbuatan yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank;

 Kesediaan untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala hak, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan apabila bank menjadi Bank gagal dan diputuskan untuk diselamatkan atau dilikuidasi;


(21)

b. Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari modal sendiri (ekuitas) bank pada akhir tahun fiscal sebelumnya atau dari modal disetor bagi bank baru;

c. Membayar premi Penjaminan;

d. Menyampaikan laporan secara berkala dalam format yang ditentukan;

e. Memberikan data, informasi, dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan Penjaminan; dan

f. Menempatkan bukti kepesertaan atau salinannya didalam kantor bank atau tempat lainnya sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh masyarakat.

Lembaga penjamin simpanan menjamin Simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dapat kita lihat pula pada Pasal 11 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 :

(1) Nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Nilai Simpanan yang dijamin dapat diubah apabila dipenuhi salah satu atau lebih kriteria sebagai berikut:

a. Terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah besar secara bersamaan; b. Terjadi inflasi yang cukup besar dalam beberapa tahun; atau

c. Jumlah nasabah yang dijamin seluruh simpanannya menjadi kurang dari 90% (sembilan puluh per seratus) dari jumlah nasabah penyimpan seluruh bank.

(3) Perubahan besaran nilai Simpanan yang dijamin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.


(22)

(4) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan nilai Simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah penyimpan pada satu bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan LPS.10

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan, penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PERBANKAN

Didalam bab ini akan diulas tinjauan umum terhadap perbankan antara lain memuat, Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan, Kelembagaan Perbankan, Kegiatan Usaha Bank, Perlindungan Nasabah Bank, Melemahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank

BAB III : KETENTUAN PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN

Dalam bab ini akan dibahas ketentuan penjaminan nasabah penyimpan yang memuat, Pengaturan Penjamin Simpanan Nasabah Bank, Bebarapa sistem perlindungan Nasabah Penyimpan, Fungsi, Tugas dan Wewenang Lembaga

       10


(23)

Penjamin Simpanan, Simpanan Nasabah yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan

BAB IV : TINJAUAN TERHADAP LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Bab ini akan mengulas mengenai tinjauan terhadap lembaga penjamin simpanan yang meliputi, Bentuk Hubungan Antara Bank Dengan Nasabah Penyimpan, Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Hal Bank Tak Sanggup Bayar, Pembayaran Klaim Penjaminan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

: Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan Kesimpulan dan Saran


(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PERBANKAN

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Perbankan

Sebelum membahas masalah hukum dan ketentuan perbankan di Indonesia, terlebih dahulu kita perlu mengetahui dan mengikuti sejarah perkembangan perbankan di Indonesia, khususnya sejak jaman penjajahan belanda hinggga saat ini. hal ini penting karena perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan sejarah di Indonesia pada umumnya.

Pengetahuan tentang sejarah perbankan di Indonesia ini sangat penting, mengingat gejolak dan dinamika perkembangan perbankan di Indonesia sejak jaman penjajahan belanda sampai saat ini. selain itu juga perlu memahami mengapa masih terdapat ketentuan maupun hukum perbankan yang masih berupa peninggalan pemerintah kolonial belanda.

Disamping hal-hal tersebut di atas, sampai saat ini masih banyak istilah perbankan di Indonesia yang merupakan istilah peninggalan zaman belanda, misalnya istilah bilyet giro, rekening-courant ( rekening Koran), giroverkeer (lalu lintas giro), overbooking (pemindah bukuan), dan masih banyak lagi.

Pada periode kedudukan Belanda, bank di Indonesia didirikan oleh pemerintahan Hindia-Belanda pada 1824 dengan nama Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), dan pemerintah Hindia-Belanda bertindak sebagai salah satu pemegang saham utama. Bank tersebut didirikan untuk untuk mengisi kekosongan akhibat likuidasi vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang, kendati telah menguasai hampir seluruh kawasan


(25)

nusantara sekitar dua abad (1602 – 1799) , mengalami kebangkrutan . sekarang ini NHM telah berubah menjadi Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII).

Pemerintah Hindia-Belanda juga mendirikan De Javasche Bank (1827), kini Bank Indonesia (BI),dan NV Escomto Bank, sebuah bank swasta yang dikenal sebagai Bank Dagang Negara (BDN). Beberapa koperasi simpan – pinjam yang didirikan di kalangan petani pada 1895 di Purwekerto, pada 1934 digabungkan oleh pemerintah belanda ke dalam Algemeene Volksscrediet Bank (AVB).11

Periode awal kemerdekaan di Indonesia , setahun setelah kemerdekaan pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 1946 yang menegaskan lahirnya Bank Nasional Indonesia (BNI), yang peresmianya dilakukan pada 17 agustus 1946. Tugas BNI , sebagaimana tercantum dalam peraturanya adalah mengeluarkan dan mengedarkan uang kertas bank disamping pemegang uang kas Negara. Pada kenyataannya tugas BNI adalah mengatur peredaran uang RI (ORI – Oerang Repoeblik Indonesia) sebagai uang kertas pemerintah, disamping menarik uang masa pendudukan jepang dan menggantinya dengan ORI.

Periode 1988 – Sekarang, pada tanggal 27 Oktober 1988 Menko Ekuin Radius Prawiro mengumumkan serangkaian kebijakan baru yang merupakan paket deregulasi dibidang keuangan moneter dan perbankan (KMP). Paket kebijakan ini lebih dikenal dengan sebutan Pakto 1988. Puncak dari periode ini adalah diberlakukanya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pada 25 maret 1992 yang menggantikan Undang-Undang

       11

Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia,penerbit Grafiti Cetakan ke.III ,Jakarta Januari 1997 hal.3


(26)

Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang sudah berumur 25 tahun. Isinya telah mengalami perubahan dan penyempurnaan dari isi aslinya12

Menurut pasal 1 Undang-Undang No.7 Tahun 1992, pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan baik untuk disalurkan maupun digunakan untuk tujuan lain.

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak kurang menguntungkan. Sementara itu, perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi termasuk sektor Perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional.

Sektor Perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian dimaksud. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem Perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh. Upaya penyehatan Perbankan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, bank-bank itu sendiri dan masyarakat pengguna jasa bank.

Adanya tanggung jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat kesehatan Perbankan nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam perekonomian nasional.

Maka dari itu adanya perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-       12


(27)

Undang Uomor7 Tahun 1992 dikarenakan perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk Perbankan dan dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasi beberapa perjanjian internasional dibidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dibidang perekonomian khususnya sektor Perbankan.

Didalam perubahan Undang-Undang ini terdapat sedikit perbedaan mengenai pengertian perbankan, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 pengertian dari Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dapat kita lihat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ayat 1 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, pengertian Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu Negara. Bank dapat diartikan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu Negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan Negara terssebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.

Lain halnya di Negara – Negara berkembang, seperti Indonesia, pemahaman tentang bank di Negeri ini baru sepotong – sepotong. Sebagian masyarakat hanya memahami bamk sebatas tempat meminjam dan menyimpan uang belaka. Bahkan terkadang sebahagian


(28)

masyarakat sama sekali belum memahami bank secara utuh, sehingga pandangan tentang bank sering diartikan secara keliru. Selebihnya banyak masyarakat yang tidak paham sama sekali tentang dunia perbankan. Semua ini tentu dapat dipahami karna pengenalan dunia perbankan secara utuh terhadap masyarakat sangatlah minim, terlepas dari kurang pahamnya pengelola perbankan di Tanah air dalam memahami dunia perbankan secara utuh.

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu Negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan semua kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu disaat ini dan dimasa yang akan datang kita tidak akan lepas dari dunia perbankan, jika hendak menjalan aktivitas keuangan, baik per-orangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.

Begitu pentingnya dunia perbankan,sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu Negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank adalah sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainya.13

B. Kelembagaan Perbankan a. Jenis – jenis bank

Dilihat dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapan memberikan seluruh

      

13 


(29)

jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank)

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.14

b. Pendirian Bank

Dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dinyatakan bahwa pada prinsipnya setiap pihak yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib memiliki izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan rakyat dari pimpinan bank Indonesia. Hal ini dikarenakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran kembali dana ke masyarakat sangat perlu di awasi sesuai dengan fungsi bank Indonesia yang memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap bank – bank yang ada di Indonesia.

c. Bentuk Hukum Bank

Persyaratan untuk memperoleh izin biasanya diikuti oleh berbagai syarat dan salah satu syaratnya adalah bentuk hukum bank yang akan didirikan. Ada beberapa bentuk hukum bank yang dapat dipilih jika ingin mendirikan bank. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bentuk badan hukum bank umum dapat berupa dari salah satu alternatife dibawah ini :

1. Perseroan Terbatas (PT) 2. Koperasi,atau

      

14 


(30)

3. Perseroan Daerah (PD)

Sedangkan bentuk badan hukum bank perkreditan rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dapat berupa :

1. Perusahaan Daerah (PD) 2. Koperasi

3. Perseroan terbatas (PT)

4. Atau bentuk lain yang ditetapkan pemerintah.15

d. Kepemilikan Bank

Menurut Pasal 22 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 : "Pasal 22

(1) Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:

a. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia;atau

b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia."

"Pasal 26

(1) Bank Umum dapat melakukan emisi saham melalui bursa efek.

(2) Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia dan atau badan hukum asing dapat membeli saham Bank Umum, baik secara langsung dan atau melalui bursa efek. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah." "Pasal 27

Perubahan kepemilikan bank wajib:

       15


(31)

a. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3), Pasal 22, Pasal 23, Pasal d24, Pasal 25, dan Pasal 26; dan

b. dilaporkan kepada Bank Indonesia." "Pasal 28

(1) Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia."

Dalam hal perubahan kepemilikan bank, dalam Pasal 27 Undang-Undang perbankan dinyatakan bahwa setiap pemilik saham atas bank wajib atas ketentuan – ketentuan dalam Pasal 16 ayat (3) dan Pasal 22 sampai dengan Pasal 26 yang berhubungan dengan perizinan dan kegiatan usaha bank serta wajib melaporkannya kepada bank Indonesia.

C. Kegiatan Usaha Bank

Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan, sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari – hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara penghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit.

Dalam praktinya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut. Setiap jenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri dalam melakukan kegiatanya, misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau kegiatan yang berbeda.16

Sesuai Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,maka usaha – usaha yang dapat dilakukan bank meliputi :

      

16 


(32)

Usaha Bank Umum meliputi :

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. memberikan kredit;

c. menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

1. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari pada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

2. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

3. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

5. obligasi;

6. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;


(33)

h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalambentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

k. membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya;

l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; m. menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah;

n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Menurut Pasal 6 huruf (k) Undang-Undang Perbankan 1992 tentang usaha bank menyatakan bahwa bank dapat membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebagian bila debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

Ketentuan ini menurut hemat saya dimaksudkan untuk mempercepat proses pencairan jaminan , karena dalam praktek pelelangan jaminan sering kali kurang diminati oleh pihak penawar sehingga menyebabkan sulitnya mencairkan jaminan tersebut.17

      

17

 17

Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia,penerbit Grafiti Cetakan ke.III ,Jakarta Januari 1997 hal.67


(34)

D. Perlindungan Nasabah Bank

a. Kewajiban Bank Terhadap Masyarakat

Banyak kewajiban bank terhadap masyarakat. Berbagai kelompok penduduk mempunyai tuntutan yang berbeda-beda terhadap sebuah bank. bank haruslah menyadari tuntutan ini dan menanggapinya. Ditingkat lokal, bankir diharapkan menyediakan pengetahuan tekhnis (technical know-how) keuangan bagi masyarakatnya. Kewajiban ini meliputi kepemimpinan (leadership), bimbingan dan partisipasi aktif dalam masalah – masalah yang berkenaan dengan pembiayaan masyarakat (public financing). Bankir yang menaruh perhatian, kualifaid dan objektif sangat bernilai untuk membantu masyarakat untuk memilih cara-cara terbaik memenuhi kebutuhan-kebutuhan keuangannya

b. Kewajiban Bank Terhadap nasabahnya

Kewajiban bank terhadap nasabahnya bahkan lebih besar lagi dari pada kewajibannya terhadap masyarakat. Karena lebih langsung hubungan dengan nasabahnya dibandingkan dengan publik, maka top management haruslah selalu memperhatikan kebijaksanaan dan praktek – prakteknya terhadap kesejahteraan nasabahnya. Kesehatan lembaga ini sangat penting bagi masyarakat, tetapi lebih penting lagi bagi mereka yang mempercayakan uang mereka kepada bank itu atau mereka yang mengadakan hubungan peminjaman atau hubungan lain yang mereka andalkan. Faktor-faktor keamanan dan likuiditas deposito, keuangan yang dapat diandalkan, kemudahan, dan biaya yang pantas adalah hal-hal yang sangat penting bagi nasabah dan bank harus menanggapinya. Dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi faktor-faktor ini , top management haruslah hati-hati menimbang seluruh konsekuensinya terhadap para nasabah disamping terhadap para persero, publik dan lain-lain yang mungkin mempunyai klaim terhadapnya. Kegagalan bank mempertimbangkan


(35)

konsekuensi ini tidak saja merupakan kegagalan melaksanakan kewajiban yang utama, tetapi juga menunjukkan piciknya pandangannya dalam melayani kepentingan pemiliknya18

c. Hubungan Nasabah Dengan Bank

Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana ,dapat terlihat dari hubungan yang muncul dari produk-produk perbankan,seperti deposito,giro dan tabungan.bentuk hubungan itu terdapat dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat umum yang harus di patuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana,karena syarat-syarat produk perbankan berbeda satu sama lainmaka perlu adanya penyesuaian.

d. Hubungan Hukum Nasabah Dengan Bank

Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank, mereka berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan. Pelanggaran terhadap berbagai aturan yang berlaku, termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam undang-undang Nomor 10 tahun 1998.

Jaminan ditegakkannya peraturan-peraturan perbankan dimuat pasal 50 yang mengancam dengan hukuman penjara 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 6.000.000.000,00 (enam milyar rupiah).

Pasal 50 tersebut merupakan jaminan bagi masyarakat. Berkat jaminan ini, semua bank tidak dapat berkelit untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama yang berkenaan dengan pemantauan keadaan terhadap suatu bank oleh Bank Indonesia, yang mewakili pemerintah untuk melindungi dana masyarakat sekaligus menjaga agar bank dalam keadaan sehat.

Bank Indonesia dapat menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimuat dalam penjelasan resmi Pasal 52, yang antara lain berbunyi :

      

18 

Drs. A. Hasyimi Ali,Bank Management (American Institute Of Banking),Bina aksara Jakarta cet.I ,desember 1987 , hal.5-6


(36)

Sanksi administratif dalam pasal ini dapat berupa : a. Denda

b. Penyampaian teguran-teguran tertulis; c. Penurunan tingkat kesehatan bank; d. Larangan turut serta dalam kliring; e. Pembekuan kegiatan;

f. Pencabutan izin usaha.

e. Perlindungan Terhadap Nasabah

Nasabah yang menyimpan dananya di Bank umumnya mempunyai berbagai tujuan dan motivasi. Nasabah sangat menginginkan agar dana yang disimpannya pada bank terjamin aman dari segala sesuatu yang dapat merugikannya dan adanya balas jasa dari Bank atas penggunaan dana tersebut. Secara umum perlu adanya perlindungan terhadap nasabah agar tidak dirugikan oleh pihak bank atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab. Sehubungan dengan itu sepanjang yang di atas oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Lembaga Penjamin Simpanan

Dari ketentuan Pasal 37 B undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998 dapat diketahui bahwa setiap Bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan melalui Lembaga Penjamin Simpanan. Dengan demikian, undang-undang sudah mengatur tentang kewajiban bank untuk melakukan penjamin atas dana masyarakat yang diterimanya sebagai simpanan, termasuk yang berbentuk. Untuk pelaksanaannya, tentunya bank harus membuat suatu perjanjian dengan lembaga tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(37)

Perlu pula dikemukakan bahwa sampai tahun kelima sebelah ketentuan undang-undang tersebut berlaku, ternyata lembaga Penjamin Simpanan belum beroperasi sehingga penjaminan simpanan masyarakat pada Bank masih dilakukan oleh pemerintah. Penjaminan tersebut dapat dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah walaupun suatu saat nantinya akan berakhir.

Dengan adanya ketentuan undang-undang mengenai kewajiban bank menjamin dana masyarakat dan adanya program penjaminan yang sudah berjalan tentunya akan memberikan perlindungan kepada nasabah penyimpanan dalam hal terjadinya penutupan atas bank yang bersangkutan. Nasabah penyimpanan diharapkan akan tetap memperoleh kembali dana yang disimpannya dalam hal terjadi penutupan pada banknya.

2. Rahasia Bank

Dikarenakan kegiatan dunia perbankan mengelola yang masyarakat, maka bank wajib pula menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat. Bank wajib menjamin keamanan uang tersebut agar benar-benar aman. Agar keamanan nasabahnya terjamin pihak perbankan dilarang untuk memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya. Dengan kata lain bank harus menjaga rahasia tentang keadaan keuangan nasabah dan apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan akan dikenakan sanksi. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya (Pasal 1 angka 28 undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998). Hal ini diatur oleh Pasal 40 dengan rumusan sebagai berikut :

a. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib


(38)

dirahasiakan oleh Bank menurut kelaziman dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43 dan Pasal 44.

b. Ketentuan sebagaimana dimaksud berlaku bagi pihak terafiliasi. Lebih lanjut, penjelasan resmi pada Pasal 40 mengutarakan antara lain sebagai berikut :

ayat (1)Dalam hubungan yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya. Kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan. Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank.

Menurut ketentuannya, bank dan pihak terafiliasi wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal-hal tertentu yang diutus oleh undang-undang tersebut dan peraturan perundang-undangan lainnya. Pihak terafiliasi adalah pihak yang berkaitan dengan pengelolaan bank. Siapa yang disebut sebagai pihak terafiliasi diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 22 undang-undang Perbankan Indonesia 1992/1998, antara lain direksi, pejabat dan pegawai bank.

Namun dalam kasus tertentu, kerahasiaan bank tidak berlaku untuk nasabah, misalnya :

a. Untuk kepentingan perpajakan pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank


(39)

agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tentang keuangan nasabahnya penyimpanan tertentu kepada pejabat bank.

b. Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara atau Panitia Urusan Piutang Negara. Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai simpanan nasabah debitur. c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan, Bank Indonesia

dapat memberikan kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank. d. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi bank dapat

memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank lain.

Ketentuan mengenai rahasia bank tersebut tentunya merupakan perlindungan bagi nasabah penyimpanan agar dananya yang disimpan pada bank tidak diketahui oleh pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Simpanan tersebut merupakan hak pribadi nasabah penyimpanan yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Pelaksanaan dari ketentuan mengenai rahasia bank ini perlu diperhatikan oleh Bank dan petugasnya agar tidak menimbulkan permasalahan yang mungkin akan merugikan bank. Bank dalam hal ini perlu memperhatikan kedudukannya yang sering disebut sebagai lembaga kepercayaan.

f. Mekanisme Perlindungan Nasabah

Beberapa mekanisme yang di pergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan peraturan baru

Melalui pembuatan peraturan baru di bidang perbankanatau merevisi peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan


(40)

kepadanasabah suatu bank.banyak peraturan secara langsung maupun tidak langsung bertujuan melindungi nasabah.akan tetapi lebih banyak lagi di perlukan seperti itu dari apa yang terdapat dewasa ini.

2. Pelaksanaan peraturan yang ada

Melaksanakan peraturan yang ada di bidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin law enforcement yang baik. Peraturan ini harus di laksanakan secara objektif tanpa melihat siapakah pengurus bank tersebut maupun pemegang saham

3. Memperketat perizinan bank

Memperketat pemberian izin untuk suatu pendirian bank merupakan cara agar bank tersebut kuat dan berkualitas sehingga dapat memberikan keamanan terhadap nasabahnya.

4. Memperketat pengawasan bank

Untuk mengurangi resiko yang ada pihak

g. Hubungan Perlindungan Hukum Nasabah Dengan Bank

Bank sebagai suatu lembaga atau institusi yang melakukan kegiatan di bidang keuangan telah menunjukkan peranan yang cukup penting dalam melayani berbagai kepentingan masyarakat di Indonesia saat ini. Berbagai produk bank telah berkembang untuk memenuhi tuntutan perkembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Menurut ketentuan Undang-undang Perbankan Indonesia Nomor 7 tahun 1992, Bank adalah suatu badan usaha dan mempunyai kegiatan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat serta memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan keuangan. Bank dengan berbagai produknya telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya di bidang keuangan.


(41)

Mengingat kebutuhan akan jasa perbankan semakin meningkat, maka penulis merasakan betapa pentingnya pemahaman masyarakat akan di sisi lain. Kedua hal tersebut yang hanya dapat terlaksana jika bank otoritas atau bank Indonesia melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank yang ada,baik bank pemerintah maupun bank swasta. berkemampuan melindungi dana masyarakat secara baik. Oleh karenanya bank harus mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global. Pemahaman anggota masyarakat terhadap semua aktivitas bank, termasuk semua warkat bank seyogyanya dimulai sejak yang bersangkutan memakai atau mempergunakan jasa perbankan, sehingga dapat mencegah risiko. 19

E. Melemahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank a. Menguji kepercayaan masyarakat terhadap rupiah

Langkah Bank Indonesia (BI)20 untuk tetap pada jalur kebijakan bunga tinggi pada tahun-tahun awal krisis ekonomi, yakni 1997 dan 1998, telah membawa kembali ekonomi Indonesia mengarah pada jalur yang benar.Harus diakui, kebijakan bunga tinggi pada 1998 dengan suku bunga antarbank rata-rata 64% telah mengembalikan kepercayaan terhadap rupiah yang pada pertengahan tahun itu mencapai Rp 14.900/dolar Amerika Serikat (AS) menjadi rata-rata Rp 8.000/dolar AS pada akhir tahun.

Keyakinan BI pada pilihan kebijakan moneter yang ditempuh itu pula yang menjadi salah satu pilar inflasi kembali pada jalur inflasi rendah pada saat ini. Inflasi itu pula selain kurs yang menjadi tugas inti bank sentral.Pengalaman selama lima tahun sejak 1998 itu tampak telah memberikan keyakinan BI atas kepercayaan masyarakat pada sendi-sendi dasar ekonomi makro sehingga baik inflasi maupun kurs rupiah masih berada kisaran jalur

      

19

 http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/hubungan-perlindungan-hukum-nasabah.html

20 

Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia 


(42)

paritasnya.Tetapi keyakinan yang begitu tinggi pulalah yang kelihatan hampir menjadikan rupiah menggeliat mendekati batas kritis Rp 10.000/dolar Amerika serikat pada pekan terakhir April lalu.

Kepanikan melanda pasar valas Indonesia, khususnya dalam pekan-pekan terakhir April dan awal Mei. Posisi rupiah terhadap dolar AS menembus angka Rp 9.800. Adakah yang mengkhawatirkan fundamental ekonomi kita sehingga pasar valas panik.Indikasi rupiah akan melemah terhadap dolar AS sebenarnya sudah dapat diperkirakan sejak Maret lalu, yakni ketika The Fed atau bank sentral AS meningkatkan suku bunga utamanya (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 2,75 % pada 22 Maret, setelah 2 Februari juga menaikkan 25 basis poin menjadi 2,50%.

Terakhir The Fed menaikkan suku bunganya pada 3 Mei lalu, juga sebesar 25 basis poin sehingga menjadi 3%. Sementara itu BI tampak dari April hingga pekan pertama Mei masih mempertahankan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1 bulannya pada tingkat 7,53% sebelum dinaikkan lagi menjadi 7,81 % pada 4 Mei dari sebelumnya 7,70%.Adakah yang salah dalam strategi BI sehingga rupiah melemah cukup besar? Hampir semua indikator ekonomi makro kita saat ini berada di tingkat yang tidak buruk, kecuali inflasi.

Kita perhatikan beberapa indikator makro dan sectkr riil berikut. Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 mencapai 5,13% atau lebih tinggi dari target pertumbuhan yang ditetapkan sebelumnya sebesar 4,8%. Seluruh lapangan usaha pada 2004 juga mengalami ekspansi, kecuali sektor penggalian dan produksi, dengan rekor ekspansi terbesar sebesar 12,7% terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi.Sementara itu di sisi permintaan ekspansi terbesar terjadi di komponen impor sebesar 24,95% dan investasi 15,71%. Kinerja indikator ekonomi makro yang cukup baik itulah yang tampak menjadikan BI cukup percaya diri tidak menaikkan suku bunga mengantisipasi perkembangan suku bunga The Fed.Atau BI memang sengaja melakukan test case atas kepercayaan publik terhadap perekonomian


(43)

nasional dengan sengaja menunda antisipasinya atas perubahan suku bunga di Amerika serikat.

Kepercayaan BI yang tinggi tersebut tampak pada pernyataan Gubernur BI pertengahan April yang tidak akan menaikkan lagi suku bunga SBI.Kalau hipotesis itu benar, maka sungguh sangat mahal kemungkinan harga yang harus dibayar, karena apabila rupiah sampai melampaui Rp 10.000/dolar AS maka akan susah payah untuk mengembalikan kepercayaan yang sudah tercipta cukup baik. Semoga hipotesis itu salah.

Saat ini BI masih cukup kredibel untuk menjaga kepercayaan terhadap rupiah yang tampak pada rupiah yang mulai menguat setelah ada intervensi terhadap pasar valas.Namun hal itu pun dibantu oleh upaya nonpasar dengan meminta Pertamina melaporkan transaksinya dalam menggunakan valas. Apa makna semua itu?Sampai saat ini kurs rupiah terhadap dolar AS dan tingkat inflasi masih tetap merupakan variabel kunci sangat strategis dalam menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia.Posisi strategis itu terkait dengan masih cukup tinggi komponen impor dalam industri manufaktur, sehingga setiap goncangan terhadap rupiah akan berakibat pada kegoyahan harga-harga produk manufaktur yang ujung-ujungnya juga dapat meningkatkan laju inflasi.Karena itu, setiap ancaman yang muncul dan mungkin memengaruhi kurs rupiah harus selalu mendapat antisipasi cepat agar tidak goncang. Hal itu berarti selain perubahan fundamental ekonomi domestik, antisipasi terhadap perubahan fundamental ekonomi internasional khususnya AS, harus mendapat perhatian dan antisipasi secara cepat sebelum terlambat.

Hasil riset BI Semarang bekerja sama dengan Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE) Fakultas Ekonomi Undip mengenai sebab-sebab inflasi di Jateng menunjukkan setiap perubahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan mendorong kenaikan inflasi pada bulan-bulan berikutnya, khususnya pada bulan pertama dan kedua setelah perubahan kurs tersebut.Temuan riset itu memperkuat tesis setiap perubahan variabel yang memengaruhi


(44)

kurs rupiah terhadap dolar AS harus selalu mendapat antisipasi segera agar tidak menimbulkan goncangan berkepanjangan.

Sehubungan dengan fenomena rupiah yang melemah akhir-akhir ini, di samping variabel kenaikan suku bunga di AS yang bagi The Fed menjadi instrumen moneter utama untuk mengatur ekonomi, tingkat inflasi domestik yang cukup tinggi pada Maret sebagai faktor internal serta kecenderungan tingkat inflasi AS yang stabil dan tidak mengalami kenaikan harus mendapat perhatian otoritas moneter Indonesia.Peningkatan selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan AS pada Maret harusnya sudah merupakan sinyal rupiah akan melemah terhadap dolar AS, sehingga harus sudah diantisipasi pada April lalu.

Sementara itu peningkatan suku bunga Fed Fund Rate dan tentu juga Prime Rate serta tingkat inflasi rendah berarti akan meningkatkan tingkat bunga riil dalam dolar AS. Dalam hal ini pun BI sudah mengetahui secara baik.Persoalannya adalah terkait dengan timing antisipasi tersebut yang harus cermat diperhatikan. Ketidaktepatan dalam mengambil posisi dan waktu antisipasi bias akan berpengaruh besar terhadap perekonomian nasional.

Pada bulan-bulan mendatang,Kondisi eksternal, khususnya di AS, pada kuartal kedua nanti diperkirakan tidak mengalami pertumbuhan berarti, yakni 11.951 miliar dolar AS (Mei), 11.956 miliar dolar AS (Juni), Indeks Harga Konsumen Mei diperkirakan 189,8 dan Juni 189,4, sedangkan Prime Interest Rate Mei 5,75% dan Juni 6%.Gambaran itu menunjukkan ada perkiraan perubahan indikator ekonomi AS yang tidak signifikan, kecuali untuk tingkat bunga. Karena itu, yang perlu diantisispasi Indonesia adalah menjaga agar dolar AS tidak lagi merangkak naik.21

       21

http://www.suaramerdeka.com/harian (Penulis adalah Ketua Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE)


(45)

BAB III

KETENTUAN PENJAMINAN NASABAH PENYIMPAN

A. Pengaturan Penjamin Simpanan Nasabah Bank

Menurut undang-undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan,Penjaminan Simpanan Nasabah Bank, yang selanjutnya disebut Penjaminan, adalah penjaminan yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan atas simpanan nasabah bank.

Sedangkan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan22 adalah peraturan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka penjaminan serta penyelesaian dan penanganan

Bank Gagal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

a. Peranan penjamin simpanan

Studi mengenai penjamin simpanan telah banyak dilakukan mulai dari Marton (1978), Busaer et al (1981), Diamond dan Dybvig (1983), Chari dan Jagannathan (1988), Kane (1995), Calomiris (1996), Allen dan Gate (1998) dan terakhir adalah yang dilakukan oleh Kunt et al (2007). Pada umumnya mereka mempunyai kesamaan pendapat bahwa keuntungan suatu negara memiliki penjamin simpanan adalah untuk mencegah “pemborosan” biaya likuidasi suatu bank gagal.

Pada umumnya para peneliti sepakat bahwa keberadaan penjamin simpanan yang dikaitkan dengan peranannya dalam menjaga stabilitas perbankan masih menjadi kajian yang menimbulkan pro dan kontra. Timbulnya pro dan kontra pada umumnya tidak terlepas dari sudut pandang bahwa adanya penjaminan simpanan bisa menimbulkan gangguan pada disiplin pasar dan adanya moral hazard. Adanya penurunan atas disiplin pasar dan adanya

      

22 

Peraturan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka penjaminan serta penyelesaian dan penanganan Bank Gagal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini 


(46)

moral hazard baik secara langsung maupun tidak, akan menstimulir terjadinya ketidak stabilan pada sektor perbankan.

Ahli Demirguc-Kunt dan Detragiache (2002) menyatakan bahwa disain sebuah penjamin simpanan akan memberikan pengaruh terhadap disiplin pasar. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Demirguc-Kunt dan Huizinga (2004). Vasso P Ioannidou dan Jan de Dreu (2006) yang meneliti kasus penjamin simpanan di Bolivia periode 1998-2003 berpendapat bahwa penjamin simpanan akan mengurangi insentif para penabung untuk turut serta mengawasi bank disaat bank menawarkan tingkat sukubunga yang tinggi. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kedisipilin bank dalam mengelola usahanya.

Dalam kajiannya, Ioannidou dan Jan de Dreu (2006) menyimpulkan bahwa adanya penjamin simpanan secara sigfinikan menurunkan disiplin pasar. Argumentasinya adalah karena simpanannya dijamin, maka ada kecenderungan pihak bank untuk meningkatkan daya tarik produk simpanan dengan cara menaikkan sukubunga yang jauh berbeda dengan tingkat bunga di pasar.

Dalam analisanya Ioannidou dan Jan de Dreu (2006) menggunakan krietria yang dapat menilai tingkat disiplin pasar melalui beberapa indikator kinerja perbankan seperti leverage ratio,non performing loan, loan loss reserve dan overhead expenses. Meningkatnya rasio-rasio tersebut merefleksikan semakin tingginya tingkat risiko suatu bank dana apabila hal tersebut dilakukan melalui mekanisme sukubunga, maka cenderung untuk menurunkan disiplin pasar.

Dengan tingkat sukubunga yang tinggi, mempunyai implikasi semakin tingginya risiko karena akan meningkatkan biaya dana yang pada akhirnya menyebabkan tingginya tingkat sukubunga pinjaman. Tingginya tingkat sukubunga merupakan refleksi bahwa bank


(47)

akan menanggung risiko yang lebih tinggi. Dari sisi aktiva akan mempengaruhi kemampuan membayar para nasabah kredit sedangkan dari sisi pasiva akan menaikkan biaya dana.

Studi yang dilakukan peneliti lain yaitu dengan mencoba menggunakan pendekatan yang berbeda misalnya Martinez Peria dan Schumukler (2001) yang menggunakan pendekatan kuantitas yaitu kaitan antara pertumbuhan simpanan dengan tingkat risiko bank dan Hosono (2005) mengggunakan alat analisnya berdasarkan baik tingkat sukubunga maupun pertumbuhan simpanan terhadap risiko bank.

Salah satu kesimpulan yang menarik untuk diketahui adalah apa yang disampaikan oleh Hosono (2005) dimana untuk kasus di Indonesia menyatakan bahwa perlindungan simpanan yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak menghasilkan tingkat kredibilitas yang tinggi.

Kesimpulan tersebut tentunya harus diterjemahkan hati-hati mengingat untuk kasus di Indonesia penjaminan simpanan baru diberlakukan setelah krisis terjadi. Oleh sebab itu Hasono memberikan pendapatnya bahwa adanya penjamin simpanan terbatas yang disertai dengan keterbukaan informasi mengenai penjaminan simpanan sangat penting dalam rangka meningkatkan disiplin pasar.

Selanjutnya Cull,Senbet dan Sorge (2005) menjelaskan bahwa penjamin simpanan secara eksplisit memang akan mempengaruhi votalitas sistem keuangan apabila suatu Negara memiliki sistim kelembagaan keuangan yang lemah. Sistim kelembagaan keuangan yang lemah pada akhirnya akan meningkatkan moral hazard karena baik pemilik maupun pengelola bank merasa disisi pasivanya telah ada yang menjamin.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan Hosono (2005), Greg Caldwell (2007), berpendapat bahwa disiplin pasar penting berkaitan dengan probabilitas kegagalan bank dan


(48)

kemampuan penjamin simpanan dalam menanganinya. Untuk itu bank harus dapat dapat memberikan informasi secara jelas dan terbuka berkaitan dengan status keuangan bank kepada publik agar pasar dapat meresponnya dengat tepat dan relevan.

Meskipun ada indikasi bahwa keberadaan penjamin simpanan cenderung mungurangi tingkat disiplin pasar, tetapi bukan berarti bahwa penjamin simpana menjadi tidak diperlukan.

. Moral hazard yang ditimbulkan oleh lembaga keuangan seperti bank dan penjamin simpana lebih banyak dialami pada kondisi dimana liberalisasi sistim keuangan dan perbankan sedang dilaksanakan. Untuk memperkecil moral hazard dapat diatasi melalui pelaksanaan good corporate governance (GCG) yang efektif dan terbentuknya disiplin pengawasan (LaBrosse,2005) dan melalui berbagai regulasi (Luc Laeven 2002).

Semakin baik regulasi perbankan, maka keberadaan penjamin simpanan akan meningkatkan stabilitas perbankan. Disamping regulasi perbankan, kualitas pengelolaan PS juga akan memberikan dampak terhadap stabilitas perbankan (Asli Demirguc-Kunt dan Enrica Detragiache, 2002). Regulasi yang relevan untuk diperhatikan adalah yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dan sistim pengawasan.

Hal lain yang menjadi fungsi dan peran penjamin simpanan dalam andilnya menciptakan stabilitas perbankan adalah dalam pelaksanaan resolusi bank, apakah yang menyangkut bank gagal yang harus dilikuidasi maupun bank gagal sistemik yang harus diselamatkan. Pada umumnya semua penjamin simpanan yang ada diberbagai Negara memiliki kewenangan melakukan resolusi suatu bank.

Dalam menangani bank gagal tidak terlepas dari masalah moral hazard baik yang timbul dari bank maupun dari penjamin simpanan. Moral hazard yang timbul akan mempengaruhi efektifitas resolusi bank sehingga dampaknya berupa ketidak percayaan


(49)

terhadap penjamin simpanan. Disamping itu tentunya juga akan mempengaruhi ketidakstabilan perbankan karena penjamin simpanan tidak dapat memberikan kepastian.

Thorsten Beck dan Luc Laeven (2006) menganalisis proses resolusi bank di 57 negara dengan menggunakan data lebih dari 1700 bank. Hasil studi menjelaskan bahwa penjamin simpanan dapat menjaga tingkat disiplin pasar dan meminimalkan moral hazard apabila masalah yang dihadapi bank dapat ditangani secara cepat melalui intervensi langsung dari penjamin simpanan dalam menanganinya. Hal tersebut mutlak diperlukan karena menunda penutupan bank gagal atau bermasalah akan meningkatkan biaya fiskal LaBrosse (2005)

Hasil rergresi data-data yang dilakukan Thorten Beck dan Luc Laven(2006) menyatakan bahwa penjamin simpanan mempunyai peranan yang penting dalam memelihara stabilitas perbankan apabila penjamin simpanan mempunyai kewenangan yang penuh dan independen dalam melakukan resolusi bank.

Sebagai suatu model yang ideal, maka yang bisa dijadikan acuan adalah US Federal Deposits Insurance Corporation (FDIC) karena disamping melaksanakan program penjaminan dan resolisi juga karena mempunyai kewenangan mengawasi bank secara langsung. Dengan kewenangan tersebut selain resolusi bank dapat dilakukan lebih dini juga meningkatkan tingkat pengembalian (rate of recovery) atas asset bank yang diluikidasi.23

B. Beberapa Sistem Perlindungan Nasabah Penyimpan

Adapun Hubungan Perlindungan Hukum Nasabah Dengan Bank, Bank sebagai suatu lembaga atau institusi yang melakukan kegiatan di bidang keuangan telah menunjukkan

      

23


(50)

peranan yang cukup penting dalam melayani berbagai kepentingan masyarakat di Indonesia saat ini. Berbagai produk bank telah berkembang untuk memenuhi tuntutan perkembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Menurut ketentuan Undang-undang Perbankan Indonesia Nomor 7 tahun 1992, Bank adalah suatu badan usaha dan mempunyai kegiatan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat serta memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan keuangan.

Bank dengan berbagai produknya telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya di bidang keuangan. Mengingat kebutuhan akan jasa perbankan semakin meningkat, maka penulis merasakan betapa pentingnya pemahaman masyarakat akan di sisi lain. Kedua hal tersebut yang hanya dapat terlaksana jika bank berkemampuan melindungi dana masyarakat secara baik. Oleh karenanya bank harus mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global.

Pemahaman anggota masyarakat terhadap semua aktivitas bank, termasuk semua warkat bank seyogyanya dimulai sejak yang bersangkutan memakai atau mempergunakan jasa perbankan, sehingga dapat mencegah risiko. Di mana pengertian nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.24

Salah satu misi dunia usaha perbankan adalah menerima simpanan baik berupa giro ataupun jenis tabungan lainnya. Dana ini dibutuhkan bank dalam menjalankan usahanya, yang tidak mungkin hanya diandalkan dari modal bank sendiri. Untuk itu, dalam rangka menarik dana segar dari masyarakat, bank pun terus melakukan pembaharuan dalam menawarkan layanan jasa perbankan.

      

24 

http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/hubungan-perlindungan-hukum-nasabah.html di akses pada 12 Februari 2010


(51)

Perlindungan hukum bagi nasabah sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan belum diatur secara tegas. Untuk itu diperlukan pemaparan tentang norma yuridis terhadap hubungan dan kedudukan lembaga penjamin simpanan dengan bank, tanggung jawab lembaga penjaminan simpanan terhadap bank dan nasabah bank, kewajiban bank agar mendapat perlindungan dari lembaga penjamin simpanan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan penelitian yuridis normatif. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yakni pemaparan kembali dengan kalimat yang sistematis secara induktif dan atau deduktif untuk dapat memberikan gambaran secara jelas jawaban atas permasalahan yang ada, pada akhirnya dinyatakan dalam bentuk deskriptif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hubungan bank dan nasabah penyimpan dana adalah hubungan kontrak antara debitur dengan kreditur yang dilandasi oleh asas kehati-hatian. Hubungan hukum tersebut, bukanlah sekedar hubungan kontraktual biasa, tetapi juga hubungan kepercayaan atau fiduciary relation yang didasarkan pada prinsip kerahasiaan bank.

Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan lembaga penjamin simpanan bersifat terbatas tetapi dapat mencakup sebanyak-banyaknya nasabah. Dalam hal bank tidak dapat melanjutkan usahanya dan harus dicabut izin usahanya, lembaga penjamin simpanan bertanggung jawab membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu. Adapun simpanan yang tidak dijamin, akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Hal ini disebabkan bank yang melakukan kegiatan usaha adalah sebagai peserta penjaminan.


(52)

Berdasarkan hasil penelitian disarankan hendaknya lembaga penjamin simpanan mampu untuk melakukan tugas dan wewenangnya secara transparan, fairness, akuntabel didasarkan pada prinsip good governance dan good corporate governance, sehinga dapat menjaga citra dan menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat.25

a. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Selaku Konsumen Ditinjau dari Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Perbankan

Sebagaimana disebut di atas bahwa peraturan hukum yang memberikan perlindungan bagi nasabah selaku konsumen tidak hanya melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, akan tetapi lebih spesifik lagi pada peraturan perundang-undangan di bidang perbankan. Karena bank merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha dengan menarik dana langsung dari masyarakat, maka dalam melaksanakan aktivitasnya bank harus melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan bank, yaitu prinsip kepercayaan (fiduciary principle), prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip kerahasiaan (confidential principle), dan prinsip mengenal nasabah (know your costumer principle).26

Kepercayaan merupakan inti dari perbankan sehingga sebuah bank harus mampu menjaga kepercayaan dari para nasabahnya. Hukum sebagai alat rekayasa social (Law as a tool of social engineering) terlihat aktualisasinya di sini. Di tataran undang-undang maupun PBI terdapat pengaturan dalam rangka untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan dan sekaligus dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah.

       25

http://id.shvoong.com/tags/hubungan-lps-dengan-nasabah/di diakses pada 26 maret 2010 26

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


(53)

Pertama, untuk memberikan perlindungan hukum khususnya bagi nasabah deposan sebagaima tersebut di atas, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengamanatkan dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan mewajibkan setiap bank untuk menjamin dana masyarakat yang disimpan dalam bank yang bersangkutan.

Amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dimaksud telah direalisasikan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Adapun yang menjadi fungsi dari lembaga ini adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabiltas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

Kedua, perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen di bidang perbankan, khususnya dalam hal terjadi sengketa antara nasabah dengan bank. Hal ini telah diatur melalui PBI No. 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan PBI Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan.

Dalam Pasal 1 angka 4 PBI Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, Pengaduan didefinisikan sebagai ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian finansial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Bank. Sesuai dengan Pasal 2 PBI Nomor 7/7/PBI/2005, maka bank wajib menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis tentang penerimaan pengaduan, penangangan dan penyelesaian pengaduan, serta pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

Ketentuan mengenai kebijakan dan prosedur tertulis dimaksud diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 7/24/DPNP tertanggal 18 Juli 2005, antara lain sebagai berikut:


(1)

Kondisi bank tak sanggup bayar akan mendorong bank menuju keruntuhan yang semata-mata karena menghadapi persoalan likuiditas. Dalam hal likuidasi sebuah bank berakibat kepada keruntuhan sektor industri perbankan secara keseluruhan.

Lembaga Penjamin Simpanan didirikan berdasarkan undang-undang lembaga penjamin simpanan yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan (dalam bentuk giro, deposito, sertifikat desposito dan tabungan atau bentuk lainnya atau yang dipersamakan dengan itu). Lembaga penjamin simpanan juga harus turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan nasional. Untuk itu, lembaga penjamin simpanan memiliki kewenangan untuk menetapkan dan memungut premi penjaminan dari bank-bank (yang dikumpulkan menjadi dana lembaga penjamin simpanan) dan menangani Bank Gagal baik yang tidak berdampak sistemik maupun yang berdampak sistemik. Pasal 37 menyatakan bahwa lembaga penjamin simpanan bertanggung jawab atas kekurangan biaya penanganan bank gagal berdampak sistemik setelah pemegang saham lama melakukan penyertaan modal. Biaya itu akan masuk dalam penyertaan modal sementara lembaga panjamin simpanan kepada bank.

Dalam undang-undang nomor 24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan, disebutkan bahwa lembaga penjamin simpanan melakukan penanganan bank gagal berdampak sistemik setelah Komite Koordinasi (KK) menyerahkan penanganannya kepada lembaga penjamin simpanan. Komite Koordinasi beranggotakan Menteri Keuangan, Lembaga Pengawas Perbankan, bank indonesia dan lembaga penjamin simpanan. Keberadaan Komite Koordinasi telah ada dan beroperasi berdasarkan Nota Kesepakatan antara Pemerintah dan bank indonesia tahun 2004. Nota Kesepakatan itu didasarkan pada Pasal II undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang bank indonesia.

Guna memperlancar tugas Komite Koordinasi, melalui Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Gubernur bank indonesia dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin


(2)

Simpanan pada tahun 2005 yang kemudian diperbaharui pada tahun 2007, dibentuk Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang antara lain mempunyai fungsi menunjang pelaksanaan tugas Komite Koordinasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap Bank bermasalah yang ditengarai berdampak sistemik.

3. Pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah penyimpan sedangkan bank tersebut telah di cabut izin usahanya :

Salah satu unsur penting dalam memberikan jaminan adalah kecepatan menyelesaikan klaim nasabah atas simpanannya yang ada pada bank apabila bank dimaksud pailit atau dilikuidasi. Cepat lambatnya penyelesaian simpanan tersebut mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Sistem penjaminan tidak langsung seringkali mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat karena tidak tegasnya status simpanan mereka apabila suatu bank dicabut ijin usahanya oleh pemerintah, atau karena bank dimaksud pailit atau dilikuidasi.

Apabila Bank tempat Anda menyimpan uang dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia, lembaga penjamin simpanan akan mulai membayar simpanan Anda melalui Bank yang ditunjuk, selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak dimulainya proses verifikasi untuk menentukan simpanan yang layak bayar

B. Saran

Saran yang dapat di kemukakan dalam skripsi ini adalah :

Berdasarkan pada kesimpulan di atas Penulis memberikan saran, bahwa untuk mengoptimalkan perlindungan hukum bagi nasabah selaku konsumen dapat ditempuh langkah-langkah antara lain sebagai berikut:


(3)

a. Pihak perbankan dengan bekerjasama dengan lembaga konsumen atau badan lain yang dianggap bisa mewakili kepentingan nasabah pengambil kredit/pembiayaan dapat merumuskan secara bersama-sama klausula yang memenuhi kebutuhan para pihak dan tidak melanggar unsur kepatutan demi kepastian hukum dan sekaligus juga harus diusahakan kesepakatan penafsiran atas klausula-klausula yang bersangkutan.

b. Terkait dengan adanya hak bagi nasabah untuk mengajukan segala hal yang merugikannya kepada Lembaga Pengaduan Nasabah dan Mediasi Perbankan, pihak bank perlu dalam hal ini Bank Indonesia mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai hal tersebut dan bagi bank-bank komersial perlu memberikan penjelasan mengenai hak-hak nasabah dan jika perlu mencantumkan agreement to mediate di dalam perjanjian kredit/pembiayaan, serta pada rekening simpanan nasabah deposan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku / Makalah / Koran

Drs. A. Hasyimi Ali, Bank Management (American Institute Of Banking), Bina aksara cetakan I, Jakarta ,desember 1987.

Dr. Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M, Makalah_lps.pdf, Pentingnya Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Ssistem Perbankan.

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2003.

Kasmir ,SE,MM , Dasar – Dasar Perbankan,cet . l Jakarta ,juni 2002.

RM.Subanindyo Hadiluih,SH MBA,Hukum perbankan antara pembinaan kepercayaan masyarakat dan ancaman likuidasi, Fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa, Medan 1997.

Sumber: Harian Seputar Indonesia, Kolom Opini. 15 Oktober 2008.

Tan Kamello,Karakter Hukum Perdata Dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank Dengan nasabah,Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum,Universitas Sumatera Utara,Medan 2006.

Wijanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, penerbit Grafiti Cetakan ke.III ,Jakarta Januari 1997.

Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.

Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, (Bandung: Books Terrace & Library, 2005).

Makalah PerlindunganNasabahPerbankanDiSumateraUtara.pdf , Ketua: Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Anggota: Prof. Dr. Bismar Nasution, M.Hum, Prof.Dr.Zulkifli Osman, Drs. Arifin Hamzah, MM dan Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec.


(5)

2. Peraturan Hukum / Perundang – Undangan

Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang No 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992.

Undang-Undang RI No.24 Tahun 2004,tentang Lembaga Penjamin simpanan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Situs Internet

http://www.lps.go.id

http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/hubungan-perlindungan-hukum-nasabah.html

http://www.suaramerdeka.com/harian (Penulis adalah Ketua Laboratorium Studi Kebijakan

Ekonomi (LSKE) dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro)

http://blog.unila.ac.id/redha/2009/08/24/penjaminan-simpanan-nasabah-bank

Krisna Wijaya, http://www.lps.go.id/v2/home.php

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16332/sistem-penjaminan-lps-berpotensi-ciptakan-imoral-hazardi.

http://www.detikfinance.com/read/2008/10/13/105456/1019100/5/penjaminan-dana-nasabah

http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/hubungan-perlindungan-hukum-nasabah.html

http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1828872-analisis-hukum-lembaga-penjamin-simpanan/

http://edratna.dagdigdug.com/2009/03/03/ hubungan ideal antara bank dan nasabah

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Kendala%20di%20Balik%20Lembaga%20Penjamin-MI.htm


(6)

http://id.wikisource.org/wiki/Upaya_Pemerintah_dalam_Pencegahan_dan_Penanganan_Kri

sis